Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

CORPUS ALIENUM

Disusun Oleh:

Nama : Nurul Khoirunnisa

NIM : C2017093

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

UNIVERSITAS 'AISYIYAH SURAKARTA

2020
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Definisi
Corpus alienum adalah benda asing. Istilah ini sering digunakan dalam istilah
medis. Merupakan salah satu penyebab cedera mata yang paling sering mengenai
sclera, kornea, dan konjungtiva. Meskipun kebanyakan bersifat ringan, tetapi
beberapa cedera bisa berakibat serius. Apabila suatu korpus alienum masuk ke
dalam bola mata maka biasanya terjadi reaksi infeksi yang hebat serta timbul
kerusakan dari isi bola mata dan terjadi iridocylitis serta panophthmitis. Karena
itu perlu cepat mengenali benda asing tersebut dan menentukan lokasinya didalam
bola mata untuk kemudian mengeluarkannya.
Beratnya kerusakan pada organ-organ di dalam bola mata tergantung dari
besarnya corpus alienum, kecepatannya masuk, ada atau tidaknya proses infeksi
dan jenis bendanya sendiri.Bila ini berada pada segmen depan dari bola mata, hal
ini kurang berbahaya jika dibandingkan dengan bila benda ini terdapat di dalam
segmen belakang. Jika suatu benda masuk ke dalam bola mata maka akan terjadi
salah satu dari ketiga perubahan berikut:
1)      Mecanical effect
Benda yang masuk ke dalam bola mata hingga melalui kornea ataupun sclera.
Setelah benda ini menembus kornea maka ia masuk ke dalam kamera oculi
anterior dan mengendap ke dasar. Bila kecil sekali dapat mengendap di dalam
sudut bilik mata. Bila benda ini terus, maka ia akan menembus iris dan kalau
mengenai lensa mata akan terjadi catarack, traumatic. Benda ini bisa juga tinggal
di dalam corpus vitreus. Bila benda ini melekat di retina biasanya kelihatan
sebagai bagian yang dikelilingi oleh eksudat yang berwarna putih serta adanya
endapan sel-sel darah merah, akhirnya terjadi degenerasi retina.
2)      Permulaan terjadinya proses infeksi
Dengan masuknya benda asing ke dalam bola mata kemungkinan akan timbul
infeksi. Corpus vitreus dan lensa dapat merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan kuman sehingga sering timbul infeksi supuratif. Juga kita tidak
boleh melupakan infeksi kuman tetanus.
Terjadi perubahan-perubahan spesifik pada jaringan mata karena proses kimiawi
(reaction of ocular tissue)

2. Etiologi
Penyebab cedera mata pada permukaan mata adalah percikan kaca, partikel yang
terbawa angin dan ranting pohon.

3. Klasifikasi

Corpus alienum di klasifikasikan menjadi 2, yaitu:

1. Benda hidup misalnya: serangga berukuran kecil.


2. Benda mati misalnya: percikan kaca, partikel yang terbawa angin,
debu, ranting pohon.

4. Patofisiologi
Terjadi akibat masuknya benda asing ke dalam bola mata. Bulu mata, debu,
kuku, dan partikal lewat udara dapat kontak dengan konjungtiva atau kornea dan
menyebabkan iritasi atau abrasi. Pada benda asing di mata, umumnya klien
mengeluh adanya sensasi benda asing (merasa ada sesuatu di mata) atau
penglihatan kabur. Nyeri terjadi jika epitel kornea cedera karna kornea
mengandung saraf sensori berada dibawah epitel. Klien juga bisa mengalami
epifora dan fotofobia.

