Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan cedera pada mata. Trauma
mata adalah penyebab umum kebutaan unilateral pada anak dan dewasa. (Augsburger & Asbury,
2014).
Klasifikasi
Berdasarkan diagram yang dikategorikan oleh Birmingham Eye Trauma Terminology (BETT), berikut
adalah penjelasannya yaitu :
1. Trauma tertutup adalah luka pada dinding bola mata (sklera atau kornea) dan luka ini tidak
merusak bagian dari intraokuler.
a. Kontusio adalah tidak ada luka (no full-thickness). Trauma disebabkan oleh energi
langsung dari objek (mis., pecahnya koroid) atau perubahan bentuk bola dunia
(misalnya, resesi sudut)
b. Laserasi lamellar adalah trauma tertutup pada bola mata yang ditandai oleh luka yang
mengenai sebagian ketebalan dinding bola mata. Trauma ini biasa disebabkan oleh
benda tajam ataupun benda tumpul.
2. Trauma terbuka pada bola mata adalah trauma yang menyebabkan luka dan mengenai
keseluruhan dinding dari bola mata (sklera dan kornea).
a. Ruptur adalah adanya luka yang mengenai dari seluruh ketebalan dinding bola mata,
yang disebabkan oleh trauma tumpul dan mekanisme ini dapat mempengaruhi
terjadinya peningkatan tekanan intraokuli. Luka terjadi akbat mekanisme dari dalam ke
luar mata.
b. Laserasi adalah luka yang mengenai seluruh ketebalan dinding bola mata yang
disebabkan oleh benda tajam. Keadaan ini akan menimbulkan adanya trauma penetrasi
ataupun trauma perforasi. Luka terjadi akbat mekanisme dari luar ke dalam mata.
c. Trauma penetrasi adalah luka yang masuk (entrance wound). Jika terdapat lebih dari
satu luka, setiap luka memiliki penyebab yang berbeda.
d. Trauma perforasi adalah luka yang masuk dan keluar (entrance and exit wound). Kedua
luka memiliki penyebab yang sama.
e. Intraocular foreign body (IOFB) adalah adanya benda asing pada intraokular yang
keadaan ini sangat berhubungan dengan adanya trauma penetrasi
Etiologi
a. Mekanik, meliputi:
1. Trauma oleh benda tumpul, misalnya:
Terkena tonjokan tangan, terkena lemparan batu, terkena lemparan bola, terkena
jepretan ketapel, dan lain-lain.
1. Trauma Mekanik Trauma mekanik dapat dibagi menjadi trauma tumpul dan trauma tajam.
Trauma tumpul merupakan trauma pada mata yang diakibatkan benda yang keras atau
bendatidak keras dengan ujung tumpul, dimana benda tersebut dapat mengenai mata dengan
kencang atau lambat sehingga terjadi kerusakan pada jaringan bola mata atau daerah
sekitarnya (Augsburger & Asbury, 2014). Trauma tumpul pada mata lebih sering disebabkan
oleh trauma yang berasal dari benda tumpul seperti pukulan, terbentur bola. Trauma tumpul
dengan kekuatan yang besar akan menghasilkan tekanan anteroposterior, sehingga keadaan
ini dapat juga menyebabkan peningkatan tekanan intraokuli, ruptur, dan robekan pada
struktur intamata lainnya. Keadaan ini juga dapat meluas sehingga dapat menyebabkan
kerusakan segmen posterior.
a. Trauma tumpul pada bola mata dapat menyebabkan kerusakan dengan nilai yang
maksimum karena gelombang tekanan yang menyusuri cairan mata akan mencapai
kamera mata anterior sehingga cairan mata ini akan terdorong ke dapan bersama
lensa, iris, dan kopus vitreus ke polus posterior. Gelombang tekanan ini juga dapat
mencapai retina dan koroid sehingga dapat menimbulkan kerusakan. Setelah
gelombang tekanan bagian luar tertutupi, maka gelombang ini akan di pantulkan ke
arah posterior sehingga dapat merusak foveal. Setelah gelombang tekanan mencapai
dinding posterior pada bola mata, gelombang tekanan ini dipantulkan kearah
belakang secara anterior. Pada keadaan ini dapat merusak retina juga koroid.
