Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA MATA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III

Dosen Pengampu : Ns. Alfrina Hany, S.Kp.,MNg

Oleh : Kelompok 2

1. Devi Octaviana 195070209111016 8. Dinda Amalia O.P. 195070209111023


2. Nur Ida Lathifah 195070209111016 9. Sunarmi 195070209111023
3. Ahmad Umar M. 195070209111017 10. Dewi Luberty W. 195070209111024
4. Muda Wamah 195070209111018 11. Alvin Fitri Hendika 195070209111025
5. Nindy Claudia A. 195070209111019 12. Inggit Fatharani A. 195070209111026
6. Aulia Putri Atisya 195070209111020 13. Anis Mahruniya 195070209111027
7. Wardatul Ummah 195070209111021 14. Nabilah Alwafi T.S. 195070209111028

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah- Nya sehingga
sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan trauma mata” dengan
tepat waktu.
Menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak secara langsung atau tidak langsung
makalah ini tidak dapat selesai tepat pada waktunya, untuk itu pada kesempatan ini, disampaikan
terima kasih kepada:
1. Alfrina Hany, S.Kp.,MNg selaku dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III.
2. Sumber-sumber yang telah mendukung dalam penyusunan makalah.
3. Pihak lain yang telah membantu saya dalam menyelesaikan makalah asuhan keperawatan.
Dengan terselesaikannya Makalah ini, diharapkan dapat memberi manfaat. Menyadari bahwa
makalah ini masih banyak kelemahan dan kekurangan. Untuk itu, dibutuhkan kritik dan saran yang
membangun untuk sempurnanya.

Malang, 1 Oktober 2019

Penulis
A. Definisi
Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan perlukaan
mata dan merupakan kasus gawat darurat mata.Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan
sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata(Sidarta, 2005).
Trauma mata adalah kondisi mata yang mengalami trauma (rudapaksa) baik oleh zat
kimia maupun oleh benda keras dan tajam (Anas, 2010).
. Trauma mata adalah perlukaan/cedera mata yang dapat terjadi dalam bentuk
trauma tumpul, trauma tajam, trauma kimia, trauma termis dan trauma radiasi. Trauma
mengakibatkan kerusakan pada jaringan mata anterior sampai posterior. Trauma mata
merupakan kasus kegawatdaruratan, jika tidak segera ditatalaksana dapat menyebabkan
penurunan visus (low vision) hingga kebutaan.

B. KLASIFIKASI
1. Trauma Mekanik
a. Trauma Tumpul:trauma pada mata akibat benturan mata dengan benda yang relatif
besar, tumpul, keras maupun tidak keras. Taruma tumpul dapat menyebabkan cedera
perforasi dan non perforasi. Trauma tumpul pada mata dapat mengenai organ
eksterna (orbita dan palpebra) atau interna (konjungtiva, kornea, iris atau badan
silier, lensa, korpus vitreus, retina dan nervus optikus (N.II).
b. Trauma Tajam: trauma pada mata akibat benda tajam atau benda asing yang masuk
ke mata.
2. Trauma Kimia/Khemis
a. Trauma Kimia Asam : trauma pada mata akibat substansi yang bersifat asam.
b. Trauma Kimia Basa : trauma pada mata akibat substansi yang bersifat basa.
3. Trauma Fisis
a. Trauma termal: misalnya panas api, listrik, sinar las, sinar matahari.
b. Trauma bahan radioaktif: misalnya sinar radiasi bagi pekerja radiologi.

C. ETIOLOGI
Trauma mata dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya :
1. Trauma tumpul disebabkan akibat benturan mata dengan benda yang relatif besar,
tumpul, keras maupun tidak keras misalnya terpukul, kena bola tenis, atau shutlecock,
membuka tutup botol tidak dengan alat, ketapel.
2. Trauma tajam (penetrating injuries) disebabkan benda tajam atau benda asing yang
masuk ke mata seperti kaca, logam, atau partikel kayu berkecepatan tinggi, percikan
proses pengelasan, dan peluru.
3. Trauma Khemis disebabkan akibat substansi yang bersifat asam dan alkali yang masuk ke
mata.
a. Trauma kimia asam, misalnya cuka, bahan asam dilaboratorium (asam sulfat, asam
hidroklorida, asam nitrat, asam asetat, asam kromat, asam hidroflorida).
b. Trauma kimia basa, misalnya sabun cuci, shampo, bahan pembersih lantai, kapur, lem
perekat.

