Anda di halaman 1dari 15

ASKEP TRAUMA MATA

Pengertian

Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan perlukaan mata dan
merupakan kasus gawatdarurat mata.Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat
atau menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata.

Trauma mata adalah kondisi mata yang mengalami trauma (rudapaksa) baik oleh zat kimia
maupun olehbenda keras dan tajam (Anas, 2010)

Klasifikasi trauma mata :

1. Trauma Mekanika. 

a) Trauma Tumpul:
trauma pada mata akibat benturan mata dengan benda yang relatif besar,
tumpul, keras maupuntidak keras. Taruma tumpul dapat menyebabkan cedera
perforasi dan non perforasi. Trauma tumpul pada mata dapatmengenai organ eksterna
(orbita dan palpebra) atau interna (konjungtiva, kornea, iris atau badan silier, lensa,
korpusvitreus, retina dan nervus optikus (N.II).
b) Trauma Tajam
trauma pada mata akibat benda tajam atau benda asing yang masuk ke mata.

2. Trauma Kimia/Khemisa. 

a) Trauma Kimia Asam: trauma pada mata akibat substansi yang bersifat asam.


b) Trauma Kimia Basa: trauma pada mata akibat substansi yang bersifat basa.

3. Trauma Fisisa. 

a) Trauma termal: misalnya panas api, listrik, sinar las, sinar matahari.


b) Trauma bahan radioaktif: misalnya sinar radiasi bagi pekerja radiologi.
Etiologi

Trauma mata dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya :

1. Trauma tumpul disebabkan akibat benturan mata dengan benda yang relatif


besar, tumpul, keras maupun tidakkeras misalnya terpukul, kena bola tenis,
atau shutlecock, membuka tutup botol tidak dengan alat, ketapel.
2. Trauma tajam (penetrating injuries) disebabkan benda tajam atau benda asing
yang masuk ke mata seperti kaca,logam, atau partikel kayu berkecepatan
tinggi, percikan proses pengelasan, dan peluru.
3. Trauma Khemis disebabkan akibat substansi yang bersifat asam dan alkali
yang masuk ke mata.
a. Trauma kimia asam, misalnya cuka, bahan asam dilaboratorium
(asam sulfat, asam hidroklorida, asam nitrat, asamasetat, asam kromat, asam
hidroflorida).
b. Trauma kimia basa, misalnya sabun cuci, shampo, bahan pembersih
lantai, kapur, lem perekat.

Patofisologi

Kerusakan akibat trauma tumpul dapat mengenai kelopak mata dan struktur mata bagian luar
sehinggamengakibatkan hematoma kelopak. Jika trauma menembus ke bagian konjugtiva,
maka kemungkinannya akan terjadihematoma subkonjugtiva akibat pecahnya pembuluh
darah sebagai akibat terkena hantaman benda tumpul dan keras.

Kerusakan yang diakibatkan trauma tajam/tembus akan lebih parah lagi karena melibatkan
kerusakan hinggabagian dalam struktur dan jaringan mata. Kondisi ini biasanya sampai
merusak fungsi mata dan kerusakannyapermanen (dapat disembuhkan hanya melalui
operasi). Gangguan mata akibat trauma tajam juga beragam, tergantungpada organ mata yang
terkena dan seberapa besar kerusakannya.

Sedangkan pada trauma khemis/ kimia, jika traumanya akibat asam biasanya hanya akan
menyebabkankerusakan pada bagian permukaan/superfisial saja karena terjadi pengendapan
dan penggumpalan bahan proteinpermukaan. Namun pada trauma akibat basa/alkali,
kerusakan yang diakibatkan bisa gawat karena alkali akanmenembus kornea dengan cepat
lalu ke bilik mata depan sampai pada jaringan retina. Bahan alkali dapat merusakkornea dan
retina karena bahan alkali bersifat mengkoagulasi sel sehingga akan menghancurkan jaringan
kolagenkornea sehingga memperparah kerusakan kornea hingga ke retina.