Kelainan-kelainan yang dapat ditimbulkan oleh trauma tumpul dapat berupa hipema,
sbuluksasio lentis, luksasio lentis, katarak traumatika, pendarahan pada korpus
vitreus, ruptur kornea, ruptur koroid dan lain sebagainya.
b. Trauma tajam adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan perlukaan
mata, dimana mata ditembus oleh benda tajam atau benda berukuran kecil dengan
kecepatan tinggi yang menembus kornea atau sklera, trauma tajam mata dapat
diklasifikasikan atas luka tajam tanpa preforasi dan luka tajam dengan perforasi yang
meliputi perforasi tanpa benda asing inta okuler dan perforasi benda asing intra
okuler.
2. Trauma non mekanik
a. Trauma Kimia Trauma kimia pada mata merupakan trauma yang mengenai bola mata
akibat terpapar bahan kimia baik yang bersifat asam atau basa yang dapat merusak
struktur bola mata tersebut. Kerusakan yang terjadi tergantung pada beberapa faktor
yaitu: kekuatan agen kimiawi, konsentrasi, volume larutan dan lamanya paparan.
Kebanyakan trauma terjadi secara tidak disengaja pada tempat kerja terutama di area
industri.
b. Trauma bakar termal Trauma bakar termal dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu:
flame dan contact burns. Pada flame terjadi paparan secara sekunder antara mata
dengan api, dan pada contact burn terjadi paparan secara langsung misalnya dengan
air panas, atau benda-benda panas.
c. Trauma Radiasi Trauma radiasi yang sering terjadi akibat paparan sinar UV sehingga
menyebabkan keratitis pada permukaan kornea, yang akan tampak dengan
pewarnaan fluorescein. Rasa sakit yang sangat parah, fotofobia, dan berntuk kornea
yang tidak teratur akan timbul 6-10 jam setelah paparan diikuti dengan penurunan
ketajaman penglihatan. Nyeri dapat dihilangkan dengan pemberian obat anastesi
topikal untuk jangka pendek. Selain itu juga diberikan obat antibiotik secara topikal
dan pengukuran tekanan mata tempel selama 24 jam. Pada umumnya, prognosis baik
dan kornea akan kembali normal dalam waktu 24 jam. Namun, sisi mata yang terkena
paparan sebelumnya akan lebih sensitif terhadap cahaya untuk beberapa bulan
(Augsburger & Asbury, 2014).
Ausburger J, A. T. (2014). Trauma mata dan orbita dalam buku Oftalmologi Umum. Jakarta: EGC.
Ilyas S, S. R. (2014). Ilmu Penyakit Mata Edisi Kelima. Jakarta: Badan Penerbit FKUI
Manifestasi klinis
Gejala klinis yang dapat terjadi pada trauma mata antara lain :
1. Perdarahan atau keluar cairan dari mata atau sekitarnya Pada trauma mata perdarahan dapat
terjadi akibat luka atau robeknya kelopak mata atau perdarahan yang berasal dari bola mata. Pada
trauma tembus caian humor akueus dapat keluar dari mata.
2. Memar pada sekitar mata Memar pada sekitar mata dapat terjadi akibat hematoma pada palpebra.
Hematoma pada palpebra juga dapat terjadi pada pasien yang mengalami fraktur basis kranii.
3. Penurunan visus dalam waktu yang mendadak Penurunan visus pada trauma mata dapat
disebabkan oleh dua hal, yang pertama terhalangnya jalur refraksi akibat komplikasi trauma baik di
segmen anterior maupun segmen posterior bola mata, yang kedua akibat terlepasnya lensa atau
retina dan avulsi nervus optikus.
