Anda di halaman 1dari 37

STEP 6 TRIGGER 2

ILMU PENYAKIT
YULIA PUTRI
TIOVANTA
17-101
MATA
LO 1 TRAUMA OCULAR
DEFINISI TRAUMA
OCULAR
Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun
tidak yang menimbulkan cedera pada mata.
Trauma mata adalah penyebab umum kebutaan
unilateral pada anak dan dewasa.
(Augsburger & Asbury, 2014).

Sumber : Ausburger J, A. T. (2014). Trauma mata dan orbita dalam buku Oftalmologi Umum. Jakarta: EGC
PENYEBAB TRAUMA
OCULAR
Berdasarkan British Medical Journal (BMJ), trauma mata dapat di
golongkan berdasarkan penyebabnya yaitu, trauma mekanik, trauma
non mekanik yaitu trauma kimiawi, trauma termal, dan trauma
radiasi.
2.4.1 Trauma Mekanik
Trauma mekanik dapat dibagi menjadi trauma tumpul dan trauma
tajam. Trauma tumpul merupakan trauma pada mata yang
diakibatkan benda yang keras atau benda tidak keras dengan ujung
tumpul, dimana benda tersebut dapat mengenai mata dengan kencang
atau lambat sehingga terjadi kerusakan pada jaringan bola mata atau
daerah sekitarnya (Augsburger & Asbury, 2014).

Sumber : Ausburger J, A. T. (2014). Trauma mata dan orbita dalam buku Oftalmologi Umum. Jakarta: EGC
Trauma tumpul pada mata lebih sering disebabkan oleh trauma yang
berasal dari benda tumpul seperti pukulan, terbentur bola. Trauma
tumpul dengan kekuatan yang besar akan menghasilkan tekanan
anteroposterior, sehingga keadaan ini dapat juga menyebabkan
peningkatan tekanan intraokuli, ruptur, dan robekan pada struktur
intamata lainnya.
Trauma tajam adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan
perlukaan mata, dimana mata ditembus oleh benda tajam atau benda
berukuran kecil dengan kecepatan tinggi yang menembus kornea atau
sklera, trauma tajam mata dapat diklasifikasikan atas luka tajam tanpa
preforasi dan luka tajam dengan perforasi yang meliputi perforasi tanpa
benda asing inta okuler dan perforasi benda asing intra okuler.

Sumber : Ausburger J, A. T. (2014). Trauma mata dan orbita dalam buku Oftalmologi Umum. Jakarta: EGC
Trauma non mekanik
a. Trauma Kimia
Trauma kimia pada mata merupakan trauma yang mengenai bola mata akibat terpapar
bahan kimia baik yang bersifat asam atau basa yang dapat merusak struktur bola mata
tersebut. Kerusakan yang terjadi tergantung pada beberapa faktor yaitu: kekuatan agen
kimiawi, konsentrasi, volume larutan dan lamanya paparan. Kebanyakan trauma terjadi
secara tidak disengaja pada tempat kerja terutama di area industri.
b. Trauma bakar termal
Trauma bakar termal dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu: flame dan contact burns.
Pada flame terjadi paparan secara sekunder antara mata dengan api, dan pada contact
burn terjadi paparan secara langsung misalnya dengan air panas, atau benda-benda panas.
c. Trauma Radiasi
Trauma radiasi yang sering terjadi akibat paparan sinar UV sehingga menyebabkan
keratitis pada permukaan kornea, yang akan tampak dengan pewarnaan fluorescein. Rasa
sakit yang sangat parah, fotofobia, dan berntuk kornea yang tidak teratur akan timbul 6-10
jam setelah paparan diikuti dengan penurunan ketajaman penglihatan.