Pada trauma fisis, kerusakan yang ditimbulkan hanya pada permukaan karena bahan yang
merusak hanyamengenai permukaan dan tidak sampai tembus dan juga adanya mekanisme
proteksi pada mata. Namun, walaupun hanya mengenai bagian permukaan, trauma fisis akan
tetap menyebabkan kerusakan pada jaringan walaupun tidakbersifat permanen.

Manifestasi Klinis

Adapun manifestasi klinisnya adalah sebagai berikut :

1. Trauma Tumpula. 

a. Rongga Orbita

suatu rongga yang terdiri dari bola mata dan 7 ruas tulang yang membentuk dinding orbita


(lakrimal,ethmoid, sfenoid, frontal, maksila, platinum dan zigomatikus.Jika pada trauma
mengenai rongga orbita maka akanterjadi fraktur orbita, kebutaan (jika mengenai saraf),
perdarahan didalam rongga orbita, gangguan gerakan bola mata.

b. Palpebra

Kelopak atau palpebra  mempunyai  fungsi melindungi  bola mata,


serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan komea. 

Palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna untukmelindungi bola mata terhadap


trauma, trauma sinar dan pengeringan bola mata. Kelopak mempunyai lapis kulit yangtipis
pada bagian depan sedang di bagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut
konjungtiva tarsal.Gangguan penutupan kelopak (lagoftalmos) akan mengakibatkan
keringnya permukaan mata sehingga terjadi keratitis.

 Jika pada palpebra terjadi trauma tumpul maka akan terjadi hematom, edema palpebra yang 
dapatmenyebabkan kelopak mata tidak dapat membuka dengan sempurna (ptosis),
kelumpuhan kelopak mata(lagoftalmos/tidak dapat menutup secara sempurna).
c. Konjungtiva

Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian belakang. Konju
-ngtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel Goblet. Musin berfungsi
membasahi bola mata terutama kornea. Edema, robekan pembuluh darah konjungtiva
(perdarahan subkonjungtiva) adalah tanda dan gejala yang dapatterjadi jika konjungtiva
terkena trauma.

e. Iris atau badan silier: 

merupakan bagian dari uvea. Pendarahan uvea dibedakan antara bagian anterior yang
diperdarahi oleh 2 buah arteri siliar posterior longus yang masuk menembus sklera di
temporal dan nasal dekat tempatmasuk saraf optik dan 7 buah arteri siliar anterior, yang
terdapat 2 pada setiap otot superior, medial inferior, satu padaotot rektus lateral. Arteri siliar
anterior dan posterior ini bergabung menjadi satu membentuk arteri sirkularis mayorpada
badan siliar.Uvae posterior mendapat perdarahan dari 15 - 20 buah arteri siliar posterior
brevis yang menembussklera di sekitar tempat masuk saraf optik.

Hifema (perdarahan bilik mata depan), iridodialisis (iris terlepas dari insersinya) merupakan
tanda patologik jikatrauma mengenai iris.

f. Lensa

Lensa merupakan badan yang bening. Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu:


Kenyal ataulentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk menjadi
cembung, jernih atau transparan karenadiperlukan sebagai media penglihatan, terletak di
tempatnya.

g. Korpus vitreus: perdarahan korpus vitreus.


h. Retina

Retina adalah suatu membran yang tipis dan bening, terdiri atas penyebaran daripada serabut-


serabut sarafoptik. Letaknya antara badan kaca dan koroid. Letaknya antara badan kaca dan
koroid.1,2 Bagian anterior berakhirpada ora serata. Dibagian retina yang letaknya sesuai
dengan sumbu penglihatan terdapat makula lutea (bintik kuning)kira-kira ber¬diameter 1 - 2
mm yang berperan penting untuk tajam penglihatan.Ditengah makula lutea terdapatbercak
mengkilat yang merupakan reflek fovea.

