Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatNya sehingga
pembuatan makalah ini dapat diselesaikan. Makalah dalam judul “Trauma Mata” penulis
susun sebagai tugas dari salah satu dosen keperawatan Kegawat Daruratan.
Dalam penyusunan makalah ini penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak tidak lupa
pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Suryono, S.Kep,. Ns. MMRS selaku direktur “STIKES PAMENANG” Pare-
Kediri.
Penulis sadar akan kekurangan yang dimiliki, oleh karena itu kritik dan saran dari
pembaca sangat diharapkan, semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat
bagi pembaca.
Pare-Kediri
25 September 2019
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
Kegawatdaruratan mata adalah gangguan pada sistem penglihatan yang dapat bersifat
permanen apabila tidak ditangani segera akan menyebabkan kecacatan atau trauma yg bisa
bersifat permanen. Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata. Perlukaan yang
ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan
mata. Alat rumah tangga sering menimbulkan perlukaan atau trauma mata (Ilyas, Sidarta,
2005). Keadaan ini bisa terjadi jika mata tergores benda kasar dan tajam seperti ranting
pohon. Trauma mata adalah rusaknya jaringan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata,
dan atau rongga orbital karena adanya benda tajam atau tumpul yang mengenai mata
dengan keras/cepat ataupun lambat. Trauma pada mata dikhawatirkan dapat merusak
penglihatan. Anak-anak yang berusia di bawah 3 tahun biasanya perlu diperiksa dokter
mata untuk mengetahui apakah penglihatan mereka menjadi terganggu atau tidak akibat
trauma mata.
Sebelum dibawa ke dokter kita dapat melindungi mata dengan kain bersih, kemudian
cuci luka hingga bersih dengan sabun dan air. Kemudian tekan selama 10 menit dengan
kasa steril untuk menghentikan perdarahan. Setelah pembengkakan biasanya terjadi luka
pada pada jaringan lunak atau tulang di sekitar mata. Kompreskan es selama 20 menit dan
minum aacetaminophen atau ibuprofen jika perlu untuk meredakan nyeri. Jangan heran
jika mata menghitam selama 2 hari ke depan. Mata hitam tidak berbahaya dan tidak
memerlukan perawatan khusus. Perdarahan subconjunctival (memar di bagian putih mata)
juga seharusnya tidak perlu dikhawatirkan. Keadaan memar biasanya tidak menyebar ke
dalam mata dan biasanya berlangsung selama 2 minggu, dan proses hilangnya tidak dapat
dipengaruhi oleh obat.
1.2 Tujuan
3
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kegawatdaruratan mata adalah gangguan pada sistem penglihatan yang dapat bersifat
permanen apabila tidak ditangani segera. Tanda dan gejala dari kegawat daruratan mata perlu
diketahui agar penegakan diagnosis dapat dilakukan dengan cepat dan tepat. Ketepatan
diagnosis dan pengobatan yang sesuai penting dilakukan untuk mendapat prognosis terbaik.
Hal yang perlu diperhatikan untuk mendapat prognosis terbaik pada kegawatdaruratan mata
adalah penilaian keadaan umum dan kondisi mata pasien secara cepat, penegakan diagnosis,
pengembangan strategi terapi, pengobatan yang sesuai, persiapan pasien dengan indikasi
operasi, penguasaan prinsip dan prosedur tindakan operasi kegawatdaruratan, dan konsultasi
dengan profesi lain yang terkait. Berbagai macam trauma pada mata merupakankeadaan
kegawatdaruratan mata.
Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan perlukaan
mata.Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata. Perlukaan yang ditimbulkan dapat
ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata. Alat rumah tangga
sering menimbulkan perlukaan atau trauma mata (Ilyas, Sidarta, 2005).
1. Trauma Mekanik
Trauma tumpul yaitu trauma pada mata akibat benturan mata dengan benda yang relatif
besar, tumpul, keras maupun tidak keras. Trauma tumpul dapat menyebabkan cedera perforasi
dan non perforasi. Trauma tumpul pada mata dapat mengenai organ eksterna (orbita dan
palpebra) atau interna (konjungtiva, kornea, iris atau badan silier, lensa, korpus vitreus, retina
dan nervus optikus (N.II).
Trauma tajam yaitu trauma pada mata akibat benda tajam atau benda asing yang masuk ke
dalam bola mata (Mansjoer, Arif, 2002).
2. Non Mekanik
Trauma Kimia
- Trauma kimia asam yaitu trauma pada mata akibat substansi yang bersifat asam.
- Trauma kimia basa yaitu trauma pada mata akibat substansi yang bersifat basa.