Sumber : Ausburger J, A. T. (2014). Trauma mata dan orbita dalam buku Oftalmologi Umum. Jakarta: EGC
KLASIFIKASI TRAUMA
OCULAR
Berdasarkan Birmingham Eye TraumaTerminology (BETT), (Kuhn F, 2002b)
mengklasifikasikan trauma mata berdasarkan diagram dibawah ini

Sumber : Kuhn F, M. V. (2002). Eye Injury Epidemiology and Prevention of ophthalmicInjuries. In P. D. Khun F,
Opthalmology (pp. 14-21). New York: Thieme.
Berdasarkan diagram yang dikategorikan oleh Birmingham Eye
Trauma Terminology (BETT), berikut adalah penjelasannya yaitu :
A. Trauma tertutup adalah luka pada dinding bola mata (sklera atau
kornea) dan luka ini tidak merusak bagian dari intraokuler.
i. Kontusio adalah tidak ada luka (no full-thickness). Trauma
disebabkan oleh energi langsung dari objek (mis., pecahnya koroid)
atau perubahan bentuk bola dunia (misalnya, resesi sudut)
ii. Laserasi lamellar adalah trauma tertutup pada bola mata yang
ditandai oleh luka yang mengenai sebagian ketebalan dinding bola
mata. Trauma ini biasa disebabkan oleh benda tajam ataupun benda
tumpul.

Sumber : Kuhn F, M. V. (2002). Eye Injury Epidemiology and Prevention of ophthalmicInjuries. In P. D. Khun F,
Opthalmology (pp. 14-21). New York: Thieme.
B. Trauma terbuka pada bola mata adalah trauma yang menyebabkan luka dan
mengenai keseluruhan dinding dari bola mata (sklera dan kornea).
i. Ruptur adalah adanya luka yang mengenai dari seluruh ketebalan dinding bola
mata, yang disebabkan oleh trauma tumpul dan mekanisme ini dapat
mempengaruhi terjadinya peningkatan tekanan intraokuli. Luka terjadi akbat
mekanisme dari dalam ke luar mata.
ii. Laserasi adalah luka yang mengenai seluruh ketebalan dinding bola mata yang
disebabkan oleh benda tajam. Keadaan ini akan menimbulkan adanya trauma
penetrasi ataupun trauma perforasi. Luka terjadi akbat mekanisme dari luar ke
dalam mata.
iii. Trauma penetrasi adalah luka yang masuk (entrance wound). Jika terdapat
lebih dari satu luka, setiap luka memiliki penyebab yang berbeda.
iv. Trauma perforasi adalah luka yang masuk dan keluar (entrance and exit
wound). Kedua luka memiliki penyebab yang sama.
v. Intraocular foreign body (IOFB) adalah adanya benda asing pada intraokular
yang keadaan ini sangat berhubungan dengan adanya trauma penetrasi.
Sumber : Kuhn F, M. V. (2002). Eye Injury Epidemiology and Prevention of ophthalmicInjuries. In P. D. Khun F,
Opthalmology (pp. 14-21). New York: Thieme.
PATOFISIOLOGI
TRAUMA OCULAR
Trauma tumpul pada bola mata dapat menyebabkan kerusakan
dengan nilai yang maksimum karena gelombang tekanan yang
menyusuri cairan mata akan mencapai kamera mata anterior
sehingga cairan mata ini akan terdorong ke dapan bersama lensa, iris,
dan kopus vitreus ke polus posterior. Gelombang tekanan ini juga
dapat mencapai retina dan koroid sehingga dapat menimbulkan
kerusakan. Setelah gelombang tekanan bagian luar tertutupi, maka
gelombang ini akan di pantulkan ke arah posterior sehingga dapat
merusak foveal. Setelah gelombang tekanan mencapai dinding
posterior pada bola mata, gelombang tekanan ini dipantulkan kearah
belakang secara anterior. Pada keadaan ini dapat merusak retina juga
koroid. Kelainan-kelainan yang dapat ditimbulkan oleh trauma
tumpul dapat berupa hipema, sbuluksasio lentis, luksasio lentis,
katarak traumatika, pendarahan pada korpus vitreus, ruptur kornea,
ruptur koroid dan lain sebagainya.

