Anda di halaman 1dari 19

1

BAB I

PENDAHULAUAN

.1 Latar Belakang
Demam merupakan suatu kondisi yang umum terjadi terutama
pada anak-anak. Penanganan demam pada anak sangat tergantung pada
peran orang tua, terutama ibu. Pengetahuan ibu yang berbeda akan
mengakibatkan pengelolaan demam pada anak yang berbeda pula. Saat
ini, demam dianggap sebagai suatu kondisi sakit yang umum (Riandita,
Pendidikan, Kedokteran, Kedokteran, & Diponegoro, 2012).
Hampir setiap anak pasti pernah merasakan demam. Pada
dasarnya, terdapat dua kondisi demam yang memerlukan pengelolaan
yang berbeda. Pertama adalah demam yang tidak boleh terlalu cepat
diturunkan karena merupakan respon terhadap infeksi ringan yang
bersifat self limited. Kedua adalah demam yang membutuhkan
pengelolaan segera karena merupakan tanda infeksi serius dan
mengancam jiwa seperti pneumonia, meningitis, dan sepsis (Riandita et
al., 2012).
Selama ini upaya yang sering dilakukan orangtua untuk
menurunkan demam anak adalah pemberian obat penurun
panas/antipiretik. Berbagai penelitian di luar negeri menunjukkan bahwa
95% ibu merasa khawatir bila anaknya demam. Sebanyak 10-15% anak
yang dibawa ke dokter adalah karena demam (Soedibyo, 2006)
(Cahyaningrum & Kebidanan, n.d.)
Sejauh ini demam pada anak sering menimbulkan “fobia”
tersendiri bagi banyak ibu. Hasil penelitian memperlihatkan hampir 80%
orang tua mempunyai “fobia” demam. Banyak ibu yang mengira bahwa
bila tidak diobati, demam anaknya akan semakin tinggi. Karena konsep
yang salah ini, banyak orang tua mengobati demam ringan yang
sebetulnya tidak perlu diobati. Studi yang dilakukan oleh Dawood dkk di
Malaysia, memperlihatkan bahwa pengetahuan orang tua meliputi
pengetahuan mengenai obat demam, efek samping obat, dan bentuk
2

sediaan obat yang bekerja baik untuk anak dengan demam. Penelitian
yang dilakukan oleh Kazeem dkk di Nigeria menunjukkan bahwa yang
dimaksud pengetahuan ibu tentang demam adalah pengetahuan mengenai
temperatur demam, penyebab demam, karakteristik demam, dampak
lanjut demam, dan cara menentukan bahwa seorang anak mengalami
demam (Riandita et al., 2012).
Hal pertama yang harus diperhatikan dalam pertolongan pertama
dalam pengelolaan demam pada balita adalah pakaikan baju yang tipis,
nyaman, dan menyerap keringat, berikan Air Susu Ibu (ASI) atau minum
susu botol yang lebih sering, tempatkan si kecil pada ruangan yang
memiliki sirkulasi udara yang baik. berikan kompres hangat yang dapat
menurunkan suhu tubuh dalam waktu 30-45 menit. Memberikan obat-
obatan seperti aspirin dan parasetamol apabila anak mengalami demam
yang sangat tinggi. Ukur suhu bila perlu setiap 1 jam sekali (Penderita,
Rawat, Rs, Friska, & Harahap, 2010).
Dalam hal ini peneliti berinisiatif untuk membuktikan apakah ada
efektifitas penggunaan daun sangket tumbuk untuk menurunkan demam
pada balita sebagai usaha meminimalisir penggunaan obat-obatan kimia,
dan memberitahukan kepada orangtua khususnya ibu balita agar tidak
terburu-buru mengambil tindakan medis dalam penanganan demam pada
balitanya karena di sekeliling kita sangat banyak tumbuhan yang bisa
dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional.
Dari berbagai penelitian tersebut dapat diketahui bahwa
pengetahuan ibu tentang demam di tiap negara sangat bervariasi.
Pengetahuan ibu yang berbeda ini akan mengakibatkan pengelolaan
demam pada anak yang berbeda pula. Tingkat pengetahuan ibu tentang
demam di Indonesia juga sangat bervariasi mengingat hal ini dipengaruhi
oleh banyak faktor. Penelitian mengenai efektifitas penggunaan daun
sangket terhadap penurunan demam balita di Indonesia masih terbatas.
Oleh karena itu, peneliti mencoba untuk meneliti efektifitas penggunaan
daun sangket terhadap penurunan demam balita di Indonesia, khususnya
di Posyandu Dusun Kedunggulun, Nganjuk.
3