4. Penglihatan ganda Penglihatan ganda atau diplopia pada trauma mata dapat terjadi karena
robeknya pangkal iris. Karena iris robek maka bentuk pupil menjadi tidak bulat. Hal ini dapat
menyebabkan penglihatan ganda pada pasien.
5. Mata bewarna merah Pada trauma mata yang disertai dengan erosi kornea dapat ditemukan
pericorneal injection (PCI) sehingga mata terlihat merah pada daerah sentral. Hal ini dapat pula
ditemui pada trauma mata dengan perdarahan subkonjungtiva.
6. Nyeri dan rasa menyengat pada mata Pada trauma mata dapat terjadi nyeri yang disebabkan edema
pada palpebra. Peningkatan tekanan bola mata juga dapat menyebabkan nyeri pada mata.
7. Sakit kepala Pada trauma mata sering disertai dengan trauma kepala. Sehingga menimbulkan nyeri
kepala. Pandangan yang kabur dan ganda pun dapat menyebabkan sakit kepala.
8. Mata terasa Gatal, terasa ada yang mengganjal pada mata Pada trauma mata dengan benda asing
baik pada konjungtiva ataupun segmen anterior mata dapat menyebabkan mata terasa gatal dan
mengganjal. Jika terdapat benda asing hal ini dapat menyebabkan peningkatan produksi air mata
sebagai salah satu mekanisme perlindungan pada mata.
9. Fotofobia. Fotofobia pada trauma mata dapat terjadi karena dua penyebab. Pertama adanya benda
asing pada. jalur refraksi, contohnya hifema, erosi kornea, benda asing pada segmen anterior bola
mata menyebabkan jalur sinar yang masuk ke dalam mata menjadi tidak teratur, hal ini menimbulkan
silau pada pasien. Penyebab lain fotofobia pada pasien trauma mata adalah lumpuhnya iris.
Lumpuhnya iris menyebabkan pupil tidak dapat mengecil dan cenderung melebar sehingga banyak
sinar yang masuk ke dalam mata
2. Edema konjungtiva Jaringan konjungtiva yang bersifat selaput lendir dapat menjadi kemotik pada
setiap kelainan termasuk akibat trauma tumpul. Bila kelopak terpajan ke dunia luar dan konjungtiva
secara langsung kena angin tanpa dapat mengedip maka keadaan ini telah dapat mengakibatkan
edema pada konjungtiva. Edema konjungtiva yang berat dapat mengakibatkan palpebra tidak
menutup sehingga bertambah rangsangan terhadap konjungtiva. Pada edema konjungtiva dapat
diberikan dekongestan untuk mencegah pembendungan cairan di dalam selaput lendir konjungtiva.
Pada kemotik konjungtiva berat dapat dilakukan disisi sehingga cairan konjungtiva kemotik keluar
melalui insisi tersebut4,6 .