Trauma Fisis
- Trauma termal misalnya panas api, listrik, sinar las, sinar matahari.
5
- Trauma bahan radioaktif misalnya sinar radiasi bagi pekerja radiologi.
a. Mekanik, meliputi:
Terkena tonjokan tangan, terkena lemparan batu, terkena lemparan bola, terkena
jepretan ketapel, dan lain-lain.
Air accu, asam cuka, cairan HCL, air keras, coustic soda, kaporit, jodium tincture,
baygon, bahan pengeras bakso, semprotan bisa ular, getah papaya, miyak putih.
b. Trauma fisis
- Trauma termik (hipermetik) misalnya terkena percikan api dan terkena air panas.
- Trauma radiasi misalnya terkena sinar ultra violet, sinar infra merah, sinar
ionisasi dan sinar X. (Ilyas, Sidarta, 2005)
a. Trauma Tumpul
1. Rongga Orbita
Suatu rongga yang terdiri dari bola mata dan 7 ruas tulang yang membentuk dinding
orbita (lakrimal, ethmoid, sfenoid, frontal, maksila, platinum dan zigomatikus.Jika
pada trauma mengenai rongga orbita maka akan terjadi fraktur orbita, kebutaan (jika
mengenai saraf), perdarahan didalam rongga orbita, gangguan gerakan bola mata.
2. Palpebra
Kelopak atau palpebral mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta mengeluarkan
sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan komea. Palpebra
merupakan alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap
trauma, trauma sinar dan pengeringan bola mata. Kelopak mempunyai lapis kulit yang
tipis pada bagian depan sedang di bagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang
disebut konjungtiva tarsal. Gangguan penutupan kelopak (lagoftalmos) akan
6
mengakibatkan keringnya permukaan mata sehingga terjadi keratitis. Jika pada
palpebra terjadi trauma tumpul maka akan terjadi hematom, edema palpebra yang
dapat menyebabkan kelopak mata tidak dapat membuka dengan sempurna (ptosis),
kelumpuhan kelopak mata (lagoftalmos/tidak dapat menutup secara sempurna).
3. Konjungtiva
Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian belakang.
Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel Goblet. Musin
bersifat membasahi bola mata terutama kornea. Edema, robekan pembuluh darah
konjungtiva (injeksi konjunctiva) adalah tanda dan gejala yang dapat terjadi jika
konjungtiva terkena trauma.
4. Kornea
Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput
mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah
depan dan terdiri dari beberapa lapisan. Dipersarafi oleh banyak saraf. Edema kornea,
penglihatan kabur, kornea keruh, erosi/abrasi, laserasi kornea tanpa disertai tembusnya
kornea dengan keluhan nyeri yang sangat, mata berair, fotofobi adalah tanda dan
gejala yang dapat muncul akibat trauma pada kornea.
Merupakan bagian dari uvea. Perdarahan uvea dibedakan antara bagian anterior yang
diperdarahi oleh 2 buah arteri siliar posterior longus yang masuk menembus sklera di
temporal dan nasal dekat tempat masuk saraf optic dan 7 buah arteri siliar anterior,
yang terdapat 2 pada setiap otot superior, medial inferior, satu pada otot rektus lateral.
Arteri siliar anterior dan posterior ini bergabung menjadi satu membentuk arteri
sirkularis mayor pada badan siliar.Uvea posterior mendapat perdarahan dari 15 - 20
buah arteri siliar posterior brevis yang menembus sklera di sekitar tempat masuk saraf
optik.Hifema (perdarahan bilik mata depan), iridodialisis (iris terlepas dari insersinya)
merupakan tanda patologik jika trauma mengenai iris.
6. Lensa
Lensa merupakan badan yang bening.Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu,
yaitu: Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi
untuk menjadi cembung, jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media
penglihatan, terletak di tempatnya.Secara patologik jika lensa terkena trauma akan
terjadi subluksasi lensa mata (perpindahan tempat).
8. Retina
Retina adalah suatu membran yang tipis dan bening, terdiri atas penyebaran daripa da
serabut-serabut saraf optik. Letaknya antara badan kaca dan koroid. Letaknya antara
badan kaca dan koroid.1,2Bagian anterior berakhir pada oraserata. Dibagian retina yang
7
letaknya sesuai dengan sumbu penglihatan terdapat makulalutea (bintikkuning) kira-
kira berdiameter 1 - 2 mm yang berperan penting untuk tajam penglihatan. Ditengah
makulaluteater dapat bercak mengkilat yang merupakan reflek fovea. Secara patologik
jika retina terkena trauma akan terjadi edema makula retina, ablasio retina, fotopsia,
lapang pandang terganggu dan penurunan tekanan bola mata.
b. Trauma Tajam
Sklera: pada luka yang agak besar akan terlihat jaringan uvea (iris, badan silier dan
koroid yang berwarna gelap).