1.2. Rumusan Masalah


Apakah pengaruh tumbukan daun sangket dapat menurunkan
demam (infeksi) pada balita?

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui dan membuktikan ada tidaknya pengaruh
penggunaan tumbukan daun sangket terhadap penurunan demam
(infeksi) pada balita di Posyandu Dusun Kedunggulun.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui tingkat pemahaman ibu tentang penanganan
demam pada balita.
2. Untuk memaparkan cara menurunkan demam pada balita
dengan obat tradisional.
3. Memotivasi dan memandirikan orangtua khususnya ibu untuk
melakukan penanganan pertama saat si balita demam dengan
menggunakan obat tradisional.

1.4. Manfaat Penelitian


a. Untuk Masyarakat
Dapat mengerti dan memahami kegunaan daun sangket untuk
pengobatan tradisional, dapat mengetahui dan melakukan cara
penurunan demam balita menggunakan tumbukan daun sangket,
dapat melakukan tindakan mandiri mengatasi demam balita.
b. Petugas Kesehatan
Sebagai informasi dan pertimbangan dalam upaya mengatasi
masalah demam pada balita untuk meminimalisir penggunaan obat-
obatan.
c. Peneliti dan Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat digunakan sebagai penelitian pendahuluan dan
data yang didapat dari penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar
dari penelitian selanjutnya.
4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Daun Sangket


2.1.1. Pengertian Sangket
Tanaman sangket merupakan tanaman herbal yang
memiliki senyawa antifungal yaitu senyawa polifenol. Kandungan
senyawa kimia yang terkandung dalam infusa tanaman sangket
adalah alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin, dan tanin (In, 2011).
2.1.2. Kandungan Daun Sangket
a. Salah satu kandungan kimia yang bermanfaat bagi kesehatan
yang terkandung dalam daun sangket adalah alkaloid. Alkaloid
merupakan suatu basa organik yang mengandung unsur
Nitrogen (N) pada umumnya berasal dari tanaman, yang
mempunyai efek fisiologis kuat terhadap manusia. Kegunaan
senyawa alkaloid dalam bidang farmakologi adalah untuk
memacu sistem syaraf, menaikkan tekanan darah, dan
melawan infeksi mikrobial (Pasaribu, 2009) (Wullur,
Schaduw, & Wardhani, 2012).
b. Tanin adalah senyawa organik yang terdiri dari campuran
senyawaan polifenol kompleks, dibangun dari elemen C, H dan
O serta sering membentuk molekul besar dengan berat molekul
lebih besar dari 2000. Tanin adalah suatu senyawa polifenol
dan dari struktur kimianya dapat digolongkan menjadi dua
macam, yaitu tanin terhidrolisis (hidrolizable tannin) dan tanin
terkondensasi (condensed tannin) (Pambayun dkk., 2007).
Ekstrak dari tanin tidak dapat murni 100%, karena selain
terdiri dari tanin ada juga zat non tanin seperti glukosa dan
hidrokoloid yang memiliki berat molekul tinggi (Nurhasanah,
2001). Tanin dapat dijumpai pada hampir semua jenis
tumbuhan hijau di seluruh dunia baik tumbuhan tingkat tinggi
maupun tingkat rendah dengan kadar dan kualitas yang
5

