PENDAHULUAN
Mata merupakan salah satu indra dari pancaindra yang sangat penting untuk
kehidupan manusia. Terlebih – lebih dengan majunya teknologi, indra penglihatan yang
baik merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Mata merupakan bagian yang
sangat peka. Walaupun mata mempunyai system pelindung yang cukup baik seperti
rongga orbita, kelopak, dan jaringan lemak retrobulbar selain terdapatnya reflex
memejam atau mengedip, mata masih sering mendapatkan trauma dari dunia luar.
Trauma dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata dan kelopak, saraf mata dan
rongga orbita. Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan atau memberikan penyulit
sehingga menganggu fungsi penglihatan. Trauma pada mata memerlukan perawatan
yang tepat untuk mencegah terjadinya penyulit yang lebih berat yang akan
mengakibatkan kebutaan.
1
1.2. RUMUSAN MASALAH
1.3. TUJUAN
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
Trauma mata adalah kondisi mata yang mengalami trauma (rudapaksa) baik
oleh zat kimia ataupun oleh benda tumpul, benda keras, dan tajam.
Trauma mata dibagi menjadi beberapa macam yaitu
A. Fisik atau Mekanik
a) Trauma Tumpul, misalnya terpukul, terkena bola tenis, ketapel.
b) Trauma Tajam, misalnya terkena pisau dapur, gunting, garpu.
c) Trauma Peluru, merupakan kombinasi antara trauma tumpul dan dan
trauma tajam, terkadang peluru masih tertinggal di dalam bola mata.
Misalnya peluru senapan angin, dan peluru karet.
B. Khemis
a) Trauma Khemis Basa, misalnya sabun cuci, shampo, bahan
pembersih lantai, kapur, lem (perekat).
b) Cuka, bahan asam-asam di laboratorium, gas air mata.
C. Fisis
a) Trauma Termal, misalnya panas api, listrik, sinar las, sinar matahari.
b) Trauma Bahan Radioaktif, misalnya sinar radiasi bagi pekerja
radiologi.
2.2. Etiologi
Gejala yang ditimbulkan tergantung jenis trauma serta berat dan ringannya trauma:
1) Trauma tajam (perforasi trauma)
Diakibatkan oleh benda tajam atau benda asing lainnya yang mengakibatkan
perlukaan dapat juga disertai tertinggalnya benda asing didalam mata. Benda
asing yang tertinggal dapat bersifat tidak beracun dan beracn. Benda beracun
contohnya logam besi, tembaga serta bahan dari tumbuhan misalnya kayu.
Bahan tidak beracun seperti pasir, kaca. Bahan tidak beracun dapat pula
menimbulkan infeksi jika tercemar oleh kuman.
3
2) Trauma tumpul (contusion oculi)
Trauma pada mata yang diakibatkan benda yang keras atau benda tidak keras
dengan ujung tumpul, dimana benda tersebut dapat mengenai mata dengan
kencang atau lambat sehingga terjadi kerusakan pada jaringan bola mata atau
daerah sekitarnya. Sehingga dapat menimbulkan perlukaan ringan sampai berat,
yaitu perdarahan pada bola mata, terlepasnya selaput retina, atau sampai
gerputusnya saraf penglihatan sehingga menimbulkan kenutaan menetap.
3) Trauma Khemis/Kimia (trauma asam dan trauma basa)
Trauma kimia dapat terjadi pada kecelakaan yang terjadi di laboratorium,
industry, pekerjaan yang memakai bahan kimia. Trauma kimia pada mata
memerlukan tindakan yang segera, irigasi pada daerah mata yang terkena bahan
kimia harus segera dilakukan untuk mencegah terjadinya penyulit yang berat.
Pembilasan dapat dilakukan dengan memakai garam fisiologik atau air bersih
lainnya selama 15-30 menit. Pada trauma khemis mata nampak merah, bengkak,
keluar air mata berlebihan dan penderita nampak sangat kesakitan. Tetapi trauma
basa akan berakibat fatal karena dapat menghancurkan jaringan mata/kornea
secara perlahan.