D. PATOFISOLOGI
Kerusakan akibat trauma tumpul dapat mengenai kelopak mata dan struktur mata
bagian luar sehingga mengakibatkan hematoma kelopak. Jika trauma menembus ke bagian
konjugtiva, maka kemungkinannya akan terjadi hematoma subkonjugtiva akibat pecahnya
pembuluh darah sebagai akibat terkena hantaman benda tumpul dan keras.
Kerusakan yang diakibatkan trauma tajam/tembus akan lebih parah lagi karena melibatkan
kerusakan hingga bagian dalam struktur dan jaringan mata. Kondisi ini biasanya sampai
merusak fungsi mata dan kerusakannya permanen (dapat disembuhkan hanya melalui
operasi). Gangguan mata akibat trauma tajam juga beragam, tergantung pada organ mata
yang terkena dan seberapa besar kerusakannya.
Sedangkan pada trauma khemis/ kimia, jika traumanya akibat asam biasanya hanya akan
menyebabkan kerusakan pada bagian permukaan/superfisial saja karena terjadi
pengendapan dan penggumpalan bahan protein permukaan. Namun pada trauma akibat
basa/alkali, kerusakan yang diakibatkan bisa gawat karena alkali akan menembus kornea
dengan cepat lalu ke bilik mata depan sampai pada jaringan retina. Bahan alkali dapat
merusak kornea dan retina karena bahan alkali bersifat mengkoagulasi sel sehingga akan
menghancurkan jaringan kolagen kornea sehingga memperparah kerusakan kornea hingga
ke retina.
Pada trauma fisis, kerusakan yang ditimbulkan hanya pada permukaan karena bahan yang
merusak hanya mengenai permukaan dan tidak sampai tembus dan juga adanya mekanisme
proteksi pada mata. Namun, walaupun hanya mengenai bagian permukaan, trauma fisis akan
tetap menyebabkan kerusakan pada jaringan walaupun tidak bersifat permanen.
E. PATHWAY
F. MANIFESTASI KLINIS
Adapun manifestasi klinisnya adalah sebagai berikut:
1. Trauma Tumpul
a. Rongga Orbita: suatu rongga yang terdiri dari bola mata dan 7 ruas tulang yang
membentuk dinding orbita (lakrimal, ethmoid, sfenoid, frontal, maksila, platinum dan
zigomatikus.Jika pada trauma mengenai rongga orbita maka akan terjadi fraktur orbita,
kebutaan (jika mengenai saraf), perdarahan didalam rongga orbita, gangguan gerakan
bola mata.
b. Palpebra: Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta
mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan komea.
Palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata
terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan bola mata. Kelopak mempunyai lapis
kulit yang tipis pada bagian depan sedang di bagian belakang ditutupi selaput lendir
tarsus yang disebut konjungtiva tarsal. Gangguan penutupan kelopak (lagoftalmos)
akan mengakibatkan keringnya permukaan mata sehingga terjadi keratitis.
Jika pada palpebra terjadi trauma tumpul maka akan terjadi hematom, edema
palpebra yang dapat menyebabkan kelopak mata tidak dapat membuka dengan
sempurna (ptosis), kelumpuhan kelopak mata (lagoftalmos/tidak dapat menutup
secara sempurna).
c. Konjungtiva: Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak
bagian belakang. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel
Goblet.Musin berfungsi membasahi bola mata terutama kornea.Edema, robekan
pembuluh darah konjungtiva (perdarahan subkonjungtiva) adalah tanda dan gejala
yang dapat terjadi jika konjungtiva terkena trauma.
d. Kornea: Kornea (Latin cornum - seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian
selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata
sebelah depan dan terdiri dari beberapa lapisan.Dipersarafi oleh banyak saraf.
Edema kornea, penglihatan kabur, kornea keruh, erosi/abrasi, laserasi kornea tanpa
disertai tembusnya kornea keluhan nyeri yang sangat, mata berair, fotofobi adalah
tanda dan gejala yang dapat muncul akibat trauma pada kornea.
e. Iris atau badan silier: merupakan bagian dari uvea. Pendarahan uvea dibedakan antara
bagian anterior yang diperdarahi oleh 2 buah arteri siliar posterior longus yang masuk
menembus sklera di temporal dan nasal dekat tempat masuk saraf optik dan 7 buah
arteri siliar anterior, yang terdapat 2 pada setiap otot superior, medial inferior, satu
pada otot rektus lateral. Arteri siliar anterior dan posterior ini bergabung menjadi satu
membentuk arteri sirkularis mayor pada badan siliar.Uvae posterior mendapat
perdarahan dari 15 - 20 buah arteri siliar posterior brevis yang menembus sklera di
sekitar tempat masuk saraf optik.
f. Lensa: Lensa merupakan badan yang bening. Secara fisiologik lensa mempunyai sifat
tertentu, yaitu: Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam
akomodasi untuk menjadi cembung, jernih atau transparan karena diperlukan sebagai
media penglihatan, terletak di tempatnya.
Secara patologik jika lensa terkena trauma akan terjadi subluksasi lensa mata
(perpindahan tempat).
g. Korpus vitreus: perdarahan korpus vitreus.
h. Retina: Retina adalah suatu membran yang tipis dan bening, terdiri atas penyebaran
daripada serabut-serabut saraf optik. Letaknya antara badan kaca dan koroid. Letaknya
antara badan kaca dan koroid.1,2 Bagian anterior berakhir pada ora serata. Dibagian
retina yang letaknya sesuai dengan sumbu penglihatan terdapat makula lutea (bintik
kuning) kira-kira ber¬diameter 1 - 2 mm yang berperan penting untuk tajam
penglihatan.Ditengah makula lutea terdapat bercak mengkilat yang merupakan reflek
fovea.
Secara patologik jika retina terkena trauma akan terjadi edema makula retina, ablasio
retina, fotopsia, lapang pandang terganggu dan penurunan tekanan bola mata.
i. Nervus optikus: N.II terlepas atau putus (avulsio) sehingga menimbulkan kebutaan