Secara patologik jika retina terkena trauma akan terjadi edema makula retina, ablasio retina,
fotopsia, lapangpandang terganggu dan penurunan tekanan bola mata.

i. Nervus optikus: N.II terlepas atau putus (avulsio) sehingga menimbulkan kebutaan.

2. Trauma Tajam

a. Orbita: kebutaan, proptosis (akibat perdarahan intraorbital), perubahan posisi bola mta
b. Palpebra: ptosis yang permanen (jika mengenai levator apoeurosis).
c. Saluran lakrimal: gangguan sistem eksresi air mata.
d. Konjungtiva: robekan konjungtiva, perdarahan subkonjungtiva.
e. Sklera: pada luka yang agak besar akan terlihat jaringan uvea (iris, badan silier dan ko
roid yang berwarna gelap).
f. Kornea, iris, badan silier, lensa, korpus vitreus : laserasi kornea yan
g disertai penetrasi kornea, prolaps jaringan iris,penurunan TIO, adanya luka pada
kornea, edema. 
g. Koroid dan kornea: luka perforasi cukup luas pada sklera, perdarahan korpus vitreus
dan ablasi retina.

3. Trauma Kimia

a. Asam.Kekeruhan pada kornea akibat terjadi koagulasi protein epitel kornea.

b.Basa/Alkali.

1. Kebutaan.
2. Penggumpalan sel kornea atau keratosis.
3. Edema kornea.
4. Ulkus kornea
5. Tekanan intra ocular akan meninggi.
6. Hipotoni akan terjadi bila terjadi kerusakan pada badan siliar.
7. Membentuk jaringan parut pada kelopak.
8. Matamenjadi kering karena terjadinya pembentukan jaringan parut
pada kelenjar asesoris air mata.
9. Pergerakan mata menjadi terbatas akibat terjadi simblefaron pada konjungtiva bulbi y
ang akan menarik bola mata.
10. Lensa keruh diakibatkan kerusakan kapsul lensa

Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan Fisik: dimulai dengan pengukuran dan pencatatan ketajaman penglihatan 
menggunakankartu Snellendan indikator pengukur ketajaman penglihatan lain seperti
cahaya dan gerak anggota tubuh.
2. Slit lamp : untuk melihat kedalaman cedera di segmen anterior bola mata.
3. Tes fluoresin : digunakan untuk mewarnai kornea, sehingga cedera kelihatan jelas.
4. Tonometri : untuk mengetahui tekakan bola mata.
5. Pemeriksaan fundus yang  didilatasikan  dengan  oftalmoskop  indirek :
untuk mengetahui adanya benda asingintraokuler.
6. Tes Seidel : untuk mengetahui adanya cairan yang keluar dari mata. Tes ini dilakukan
dengan cara memberi anastesipada mata yaang akan diperiksa, kemudian diuji pada
strip fluorescein steril. Penguji menggunakan slit lamp denganfilter kobalt biru,
sehingga akan terlihat perubahan warna strip akibat perubahan pH bila ada
pengeluaran cairanmata.
7. Pemeriksaan CT-Scan dan USG B-
scan : digunakan untuk mengetahui posisi benda asing.
8. Electroretinography (ERG) : untuk mengetahui ada tidaknya degenerasi pada retina.
9. Pengukurantekanan IOLdengan tonography: mengkaji nilai normal tekanan bola mata
(normal 12-25 mmHg).
10. Pengkajian dengan menggunakan optalmoskop: mengkaji struktur internal dari
okuler, papiledema, retina hemoragi.
11. Pemeriksaan Radiologi : pemeriksaan radiologi pada trauma mata sangat membantu
dalam menegakkan diagnosa,terutama bila ada benda asing.
12. Kertas Lakmus : pada pemeriksaan ini sangat membantu dalam menegakkan diagnosa
trauma asam atau basa.
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN TRAUMA MATA

