Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN DAN RESUME PADA Tn.

W
DENGAN KASUS CORPUS ALIENUM MATA
DI RUANG IGD RSUD PARE, KEDIRI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Profesi Ners Departemen Gawat Darurat

Disusun Oleh :

Siti Nur Farida, S.Kep.


202006040

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Resume ini disusun untuk memenuhi tugas praktek

Profesi Ners Prodi Ners STIKES Karya Husada Kediri pada tanggal 22 Maret

2021-27 Maret 2021 departemen gawat darurat di Ruang IGD RSUD Pare, Kediri

oleh:

Nama : Siti Nur Farida

NIM : 202006040

Judul : Laporan Pendahuluan dan Resume Pada Tn.W

dengan Kasus Corpus Alienum Mata Di Ruang IGD

RSUD Pare, Kediri

Mengetahui,

Preceptor Mahasiswa

(Didit Damayanti, S.Kep.,Ns.,M.Kep.) (Siti Nur Farida, S.Kep.)


NIDN: 07-2310-8401 NIM : 202006040
LEMBAR PENILAIAN PRAKTIK PRAKTEK PROFESI NERS

Nama Mahasiswa : Siti Nur Farida


NIM : 202006040
Periode Praktik : Keperawatan Gawat Darurat
Tanggal : 22 Maret 2021 sd 27 Maret 2021
Judul Askep : Laporan Pendahuluan dan Resume Pada Tn.W

dengan Kasus Corpus Alienum Mata Di Ruang IGD

RSUD Pare, Kediri

Nilai Supervisi Askep

TOTAL NILAI
NILAI
NO ELEMEN 1+2+3 TT Preceptor
(0-100)
3
1. Laporan Pendahuluan (LP)

2. Asuhan Keperawatan

3. Responsi (Didit Damayanti,M.Kep.)

Nilai Supervisi Skill/SOP


TOTAL NILAI
NILAI
NO ELEMEN 1+2 TT Preceptor
(0-100)
2
1. Penguasaan Konsep Perasat/Skill

2. Responsi Prosedur/ SOP Perasat (Didit Damayanti,M.Kep.)


LAPORAN PENDAHULUAN

Konsep Corpus Alienum pada Mata

A. Definisi

Corpus alienum atau benda asing, merupakan salah satu penyebab

terjadinya cedera mata, sering mengenai sklera, kornea, dan konjungtiva.

Beratnya kerusakan pada organ-organ di dalam bola mata tergantung dari

besarnya corpus alienum, kecepatan masuknya, ada atau tidaknya proses

infeksi, dan jenis bendanya (Novyana et al., 2019). Meskipun kebanyakan

bersifat ringan, tetapi beberapa cedera bisa berakibat serius. Apabila suatu

korpus alienum masuk ke dalam bola mata maka biasanya terjadi reaksi

infeksi yang hebat serta timbul kerusakan dari isi bola mata dan terjadi

iridocylitis serta panophthmitis. Karena itu perlu cepat mengenali benda

asing tersebut dan menentukan lokasinya di dalam bola mata untuk

kemudian mengeluarkannya.

B. Etiologi

Trauma mata dapat terjadi secara mekanik dan non mekanik

a. Mekanik, meliputi :

1) Trauma oleh benda tumpul, misalnya :

a) Terkena tonjokan tangan

b) Terkena lemparan batu

c) Terkena lemparan bola

d) Terkena jepretan ketapel, dan lain-lain

2) Trauma oleh benda tajam, misalnya:

a) Terkena pecahan kaca


b) Terkena pensil, lidi, pisau, besi, kayu

c) Terkena kail, lempengan alumunium, seng, alat mesin tenun.