berbeda-beda. Di Indonesia sumber tanin yang paling banyak


adalah bakau-bakauan yang tumbuh di hutan mangrove, yang
tersebar luas dari Aceh sampai Irian Jaya. Selain jenis bakau,
tanin dapat juga ditemukan pada jenis-jenis dari hutan tanaman
industri seperti akasia, pinus, ekaliptus dan sebagainya (Irianty
& Yenti, 2014).
c. Flavonoid adalah zat aktif yang terdapat pada tumbuhan yang
mempunyai struktur kimia C6-C3-C6 yang tiap bagian C6
merupakan rantai alifatik dan dalam senyawa flavonoid bisa
digunakan sebagai antioksidan (Studi, Fmipa, & Manado,
n.d.).
d. Glikosida adalah ikatan eter di antara hidroksil gula dengan
alkohol (Wilbraham and Matta,1992). Dengan adanya gugus
eter, dan alkohol dapat dijadikan sebagai petunjuk adanya
ikatan glikosida (Widyastuti, Baruji, Giarni, Isnawan, &
Wahyudi, 2011).
e. Saponin merupakan bentuk glikosida dari sapogenin sehingga
akan bersifat polar. Saponin adalah senyawa yang bersifat aktif
permukaan dan dapat menimbulkan busa jika dikocok dalam
air (Kristanti dkk., 2008). Timbulnya busa pada uji saponin
menunjukkan adanya glikosida yang mempunyai kemampuan
untuk membentuk buih dalam air yang terhidrolisis menjadi
glukosa dan senyawa lainnya (Marliana dkk., 2005). Senyawa
saponin tersebut akan cenderung tertarik oleh pelarut yang
bersifat semi polar seperti metanol (Roxb, 2012).

2.2. Demam pada balita


2.2.1 Pengertian Demam
International Union of Physiological Sciences Commission
for Thermal Physiology mendefinisikan demam sebagai suatu
keadaan peningkatan suhu inti, yang sering (tetapi tidak
seharusnya) merupakan bagian dari respons pertahanan organisme
6

multiselular (host) terhadap invasi mikroorganisme atau benda


mati yang patogenik atau dianggap asing oleh host. El Rahdi
mendefinisikan demam secara patofisiologi dan klinis. Secara
patofisiologi demam adalah peningkatan thermoregulatory set
point dari pusat hipotalamus yang diperantarai oleh interleukin-1
(IL-1). Sedangkan secara klinis demam adalah peningkatan suhu
tubuh 1oC atau lebih besar di atas nilai rerata suhu normal. Hal ini
dicapai secara fisiologis dengan meminimalkan pelepasan panas
dan memproduksi panas. Suhu tubuh dipengaruhi oleh faktor
individu dan lingkungan, meliputi usia, jenis kelamin, aktivitas
fisik dan suhu udara ambien. Oleh karena itu, tidak ada nilai
tunggal untuk suhu tubuh normal.
2.2.2 Penyebab Demam
Peningkatan suhu tubuh karena demam ditimbulkan oleh
beredarnya pirogen di dalam tubuh. Peningkatan pirogen ini bisa
disebabkan karena infeksi maupun non infeksi. Diantara kedua
penyebab tersebut, demam lebih sering disebabkan oleh infeksi,
baik infeksi bakteri ataupun virus. Pada anak-anak, demam paling
sering terjadi karena infeksi virus seperti ISPA sehingga tidak
dapat diterapi menggunakan antibiotik. Demam ringan akibat
virus yang juga sering ditemukan pada anak adalah demam yang
disertai dengan batuk pilek (common colds) karena infeksi
rhinovirus dan enteritis yang diakibatkan infeksi rotavirus.
Sedangkan penyebab non infeksi antara lain karena alergi,
tumbuh gigi, keganasan, autoimun, paparan panas yang
berlebihan (overhating), dehidrasi, dan lain-lain. Demam bukan
suatu penyakit melainkan hanya merupakan gejala dari suatu
penyakit. Demam dapat juga merupakan suatu gejala dari
penyakit yang serius seperti Demam Berdarah Dengue, demam
tiphoid, dan lain-lain.
7