2. Trauma Tajam
a. Orbita: kebutaan, proptosis (akibat perdarahan intraorbital), perubahan posisi bola
mata.
b. Palpebra: ptosis yang permanen (jika mengenai levator apoeurosis).
c. Saluran lakrimal: gangguan sistem eksresi air mata.
d. Konjungtiva: robekan konjungtiva, perdarahan subkonjungtiva.
e. Sklera: pada luka yang agak besar akan terlihat jaringan uvea (iris, badan silier dan
koroid yang berwarna gelap).
f. Kornea, iris, badan silier, lensa, korpus vitreus : laserasi kornea yan g disertai penetrasi
kornea, prolaps jaringan iris, penurunan TIO, adanya luka pada kornea, edema.
g. Koroid dan kornea: luka perforasi cukup luas pada sklera, perdarahan korpus vitreus
dan ablasi retina.

3. Trauma Kimia
a. Asam.
Kekeruhan pada kornea akibat terjadi koagulasi protein epitel kornea.
b. Basa/Alkali.
 Kebutaan.
 Penggumpalan sel kornea atau keratosis.
 Edema kornea.
 Ulkus kornea.
 Tekanan intra ocular akan meninggi.
 Hipotoni akan terjadi bila terjadi kerusakan pada badan siliar.
 Membentuk jaringan parut pada kelopak.
 Mata menjadi kering karena terjadinya pembentukan jaringan parut pada kelenjar
asesoris air mata.
 Pergerakan mata menjadi terbatas akibat terjadi simblefaron pada konjungtiva
bulbi yang akan menarik bola mata.
 Lensa keruh diakibatkan kerusakan kapsul lensa.

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Fisik: dimulai dengan pengukuran dan pencatatan ketajaman penglihatan
menggunakankartu Snellen dan indikator pengukur ketajaman penglihatan lain seperti
cahaya dan gerak anggota tubuh.
2. Slit lamp : untuk melihat kedalaman cedera di segmen anterior bola mata.
3. Tes fluoresin : digunakan untuk mewarnai kornea, sehingga cedera kelihatan jelas.
4. Tonometri : untuk mengetahui tekakan bola mata.
5. Pemeriksaan fundus yang didilatasikan dengan oftalmoskop indirek : untuk mengetahui
adanya benda asing intraokuler.
6. Tes Seidel : untuk mengetahui adanya cairan yang keluar dari mata. Tes ini dilakukan
dengan cara memberi anastesi pada mata yaang akan diperiksa, kemudian diuji pada strip
fluorescein steril. Penguji menggunakan slit lamp dengan filter kobalt biru, sehingga akan
terlihat perubahan warna strip akibat perubahan pH bila ada pengeluaran cairan mata.
7. Pemeriksaan CT-Scan dan USG B-scan : digunakan untuk mengetahui posisi benda asing.
8. Electroretinography (ERG) : untuk mengetahui ada tidaknya degenerasi pada retina.
9. Pengukuran tekanan IOL dengan tonography: mengkaji nilai normal tekanan bola mata
(normal 12-25 mmHg).
10. Pengkajian dengan menggunakan optalmoskop: mengkaji struktur internal dari okuler,
papiledema, retina hemoragi.
11. Pemeriksaan Radiologi : pemeriksaan radiologi pada trauma mata sangat membantu
dalam menegakkan diagnosa, terutama bila ada benda asing.
12. Kertas Lakmus : pada pemeriksaan ini sangat membantu dalam menegakkan diagnosa
trauma asam atau basa.