3) Trauma oleh benda asing, misalnya:

Kelilipan pasir, tanah, abu gosok dan lain-lain

b. Non Mekanik, meliputi :

1) Trauma oleh bahan kimia:

a) Air accu, asam cuka, cairan HCL, air keras

b) Coustic soda, kaporit, jodium tincture, baygon

c) Bahan pengeras bakso, semprotan bisa ular, getah papaya, minyak

putih

2) Trauma termik (hipermetik)

a) Terkena percikan api

b) Terkena air panas

3) Trauma Radiasi

a) Sinar ultra violet

b) Sinar infra merah

c) Sinar ionisasi dan sinar X

C. Manifestasi

1. Penurunan ketajaman penglihatan

2. Adanya kelainan disekitar mata, seperti adanya perdarahan sekitar mata

atau pembengkakan di dahi, pipi dan hidung

3. Adanya eksuftalmos dan gangguan gerak bola mata akibat perdarahan

di dalam rongga orbita

4. Adanya hematom dan edema pada kelopak mata


5. Konjungtiva akan tampak merah dengan batas tegas

6. Terjadi erosi kornea

7. Pupil akan menyempit, dapat juga juga melebar dan reaksi terhadap

cahaya akan menjadi lembat atau hilang

8. Timbul raptur yang tidak langsung pada kapsul lensa

9. Edema retina

10. Perubahan tekanan bola mata

11. Terjadi gangguan gerak bola mata, kelopak mata tidak dapat menutup

atau tidak dapat membuka dengan jelas.

12. Lesi termis ditimbulkan oleh sinar infra red berupa : kekeruhan kornea,

atrati, iris, kerusakan macula karena berfokusnya sinar pada mocula,

jaringan berpigmen seperti ovea dan retina lebih mudah mengalami

kerusakan

13. Lesi obiotik ditimbulkan oleh UV (ultra violet): setelah periode laten

terlihat eriterna yang terbatas jelas hanya pada daerah yang teriritasi

14. Lesi ionisasi ditimbulkan oleh sinar X; terjadi perubahan vaskulariasi,

korpus siliarsis menjadi edema dan dilatasi yang mengakibatkan

terjadinya glaukoma.

D. Patofisiologi/WOC

Debu, kerikil, pasir, partikel kecil, serpihan kayu, zat kimia iritan, semburan

bisa ular atau benda lainnya yang masuk ke dalam mata disebut sebagai

korpus alienum. Korpus alienum biasanya mengenai daerah kornea dan

konjungtiva. Trauma mata akibat benda asing bisa bersifat ringan

(superfisial) atau berat (intraokular, masuk ke dalam mata). Trauma mata


ringan pada konjungtiva biasanya akan menyebabkan reaksi inflamasi

(peradangan) dan pelebaran pembuluh darah sehingga mata tampak merah

(hiperemis).

Saat kelopak mata berkedip, cairan mata akan menyebar ke seluruh

permukaan mata dan menjaga kelembabannya. Air mata yang dihasilkan

oleh kelenjar lakrimalis dapat menjerat dan membuang partikel-partikel

kecil yang masuk ke dalam mata. Selain itu, air mata juga mengandung

antibodi yang dapat mencegah infeksi.

Walaupun mata sudah dilengkapi dengan kelopak mata dan punya refleks

berkedip yang sangat cepat tetapi benda asing kadangkala masih bisa masuk

kedalam mata. Mungkin ini disebabkan karena benda itu sangat kecil dan

mata dalam keadaan terbuka lebar.


E. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan umum

Pemeriksaan pada kasus trauma mata dilakukan baik secara subyektif

maupun obyektif.

1) Pemeriksaan subyektif

Pemeriksaan ketajaman penglihatan. Hal ini berkaitan dengan

pembuatan visum et repertum. Pada pasien yang ketajamannya

menurun, dilakukan pemeriksaan retraksi untuk mengetahui bahwa

penurunan penglihatan mungkin bukan disebabkan oleh trauma tetapi

oleh kelainan retraksi yang sudah ada sebelum trauma (Widodo,

2000).