2.2.3 Mekanisme Demam


Demam mengacu pada peningkatan suhu tubuh yang
berhubungan langsung dengan tingkat sitokin pirogen yang
diproduksi untuk mengatasi berbagai rangsang. Sebagai respon
terhadap rangsangan pirogenik, maka monosit, makrofag, dan sel
kupfer mengeluarkan sitokin yang berperan sebagai pirogen
endogen (IL-1, TNF-α, IL-6, dan interferon) yang bekerja pada
pusat thermoregulasi hipotalamus. Sebagai respon terhadap
sitokin tersebut maka terjadi sintesis prostaglandin, terutama
prostaglandin E2 melalui metabolisme asam arakidonat jalur
siklooksigenase-2 (COX-2) dan menimbulkan peningkatan suhu
tubuh. Hipotalamus akan mempertahankan suhu sesuai patokan
yang baru dan bukan suhu normal. Mekanisme demam dapat juga
terjadi melalui jalur non prostaglandin melalui sinyal afferen
nervus vagus yang dimediasi oleh produk lokal Macrophage
Inflammatory Protein-1 (MIP-1), suatu kemokin yang bekerja
langsung terhadap hipotalamus anterior. Berbeda dengan demam
dari jalur prostaglandin, demam melalui MIP-1 ini tidak dapat
dihambat oleh antipiretik. Menggigil ditimbulkan agar dengan
cepat meningkatkan produksi panas, sementara vasokonstriksi
kulit juga berlangsung untuk dengan cepat mengurangi
pengeluaran panas. Kedua mekanisme tersebut mendorong suhu
naik. Dengan demikian, pembentukan demam sebagai respon
terhadap rangsangan pirogenik adalah sesuatu yang disengaja dan
bukan disebabkan oleh kerusakan mekanisme termoregulasi.
2.2.4 Pemeriksaan Demam
1. Pemeriksaan suhu tubuh
Tingginya demam diukur dengan menempatkan termometer
ke dalam rektal, mulut, telinga, serta dapat juga di aksila
selama satu menit dan kemudian segera dibaca. Pengukuran
suhu mulut aman dan dapat dilakukan pada anak usia di atas 4
tahun karena sudah dapat bekerja sama untuk menahan
8

termometer di mulut. Pengukuran ini juga lebih akurat


dibandingkan dengan suhu aksila. Pengukuran suhu aksila
mudah dilakukan, tetapi hanya menggambarkan suhu perifer
tubuh yang sangat dipengaruhi oleh vasokonstriksi pembuluh
darah dan keringat sehingga kurang akurat. Pengukuran suhu
melalui rektal cukup akurat karena lebih mendekati suhu tubuh
yang sebenarnya dan paling sedikit terpengaruh suhu
lingkungan, tetapi pemeriksaannya tidak nyaman bagi anak.
Sedangkan pengukuran suhu melalui telinga (infrared
tympanic) tidak dianjurkan karena dapat memberikan hasil
yang tidak akurat sebab liang telinga anak masih sempit dan
basah. Pemeriksaan suhu tubuh dengan perabaan tangan
sebenarnya tidak dianjurkan karena tidak akurat sehingga tidak
dapat mengetahui dengan cepat jika suhu mencapai tingkat
yang membahayakan. Pengukuran suhu inti tubuh yang
merupakan suhu tubuh yang sebenarnya dapat dilakukan
dengan mengukur suhu dalam tenggorokan atau pembuluh
arteri paru. Namun, hal ini sangat jarang dilakukan karena
terlalu invasif.
2. Pemeriksaan keadaan umum
Penegakan diagnosis demam untuk menentukan
penanganan tidak hanya berpatokan dengan tingginya suhu,
tetapi juga keadaan umum anak. Apabila anak tidak nyaman
atau gelisah, demam perlu segera diobati. Pemeriksaan
keadaan umum dapat menentukan apakah pasien tergolong
toksis atau tidak toksis. Mc Carthy membuat Yale Observation
Scale untuk penilaian anak toksis. Skala penilaian ini terdiri
dari enam kriteria berupa: evaluasi cara menangis, reaksi
terhadap orang tua, variasi keadaan, respon sosial, warna kulit,
dan status hidrasi. Masing-masing item diberi nilai 1 (normal),
3 (moderat), 5 (berat). Anak yang mempunyai nilai lebih dari
16 dapat dikatakan menderita penyakit yang serius.
9

