1.2 Etiologi
Trauma tembus pada mata merupakan salah satu ancaman bagi penglihatan
dan dapat terjadi pada siapa saja dan dimana saja. Hal-hal yang berkaitan
dengan kejadian trauma ini antara lain,
Pekerja industri terbanyak pada industri logam
bencana perang
Pada suatu penelitian yang dilakukan oleh Boo Sup Oum, dkk di Korea
trauma tembus menjadi penyebab teratas terhadap terjadinya penurunan
akuisi visual dilanjutkan berturut-turut dengan IOF, retinal detachment,
corneal ulcer, chemical burn, dan penyebab lainnya
- Defek kehitaman (prolapsus koroid) atau prolapsus vitreous
- Hyphaema
- Prolapsus iris
- Pupil yang tidak sama; berdilatasi dan nonreaktif pada sisi yang terkena
Gejala yang muncul dari trauma tembus mata dapat diuraikan sebagai
berikut:
a. Efek mekanik langsung
Efek yang segera muncul setelah terjadinya trauma okular yang terlihat
bergantung bagaimana efek mekanik pada struktur yang terlibat.Yang
paling umum ditemukan adalah laserasi di kornea maupun sklera dengan
atau tanpa keterlibatan struktur mata lainnya. Dapat muncul dalam
beberapa variasi seperti:
- Simple corneal laceration, melibatkan kornea dan tertahan sampai di
limbus, tidak ada keterlibatan iris, lensa maupun vitreous
b. Efek kontusio
Kebanyakan kasus trauma tembus pada mata berhubungan dengan efek
kontusio, bervariasi mulai dari abrasi kornea yang sederhana sampai
rupturnya bola mata.Pada beberapa kasus, perubahan bisa saja lamban
atau malah progresif. Untuk itu pasien harus tetap dalam pengawasan
untuk beberapa bulan.9
c. Infeksi
Ada tiga mekanisme terjadinya infeksi:
- Infeksi primer; terjadi bersamaan dengan trauma
1.4 Patofisiologi
Keutuhan struktur anatomi mata dapat terganggu karena adanya paparan
benda seperti jarum, stik, pensil, pisau, mata panah, pulpen, kaca maupun
benda tajam lainnya yang menyebabkan perlukaan pada mata atau bisa juga
karena peluru berkecepatan tinggi atau potongan logam.Beratnya trauma
bergantung pada ukuran objek, kecepatan menembus dan kandungan yang
terdapat didalamnya. Benda yang tajam seperti pisau akan mengakibatkan
laserasi sempurna pada mata. Sementara benda yang melayang ditentukan
oleh energi kinetik dalam hal menyebabkan berat ringannya trauma yang
dialami penderita.
Luka bisa saja hanya terkena pada kornea dan tidak sampai menembus
segmen anterior yang mungkin kecil kemungkinan hilang penglihatan namun
dalam proses penyembuhannya akan meninggalkan bekas (skar). Lentikular
difus atau lokalisata terjadi akibat trauma di segmen anterior yang melibatkan
kapsul anterior dari lensa.Terbentuknya traksi pada vitreo-retina dan skar
beberapa saat setelah terjadinya luka di bagian posterior berperan penting
terhadap kejadian lepasnya retina (retinal detachment.
Enukleasi pada mata bisa diakibatkan oleh infeksi, abses vitreous, sinekia
anterior, katarak dan fractional retinal detachment.Trauma tembus pada salah
satu mata (unilateral) dapat menyebabkan reaksi inflamasi simpatis pada
mata yang tidak terkena trauma kapanpun mulai 2 minggu sampai hitungan
tahun dimana terjadi penyakit autoimun saat pigmen uveal dikeluarkan dan
masuk aliran darah menyebabkan produksi antibodi dan akibatnya terjadi
uveitis di kedua mata baik yang terpapar trauma maupun yang tidak. Faktor
resiko akan terminimalisasi apabila jaringan mata yang terpapar trauma ini
dibuang dalam waktu 2 minggu jika tidak ada lagi bukti untuk
menyelamatkan fiingsi penglihatannya dan jika pada mata yang terpapar
trauma ini tetap berlangsung proses inflamasi.
1.6 Komplikasi
- Nyeri
- Prolapsus struktur intraokular
- Perdarahan suprakoroidal
- Kontaminasi mikroba pada jaringan
- Proliferasi mikroba ke dalam mata
- Migrasi epitel ke dalam jaringan
- Inflamasi intraokular
- Ketidakmampuan lensa ditembus cahaya
- Hilangnya penglihatan yang ireversibel
- Endophtalmitis
- Oftahnia simpatik
- Ablasio retina
- Katarak
- Perdarahan di vitreous
- Retinal detachment
Suatu penelitian yang dilakukan Rao Laavanya, dkk dari 166 pasien sejumlah
komplikasi yang dijumpai adalah sebagai berikut:
- 56.7% pasien dengan prolapsus iris
Studi lainnya yang dilakukan oleh Christopher A. Girkin, dkk yaitu suatu
studi kohort dari 3.627 pasien yang mengalami trauma tembus mata selama
periode tahun 1988 sampai Januari 2003 di Amerika Serikat, didapatkan 97
orang mengalami glaukoma sekunder post-traumatik, secara akumulasi angka
kejadiannya 2.67% selama follow-up 6 bulan pada masing-masing subjek.