Sumber : Ausburger J, A. T. (2014). Trauma mata dan orbita dalam buku Oftalmologi Umum. Jakarta: EGC
GEJALA TRAUMA
OCULAR
Trauma yang diakibatkan oleh benda tumpul dapat menyebabkan :
 Hematoma palpebra
Edema konjungtiva
Perdarahan subkonjungtiva
Edema kornea
Dislokasi lensa
Hifema
Bila trauma disebabkan benda tajam atau benda asing masuk ke dalam bola mata
maka akan terlihat tanda-tanda trauma tembus seperti:
 Nyeri
 Tajam penglihatan yang menurun

Sumber : Akbar, M., dkk., Conjunctival Laceration Of The Tarsalis Palpebra Inferior Et Causing By A Fishing
Hook. Jurnal Medical Profession (MedPro). 2019,1(2).
DIAGNOSTIK TRAUMA
OCULAR
Secara garis besar, penegakan diagnostik dari trauma mata dapat ditegakkan hanya
dengan berlandaskan Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik saja. Adapun beberapa tanda
dan gejala yang dapat ditemukan pada kasus-kasus dengan trauma mata antara lain.
1. Anamnesis
Penggalian informasi aktifitas keseharian dari pasien dan lingkungan sekitarnya
cukup penting.Waktu dan tempat kejadian, termasuk dengan bagaimana mekanisme
kejadian juga penting untuk ditanyakan. Anamnesis harus mencakupi perkiraan
ketajaman penglihatan sebelum dan sesaat setelah cedera. Harus dicurigai adanya
benda asing intraocular bila terdapat riwayat memalu, mengasah atau ledakan. Pasien
dengan trauma pada mata pada mata umumnya dilakukan penilain awal dengan
tujuan sebagai berikut :
a. Adanya masalah yang dapat mengancam nyawa
b. Riwayat injury yaitu daerah sekitar mata, waktu terjadinta trauma, dan objek yang
mengenai mata,
c. Pemeriksaan keseluruan mata dan bagian orbita.

Sumber : Akbar, M., dkk., Conjunctival Laceration Of The Tarsalis Palpebra Inferior Et Causing By A Fishing Hook. Jurnal Medical
Profession (MedPro). 2019,1(2).
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien traumamata
dapat dilakukan:
a. Pengukuran visus biasanya terjadi
penurunan visus atau normal
b. Pemeriksaan proyeksi cahaya
c. Pemeriksaan motilitas mata
d. Pemeriksaan sensasi kulit preorbita
e. Melakukan palpasi untuk mencari defek
pada bagian tepi tulang orbita
Gambar Pemeriksaan menggunakan
f. Pemeriksaan kornea menggunakan slitlamp slitlamp

Augsburger James, Asbury taylor. JP. Vaughan & Asbury: Oftamologi Umum. 17 th. Dalam Akbar, M., dkk., Conjunctival Laceration
Of The Tarsalis Palpebra Inferior Et Causing By A Fishing Hook. Jurnal Medical Profession (MedPro). 2019,1(2).
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
pada kasus trauma pada mata sebagai berikut:
a. Foto polos
Dilakukan bila adanya curiga benda asing
Gambar Foto polos benda tajam
b. CT – Scan pada mata.
Merupakan pemeriksaan untuk mendeteksi dan
melikalisasi adanya benda asing pada Intra
Ocular Foreign body. CT-scan juga untuk
menentukan integritas struktur intracranial,
fasial, dan intra ocular.

Gambar CT- Scan adanya foreign


body pada mata kanan.
c. Ultrasonography.
USG dapat berfungsi untuk mendeteksi
Intra Ocular Foreign body, rupture bulbi,
perdarahan supracoroidal, dan ablasio
retina. USG juga berguna untuk
merencanakan pembedahan sepearti Gambar USG adanya foreign
penggantian jalur infus vitrectomy, body pada mata.
drainase perdarahan supracoroidal juga
diperlukan.
d. Electrophysiological Test
Berguna untuk menilai integritas nervus
optic dan retina, kadang juga digunakan
untuk mengetahui asal injury dan untuk
menghilangkan kecurigaan Intra Ocular
Foreign body. Gambar Radiography untuk
melihat airgun pellet