2.2.5 Dampak lebih lanjut


Pada dasarnya, demam dapat menguntungkan maupun
merugikan. Beberapa bukti penelitian menunjukkan fungsi
pertahanan tubuh manusia bekerja baik pada temperatur
demam dibandingkan suhu normal. Namun, pada saat demam
akan terjadi peningkatan metabolisme tubuh yang membuat
anak sangat tidak nyaman dan dehidrasi karena peningkatan
penguapan cairan tubuh. Demam dengan peningkatan suhu
tubuh yang terlalu tinggi memerlukan kewaspadaan karena
dapat berdampak buruk seperti meningkatnya risiko kejang
demam terutama pada anak di bawah 5 tahun. Selain itu,
demam di atas 41oC dapat menyebabkan hiperpireksia yang
sangat berbahaya karena dapat menyebabkan berbagai
perubahan metabolisme, fisiologi, dan akhirnya kerusakan
susunan saraf pusat. Pada awalnya anak tampak menjadi
gelisah disertai nyeri kepala, pusing, kejang, serta akhirnya
tidak sadar. Keadaan koma terjadi bila suhu >43 oC dan
kematian terjadi dalam beberapa jam bila suhu 43 oC sampai
45oC (Riandita et al., 2012).

Tempat Jenis Termometer Rentang;Suhu Demam


Pengukuran Normal(0C) (0C)
Aksila Air Raksa,Elektronik 34,7-37,3;36,4 37,4
Sublingual Air Raksa,Elektronik 35,5-37,5;36,6 37,6
Rektal Air Raksa,Elektronik 36,6-37,9;37 38
Telinga Emisi Infra Merah 35,7-37,5;36,6 37,6
Tabel 1. Suhu normal pada tempat yang berbeda

Pengamatan Normal(1) Gangguan Gangguan


Ringan(3) Berat(5)
Kualitas Kuat/senang Merengek/teriak Lemah/melengking
Tangisan
Stimulasi Tangisan segera Tangisan hilang Terus
Orangtua berhenti/tidak timbul menangis/tangisan
menangis bertambah keras
Variasi Bila bangun tetap Mata segera Terus tidur/tidak
10

Keadaan bangun/bila tidur menutup lalu terstimulasi


dan distimulasi anak terbangun/terbangun
segera bangun dengan stimulasi
yang lama
Warna Kulit Merah muda Ekstremitas pucat Pucat
Hidrasi Kulit dan mata Membran mukosa Turgor kulit buruk
normal,membran kering
mukosa basah
Respon Senyum/alert(<2 Segera Tidak tersenyum,
terhadap bln) tersenyum/segera tampak cemas,
Kontak alert kurang berekspresi.
Sosial

Tabel 2.The yale Observation Scale

2.3. Balita
2.3.1. Pengertian Balita
Balita merupakan istilah umum yang sering digunakan
untuk anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun).
Usia balita, anak masih bergantung sepenuhnya dengan orang tua,
misalnya untuk mandi, buang air kecil, buang air besar, makan dan
minum. Sementara untuk proses berjalan dan komunikasi masih
belum sempurna (Sutomo, 2010).
2.3.2. Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan dan Perkembangan (development) adalah
bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Menyangkut
adanya proses diferensiasi dari sel- sel tubuh, jaringan tubuh,
organ- organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa
sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya
(Soetjiningsih, 2014). Perkembangan memiliki karakteristik yang
11