2) Pemeriksaan Obyektif

Saat melakukan inspeksi sudah dapat diketahui adanya kelainan di

sekitar mata seperti adanya perdarahan sekitar mata. Pembengkakan di

dahi, pipi, hidung dan lain-lain yang diperiksa pada kasus trauma mata

ialah: keadaan kelopak mata, kornea, bilik mata depan, pupil, lensa

dan tundus, gerakan bola mata dan tekanan bola mata. Pemeriksaan

segmen anterior dilakukan dengan sentolop, loupe slit lamp dan

atlalmoskop (Widodo, 2000).

b. Pemeriksaan Khusus

1. Pembiakan kuman dari benda yang merupakan penyebab trauma

untuk menjadi petunjuk pemberian obat antobiotik pencegah infeksi.

2. Pemeriksaan radiologi foto orbita


Untuk melihat adanya benda asing yang radioopak, bila ada dilakukan

pemeriksaan dengan lensa kontak combrang dan dapat ditentukan

apakah benda asing intra okuler atau ektra okuler.

3. Pemeriksaan ERG: untuk mengetahui fungsi retina yang rusak atau

yang masih ada.

4. Pemeriksaan VER: untuk melihat fungsi jalur penglihatan pusat

penglihatan.

F. Penatalaksanaan

Penatalaksanaannya adalah dengan mengeluarkan benda asing tersebut dari

bola mata. Bila lokasi corpus alienum berada di palpebra dan konjungtiva,

kornea maka dengan mudah dapat dilepaskan setelah pemberian anatesi

lokal. Untuk mengeluarkannya, diperlukan kapas lidi atau jarum suntik

tumpul atau tajam. Arah pengambilan, dari tengah ke tepi. Bila benda

bersifat magnetik, maka dapat dikeluarkan dengan magnet portable.

Kemudian diberi antibiotik lokal, siklopegik, dan mata dibebat dengan kassa

steril dan diperban (Vaughan, 2010).

a. Trauma mata benda tumpul

Penanganan ditekankan pada utama yang menyertainya dan penilaian

terhadap ketajaman penglihatan. Setiap penurunan ketajaman penglihatan

tanda mutlak untuk melakukan rujukan kepada dokter ahli mata

(Mangunkusumo, 2000). Pemberian pertolongan pertama berupa:

1) Obat-obatan analgetik: untuk mengurangi rasa sakit. Untuk

pemeriksaan mata dapat diberikan lokal anastesi: Pantokain 0,5% atau

tetracain 0,5% - 1,0 %.


2) Pemberian obat-obat anti perdarahan dan pembengkakan

3) Memberikan moral support agar pasien tenang

4) Evaluasi ketajaman penglihatan mata yang sehat dan mata yang

terkena trauma

5) Dalam hal hifema ringan (adanya darah segar dalam bilik mata depan)

tanpa penyulit segera ditangani dengan tindakan perawatan:

a) Tutup kedua bola mata

b) Tidur dengan posisi kepala agar lebih tinggi

c) Evaluasi ketajaman penglihatan

d) Evaluasi tekanan bola mata

6) Setiap penurunan ketajaman penglihatan atau keragu-raguan mengenai

mata pasien sebaiknya segera di rujuk ke dokter ahli mata.

b. Trauma mata benda tajam

Keadaan trauma mata ini harus segera mendapat perawatan khusus

karena dapat menimbulkan bahaya; infeksi, siderosis, kalkosis dan

atlalmia dan simpatika. Pertimbangan tindakan bertujuan :

1) Mempertahankan bola mata

2) Mempertahankan penglihatan

Bila terdapat benda asing dalam bola mata, maka sebaiknya dilakukan

usaha untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Pada pasien diberikan:

1) Antibiotik spectrum luas

2) Analgetik dan sedotiva

3) Dilakukan tindakan pembedahan pada luka yang terbuka


c. Trauma mata benda asing

1) Ekstra Okular

a) Tetes mata

b) Bila benda asing dalam forniks bawah, angkat dengan swab.

c) Bila dalam farniks atas, lipat kelopak mata dan angkat

d) Bila tertanam dalam konjungtiva, gunakan anestesi local dan

angkat dengan jarum

e) Bila dalam kornea, geraka anestesi local, kemudian dengan hat-hati

dan dengan keadaan yang sangat baik termasuk cahaya yang baik,

angkat dengan jarum.

f) Pada kasus ulerasi gunakan midriatikum bersama dengan antibiotic

local selama beberapa hari.

g) Untuk benda asing logam yang terlalu dalam, diangkat dengan

jarum, bisa juga dengan menggunakan magnet.