Sumber : Akbar, M., dkk., Conjunctival Laceration Of The Tarsalis Palpebra Inferior Et Causing By A Fishing
Hook. Jurnal Medical Profession (MedPro). 2019,1(2).
TATA LAKSANA TRAUMA
OCULAR
Emergensi
Hematoma palpebra, pengobatan dilakukan dengan pemberian kompres
dingin untuk menghentikan perdarahan dan menghilangkan rasa sakit. Bila
telah lama, untuk memudahkan absorbsi darah dapat dilakukan kompres
hangat kelopak mata.(FKUI Edisi V, 2014)
Abrasi dan laserasi palpebra, pengobatan dilakukan apabila terjadi abrasi
karena partikel benda asing harus segera dikeluarkan dengan irigasi. Luka
kemudian diirigasi dengan saline serta ditutup dengan salep antibiotik dan
kasa steril. Bila terjadi laserasi palpebra maka dilakukan tindakan bedah.
(Ausburger, 2014)
Edema konjungtiva, pengobatan dilakukan dengan pemberian dekongestan
untuk mencegah pembendungan cairan di dalam selaput lendir konjungtiva.
Bila terjadi kemotik konjungtiva dapat dilakukan insisi untuk mengeluarkan
cairan konjungtiva. (FKUI Edisi V, 2014)
Sumber : Ilyas S, S. R. (2014). Ilmu Penyakit Mata Edisi Kelima. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI
Hifema, pengobatan dilakukan dengan parasentesis atau
mengeluarkan darah dari bilik mata depan dilakukan pada pasien
dengan hifema bila terlihat tanda-tanda imbibisi kornea, glaukoma
sekunder, hifema penuh dan berwarna hitam atau bila 5 hari tidak
terlihat tanda-tanda hifema akan berkurang. (FKUI Edisi V, 2014)
Benda asing pada bagian superfisial cukup dengan irigasi, diambil
dengan pemberian anstesi topikal sebelumnya. Sementara benda
asing intraokular ialah dengan mengeluarkannya dan dilakukan
dengan perencanaan pembedahan agar tidak memberikan kerusakan
yang lebih berat terhadap bola mata. (FKUI Edisi V, 2014

Sumber : Ilyas S, S. R. (2014). Ilmu Penyakit Mata Edisi Kelima. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI
Medikamentosa
a. Antibiotik Topikal
Antibiotik yang bersifat ointment dapat berfungsi sebagai lubrikan.
Pastikan menggunakan antibiotic golongan fluoroquinolone misal
ciprofloxacin 500mg dua kali sehari.
b. Analgetik
Penggunaan analgetik topical tidak disarankan digunakan untuk
pereda nyeri pasca ekstraksi karena memperpanjang masa
penyembuhan epitel. Penggunaan obat larutan topical NSAID (cth.
Ketorolac) dapat meredakan nyeri dan tidak menghambat proses
penyembuhan.

Sumber : Akbar, M., dkk., Conjunctival Laceration Of The Tarsalis Palpebra Inferior Et Causing By A Fishing
Hook. Jurnal Medical Profession (MedPro). 2019,1(2).
Operatif

a. Rekonstruksi Palpebra
Adanya laserasi pada palpebral harus dilakukan pemeriksaan bola mata.
setiap laserasi kelopak mata atau palpebra harus diperbaiki dengan
penutupan horizontal langsung bila memungkinkan, bahkan jika di bawah
tekanan, karena ini menghasilkan hasil fungsional dan kosmetika yang baik
Superficial
Laserasi superfisial yang sejajar dengan kelopak mata tanpa celahdapat
dijahit dengan benang silk 6-0.jahitan diangkat setelah 5 hari
Lid Margin
laserasi tepi kelopak mata yang terbuka harus dijahit atau di rekonstruksi
dengan hati – hati.

Sumber : Akbar, M., dkk., Conjunctival Laceration Of The Tarsalis Palpebra Inferior Et Causing By A Fishing
Hook. Jurnal Medical Profession (MedPro). 2019,1(2).
1) Mengevaluasi untuk kemungkinan hilangnya
jaringan
2) Mengevaluasi setiap tepi jaringan yang ireguler
atau jaringan yang terkontaminasi
3) Penjahitan batas palpebra dijahit dengan
menggunakan benang silk 6-0 yang ditempatkan
orifisium kelenjar meibom jahitan harus
memanjang 2 mm dengan kedalaman 1 mm.
4) Tarsal plate di tutup dengan benang absorbable
long acting menggunakan benang poyglycolic
acid (dexon)6-0.
5) Penambahan jahitan dengan menggunakan
benang silk 6-0 bertujuan untuk merapikan
jahitan pada bagian tarsal margin lashes.
6) Penutupan kulit dengan menggunakan tehnik
jahitan interuptus menggunakan benang silk 6-0
7) Jahitan kulit dilepas setelah 7-10 hari.