5. Kondisi kegawatan pasien corpus alienum


 Sensasi tidak nyaman, perih, atau berpasir pada mata namun tidak dapat
dilokalisir tempatnya.
 Keluhan semakin diperparah dengan mengedip, terutama bila benda asing
terletak pada permukaan dalam konjungtiva dari palpebra superior
 Ketika benda asing mengenai kornea, terjadi sensasi nyeri dan panas yang
tajam. Hal ini menyebabkan reflek pengeluaran air mata, “kebutaan”
sementara dan penutupan kelopak mata dan blefarospasme. (Rukmini.
2001)

6. Pemeriksaan penunjang

1)      Pemeriksaan tajam penglihatan


Dengan menggunakan snellens chart dan test brigshtess dilakukan untuk
mengetahui ketajaman penglihatan, normalnya tajam penglihatan seseorang
adalah 6/6, sedangkan pada pasien trauma mata hanya 1/30.
2)      Test onel
Dilakukan untuk mengetahui fungsi eksresi sistem lakrimel, normal bila terlihat
adanya reaksi menelan tetapi bila test anel negatif atau fungsi lakrimah tidak
normal maka keadaan ini mudah sekali terjadi infeksi, umumnya pada pasien
trauma mata tes onelnya (-) karena saat itu sistem lakrimal akan lebih banyak
mengeluarkan air mata
3)      Pemeriksaan lapang pandang
Dapat diperiksa dengancara konfrontasi yaitu dengancara meminta pasien untuk
memejamkan salah satu matanya dan memfokuskan motonya pada salah satu
tempat atau satu titik dihadapinya, pada pasien trauma mata pada bagian mata
yang trauma maka lapang pandangnya agak sedikit kabur / berkurang, namun
pada mata yuang normal lapang pandangnya masih normal/jelas
4)      Foto rontgen orbila
Foto rontgen orbita dilakukan untuk memastikan adanya benda asing di dalam
mata, pada trauma mata apabila terdapat benda asing yang masukke dalam mata
maka akan terlihat dengan jelas.

7. Penatalaksanaan medis
1)      Anamnesa kejadian trauma
2)      Pemeriksaan tajam penglihatan kedua mata.
3)      Pemeriksaan dengan optalmoskop
4)      Pemeriksaan keadaan mata yang kena trauma
5)      Bila ada perforasi lakukan pemeriksaan X-Ray orbita dengan PA dan lateral
6)      Perawatan luka
7)      Pengeluaran benda asing sesuai dengan fasilitas dan Rujuk ke rumah sakit
pusat.
8)      Benda asing di mata harus dikeluarkan. Agar benda asing terlihat lebih jelas dan
untuk melihat adanya goresan atau benda asing pada mata, bisa diberikan obat
tetes mata khusus yang mengandung zat warna flouresensi.Kemudian diberikan
obat tetes mata yang mengandung obat bius untuk mematikan rasa dipermukaan
mata.Dengan menggunakan alat penerangan khusus, benda tersebut bisa dibuang
oleh dokter.Benda asing seringkali bisa diambil dengan menggunakan kapas steril
yang lembab atau kadang dengan mengguyur mata dengan air steril.
9)      Jika benda asing menyebabkan goresan kecil pada permukaan kornea, diberikan
salep antibiotik selama beberapa hari. Goresan yang lebih besar memerlukan
pengobatan tambahan. Pupil diusahakan tetap melebar dengan pemberian obat,
lalu dimasukkan antibiotik dan mata ditutup dengan plester. Sel-sel pada
permukaan mata berregenerasi dengan cepat, meskipun goresannya besar,
penyembuhannya akan berlangsung selama 1-3 hari.
10)  Jika benda asing telah menembus ke lapisan mata yang lebih dalam, segera
hubungi dokter spesialis mata.