Kornea, iris, badan silier, lensa, korpus vitreus: laserasi kornea yang disertai
penetrasi kornea, prolaps jaringan iris, penurunan TIO, adanya luka pada kornea,
edema.
Koroid dan kornea: luka perforasi cukup luas pada sklera, perdarahan korpus
vitreus dan ablasi retina.
c. Trauma Kimia
1. Trauma Asam
2. Trauma Basa/Alkali
- Kebutaan
- Mata menjadi kering karena terjadinya pembentukan jaringan parut pada kelenjar
asesoris air mata
8
- Pergerakan mata menjadi terbatas akibat terjadi simblefaron pada konjungtiva
bulbi yang akan menarik bola mata
Trauma mata bisa disebabkan oleh karena mekanik dan non mekanik, semua ini
menciderai organ-organ mata yang menyebabkan terjadinya trauma mata. Trauma mata yang
di akibatkan oleh cedera mekanik pada jaringan bola mata akan menimbulkan suatu atau
berbagai akibat klasik seperti: rasa sakit akibat trauma, gangguan penglihatan berupa
penglihatan kabur, perabengkalan, perdarahan atau luka terbuka dan bentuk mata berubah.
Trauma oleh bahan kimia basa menyebabkan proses penyabunan membrane sel
disertai dehidrasi sel. Terjaadi kerusakan jaringan yang menembus sampai ke lapisan yang
lebih dalam dengan cepat dan berlangsung terus hingga kerusakan terus terjadi lama setelah
trauma. Terbentuk koagulase yang akan menambah kerusakan kolagen kornea. Bila
menembus bola mata, akan merusak retina dan berakhir dengan kebutaan. Bahan kaustik soda
dapat menebus bilik mata depan dalam waktu 7 detik. (Mansjoer, Arif, 2002).
9
Benturan benda tumpul pada mata
Trauma Tumpul
Benturan benda tumpul pada mata
Rongga Orbita Palpebra Konjungtiva Kornea Iris atau Lensa Korpus Retina Nervus
badan silier vitreus optikus
Frakturor Mengenai Hematom, robekan Edema, Hifema iridodialisis perdarahan Edema Terlepas
bita saraf edema pembuluh keruh, makula atau putus
darah erosi/abrasi, (avulsio)
Perdarahan Kebutaan Ptosis laserasi Subluksasi Ablasio retina,
lensa mata fotopsia
Edemadan (perpindahan Kebutaan
perdarahan Penglihatan tempat).
Lagoftalmos/tidak
Gangguanger subkonjungtiv kabur,
dapat menutup lapang pandang
akan bola a fotofobia
secara sempurna terganggu dan
mata.
tekanan bola mata
menurun
10
Trauma Tajam
Tusukan langsung, pecahan kaca, dan lain-lain
Penetrasi kornea,
Kebutaan
prolaps jaringan iris
Penurunan TIO
G3 rasa nyaman: nyeri Resiko Infeksi Ansietas G3 persepsi sensori: Resiko Cedera
Visual
11
Trauma Kimia
Trauma bahan kimia
Hiperemi Terjadi koagulasi Bila konsentrasi Kerusakan jaringan menembus sampai dalam
protein epitel kornea tinggi
Ansietas
12
2.6 Pemeriksaan Penunjang
b. Slit lamp: untuk melihat kedalaman cedera di segmen anterior bola mata.
c. Tes fluoresin: digunakan untuk mewarnai kornea, sehingga cedera kelihatan jelas.
f. Tes Seidel: untuk mengetahui adanya cairan yang keluar dari mata. Tes ini dilakukan
dengan cara memberi anastesi pada mata yaang akan diperiksa, kemudian diuji pada
strip fluorescein steril. Penguji menggunakan slit lamp dengan filter kobalt biru,
sehingga akan terlihat perubahan warna strip akibat perubahan pH bila ada
pengeluaran cairan mata.
g. Pemeriksaan ct-scan dan USG B-scan: digunakan untuk mengetahui posisi benda
asing.
j. Pengukuran tekanan IOL dengan tonography: mengkaji nilai normal tekanan bola
mata (normal 12-25 mmHg).
m. Kertas Lakmus: pada pemeriksaan ini sangat membantu dalam menegakkan diagnosa
trauma asam atau basa.