dapat diramalkan dan memiliki ciri-ciri sehingga dapat


diperhitungkan, seperti berikut (Soetjiningsih, 2014):
1) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan dari konsepsi
sampai maturasi. Perkembangan sudah terjadi sejak di dalam
kandungan dan setelah kelahiran perkembangan dapat dengan
mudah diamati.
2) Dalam periode tertentu ada masa percepatan dan ada masa
perlambatan. Terdapat tiga periode pertumbuhan cepat adalah
pada masa janin, masa bayi 0-1 tahun, dan masa pubertas.
3) Perkembangan memiliki pola yang sama pada setiap anak,
tetapi kecepatannya berbeda.
4) Perkembangan dipengaruhi oleh maturasi sistem saraf pusat.
5) Bayi akan menggerakkan seluruh tubuhnya, tangan dan
kakinya.
6) Reflek primitif seperti refleks memegang dan berjalan akan
menghilang sebelum gerakan volunter tercapai (Ii & Medis,
2010).

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS


12

1. Kerangka Teori Penelitian

Agen infeksius Dehidrasi


Mediator inflamasi

Monosit/makrofag Tubuh kehilangan cairan

Sitokin pirogen

Mempengaruhi hipotalamus anterior Pe cairan intrasel

DEMAM

Agen infeksi(virus,bakteri,parasit) masuk ke tubuh, kemudian agen


infeksius dimakan oleh monosit/makrofag dan menghasilkan sitokin.
Sitokin dilepas sampai ke endothel hipotalamus sehingga terjadi demam.

2. Kerangka Konsep Penelitian

DEMAM

Kandungan/senyaw Vasodilatasi
a daun sangket pembuluh darah

Variabel Independent Variabel Dependent

Kandungan dari daun sangket (flavon-glikosid) jika dibalurkan di


tubuh akan menurunkan vasodilatasi. Vasoditalasi disebabkan oleh
hambatan dari pusat simpatis pada hipotalamus posterior yang
menyebabkan vasokontriksi sehingga terjadi vasoditalasi yang kuat pada
kulit, yang memungkinkan percepatan perpindahan panas dari tubuh ke
kulit.

3. Hipotesis
13

Menurut La Biondo-Wood dan Haber (2002) dalam Nursalam


(2013) hipotesis adalah suatu pernyataan asumsi tentang hubungan
anatara dua atau lebih variabel yang di harapkan bisa menjawab suatu
pertanyaan dalam penilitian. Setiap hipotesis terdiri dari suatu unit atau
bagian dari permasalahan. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :
H1 : Terdapat efektifitas penggunaan daun sangket untuk menurunkan
demam (infeksi) pada balita.

BAB IV

METODE PENELITIAN
14

4.1. Desain dan Pendekatan


Desain adalah rancangan penelitian sehingga dapat menuntun
peneliti memperoleh jawaban terhadap pertanyaam penelitian. Desain
yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian pra-
eksperimental jenis one group pre and post test.

4.2. Kerangka Kerja


Kerangka kerja penelitian merupakan sebagai petunjuk
perencanaan pelaksanaan suatu penelitian (Nursalam, 2011). Kerangka
kerja dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut :

Populasi :
Semua balita di Dusun Kedunggulun

Teknik sampling:
Purposive Sampling

Sampel :
Sebagian balita demam di Dusun Kedunggulun

Pra : pemeriksaan suhu tubuh

Terapi daun sangket

Post : pemeriksaan suhu tubuh

Pengumpulan Data : hasil pemeriksaan

Pengolahan Data : Editing, Coding, Scoring

Analisis Data : Wilcoxon


4.3. Populasi, Sampel, Tekhnik Sampling
Populasi adalah subjek
Hasilyang memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan (Nursalam, 2011). Populasi penelitian ini adalah seluruh balita
15

yang mengalami demam pada rentang waktu penelitian. Sampel adalah


bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek
penelitian melalui sampling (Nursalam, 2011). Sedangkan sampel
penelitian ini adalah balita yang mengalami demam saat di Posyandu
Dusun Kedunggulun. Tekhnik Sampling adalah cara-cara yang ditempuh
dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampelyang benar-benar
sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2011). Peneliti
menggunakan pendekatan Nonprobability Sampling jenis Purposive
sampling dengan jumlah sample yang berhasil didapatkan sebanyak 8
responden. Sampel diambil berdasarkan kriteria panas baru (belum
sampai 1 hari) dan belum mendapatkan pengobatan. Penelitian
diselenggarakan di Dusun Kedunggulun Desa Sumberjo Kecamatan
Gondang pada bulan Maret 2019.