4) Trauma Fisika
- Trauma radiasi sinar inframerah
- Trauma radiasi sinar ultraviolet
- Trauma radiasi sianr X dan sinar terionisasi
Trauma pada mata dapat mengenai jaringan seperti kelopak mata,
konjungtivitis, kornea, uvea, lensa, retina, pupil saraf optic dan orbita secara
terpisah atau menjadi gabungan trauma jaringan mata
4
- Palpebra: kelopak atau palpebral mempunyai fungsi melindungi bola mata,
serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di
depan kornea. Palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna untuk
melindungi mata terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan bola mata.
Kelopak mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedang di
bagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva
tarsal. Gangguan penutupan kelopak (lagoftalmos) akan mengakibatkan
keringnya permukaan mata sehingga terjadi keratitits. Jika pada palpebral
terjadi trauma tumpul maka akan terjadi hematom, edema palpebral yang
dapat menyebabkan kelopak mata tidak dapat membuka dengan sempurna
(ptosis), kelumpuhan kelopak mata (lagoftalmos/tidak dapat menutup secara
sempurna).
- Konjungtiva: konjungtiva merupakan membran yang menutupi sclera dan
kelopak bagian belakang. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang
dihasilkan oleh sel Goblet. Musin bersifat membasahi bola mata terutama
kornea. Edema, robekan pembuluh darah konjungtiva (perdarahan
subkonjungtiva) adalah tanda dan gejala yang dapat terjadi jika konjungtiva
terkena trauma.
- Kornea: kornea (latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata,
bagian selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang
menutup bola mata sebelah depan dan terdiri dari beberapa lapisan.
Dipersarafi oleh banyak saraf. Edema kornea, penglihatan kabur, kornea
keruh, erosi/abrasi, laserasi kornea tanpa disertai tembusnya kornea dengan
keluhan nyeri yang sangat, mata berair, fotofobi adalah tanda dan gejala yang
dapat muncul akibat trauma pada kornea.
- Iris atau badan silier: merupakan bagian dari uvea. Perdarahan uvea
dibedakan antara bagian anterior yang diperdarahi oleh 2 buah arteri siliar
posterior longus yang masuk menembus sclera di temporal dan ansal dekat
tempat masuk saraf optic dan 7 buah arteri siliar anterior, yang terdapat 2
pada setiap otot superior,medial inferior, satu pada rektus lateral. Arteri siliar
anterior dan posterior ini bergabung menjadi satu membentuk arteri sirkularis
mayor pada badan siliar. Uvea posterior mendapat perdarahan dari 15-20
buah arteri siliar posterior brevis yang menembus sclera di sekitar tempat
5
masuk saraf optic. Hifema (perdarahan bilik mata depan), iridodialis (irir
terlepas dari insersinya) merupakan tanda patologik jika trauma mengenai
irirs.
- Lensa: lensa merupakan badan yang bening. Secara fisiologik lensa
mempunyai sifat tertentu, yaitu: kenyal atau lentur karena memegang
peranan terpenting dalam akomodasi untuk menjadi cembung, jernih atau
transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan, terletak di
tempatnya. Secara patologik jika lensa terkena trauma akan terjadi subluksasi
lensa mata (perpindahan tempat).
- Korpus vitreus: perdarahan korpus vitreus.
- Retina: retina adalah suatu membrane yang tipis dan bening, terdiri atas
penyebaran daripada serabut – serabut saraf optic. Letaknya antara badan
kaca dan koroid. Bagian anterior berakhir pada ora serata. Dibagian retina
yang letaknya sesuai dengan sumbu penglihatan macula lutea (bintik kuning)
kira – kira berdiameter 1-2 mm yang berperna penting untuk tajam
penglihatan, ditengah macula lutea terdapat bercak mengkilat yang
merupakan reflek fovea. Secara patologik jika retina terkena trauma akan
terjadi edema macula retina, ablasio retina, fotopsia, lapang pandang
terganggu dan penurunan tekanan bola mata.