Peningkatan usia berhubungan dengan perkembangan glaukoma pada pasien
post trauma tembus ini. Selain itu akuisi visual awal yang krang dari 20/200
secara signifikan berhubungan dengan terjadinya glaukoma paska trauma ini,
demikian juga pada pasien yang mempunyai kelainan pada matanya sebelum
terpajan trauma. Kerusakan iris atau lensa, perdarahan vitreous dan inflamasi,
merupakan faktor resiko terbesar untuk berkembangnya glaukoma paska
trauma ini
1.7 Penatalaksanaan
Jika penanganan dengan teknik pembedahan diperlukan, maka waktu untuk
melakukannya sangat penting. Meskipun beberapa studi belum bisa mencatat
beberapa kerugian apabila dilakukan penundaan untuk perbaikan pada trauma
terbuka sampai 36 jam setelah kejadian, intervensi yang ideal sesegera
mungkin dilakukan pada pasien. Perbaikan segera dapat menolong untuk
meminimalisir sejumlah komplikasi termasuk
- Nyeri
- Perdarahan suprakoroidal
- Kontaminasimikrobapadajaringan
- Inflamasi intraokular
- Profilaksis tetanus
Trauma berhubungan dengan kontaminasi hal-hal yang kotor dan atau benda
asing intraokular yang tertahan membutuhkan perhatian khusus akan resiko
Bacillus endophtalmitis. Karena organisme ini dapat menghancurkan jaringan
mata dalam 24 jam, terapi antibiotik yang efektif terhadap Bacillus diberikan
intravena maupun intravitreal, biasanya golongan fluoroquinolone (seperti
levofloxacin, moxifloxacin), clindamycin atau vancomycin dapat
dipertimbangkan. Pembedahan untuk perbaikan harus dilakukan sesegera
mungkin pada kasus beresiko terinfeksi organisme ini
II. Rencana Asuahan Klien dengan Gangguan Trauma Tajam Mata
2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat keperawatan
2.1.1.1 Keluhan utama
Nyeri akibat dari terkena benda tajam ataupun terkena
benturan yang mengakibatkan mata mengalami luka.
2.1.1.2 Riwayat penyakit sekarang
Biasanya klien datang dengan keluhan terkena benda-benda
tajam atau trauma lain
2.1.1.3 Riwayat penyakit dahulu
Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang dan
penyakit Paget menyebabkan fraktur patologis sehingga
tulang sulit menyambung. Selain itu, klien diabetes dengan
luka dikaki sangat beresiko mengalami osteomilitis akut
dan kronis dan penyakit diabetes menghambat proses
penyembuhan tulang.
2.1.1.4 Riwayat penyakit keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan patah tulang
adalah faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti
osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan
dan kanker tulang yang diturunkan secara genetik.
2.1.1.5 Riwayat psikososial spiritual
Takut, cemas, terbatasnya aktivitas.
2.3 Perencanaan
Diagnosa 1 : Nyeri akut
2.3.1 Tujuan dan Kriteria hasil
a. Nyeri terkontrol
b. Klien melaporkan nyeri berkurang
2.3.2 Intervensi dan Rasional
1. Beri penjelasan tentang penyebab nyeri
R/ Akibat pembedahan terjadi trauma jaringan sehingga terjadi
pelepasan mediator kimia yaitu prostaglandin, bradikinin dan
histamin yang kemudian berikatan dengan nosiceptor sehingga
menimbulkan sensasi nyeri.
2. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi
R/ Relaksasi: meningkatkan sekresi endorphin dan enkafelin pada
sel inhibitor kornu dorsalis medulla spinalis yang dapat menghambat
transmisi nyeri. Distraksi: meningkatkan aktifitas dalam sistem
kontrol pada tulang untuk mencegah transmisi terus menerus
stimulus nyeri ke otak.
3. Berikan posisi yang nyaman
R/Merelaksasikan semua jaringan sehingga mengurangi nyeri
4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik
R/ Analgesik menekan sistem syaraf pusat pada talamus dan korteks
cerebri.
5. Observasi keluhan nyeri, tensi, nadi, respirasi, skala nyeri
R/Nyeri merupakan respon subyektif yang dapat dikaji dengan
menggunakan skala nyeri, tanda, tanda vital dapat meningkat dengan
adanya nyeri.
( ) ( )