5. Erosi kornea Erosi kornea merupakan keadaan terkelupasnya epitel kornea yang dapat diakibatkan
oleh gesekan keras pada epitel kornea. Erosi dapat terjadi tanpa cedera pada membran basal. Dalam
waktu singkat epitel sekitar dapat bermigrasi dengan cepat dan menutupi defek epitel tersebut. Erosi
di kornea menyebabkan nyeri dan iritasi yang dapat dirasakan sewatu mata dan kelopak mata
digerakkan. Pola tanda goresan vertikal di kornea mengisyaratkan adanya benda asing tertanam di
permukaan konjungtiva tarsalis di kelopak mata atas. Pemakaian berlebihan lensa kontak
menimbulkan edema kornea.Pada erosi pasien akan merasa sakit sekali akibat erosi merusak kornea
yang mempunyai serat sensibel yang banyak, mata berair, fotofobia dan penglihatan akan terganggu
oleh media yang keruh. Pada kornea akan terlihat adanya defek epitel kornea yang bila diberi
fuorosein akan berwarna hijau4,6 . Gambar 4. Erosi Kornea Anestesi topikal dapat diberikan untuk
memeriksa tajam penglihatan dan menghilangkan rasa sakit yang sangat. Anestesi topikal diberikan
dengan hati-hati karena dapat menambah kerusakan epitel, yang lebih tepatnya jangan pernah
memberi larutan anestetik topikal kepada pasien untuk dipakai berulang setelah cedera kornea,
karena hal ini dapat memperlambat penyembuhan, menutupi kerusakan lebih lanjut, dan dapat
menyebabkan pembentukan jaringan parut kornea permanen. Erosi yang kecil biasanya akan tertutup
kembali setelah 48 jam1,3,8 . Erosi rekuren biasanya terjadi akibat cedera yang merusak membran
basal. Epitel akan sukar menutup dikarenakan terjadinya pelepasan membran basal epitel kornea
sebagai sebagai tempat duduknya sel basal epitel kornea. Umumnya membrane basal yang rusak akan
kembali normal setelah 6 minggu. Permukaan kornea perlu diberi pelumas untuk membentuk
membran basal kornea. Pemberian siklopegik bertujuan untuk mengurangi rasa sakit ataupun untuk
mengurangi gejala radang uvea yang 9 mungkn timbul. Antibiotik dapat diberikan dalam bentuk tetes
dan mata ditutup untuk mempercepat pertumbuhan epitel baru dan mencegah infeksi skunder. Dapat
digunakan lensa kontak lembek pada pasien dengan erosi rekuren pada kornea dengan maksud untuk
mempertahankan epitel berada ditempatnya1,4,6.
6. Iridoplegia Kelumpuhan otot sfingter pupil yang bisa diakibatkan karena trauma tumpul pada uvea
sehingga menyebabkan pupil menjadi lebar atau midriasis. Pasien akan sukar melihat dekat karena
gangguan akomodasi dan merasakan silau karena gangguan pengaturan masuknya cahaya ke pupil.
Pupil terlihat tidak sama besar atau anisokoria dan bentuk pupil dapat menjadi ireguler. Pupil biasanya
tidak bereaksi terhadap sinar. Penanganan pada pasien dengan iridoplegia post trauma sebaiknya
diberikan istirahat untuk mencegah terjadinnya kelelahan sfingter dan pemberian roboransia3,4,6 .
7. Iridodialisa Iridodialisis adalah keadaan dimana iris terlepas dari pangkalnya sehingga bentuk pupil
tidak bulat dan pada pangkal iris terdapat lubang. Saat mata kita berkontak dengan benda asing, maka
mata akan bereaksi dengan menutup kelopak mata dan mata memutar ke atas. Ini alasannya mengapa
titik cedera yang paling sering terjadi adalah pada temporal bawah pada mata. Pada daerah inilah iris
sering terlihat seperti peripheral iris tears (iridodialisis). Saat mata tertekan maka iris perifer akan
robek pada akarnya dan meninggalkan crescentic gap yang berwarna hitam tetapi reflek fundus masih
dapat diobservasi9 . Hal ini mudah terjadi karena bagian iris yang berdekatan dengan badan silier
gampang robek. Lubang pupil pada pangkal iris tersebut merupakan lubang permanen karena iris tidak
mempunyai kemampuan regenerasi1 . Trauma tumpul dapat mengakibatkan robekan pada pangkal
iris sehingga bentuk pupil menjadi berubah. Perubahan bentuk pupil maupun perubahan ukuran pupil
akibat trauma tumpul tidak banyak mengganggu tajam penglihatan penderita. Pasien akan melihat
ganda dengan satu matanya. Pada iridodialisis akan terlihat pupil lonjong. Biasanya iridodialisis terjadi
bersama-sama dengan terbentuknya hifema. Bila keluhan demikian maka pada pasien sebaiknya
dilakukan pembedahan dengan melakukan reposisi pangkal iris yang terlepas1,3,5 .