A. PENGKAJIAN

1. Identitas pasien meliputi nama, usia (dapat terjadi pada semua usia), pekerjaan ,jenis
kelamin (kejadian lebih banyakpada laki-laki daripada wanita).
2. Keluhan utamaKlien biasanya mengeluh adanya penurunan penglihatan, nyeri pada
mata, danketerbatasan gerak mata.
3. Riwayat penyakit sebelumnyaRiwayat penyakit yang mungkin diderita klien seperti
DM yang dapat menyebabkan infeksi yang pada mata sulitsembuh.
4. Riwayat penyakit sekarangYang perlu dikaji adalah jenis trauma, bahan yang
menyebabkan trauma, lama terkena trauma, dan tindakan apa yangsudah dilakukan
pada saat trauma terjadi dan sebelum dibawa ke RS.
5. Riwayat psikososialPada umumnya klien mengalami berbagai derajat ansietas,
gangguan konsep diri dan ketakutan akan terjadinyakecacatan mata, gangguan
penglihatan yang menetap atau mungkin kebutaan. Klien juga dapat mengalami
gangguaninteraksi sosial.
6. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda Vital (nadi, suhu, tekanan darah, dan pernapasan)
b. Pemeriksaan persistem
1) B1(Breath) :disertai gangguan pernapasan jika trauma menyebar ke mukosa
hidung.
2) B2 (Blood) :perdarahan jika trauma melibatkan organ tubuh lain selain
struktur mata.
3) B3 (Brain) :pasien merasa pusing atau nyeri karena adanya peningkatan
TIO (tekanan intraokular).
4) B4 (Bladder) :kebutuhan eliminasi dalam batas normal.
5) B5 (Bowel) :idak ditemukan perubahan dalam sistem gastrointestinal.
6) B6 (Bone) :ekstremitas atas dan bawah tidak ditemukan adanya kelainan.
c. Pemeriksaan khusus pada mata :

1) Visus (menurun atau tidak ada)
2) Gerakan bola mata ( terjadi pembatasan atau hilangnya sebagian pergerakan bola m
ata)
3) Adanya perdarahan, perubahan struktur konjugtiva, warna, dan memar.
4) Kerusakan tulang orbita, krepitasi tulang orbita.
5) Pelebaran pembuluh darah perikornea.
6)Hifema.
7) Robek kornea
8) Perdarahan dari orbita.
9) Blefarospasme.
10) Pupul tidak beraksi terhadap cahaya, struktur pupil robek.
11) Tes fluoresens positif.
12) Edema kornea.
13) Nekrosis konjugtiva/sklera.
14) Katarak
d.      Data Penunjang Lain

1) Kartu snellen: pemeriksaan penglihatan dan penglihatan sentral mungkin

mengalami penurunan akibat dari kerusakan kornea, vitreous atau kerusakan pada

sistem suplai untuk retina.

2) Luas lapang pandang: mengalami penurunan akibat dari tumor/ massa, trauma,

arteri cerebral yang patologis atau karena adanya kerusakan jaringan pembuluh

darah akibat trauma.

3) Pengukuran tekanan IOL dengan tonography: mengkaji nilai normal tekanan bola

mata (normal 12-25 mmHg).

4) Pengkajian dengan menggunakan optalmoskop: mengkaji struktur internal dari

okuler, papiledema, retina hemoragi.

Hal – hal yang perlu diperhatikan:


- Bagaimana terjadinya trauma mata
Tanggal, waktu dan lokasi kejadian trauma perlu dicatat. Hal iniperlu untuk
mengetahui apakah trauma ini terjadi pada waktuseseorang sedang
melakukan pekerjaan sehari-hari. Perlu jugaditanyakan apakah alat-alat yang
digunakan waktu terjadi trauma,apakah penderita waktu menggunakan kacamata

pelindung atautidak, kalau seandainya memakai kacamata, apakah kacamata


ituturut pecah sewaktu terjadinya trauma.