2) Intra okuler

a) Pemberian antitetanus

b) Antibiotik

c) Benda yang intert dapat dibiarkan bila tidak menybabkan iritasi

d. Trauma mata bahan kimia

1) Trauma alkali

a) Segera lakukan irigasi selama 30 menit sebanyak 2000 ml; bila

dilakukan irigasi lebih lama akan lebih baik.

b) Untuk mengetahui telah terjadi netralisasi bisa dapat dilakukan

pemeriksaan dengan kertas lokmus; pH normal air mata 7,3


c) Diberi antibiotik dan lakukan debridement untuk mencegah infeksi

oleh kuman oportunie.

d) Diberi sikoplegik karena terdapatnya iritis dan sineksis posterior

e) Beta bloker dan diamox untuk mengatasi glukoma yang terjadi

f) Steroid diberikan untuk menekan radang akibat denoturasi kimia

dan kerusakan jaringan kornea dan konjungtiva namun diberikan

secara hati-hati karena steroid menghambat penyembuhan.

g) Kolagenase intibitor seperti sistein diberikan untuk menghalangi

efek kolagenase.

h) Vitamin C diberikan karena perlu untuk pembentukan jaringan

kolagen.

i) Diberikan bebat (verban) pada mata, lensa kontak lembek.

j) Karataplasti dilakukan bila kekerutan kornea sangat menganggu

penglihatan.

2) Trauma Asam

a) Irigasi segera dengan gara fisiologis atau air.

b) Control pH air mata untuk melihat apakah sudah normal

c) Selanjutnya pertimbangan pengobatan sama dengan pengobatan

yang diberikan pada trauma alkali

G. Komplikasi

Komplikasi pada benda asing di mata ini bergantung dari jenis benda yang

masuk (inert/tidak inert) dan arah, kecepatan, serta besarnya benda yang

masuk ke mata. Namun ada beberapa komplikasi yang dapat terjadi yaitu:

1. Endoftalmitis
2. Panoftalmitis

3. Ablasi retina

4. Pendarahan intraokular

5. Ftisis bulbi

Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

a. Data biografi (meliputi identitas pasien seperti: nama, jenis kelamin,


pekerjaan, agama)
b. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan pendahuluan diambil untuk menentukan masalah
primer pasien seperti: kesulitan membaca, pandangan kabur, rasa
terbakar pada mata, mata basah, pandangan ganda, bercak dibelakang
mata dan lain-lain.
c. Riwayat penyakit apa yang terakhir di derita oleh pasien
1) Masa anak : Strabismus, ambliopia, cedera
2) Dewasa : Glaukoma, katarak, cidera/ trauma mata.
3) Penyakit keluarga : Adakah riwayat kelainan mata pada
keluarga
d. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan bagian luar mata
a) Posisi mata : dikaji simetris/ tidak. Apakah ada exaptalamus
b) Alis mata bulu mata dan kelopak mata. Respon tutup mata dan
berkedip.
2) Inspeksi area antara kelopak mata bawah dan atas apakah bebas
ederma.
3) Inspeksi sklera dan konjugtiva: melihat warna, perubahan tekstur dan
lain-lain.
4) Iris dan pupil diinspeksi normalnya saat diberikan cahaya. Iris
kontraksi dan nervus optikus terstimulasi.
B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera (biologis, zat kimia, fisik)

2. Risiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan organisme

patogen lingkungan

3. Ansietas berhubungan dengan terpapar bahaya lingkungan (mis.

Toksin, polutan, dan lain-lain

C. Intervensi

No. Diagnosa SLKI SIKI


Keperawatan
1. Nyeri Akut TINGKAT NYERI MANAJEMEN NYERI (I. 08238)
MENURUN (L.08066)
dengan kriteria hasil: 1. Observasi
 lokasi, karakteristik, durasi,
1. Keluhan nyeri frekuensi, kualitas, intensitas
menurun nyeri
 Identifikasi skala nyeri
2. Meringis menurun  Identifikasi respon nyeri non
verbal
3. Sikap protektif
 Identifikasi faktor yang
menurun
memperberat dan
4. Gelisah menurun memperingan nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan
5. Kesulitan tidur keyakinan tentang nyeri
menurun  Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
6. Frekuensi nadi  Identifikasi pengaruh nyeri
membaik pada kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi
7. Perilaku membaik komplementer yang sudah
diberikan
 Monitor efek samping
penggunaan analgetik
2. Terapeutik
 Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur,
terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
 Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
3. Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan
nyeri
 Anjurkan memonitor nyri
secara mandiri
 Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

2. Risiko Infeksi TINGKAT INFEKSI PENCEGAHAN INFEKSI (I.14539)


MENURUN (L. 14137)
dengan kriteria hasil: 1. Observasi
1. Kebersihan badan  Identifikasi riwayat kesehatan
meningkat dan riwayat alergi
2. Kemerahan menurun  Identifikasi kontraindikasi
pemberian imunisasi
3. Nyeri menurun  Identifikasi status imunisasi
setiap kunjungan ke
4. Bengkak menurun pelayanan kesehatan

2. Terapeutik

 Berikan suntikan pada pada


bayi dibagian paha
anterolateral
 Dokumentasikan informasi
vaksinasi
 Jadwalkan imunisasi pada
interval waktu yang tepat

3. Edukasi

 Jelaskan tujuan, manfaat,


resiko yang terjadi, jadwal
dan efek samping
 Informasikan imunisasi yang
diwajibkan pemerintah
 Informasikan imunisasi yang
melindungiterhadap penyakit
namun saat ini tidak
diwajibkan pemerintah
 Informasikan vaksinasi untuk
kejadian khusus
 Informasikan penundaan
pemberian imunisasi tidak
berarti mengulang jadwal
imunisasi kembali
 Informasikan penyedia
layanan pekan imunisasi
nasional yang menyediakan
vaksin gratis
3. Ansietas TINGKAT ANSIETAS REDUKSI ANXIETAS (I.09314)
MENURUN (L.09093)
dengan kriteria hasil: 1. Observasi
 Identifikasi saat tingkat
1. Verbalisasi anxietas berubah (mis.
kebingungan menurun Kondisi, waktu, stressor)
 Identifikasi kemampuan
2. Verbalisasi khawatir
mengambil keputusan
akibat kondisi yang
 Monitor tanda anxietas (verbal
dihadapi menurun
dan non verbal)
3. Perilaku gelisah 2. Terapeutik
menurun  Ciptakan suasana terapeutik
untuk menumbuhkan
4. Perilaku tegang kepercayaan
menurun  Temani pasien untuk
mengurangi kecemasan , jika
5. Konsentrasi membaik memungkinkan
 Pahami situasi yang membuat
anxietas
 Dengarkan dengan penuh
perhatian
 Gunakan pedekatan yang
tenang dan meyakinkan
 Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
 Diskusikan perencanaan
realistis tentang peristiwa
yang akan datang
3. Edukasi
 Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin dialami
 Informasikan secara factual
mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
 Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika perlu
 Anjurkan melakukan kegiatan
yang tidak kompetitif, sesuai
kebutuhan
 Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
 Latih kegiatan pengalihan,
untuk mengurangi ketegangan
 Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
 Latih teknik relaksasi
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat
anti anxietas, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Daniel Vaughan. Oftalmologi Umum, Edisi 17. Jakarta: Widya Medika Jakarta;
2010.