8. Hifema Hifema adalah darah di dalam bilik mata depan yang dapat terjadi akibat trauma tumpul
sehingga merobek pembuluh darah iris atau badan siliar. Gaya-gaya kontusif (trauma tumpul) sering
merobek pembuluh-pembuluh darah iris atau badan siliar dan merusak sudut kamera okuli anterior.
Darah di dalam cairan dapat membentuk suatu lapisan yang dapat terlihat (hifema). Glaukoma akut
terjadi apabila jaringan trabekular 10 tersumbat oleh fibrin dan sel atau apabila pembentukan bekuan
darah menyebabkan sumbatan pupil1,3,5 .
9. Iridosiklitis Yaitu radang pada uvea anterior yang terjadi akibat reaksi jaringan uvea pada post
trauma. Pada mata akan terlihat mata merah, akbat danya darah yang berada di dalam bilik mata
depan maka akan terdapat suar dan pupil mata yang mengecil yang mengakibatkan visus menurun.
Sebaiknya pada mata diukur tekanan bola mata untuk persiapan memeriksa fundus dengan
midriatika. Pada uveitis anterior diberikan tetes midriatik dan steroid topikal, bila terlihat tanda
radang berat maka dapat diberikan steroid sistemik. Penanganan aktif dengan cara bedah mata.
10. Subluksasi Lensa Subluksasi Lensa adalah lensa yang berpindah tempat akibat putusnya sebagian
zonula zinn ataupun dapat terjadi spontan karena trauma atau zonula zinn yang rapuh 11 (sindrom
Marphan). Pasien pasca trauma akan mengeluh penglihatan berkurang. Gambaran pada iris berupa
iridodonesis. Akibat pegangan lensa pada zonula tidak ada, maka lensa akan menjadi cembung dan
mata akan menjadi lebih miopi. Lensa yang cembung akan membuat iris terdorong ke depan sehingga
bisa mengakibatkan terjadinya glaukoma sekunder. Penanganan pada subluksasi lensa adalah dengan
pembedahan. Bila tidak terjadi penyulit seperti glaukoma dan uveitis, maka dapat diberi kaca mata
koreksi yang sesuai.
11. Luksasi Lensa Anterior Yaitu bila seluruh zonula zinn di sekitar ekuator putus akibat trauma
sehingga lensa masuk ke dalam bilik mata depan. Pasien akan mengeluh penglihatan menurun
mendadak. Muncul gejala-gejala glaukoma kongestif akut yang disebabkan karena lensa terletak di
bilik mata depan yang mengakibatkan terjadinya gangguan pengaliran keluar cairan bilik mata.
Terdapat injeksi siliar yang berat, edema kornea, lensa di dalam bilik mata depan. Iris terdorong ke
belakang dengan pupil yang lebar. Sebaiknya pasien segera dilakukan pembedahan untuk mengambil
lensa. Pemberian asetazolamida dapat dilakukan untuk menurunkan tekanan bola mata
12. Luksasi Lensa Posterior Yaitu bila seluruh zonula zinn di sekitar ekuator putus akibat trauma
sehingga lensa jatuh ke dalam badan kaca dan tenggelam di dataran bawah fundus okuli. Pasien akan
mengeluh adanya skotoma pada lapang pandangnya karena lensa mengganggu kampus. Mata
menunjukan gejala afakia, bilik mata depan dalam dan iris tremulans.Penanganan yaitu dengan
melakukan ekstraksi lensa. Bila terjadi penyulit maka diatasi penyulitnya.