- Menentukan obyek penyebab trauma mata.


Menanyakan secara terperinci komposisi alat sewaktu terjadinya trauma. Apakah
alat berupa paku, pecahan besi, kawat, pisau, jenis kayu, bambo dll. Perlu juga
ditanyakan apakah alat tersebut berupa benda tajam atau tumpul, atau ada
kemungkinan bercampurnya dengan debu dan kotoran lain.

- Menentukan lokasi kerusakan intra okuler.


Untuk menentukan lokasi kerusakan pada mata, perlu diketahui jarak dan arah
penyebabnya trauma mata, posisi kepala, dan arahpenderita melihat pada waktu
terjadi trauma.
- Menetukan kesanggupan sebelum trauma
Pada pengkajian ditanyakan apakah ada penyakit matasebelumnya, atau
operasi mata sebelum terjadi trauma pada keduamatanya. Perlu ditanyakan apakah
perubahan visus terjadi secaratiba-tiba atau secara berangsur-angsur sebagai
akibat ablasio retina,atau vitrium hemorrage

B.     DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan imflamasi pada kornea atau peningkatan tekanan

intraokular dan kerusakan jaringan mata.

2. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan sekunder terhadap interupsi

permukaan tubuh.
3. Gangguan Sensori Perseptual : Penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori

/status organ indera. Lingkungan secara terapetik dibatasi.

4. Ansietas yang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis.

C.     INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Diagnosa Keperawatan : Nyeri akut berhubungan dengan imflamasi pada kornea atau

peningkatan tekanan intraokular dan kerusakan jaringan mata.

Tujuan : nyeri berkurang, hilang atau terkontrol.

Kriteria Hasil :

a. Klien akanmelaporkan penurunan nyeri progresif dan penghilangan nyeri setelah

intervensi.

b. Klien tidak gelisah.

c. Klien mampu melakukan tindakan mengurangi nyeri.

Intervensi dan Rasional :

a. Kaji derajat nyeri setiap hari atau sesering mungkin jika diperlukan

Rasional : nyeri trauma umumnya menjadi keluhan utama terutama nyeri akibat

kerusakan kornea.

b. Terangkan penyebab nyeri dan faktor/tindakan yang dapat memprovokasi nyeri.

Rasional : nyeri disebabkan oleh efek kimiawi atau fisik benda dan nyeri dapat meningkat

akibat provokasi: menekan mata terlalu kuat; gerakan mata tiba-tiba.

c. Lakukan kompres pada jaringan sekitar mata.

Rasional : kompres dingin mungkin diperlukan pada trauma fisik akut dan jika kondisi

stabil (agak lama), dapat digunakan teknik kompres hangat (jika tidak ada perdarahan).

d. Kolaborasi pemberian analgesik.

Rasional : analgesik berfungsi untuk menigkatkan ambang nyeri.


e. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi pada klien.

Rasional : mengurangi nyeri dengan manipulasi psikologis.

2.    Diagnosa Keperawatan : Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan

sekunder terhadap interupsi permukaan tubuh.

Tujuan : tidak terjadi infeksi.

Kriteria Hasil :

a.       Klien memperlihatkan perilaku penjagaan daerah luka.

b.      Tidak terdapat tanda infeksi selama fase perawatan.

Intervensi dan Rasional :

a.    Kali perilaku sehari-hari yang memungkinkan timbulnya infeksi mata.

Rasional : berbagai tindakan mungkin tidak disadari oleh klien sebagai hal yang dapat

menyebabkan infeksi, seperti menggosok atau memegang mata.

b.   Terangkan berbagai perilaku yang dapat menyebabkan infeksi.

Rasional : perilaku yang dapat menyebabkan infeksi dapat diidentifikasi dari perilaku klien

yang telah klien lakukan atau belum dilakukan oleh klien.

c.   Ajarkan perilaku yang baik untuk mengurangi resiko infeksi.