2.7 Penatalaksanaan
1. Tirah baring sempurna dalam posisi fowler untuk menimbulkan gravitasi guna
membantu keluarnya hifema dari mata.
13
3. Pemantauan ketajam penglihatan.
11. Laporkan peningkatan nyeri mata secara mendadak, ini mungkin indikasi
perdarahan ulang.
- Tidak boleh dilakukan manipulasi yang berlebihan dan penekanan bola mata.
14
- Pengangkatan benda asing di kornea, konjungtiva atau intraokuler (bila mata
intak).
1. Trauma alkali
- Irigasi secepatnya dengan air keran. Bila tersedia, sebaiknya dengan lrutan
garam fisiologis yang isotonis minimal selama 15 menit. Lebih lama lebih
baik. Irigasi sebersih mungkin termasuk daerah forniks dengan swab kapas.
- EDTA diberikan segera setelah trauma, 1 tetes tiap 5 menit selama 2 jam
selanjutnya beberapa kali ssehari.
- Rawat.
2. Trauma Asam
- Irigasi secepatnya dengan air keran atau larutan garam fisiologis minimal 15
menit. Lebih lama lebih bik. Irigasi sebersih mungkin termasuk daerah forniks
dengan menggunakan swab kapas.
- Sikloplegik (sulfa atropin 1%) bila trjadi ulkus kornea atau kerusakan lebih
dalam.
15
Klasifikasi Huges
Klasifikasi Thoft
Luka bakar alkali derajat 1 dan 2 akan sembuh dengan jaringan arut tanpa terdapatnya
neovaskularisasi kedalam kornea. Luka bakar alkali derajat 3 dan 4 membutuhkan waktu
sembuh berbulan bulan bahkan bertahun-tahun.
16
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Data biografi (meliputi identitas pasien seperti : Nama, Jenis kelamin, pekerjaan,
agama)
2. Riwayat kesehatan
Yang perlu dikaji adalah trauma disebabkan karena truma tumpul,tajam,atau mekanik,
tindakan apa yang sudah dilakukan pada saat trauma terjadi.
5. Riwayat psikososial
Pada umumnya klien mengalami berbagai derajat ansietas, gangguan konsep diri dan
ketakutan akan terjadinya kecacatan mata, gangguan penglihatan yang menetap atau
mungkin kebutaan. Klien juga dapat mengalami gangguan interaksi sosial.
6. Pemeriksaan fisik
- B1(Breath)
Pada sistem ini tidak didapatkan kelainan (tidak ada gangguan pada sistem
pernapasan.
- B2 (Blood)
Tidak ada gangguan perfusi, adanya peningkatan nadi/ tekanan darah dikarenakan
pasien takut dan cemas.
- B3 (Brain)
17
- B4 (Bladder)
- B5 (Bowel)
- B6 (Bone)
- Inspeksi area antara kelopak mata bawah dan atas apakah bebas edema.
- Inspeksi sclera dan konjugtiva: melihat warna, perubahan tekstur dan konjungtiva
bulbi (adanya hiperemi atau adanya nekrosis).
- Iris dan pupil di inspeksi normalnya saat diberikan cahaya iris kontraksi dan
nervus optikus terstimulasi.
8. Tes Diagnostik
Untuk menilai ketajaman serta fungsi penglihatan, pemeriksaan keadaan organ mata,
dan penggolongan keadaan trauma.
3.2 Diagnosa
Trauma Tumpul
18
Trauma Tajam
Trauma Kimia
3.3 Intervensi
a) Gangguan rasa nyaman: nyeri akut behubungan dengan terpajannya reseptor nyeri
sekunder terhadap trauma tumpul
Kriteria hasil:
Intervensi:
3) Pertahankan tirah baring dengan posisi tegak atau posisi kepala 60º
19
4) Berikan tindakan nyaman seperti kompres pada daerah edema atau teknik relaksasi
lainnya
R/ Mengurangi nyeri.
Kriteria hasil:
Intervensi:
2) Bantu pasien untuk beradaptasi menggunakan indera lainnya yang tidak mengalami
trauma
Kriteria hasil:
20
Pasien mendemonstrasikan pemahaman proses penyakit.
Intervensi:
R/ Dukungan dari orang tua dan teman sangatlah penting guna penyembuhan lebih
awal.
6) Tempatkan seluruh barang-barang yang dibutuhkan dalam jarak yang dapat dijangkau
Kriteria hasil:
21
Intervensi:
3.4 Implementasi
3.5 Evaluasi
22
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
4.2 SARAN
23