Novyana, R. M., Himayani, R., Kedokteran, F., Lampung, U., Ilmu, B., Mata, P.,
… Lampung, U. (2019). Corpus Alienum Sklera Okuli Sinistra Scleral
Corpus Alienum of Oculi Sinistra, 9, 162–166.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
TRIGGER CASE

Tn. W usia 37 tahun datang ke IGD RSUD Pare pukul 13.00 WIB dengan

keluhan nyeri, perih dan panas pada mata. Nyeri dirasakan setelah terkena

semburan ular saat Tn.W memotong rumput dan tiba-tiba jarak 2 meter

terdapat ular berwarna coklat dan kepala mirip seperti sendok. Tn.W dilarikan

ke IGD 30 menit setelah kejadian. Dari hasil pemeriksaan didapatkan mata

sebelah kanan mengalami kemerahan, TD 120/90 mmHg, N 80x/mnt, RR

22x/mnt, S 36,20C.
SOP IRIGASI MATA

1. Deskripsi Tindakan

Kompetensi ini menggambarkan kemampuan perawat dalam mengelola

pemberian terapi irigasi mata, termasuk tekhnik pemberian dan

keamanannya. Irigasi mata dilakukan untuk menghilangkan inflamasi

lokal dari konjungtiva, memberikan larutan antiseptik, atau mendorong

keluar eksudat dengan larutan irigasi. Irigasi mata adalah prosedur yang

umumnya dilakukan pada situasi kedaruratan bila benda asing atau suatu

bahan lain masuk ke mata.

2. Tujuan Tindakan

a. Menghilangkan inflamasi

b. Mendorong benda asing atau eksudat dengan larutan irigasi

3. Indikasi Tindakan

Kedaruratan bila benda asing masuk ke dalam mata

4. Pengkajian

a. Kaji adanya inflamasi lokal dari konjungtiva

b. Kaji jumlah sekret, kotoran, atau benda asing

5. Persiapan Alat

a. Larutan irigasi (NS/air steril) dengan volume 30-180 mL pada suhu

370C (98,60F)

b. Kom steril untuk tempat menuang larutan

c. Bengkok (nierbekken)

d. Bantalan tahan air atau handuk

e. Bola kapas
f. Spuit dengan bulb lembut atau penetes mata

g. Sarung tangan sekali pakai

h. Baki beralas/troli

6. Persiapan Pasien & Lingkungan

a. Identifikasi pasien

b. Informed consent

c. Bantu pasien berbaring miring searah mata yang sakit dan putar

kepalanya ke arah mata yang sakit

7. Prosedur Pelaksanaan

a. Cuci tangan

b. Gunakan sarung tangan sekali pakai

c. Letakkan bantalan tahan air di bawah wajah pasien

d. Letakkan bengkok tepat di bawah dagu pasien, pada sisi mata yang

sakit

e. Bersihkan garis kelopak mata dan bulu mata dari dlam ke luar kantus,

dengan bola kapas yang basah

f. Isi spuit irigasi atau penetes mata

g. Regangkan kelopak mata bawah dan atas (kantung konjungtiva)

dengan memberikan tekanan pada bagian bawah tulang orbita, dan

jangan memberikan tekanan berlebihan pada mata

h. Pegang spuit irigasi atau penetes, kurang lebih 2,5 cm di atas kantus

dalam
i. Minta pasien untuk melihat ke atas, dan dengan perlahan irigasi

dengan mengarahkan larutan ke dalam sakus konjungtiva bawah ke

arah kantus luar

j. Biarkan pasien memejamkan matanya secara periodik

k. Lanjutkan irigasi sampai semua larutan digunakan atau sekret

(kotoran) telah bersih (15 menit irigasi diperlukan untuk membilas

bahan kimia)

l. Keringkan kelopak mata dan area wajah dengan bola kapas

m. Kembalikan pasien pada posisi normal

n. Lepas sarung tangan, bereskan peralatan, dan cuci tangan

8. Evaluasi

a. Respon pasien selama tindakan (rasa panas, gatal dan nyeri)

b. Keadaan mata

9. Dokumentasi

a. Catat waktu, tanggal dan tempat

b. Catat tentang respon pasien terhadap rasa panas, gatal, nyeri, serta

volume dan tipe larutan yang digunakan, karakter drainase, dan

penampilan konjungtiva
DAFTAR PUSTAKA
Hidayati, Ratna. dkk. 2014. Praktik Laboratorium Keperawatan Jilid 1. Jakarta:
Penerbit Erlangga

Anda mungkin juga menyukai