Rasional : menigkatkan pemahaman klien akan pentingnya perilaku mencegah infeksi.

d.   Ajarkan berbagai tanda infeksi.

Meningkatkan pengetahuan klien tentang tanda infeksi mata yang mungkin dapat terjadi

sebagai akibat komplikasi dari penyakit sekarang.

e.   Anjurkan klien untuk melaporkan sesegera mungkin apabila mengenali tanda infeksi.

Rasional : menigkatkan rasa percaya dan kerjasama perawat-klien.


3.    Diagnosa Keperawatan : Gangguan Sensori Perseptual : Penglihatanberhubungan dengan gangguan

penerimaan sensori /status organ indera. Lingkungan secara terapetik dibatasi.

Tujuan : klien melaporkan kemampuan yang lebih baik untuk proses rangsang penglihatan dan

mengkomunikasikan perubahan visual.

Kriteria Hasil :

a.   Klien mengidentifikasi faktor-faktor yang memperngaruhi fungsi penglihatan.

b.   Klien mengidentifikasi dan menunjukan pola-pola alternatif untuk menigkatkan penerimaan

rangsang penglihatan.

Intervensi dan Rasional :

a.   Kaji ketajaman penglihatan klien.

Rasional : mengidentifikasi kemampuan visual klien.

b.   Dekati klien dari sisi yang sehat.

Rasional : memberikan rangsang sensori, mengurangi rasa isolasi/terasing.

c.   Sesuaikan lingkungan untuk optimalisasi penglihatan :

1)      Orientasikan klien terhadap ruang rawat

2)      Letakan alat yang sering digunakan di dekat klien atau pada sisi mata yang lebih sehat.

3)      Berikan pencahayaan cukup.

4)      Hindari cahaya menyilaukan.

Rasional : meningkatkan kemapuan persepsi sensori.

d.   Anjurkan penggunaan alternatif rangsang lingkungan yang dapat diterima : auditorik, taktil.

Rasional : menigkatkan kemampuan respons terhadap stimulus lingkungan.

4.   Diagnosa Keperawatan : Ansietas yang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang

penyakit, prognosis.

Tujuan : tidak terjadi kecemasan.


Kriteria Hasil :

a.       Klien mengungkapkan kecemasan berkurang atau hilang.

b.      Klien berpartisipasi dalam kegiatan pengobatan.

Intervensi dan Rasional :

a.    Kaji derajat kecemasan, faktor yang menyebabkan kecemasan, tingkat pengetahuan dan ketakutan

klien akan penyakit.

Rasional : umumnya faktor yang menyebabkan kecemasan adalah kurangnya pengetahuan dan

ancaman aktual terhadap diri. Pada klien dengan trauma mata rasa nyeri dan penurunan lapang

penglihatan menimbulkan ketakutan utama.

b.   Orientasikan tentang penyakit yang dialami klien, prognosis dan tahap perawatan yang akan

dijalani klien.

Rasional : menigkatkatan pemahaman klien akan penyakit. Jangan memberikan keamanan palsu

seperti mengatakan penglihatan akan segera pulih atau nyeri akan segera hilang. Gambarkan

secara objektif tahap pengobatan, harapan proses pengobatan, dan orientasi pengobatan masa

berikutnya.

c.    Beri kesempatan kepada klien untuk bertanya tentang penyakitnya.

Rasional : menimbulkan rasa aman dan perhatian bagi klien.

d.   beri dukungan psikologis.

Rasional : dukungan psikologis dapat berupa penguatan tentang kondisi klien, keaktifan klien dalam

melibatkan diri dalam perawatan maupun mengorientasikan bagaimana kondisi penyakit yang

sama menimpa klien yang lain.

e.   Terangkan setiap prosedur yang dilakukan, jelaskan tahap perawatan yang akan dijalani.

Rasional : mengurangi rasa ketidaktahuan dan kecemasan yang terjadi.

Anda mungkin juga menyukai