Sumber : Akbar, M., dkk., Conjunctival Laceration Of The Tarsalis Palpebra Inferior Et Causing By A Fishing
Hook. Jurnal Medical Profession (MedPro). 2019,1(2).
Laserasi canalicular harus di rekonstruksi dalam
24 jam
1) Laserasi di hubungkan oleh silicone tubing
yang melewati system lakrimal dan terikat di
hidung.
2) Laserasi di jahit
3) Tabung dibiarkan secara in situ selama 3-6
bulan.

Sumber : Akbar, M., dkk., Conjunctival Laceration Of The Tarsalis Palpebra Inferior Et Causing By A Fishing
Hook. Jurnal Medical Profession (MedPro). 2019,1(2).
KOMPLIKASI TRAUMA
OCULAR
Komplikasi yang mungkin timbul darilaserasi palpebra dapat berupa:
1. Akibat kegagalan dalam memperbaiki laserasi khususnya jika melibatkan margin
palpebra, dapat berupa:
 Epiforakronis
 Konjungtivitiskronis, konjungtivitis bacterial
 Exposurekeratitis
 Abrasi kornea berulang
 Entropion/ ektropion sikatrikal

Sumber : Akbar, M., dkk., Conjunctival Laceration Of The Tarsalis Palpebra Inferior Et Causing By A Fishing Hook. Jurnal Medical
Profession (MedPro). 2019,1(2).
2. Akibat teknik pembedahan yang buruk, terutama dalam hal akurasi
penutupan luka, dapat berupa:
 Jaringan parut
 Fibrosis
 Deformitas palpebra sikatrikal
 Keadaan luka yang memburuk akibat adanya infeksi atau karena
penutupan luka yang tertunda.
 Laserasi dekat canthus medial dapat merusak sistem nasolacrimal
EDUKASI TRAUMA
OCULAR
Ingatkan pasien mengenai pentingnya menggunakan
proteksi mata saat berada pada lingkungan kerja beresiko
tinggi, jangan pernah menggosok mata saat bekerja
dengan lingkungan kayu atau bahan metal, dan bila mata
kembali terkena benda asing jangan menggosok mata dan
segera menuju ke fasilitas kesehatan terdekat.

Sumber : Akbar, M., dkk., Conjunctival Laceration Of The Tarsalis Palpebra Inferior Et Causing By A
Fishing Hook. Jurnal Medical Profession (MedPro). 2019,1(2).
PROGNOSIS TRAUMA
OCULAR
Prognosis sangat tergantung pada luasnya laserasi atau kerusakan
palpebral serta lokasi dan ketebalan jaringan yang rusak. Prognosis
untuk sebagian besar trauma konjungtiva sangat baik. Konjungtiva
dapat sembuh dengan cepat karena suplai darahnya yang kaya,
infeksi juga jarang terjadi
Trauma tembus pada mata merupakan trauma yang serius dan
mengancam penglihatan, prognosisnya seringkali sangat buruk. Ada
beberapa faktor prediktor berkaitan dengan prognosis yang buruk
misalnya akuisi visual yang menurun bahkan hilang penglihatan,
seperti defek pupil aferen, laserasi di kelopak, kerusakan lensa,
perdarahan vitreous dan adanya benda asing intraokular

Sumber : Akbar, M., dkk., Conjunctival Laceration Of The Tarsalis Palpebra Inferior Et Causing By A Fishing
Hook. Jurnal Medical Profession (MedPro). 2019,1(2).
DFINISI ENDOFTALMITIS
Endoftalmitis adalah peradangan intraokular yang jarang
terjadi namun peradangan intraokular yang melibatkan
rongga vitreous dan ruang anterior mata dan dapat
melibatkan jaringan mata yang berdekatan lainnya seperti
koroid atau retina, sklera atau kornea.
Endophthalmitis adalah gangguan inflamasi intraokular
yang serius yang mempengaruhi rongga vitreous yang
dapat terjadi akibat penyebaran organisme penginfeksi ke
dalam mata secara eksogen atau endogen.