- Nervus optikus: N. II terlepas atau putus (avulsion) sehingga menimbulkan
kebutaan.
b. Trauma tajam
- Orbita: kebutaan, proptosis (akibat perdarahan intraorbita), perubahan posisi
bola mata
- Palpebra: ptosis yang permanen (jika mengenai levator apoeurosis)
- Saluran lakrimal: gangguan sistem ekresi air mata
- Konjungtiva: robekan konjungtiva, perdarahan subkonjungtiva
- Sklera: pada luka yang agak besar akan terlihat jaringan uvea )(iris, badan
silia dan koroid yang berwarna gelap)
- Korena, irirs, badan silia, lensa, korpus vitreus: laserasi kornea yang disertai
penetrasi kornea, prolapse jaringan iris, penurunan TIO, adanya luka pada
kornea, edema.
6
- Koroid dan kornea: luka perforasi cukup luas pada sclera, perdarahan korpus
vitreus dan ablasi retina
c. Trauma kimia
- Asam (kekeruhan pada kornea akibat terjadi koagulasi protein epitel kornea)
- Basa/Alkali (kebutaan, penggumpalan sel kornea atau keratosis, edema
kornea, ulkus kornea, tekanan intra okuler akan meninggi, hipotoni akan
terjadi bila terjadi kerusakan pada badan silia, membentuk jaringan parut
pada kelopak, mata menjadi kering karena terjadinya pembentuka jaringan
parut pada kelenjar asesoris air mata, pergerakan mata menjadi terbatas
akibta terjadi simblefaron pada konjungtiva bulbi yang akan menarik bola
mata, lensa keruh diakibatkan kerusakan kapsul lensa).
Makan dikatakan Trauma Mata jika ada Tanda dan Gejala:
a. Tajam penglihatan yang menurun
b. Tekanan bola mata rendah
c. Bilik mata dangkal
d. Bentuk dan letak pupil berubah
e. Terlihat adanya ruptur pada kornea atau sklera
f. Terdapat jaringan yang prolas seperti cairan mata iris, lensa, badan kaca atau retina
g. Konjungtiva kemotis
7
2.4. Pathway
Mekanik
Trauma Tumpul Non Mekanik
Trauma Tajam Trauma Kimia
Trauma Benda Trauma Termik
Asing Trauma Radiasi
Pengeluan
Trauma Organ Mata Inflamasi
Media Kimia
Kerusakan jaringan
Hematoma kelopak Kelumpuhan Nervus
mata VII Speiral Cora
Erosi Kornea
Glaucoma Traumatik
Mual muntah
Resiko Ketidakseimbangan
Nutrisi Kurang dari
Kebutuhan
8
2.5. Pemeriksaan Penunjang
2. Slit lamp : untuk melihat kedalaman cedera di segmen anterior bola mata
3. Tes fluoresin : digunakan untuk mewarnai kornea, sehingga cedera kelihatan jelas.
7. Pemeriksaaan ctscan dan usg b scan : digunakan untuk mengetahui benda asing.
10. Pengukuran tekanan IOL dengan tonogrpahy : mengkaji nilai tekanan bola
mata(normal12-25mmHg)
12. Pemeriksaan radiologi ; pemeriksaan radiologi pada trauma mata sangat membantu
dalam menegakkan diagnosa, terutama bila ada benda asing.
13. Kertas lakmus : pada pemeriksaan ini sangat dalam menegakkan diagnose trauma
asam atau basah
2.6. Penatalaksanaan
1. Trauma tumpul
9
- Berikan kompres es
Indikasi parasintesis:
10
- Pemberian obat sedasi, antimimetik, dan analgetik sesuai indikasi.
- Pemberian toksoid tetanus sesuai indikasi.
- Pengangkatan benda asing di kornea, konjungtiva atau intraokuler (bila mata intak).