8. Penatalaksanaan keperawatan
 Anamnesa kejadian trauma

 Perawatan luka

 Jika benda asing telah menembus ke lapisan mata yang lebih dalam, segera
hubungi dokter spesialis mata. (Carpenito, 2001)

9. Asuhan keperawatan

a.      Pengkajian
1)      Identitas
2)      Riwayat Kesehatan
a)      Riwayat penyakit: Jenis, bahan, jumlah, dan lama terkena rudapaksa, tindakan
yang telah dilakukan oleh klien sebelum dibawa ke rumah sakit
b)      Psikososial: Pekerjaan yang dijalani, aktivitas yang dilakukan saat terkena
benda asing
3)      Dasar Data Pengkajian Pasien
Kebutuhan sehari-hari pasien sebelum terkena trauma mata dapat
dilakukan secara mandiri tetapi setelah mengalami trauma mata terdapat gangguan
dan perubahan, seperti:
a)      Tidur dan istirahat: adanya rasa nyeri pada mata sehingga mengakibatkan
terganggunya aktivitas istirahat / tidur
b)      Personal hygiene: mandi, gosok gigi, BAB, BAK terganggu berhubungan
dengan gangguan penurunan dan rasa nyeri
c)      Makanan / cairan: pasien dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang
mengandung serat dan menghindari rasa pedas
4)      Pemeriksaan Fisik
a)      Inspeksi
·         Adanya perdarahan, perubahan struktur konjungtiva, warna, dan memar
·         Kerusakan tulang orbita, krepitasi tulang orbita
·         Pelebaran pembuluh darah perikornea
·         Hifema
·         Robek kornea
·         Perdarahan dari orbita
·         Blefarospasmae
·         Pupil tidak bereaksi terhadap cahaya, struktur pupil robek
·         Tes fluoresens positif
·         Edema kornea
·         Nekrosis konjungtiva/sclera
·         Katarak
b)      Palpasi
·         Adanya nyeri pada mata
5)      Pemeriksaan Penunjang
Pada sebagian pasien saat dilakukan tes adaptasi gelap, terjadinya
peningkatan tekanan darah dan denyut nadi, pernapasan dan suhu, pada sinusitis
dan benda asing yang lama dalam mata terjadi peningkatan jumlah leukosit karena
terjadi infeksi yang lama.

  b.      Diagnosa
1)      Risiko perluasan cedera yang berhubungan dengan efek agens cedera (fisik,
kimiawi)
2)      Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit,
prognosis
3)      Nyeri yang berhubungan dengan kerusakan jaringan mata.

  c.       Intervensi
1)   Risiko perluasan cedera yang berhubungan dengan efek agens cedera (fisik,
kimiawi)
Subjektif :
a.       Mengatakan terkena benda asing.
b.      Mengatakan nyeri.
c.       Mengatakan ingin selalu memegang daerah yang luka.
Objektif :
a.       Memegang daerah mata.
b.      Meringis dan wajah tegang.
c.       Pemeriksaaan terdapat kerusakan struktur mata atau terdapat benda asing pada
mata (edema kornea, ablasi kornea, dll).
Tujuan :
Tidak terjadi kerusakan struktur yang berlanjut  
Intervensi Rasional
-kaji kondisi luka yang terjadi dan identifikasi -cedera fisik umumnya menetap, tidak akan
penyebab cedera. Kaji tanda-tanda atau keluhan yang merusak struktur lain kecuali ada manipulasi atau
mungkin muncul. rudapaksa berikutnya. Sementara itu, trauma kimia
mungkin akan terus berlanjut hingga beberapa saat
setelah mata terpajan zat kimia.

-zat kimia dapat menyebabkan pelunakan organ.


-anjurkan klien untuk tidak melakukan penekanan Penekanan fisik yang kuat dapat memperparah
pada mata, kecuali pada cedera dengan perdarahan. kerusak mata.

-lakukan irigasi pada mata yang mengalami trauma -irigasi merupakan penanganan utama terpenting
kimia, atau pada mata dengan perdarahan yang pada trauma kimia untuk mencegah kerusakan lebih
dicurigai terdapat benda yang tertinggal. lanjut. Usahakan irigasi dilakukan dengan air garam
fisiologis, atau air biasa bila tidak ada. Irigasi
minimal dilakukan dengan menggunakan satu liter
air dan pada trauma kimia alkali minimal dilakukan
segera hingga selama 60 menit pascatrauma.