Sumber : Diatmika , ikdp., Sudira, p g,. Endoftalmitis (skripsi). Program studi pendidikan dokter fakultas
kedokteranuniversitas udayana . 2016
ETIOLOGI
ENDOFTALMITIS
Endoftalmitis bisa disebabkan oleh infeksi kuman,
termasuk bakteri, jamur, virus, dan parasit, di dalam bola
mata

Sumber : Pane, M D C. Endoftalmitis. Alodokter (artiker kedokteran online)


PATOFISIOLOGI PASCA
TRAUMA
Peningkatan resiko endoftalmitis pasca trauma terjadi pada mata dimana terdapat
luka-luka yang kotor, pecahnya kapsul lensa, usia yang lebih tua. Bacillus sp. dan
Streptococcus sp. merupakan spesies yang sering ditemukan berpenetrasi dalam
trauma dengan disertai badan asing dengan komposisi organik intraokular. Hal ini
penting karena Bacillus sp. berhubungan dengan terjadinya infeksi yang lebih
agresif. Bakteri basil sering berada dimana-mana seperti tanah, air, dan debu.
Virulensi dapat disebabkan oleh racun bakteri seperti hemolisin, lipase, enterotoksin
dan protease yang bekerja bersamasama. Spesies lain yang menjadi penyebab
endoftalmitis pasca trauma diantaranya S.epidermidis, Propionibacterium acnes,
Pseudomonas dan Streptococcus sp., organisme Gram negatif, fungi, dan
sebagainya.
Endoftalmitis pasca trauma juga bisa diakibatkan karena penyebaran dari kornea,
sklera yang terinfeksi, atau luka disekitarnya. Tergantung dari virulensi patogen,
endoftalmitis pasca trauma dapat terjadi dalam beberapa jam setelah trauma sampai
beberapa minggu setelah trauma. Penelitian lain menunjukkan bahwa penurunan
fungsi retina dan infiltrasi neutrofil pada vitreous dapat terjadi dalam waktu 4 jam
pasca infeksi.

Sumber : Diatmika , ikdp., Sudira, p g,. Endoftalmitis (skripsi). Program studi pendidikan
dokter fakultas kedokteranuniversitas udayana . 2016
MEKANISME TERJADINYA
PADA ENDOFTALMITIS
ENDOGEN
Berbeda dengan endoftalmitis eksogen, dimana patogen masuk dari luar tubuh menuju ke
mata, pada endoftalmitis endogen terjadi infeksi sekunder yang menyebar secara
hematogen dari sumber yang berjauhan didalam tubuh. Hal tersebut terjadi ketika
mikroorganisme dalam aliran darah masuk ke mata, melewati blood ocular barrier dan
menginfeksi jaringan okular. Karena aliran darah yang lebih tinggi, koroid dan korpus
siliari merupakan fokus infeksi primer di mata dan secara sekunder melibatkan retina dan
vitreous. Sebagian besar organisme mencapai mata melalui jaringan vaskuler pada bagian
posterior mata. Mata kanan lebih sering terkena karena lokasinya yang lebih proksimal
untuk arah aliran darah arteri dari arteri anonima dextra ke arteri carotis dextra.
Penyebaran langsung dari fokus infeksi juga dapat terjadi pada kasus infeksi sistem saraf
pusat melalui nervus optikus.
kerusakan jaringan secara primer disebabkan oleh produksi toksin dari organisme, pada
endoftalmitis endogen, kerusakan jaringan terjadi karena septik embolus yang memasuki
jaringan vaskuler pada bagian posterior mata dan bertindak sebagai sebuah nidus untuk
diseminasi dari organisme kedalam jaringan sekitarnya setelah melewati blood-ocular
barrier. Hal ini menyebabkan proliferasi mikroba dan reaksi inflamasi pada jaringan yang
terkena. Infeksi meluas dari retina dan koroid kedalam ruang vitreus dan kemudian
menuju ke ruang anterior dari mata.