- Tindakan pembedahan/penjahitan sesuai dengan kausa dan jenis cidera.
3. Trauma kimia
Catatan:
- Irigasi
- Repitalisasi kornea
- Mengendalikan proses peradangan
- Mencegah terjadinya infeksi
- Mengendalikan TIO
- Menurunkan nyeri: saklopegik
2.7. Komplikasi
11
2.8. Diacharge planning
12
BAB III
3.1 Pengkajian
1. Identitas klien: nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, pendidikan
terakhir, pekerjaan, diagnosa medis, dll.
2. Riwayat Keperawatan
- Keluhan utama: Klien dapat mengeluh adanya penurunan penglihatan,
nyeri pada mata, keterbatasan gerak mata.
- Riwayat penyakit dahulu: riwayat penyakit yang mungkin diderita
klien seperti DM dapat menyebabkan infeksi yang terjadi pada mata
sulit sembuh, hipertensi.
- Riwayat penyakit sekarang: yang perlu dikaji adalah trauma
disebabkan karena trauma tumpul, tajam, atau mekanik, tindakan apa
yang sudah dilakukan saat trauma terjadi.
- Riwayat psikososial: pada umumnya klien mengalami berbagai derajat
ansietas, gangguan konsep diri dan ketakutan akan terjadinya
kecacatan mata, gangguan penglihatan yang menetap atau mungkin
kebutaan. Klien juga dapat mengalami gangguan interaksi sosial.
13
a) Visus (menurun atau tidak)
b) Gerakan bola mata (terjadi pembatasan atau hilangnya sebagian
pergerakan bola mata), konjungtiva bulbi (adanya hiperemi atau
adanya nekrosis)
c) Kornea (adanya erosi, keratitis sampai dengan nekrosis pada kornea)
3.3 Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada kornea atau peningkatan TIO
b) Resiko tingggi infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan sekunder
terhadap interupsi permukaan tubuh atau proses pembedahan
c) Resiko cidera berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/status organ
indera
d) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi
e) Ansietas berhubungan dengan tindakan yang dilakukan/kejadian yang dialami
f) Gangguan Sensori Perseptual: Penglihatan berhubungan dengan gangguan
status organ indera
3.4 Intervensi keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada kornea atau peningkatan TIO
Intervensi:
14
R/ Tindakan penghilangan nyeri yang non infvasif dan non
farmakologi memungkinkan klien untuk memperoleh rasa kontrol
terhadap nyeri
4. Beritahu dokter jika nyeri tidak hilang setelah 1/2 jam pemberian obat,
jika nyeri bertamah
Intervensi:
15
R/ Nutrisi dan hidrasi yang optimal meningkatkan kesehatan secara
keseluruhan, yang meningkatkan penyembuhan luka pembedahan.
Memakai pelindung mata meningkatkan penyembuhan dengan
menurunkan kekuatan iritas
16
Tujuan: ansietas dapat teratasi
Kriteria Hasil:
Intervensi:
17
R/ Memberikan penjelasan tentang prosedur fungsi perawat dalam
therapy penyembuhan sehingga tidak menimbulkan ansietas berlebih
terhadap klien
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
18
B. SARAN
Saran yang dapat diberikan kepada pembaca khususnya penderita trauma mata
adalah dengan mengurangi aktivitas yang terlalu berat membahayakan untuk
mengurangi resiko terjadinya trauma mata ataupun komplikasi lainnya dan untuk
pekerja yang berbahaya sebaiknya memakai alat pelindung diri saat bekerja.
DAFTAR PUSTAKA
Aries Mansjoer dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Aesculapius fakultas
kedokteran universitas Indonesia.
Evelyn. 2013. Anatomi dan fisiologi untuk para medis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Kusuma, hardi & Nuratif, amin Huda, 2015. Aplikasi NANDA NIC-NOC. Yogyakarta:
MediAction.
Sylvia Anderson Price, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Prose Penyakit. Alih Bahasa Adji
Dharma, Edisi ii.
19