-tutup mata dengan perban penekan bila terjadi -luka yang mengalami perdarahan cukup besar,
perdarahan. Tameng mata dapat digunakan pada disamping ditutup dengan plester, penekanan
anak-anak yang agak besar. dengan berat diharapkan dapat menghentikan
perdarahan. Pada anak yang kurang kolaboratif dan
cenderung mengucek mata sebaliknya dipasang
ditameng.

-anjurkan klien untuk melaporkan setiap perubahan -perubahan gejala yang lebih parah menunjukkan
gejala awal. kerusakan meluas.
Blefarospasme, nyeri hebat, dan fotofobia serta
kekaburan mata menunjukkan kerusakan struktur
kornea. Penurunan tajam penglihatan dan
pandangan ganda serta kehilangan lapang pandang
parsial (perifer) maupun total mungkin
menunjukkan kerusakan yang lebih dalam (pada
lensa dan retina). Hifema menunjukkan perdarahan
dalam bilik mata depan.

2)   Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit,


prognosis
Subjektif:
a.       Menyatakan takut /khawatir terjadi kerusakan mata.
b.      Menyatakan takut tidak bias melihat lagi.
Objektif :
a.       Wajah tegang
b.      Tanda vital meningkat
Tujuan :Tidak terjadi kecemasan
Intervensi Rasional
-kaji derajat kecemasan, factor yang -umumnya factor yang menyebabkan
menyebabkan kecemasan, tingkat pengetahuan kecemasan adalah kurangya pengetahuan dan
dan ketakutan klien akan penyakit. ancaman actual terhadap diri. Pada klien
dengan glaucoma, rasa nyeri dan penurunan
lapang penglihatan menimbulkan ketakutan
utama.

-orientasikan tentang penyakit yang dialami klien, -meningkatkan pemahamaan klien akan
prognosis dan tahapan perawatan yang akan penyakit. Jangan memberikan keamanan palsu
dijalani klien. seperti mengatakan penglihatan akan pulih
atau nyeri akan segera hilang. Gambarkan
secara objektif tahap pengobatan, harapan
proses pengobatan, dan orientasi pengobatan
masa berikutnya.

-Menimbulkan rasa aman dan perhatian bagi


-berikan kesempatan pada klien untuk bertanya klien.
tentang penyakitnya.
-dukungan psikologis dapat berupa penguatan
-beri dukungan psikologis. tentang kondisi klien dalam melibatkan diri
dalam perawatan maupun mengorientasikan
bagaimana kondisi penyakit yang sama
menimpa klien yang lain.

-mengurangi rasa ketidakefektifan dan


-terangkan setiap prosedur yang dilakukan, kecemasan yang terjadi.
jelaskan tahap perawatan yang akan dijalani.

3)      Nyeri yang berhubungan dengan kerusakan jaringan mata.


Subjektif :
Menyatakan nyeri pada mata
Objektif :
Wajah tegang, meringis.
Tujuan :
Nyeri berkurang, hilang atau terkontrol.
Intervensi Rasional
-kaji derajat nyeri setiap hari atau sesering -nyeri trauma umumnya menjadi keluhan utama
mungkin jika diperlukan. terutama nyeri akibat kerusakan kornea.
-nyeri disebabkan oleh efek kimiawi atau fisik
-terangkan penyebab nyeri dan factor/tindakan benda dan nyeri dapat meningkat akibat
yang dapat memprovokasi nyeri. provokasi
         menekan mata terlalu kuat
         gerakan mata tiba-tiba

-lakukan kompres pada jaringan sekitar mata. -kompres dingin mungkin diperlukan pada
trauma fisik akut dan juka kondisi stabil(agak
lama), dapat digunakan teknik kompres hangat
(jika tidak ada perdarahan).

-kolaborasi pemberian analgesic. -analgesik berfungsi untuk meningkatkan ambang


nyeri.

-ajarkan tindakan distraksi dan relaksasi pada -mengurangi nyeri dengan manipulasi dengan
klien. manipulasi psikologis.

Anda mungkin juga menyukai