Sumber : Diatmika , ikdp., Sudira, p g,. Endoftalmitis (skripsi). Program studi pendidikan dokter fakultas
kedokteranuniversitas udayana . 2016
KLASIFIKASI ENDOFTALMITIS
Endoftalmitis yang disebabkan oleh infeksi dapat bersifat:
1. Endogen
Endoftalmitis endogen terjadi akibat penyebaran bakteri, jamur, atau parasit dari fokus infeksi di
dalam tubuh yang menyebar secara hematogen. Kondisi ini juga bisa terjadi akibat penyakit
sistemik lainnya, misalnya endocarditis
2. Eksogen
Endoftalmitis eksogen dapat terjadi, jika mata mengalami infeksi sekunder/komplikasi yang terjadi
pada tindakan pembedahan yang menyebabkan bola mata terbuka, reaksi terhadap benda asing,
maupun trauma tembus mata. Umumnya, 56-90 persen dari seluruh kasus endoftalmitis
disebabkan oleh bakteri gram positif. Beberapa kuman penyebabnya yaitu staphylococcus
epidermidis, staphylococcus aureus, dan spesies streptococcus. Selain itu, dari trauma tembus bola
mata umumnya dapat ditemukan bakteri gram negatif, seperti escherichia coli,
enterococcus, dan pseudomona.
3. Endoftalmitis Fakoanafilaktik
Endoftalmitis fakoanafilaktik adalah endoftalmitis unilateral ataupun bilateral sebagai reaksi uvea
granulomatosa terhadap lensa yang mengalami ruptur. Endoftalmitis fakoanafilatik sendiri
termasuk dalam kelompok penyakit autoimun karena menyerang jaringan tubuh sendiri, yaitu
lensa. Jaringan tubuh tersebut tidak mengenali jaringan lensa yang tidak terletak dalam kapsul.
Akibatnya, gejala endoftalmitis dan fakoanafilaktik akan mucul karena antibodi terhadap lensa
terbentuk yang disebabkan oleh reaksi antigen antibodi.

www.health.harvard.edu. Diakses pada 2019. Endophthalmitis


GEJALA
ENDOFTALMITIS
Gejala endoftalmitis bisa muncul dalam beberapa hari sampai
beberapa bulan. Beberapa gejalanya yaitu:
 Mata merah
 Kelopak mata membengkak
 Nyeri pada mata yang makin memburuk
 Sensitif pada cahaya
 Pandangan kabur
 Ketajaman penglihatan menurun
 Keluar nanah dari mata

Sumber : Pane, M D C. Endoftalmitis. Alodokter (artiker kedokteran online)


Kelainan fisik yang ditemukan berhubungan dengan struktur bola mata yang terkena
dan derajat infeksi atau peradangan. Pemeriksaan tersebut dilakukan melalui
pemeriksaan mata bagian luar, slit lamp, dan funduskopi kelainan fisik. Dari
pemeriksaan tersebut, hal yang dapat ditemukan antara lain:
Udem palpebra superior.
reaksi konjungtiva berupa hiperemis dan kemosis.
Injeksi siliar dan injeksi konjungtiva.
Udem Kornea.
Kornea keruh.
Keratik presipitat.
Bilik mata depan keruh.
Hipopion.
Kekeruhan vitreus.
Penurunan refleks fundus dengan gambaran warna yang agak pucat ataupun hilang
sama sekali.

www.health.harvard.edu. Diakses pada 2019. Endophthalmitis


DIAGNOSIS
ENDOFTALMITIS
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan dengan melihat gejala klinisnya serta
pemeriksaan penunjang bisa dilakukan tes laboratorium yang paling penting dalam
kasus endoftalmitis adalah Gram stain dan kultur vitreous humor. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui jenis mikroorganisme yang menginfeksi lebih spesifik.
Pada kasus endoftalmitis, cairan di korpus vitreous keruh akibat adanya infeksi.
Hal ini dapat dilihat dengan menggunakan oftalmoskop untuk melihat apakah
terdapat benda asing dalam bola mata dan mengetahui perkembangan infeksi sudah
mencapai retina atau belum.
Untuk kasus endoftalmitis endogen, pemeriksaan laboratorium lain dapat
dilakukan. Complete Blood Count (CBC) untuk mengetahui tanda tanda infeksi
dengan menghitung jumlah leukosit. Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR) untuk
mengevaluasi penyebab rematik, infeksi kronik atau keganasan. Biasanya ESR
normal pada kasus endoftalmitis. Lalu pemeriksaan kadar urea darah dan kreatinin
untuk mengevaluasi pasien dengan gagal ginjal yang dimana meningkatkan resiko