H. PENATALAKSANAAN TERAPI
Pada kasus trauma matapenatalaksanaan terapi tidak ditentukan, tapi dilaksanakan
berdasarkan kondisi trauma yang dialami pasien dan juga berdasarkan berat ringannya gejala
yang dialami.
Namun, berikut ini adalah beberapa penanganan yang mungkin dapat digunakan sebagai
pada kasus trauma mata akibat trauma mekanik, antara lain :
1. Penatalaksanaan sebelum tiba di RS, antara lain :
a. Mata tidak boleh dibebat dengan tekanandan diberikan perlindungan tanpa kontak.
b. Tidak boleh dilakukan manipulasi yangberlebihan dan penekanan bola mata.
c. Benda asing tidak boleh dikeluarkantanpa pemeriksaan lanjutan.
d. Sebaiknya pasien di puasakan untukmengantisipasi tindakan operasi.

2. Penatalaksanaan di RS, antara lain :


a. Pemberian antibiotik spektrum luas.
b. Pemberian obat sedasi, antiemetik, dananalgetik sesuai indikasi.
c. Pemberian toksoid tetanus sesuai indikasi.
d. Pengangkatan benda asing di kornea,konjungtiva atau intraokuler.
e. Tindakan pembedahan /penjahitan sesuaidengan kausa dan jenis cedera.
f. Sisa-sisa lensa dan darah dikeluarkandengan aspirasi dan irigasi mekanis
atauvitrektomi.
Sedangkan pada kerusakan yang diakibatkan oleh trauma kimia, penatalaksanaan yang
harus segera dialkukan adalah irigasi daerah yang terkena trauma kimia untuk
menghilangkan dan melarutkan bahan penyebab trauma. Penanganan sebelum dibawa ke RS
dapat dilakukan dengan cara mata diguyur dengan menggunakan air bersih setelah terkena
trauma untuk meghilangkan bahan penyebab trauma, setelah itu langsung dibawa ke RS
untuk penanganan selanjutnya.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien meliputi nama, usia (dapat terjadi pada semua usia), pekerjaan ,jenis
kelamin (kejadian lebih banyak pada laki-laki daripada wanita).
2. Keluhan utama
Klien biasanya mengeluh adanya penurunan penglihatan, nyeri pada
mata, danketerbatasan gerak mata.
3. Riwayat penyakit sebelumnya
Riwayat penyakit yang mungkin diderita klien seperti DM yang dapat menyebabkan
infeksi yang pada mata sulit sembuh.
4. Riwayat penyakit sekarang
Yang perlu dikaji adalah jenis trauma, bahan yang menyebabkan trauma, lama
terkena trauma, dan tindakan apa yang sudah dilakukan pada saat trauma terjadi dan
sebelum dibawa ke RS.
5. Riwayat psikososial
Pada umumnya klien mengalami berbagai derajat ansietas, gangguan konsep diri dan
ketakutan akan terjadinya kecacatan mata, gangguan penglihatan yang menetap atau
mungkin kebutaan. Klien juga dapat mengalami gangguan interaksi sosial.
6. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda Vital (nadi, suhu, tekanan darah, dan pernapasan)
b. Pemeriksaan persistem
B1(Breath) :disertai gangguan pernapasan jika trauma menyebar ke mukosa hidung.
B2 (Blood) :perdarahan jika trauma melibatkan organ tubuh lain selain struktur mata.
B3 (Brain) :pasien merasa pusing atau nyeri karena adanya peningkatan TIO (tekanan
intraokular).
B4 (Bladder) :kebutuhan eliminasi dalam batas normal.
B5 (Bowel) :idak ditemukan perubahan dalam sistem gastrointestinal.
B6 (Bone) :ekstremitas atas dan bawah tidak ditemukan adanya kelainan.
c. Pemeriksaan khusus pada mata :
 Visus (menurun atau tidak ada)
 Gerakan bola mata ( terjadi pembatasan atau hilangnya sebagian pergerakan bola
mata)
 Adanya perdarahan, perubahan struktur konjugtiva, warna, dan memar.
 Kerusakan tulang orbita, krepitasi tulang orbita.
 Pelebaran pembuluh darah perikornea.
 Hifema.
 Robek kornea
 Perdarahan dari orbita.
 Blefarospasme.
 Pupul tidak beraksi terhadap cahaya, struktur pupil robek.
 Tes fluoresens positif.
 Edema kornea.
 Nekrosis konjugtiva/sklera.
 Katarak.
d. Data Penunjang Lain
 Kartu snellen: pemeriksaan penglihatan dan penglihatan sentral mungkin mengalami
penurunan akibat dari kerusakan kornea, vitreous atau kerusakan pada sistem suplai
untuk retina.
 Luas lapang pandang: mengalami penurunan akibat dari tumor/ massa, trauma,
arteri cerebral yang patologis atau karena adanya kerusakan jaringan pembuluh
darah akibat trauma.
 Pengukuran tekanan IOL dengan tonography: mengkaji nilai normal tekanan bola
mata (normal 12-25 mmHg).
 Pengkajian dengan menggunakan optalmoskop: mengkaji struktur internal dari
okuler, papiledema, retina hemoragi.

J. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan imflamasi pada kornea atau peningkatan tekanan
intraokular dan kerusakan jaringan mata.
2. Gangguan Sensori Perseptual : Penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan
sensori /status organ indera. Lingkungan secara terapetik dibatasi.
3. Ansietas yang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis.
K. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Diagnosa Keperawatan : Nyeri akut berhubungan dengan imflamasi pada kornea atau
peningkatan tekanan intraokular dan kerusakan jaringan mata.
Tujuan : nyeri berkurang, hilang atau terkontrol.
Kriteria Hasil :
a. Klien akan melaporkan penurunan nyeri progresif dan penghilangan nyeri setelah
intervensi.
b. Klien tidak gelisah.
c. Klien mampu melakukan tindakan mengurangi nyeri.

Intervensi :
a. Kaji derajat nyeri setiap hari atau sesering mungkin jika diperlukan
b. Terangkan penyebab nyeri dan faktor/tindakan yang dapat memprovokasi nyeri.
c. Lakukan kompres pada jaringan sekitar mata.
d. Kolaborasi pemberian analgesik.
e. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi pada klien.

b. Diagnosa Keperawatan : Gangguan Sensori Perseptual : Penglihatanberhubungan


dengan gangguan penerimaan sensori /status organ indera. Lingkungan secara terapetik
dibatasi.
Tujuan : klien melaporkan kemampuan yang lebih baik untuk proses rangsang penglihatan
dan mengkomunikasikan perubahan visual.
Kriteria Hasil :
a. Klien mengidentifikasi faktor-faktor yang memperngaruhi fungsi penglihatan.
b. Klien mengidentifikasi dan menunjukan pola-pola alternatif untuk menigkatkan
penerimaan rangsang penglihatan.
Intervensi
a. Kaji ketajaman penglihatan klien.
b. Dekati klien dari sisi yang sehat.
c. Sesuaikan lingkungan untuk optimalisasi penglihatan :
 Orientasikan klien terhadap ruang rawat
 Letakan alat yang sering digunakan di dekat klien atau pada sisi mata yang lebih
sehat.
 Berikan pencahayaan cukup.
d. Hindari cahaya menyilaukan.
e. Anjurkan penggunaan alternatif rangsang lingkungan yang dapat diterima : auditorik,
taktil.

c. Diagnosa Keperawatan : Ansietas yang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan


tentang penyakit, prognosis.
Tujuan : tidak terjadi kecemasan.
Kriteria Hasil :
a. Klien mengungkapkan kecemasan berkurang atau hilang.
b. Klien berpartisipasi dalam kegiatan pengobatan.
Intervensi
a. Kaji derajat kecemasan, faktor yang menyebabkan kecemasan, tingkat pengetahuan
dan ketakutan klien akan penyakit.
b. Orientasikan tentang penyakit yang dialami klien, prognosis dan tahap perawatan yang
akan dijalani klien.
c. Beri kesempatan kepada klien untuk bertanya tentang penyakitnya.
d. Beri dukungan psikologis.
e. Terangkan setiap prosedur yang dilakukan, jelaskan tahap perawatan yang akan
dijalani.

Anda mungkin juga menyukai