13. Edema Retina dan Koroid Terjadinya sembab pada daerah retina yang bisa diakibatkan oleh trauma
tumpul. Edema retina akan memberikan warna retina lebih abu-abu akibat sukarnya melihat jaringan
koroid melalui retina yang sembab. Pada edema retina akibat trauma tumpul mengakibatkan edema
makula sehingga tidak terdapat cherry red spot. Penglihatan pasien akan menurun. Penanganan yaitu
dengan menyuruh pasien istirahat. Penglihatan akan normal kembali setelah beberapa waktu, akan
tetapi dapat juga penglihatan berkurang akibat tertimbunya daerah makula oleh sel pigmen epitel.
14. Ablasi Retina Yaitu terlepasnya retina dari koroid yang bisa disebabkan karena trauma. Biasanya
pasien telah mempunyai bakat untuk terjadinya ablasi retina. Pada pasien akan terdapat keluhan
ketajaman penglihatan menurun, terlihat adanya selaput yang seperti tabir pada pandangannya. Pada
pemeriksaan fundus kopi akan terlihat retina 12 berwarna abu-abu dengan pembuluh darah yang
terangkat dan berkelok-kelok. Ablasi retina ditangani dengan melakukan pembedahan oleh dokter
mata.
15. Ruptur Koroid Ruptur biasanya terletak pada polus posterior bola mata dan melingkar konsentris
di sekitar papil saraf optik, biasanya terjadi perdarahan subretina akibat dari ruptur koroid. Bila ruptur
koroid terletak atau mengenai daerah makula lutea maka akan terjadi penurunan ketajaman
penglihatan. 16. Avulsi papil saraf optik Saraf optik terlepas dari pangkalnya di dalam bola mata yang
bisa diakibatkan karena trauma tumpul. Penderita akan mengalami penurunan tajam penglihatan
yang sangat drastis dan dapat terjadi kebutaan. Penderita perlu dirujuk untuk menilai kelainan fungsi
retina dan saraf optiknya.
Pemeriksaan penunjang
Penatalaksanaan
a. Trauma Mata Benda Tumpul
1. Tirah baring sempurna dalam posisi fowler untuk menimbulkan gravitasi guna
membantu keluarnya hifema dari mata.
2. Berikan kompres es.
3. Pemnatauan ketajam penglihatan.
4. Batasi pergerakan mata selama 3-5 hari untuk menurunkan kemungkinan perdarahan
ulang.
5. Batasi membaca dan melihat Televisi.
6. Pantau ketaatan pembatasan aktivitas, imobilisasi sempurna.
7. Berikan stimulasi sensori bentuk lain seperti musik, perbincangan.
8. Berikan diet lunak dan semua keperluan klien dibantu.
9. Tetes mata siklopegik seperti atropin untuk mengistirahatkan mata.
10. Mata dilindungi dengan kasa jika terdapat luka.
11. Laporkan peningkatan nyeri mata secara mendadak, ini mungkin indikasi
perdarahan ulang.
12. Persiapan parasentesis (pengeluaran hifema). Indikasi Parasentesis:
Hifema penuh (sampai pupil) dan berwarna hitam.
Hifema yang tidak bisa sembuh/berkurang dengan perawatan konvensional
selama 5 hari.
Hifema dengan peningkatan TIO (glaukoma sekunder) yang tidak dapat
diatasi/diturunkan dengan obat-obatan glaukoma.
Terlihat tanda-tanda imbibisi kornea.
1. Trauma alkali
Irigasi secepatnya dengan air keran. Bila tersedia, sebaiknya dengan lrutan garam
fisiologis yang isotonis minimal selama 15 menit. Lebih lama lebih baik. Irigasi
EDTA diberikan segera setelah trauma, 1 tetes tiap 5 menit selama 2 jam
Steroid secara lokal atau sistemik diberikanbila peradangan sangat hebat dengan
Rawat.
2. Trauma Asam
Irigasi secepatnya dengan air keran atau larutan garam fisiologis minimal 15
menit. Lebih lama lebih bik. Irigasi sebersih mungkin termasuk daerah forniks
Sikloplegik (sulfa atropin 1%) bila trjadi ulkus kornea atau kerusakan lebih
dalam.