Sumber : Diatmika , ikdp., Sudira, p g,. Endoftalmitis (skripsi). Program studi pendidikan dokter fakultas
kedokteranuniversitas udayana . 2016
DIAGNOSIS
ENDOFTALMITIS
Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan luar, slit lamp dan funduskopi
kelainan fisik yang dapat ditemukan yaitu berupa:
- Edema Palpebra Superior (bengkak pada kelopak mata superior)
- Injeksi Konjungtiva
- Hipopion (akumulasi sel darah putih/nanah di ruang anterior mata)
- Edema Kornea (bengkak pada kornea)
- Vitritis (vitreous yang mengalami inflamasi)
- Discharge Purulen (mengeluarkan nanah)
- Kemosis (edema/bengkak pada stroma konjungtiva)
Endoftalmitis yang disebabkan jamur, di dalam corpus vitreous ditemukan masa
putih abu-abu, hipopion ringan, bentuk abses satelit di dalam badan kaca, dengan
proyeksi sinar yang baik

Sumber : Diatmika , ikdp., Sudira, p g,. Endoftalmitis (skripsi). Program studi pendidikan dokter fakultas
kedokteranuniversitas udayana . 2016
TATA LAKSANA ENDOFTALMITIS
Antibiotik yang sesuai dengan organisme penyebab.
Steroid secara topikal, konjungtiva, intravitreal, atau secara sistematik, yang digunakan untuk
pengobatan semua jenis endoftalmitis.
Sikloplegia tetes dapat diberikan untuk mengurangi rasa nyeri, stabilisasi aliran darah pada mata.
Tindakan Vitrektomi.
Keadaan visus yang buruk pada endoftalmitis, dikarenakan virulensi mikroorganisme penyebab
yang memiliki enzim proteolitik dan produk toksin yang dapat merusak retina, serta kemampuan
multiplikasi yang cepat, juga jarak antara ditegakkannya diagnosis sampai pada saat terapi
diberikan. Oleh karena itu pengobatan ditujukan bukan untuk memperbaiki visus, tapi untuk
mengatasi proses inflamasi yang terjadi, serta membatasi infeksi agar tidak terjadi penyulit dan
keadaan yang lebih berat.
Terapi steroid pada penyakit mata adalah untuk mengurangi inflamasi yang disertai eksudat dan
untuk mengurangi granulasi jaringan. Kedua efek ini penting untuk endoftalmitis, karena dasar dari
endoftalmitis adalah inflamasi, dimana prognosis visusnya dipengaruhi oleh inflamasi yang terus
berlanjut. Sampai saat ini pemberian kortikosteroid pada endoftalmitis masih kontroversi
walaupun sudah banyak penelitian menunjukkan hasil yang memuaskan dari pemberian
Deksametason dalam menghambat reaksi inflamasi dan reaksi imun abnormal yang dapat
menimbulkan kerusakan luas pada mata. Deksametason dapat diberikan secara intravitreal dengan
dosis 400ug dan 1 mg secara intraokular sebagai profilaksis

Sumber : Diatmika , ikdp., Sudira, p g,. Endoftalmitis (skripsi). Program studi pendidikan dokter fakultas
kedokteranuniversitas udayana . 2016
PROGNOSIS
ENDOFTALMITIS
Secara umum endoftalmitis memiliki prognosis yang buruk, dan
dapat mengakibatkan hilangnya pengelihatan secara total, terutama
jika diagnosis tidak dapat ditegakkan sejak awal dan pasien tidak
segera diberikan pengobatan yang tepat. Diagnosis awal dan
pengobatan yang tepat sangat diperlukan untuk pasien endoftalmitis.
Semakin cepat dan tepat diagnosis dan pengobatan endoftalmitis
maka prognosisnya menjadi semakin baik.

Sumber : Diatmika , ikdp., Sudira, p g,. Endoftalmitis (skripsi). Program studi pendidikan dokter fakultas
kedokteranuniversitas udayana . 2016
PENCEGAHAN
ENDOFTALMITIS
Gunakan pelindung mata bila Anda berisiko tinggi mengalami cedera
mata, misalnya jika Anda bekerja sebagai tukang bangunan,
penggergaji kayu, atau atlet olahraga yang melibatkan kontak fisik.

Sumber : Pane, M D C. Endoftalmitis. Alodokter (artiker kedokteran online)

Anda mungkin juga menyukai