4.4. Identifikasi Variabel


Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai
beda terhadap sesuatu (Soeparto, Putra & Haryanto, 2000).
Variabel independent adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono,
2006) dalam penelitian ini adalah perlakuan pemberian daun sangket
sedangkan variabel dependen adalah variabel yang di pengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2006) dalam
penelitian ini adalah suhu tubuh.

4.5. Definisi Operasional


Defenisi operasional variabel merupakan teori atau konsep yang
dijabarkan dalam bentuk variabel penelitian agar variabel tersebut mudah
dipahami, diukur atau diamati dibuat dalam bentuk defenisi operasional,
Suyanto (2011) (Iii, 2003).
16

Definisi
Variabel Indikator Alat Ukur Skala Skor
Operasional

Variabel tanaman herbal a. Durasi 10-20 - - -


yang memiliki menit.
Independent : senyawa antifungal
penggunaan yaitu senyawa b. Frekuensi 1
daun sangket polifenol. kali dalam
sehari
program
terapi sampai
suhu tubuh
anak
turun/normal

Variabel suatu keadaan Hasil Observasi Interval Suhu tubuh


dependent: peningkatan suhu pemeriksaan dengan alat dalam ukuran
0
penurunan inti, yang sering suhu tubuh pengukur C
demam pada (tetapi tidak suhu tubuh
balita seharusnya) (termometer)
merupakan bagian
dari respons
pertahanan
organisme
multiselular (host)
terhadap invasi
mikroorganisme
atau benda mati
yang patogenik
atau dianggap asing
oleh host

4.6. Instrumental Penelitian


Instrumen penelitian ini merupakan suatu alat ukur atau alat bantu
yang di gunakan oleh peneliti untuk melakukan pengumpulan data agar
sistematis. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan:
1. Biofisiologis adalah pengukuran yang dipergunakan pada tindakan
keperawatan yang berorientasi pada dimensi fisiologis. Penelitian ini
menggunakan jenis In-vivo yaitu observasi proses fisiologis tubuh,
tanpa pengambilan bahan/spesimen dari tubuh klien. Dalam penelitian
ini adalah pengukuran suhu tubuh menggunakan termometer.
17

2. Wawancara terstruktur meliputi strategi yang memungkinkan adanya


suatu kontrol dari pembicaraan sesuai dengan isi yang diinginkan
peneliti. Wawancara pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
tindakan pertama ibu dalam menangani demam pada balitanya.

4.7. Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan thermometer
yang diukur sebelum dan setelah perlakuan. Analisis data untuk
mengetahui pengaruh daun sangket terhadap demam dilakukan dengan
membandingkan suhu sebelum perlakuan dan suhu setelah perlakuan dan
dianalisis dengan menggunakan uji komparasi paired t-test dengan α =
0,05.

4.8. Analisis Data


Analisis data merupakan bagian yang sangat penting untuk
mencapai tujuan pokok penelitian, yaitu menjawab pertanyaan-pertanyaan
penelitian yang mencangkup fenomena (Nursalam, 2011).
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
Wilcoxon dengan bantuan program olah data SPSS for Windows.
Menggunakan tingkat kemaknaan ρ = 0,05 jika p < 0,05 maka H0 ditolak
dan H1 diterima yang artinya ada pengaruh daun sangket terhadap
penrunan demam di Dusun Kedunggulun.

1. Editing
Editing adalah upaya memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setelah data terkumpul (Hidayat, 2009).
a. Melakukan pengecekan nama dan kelengkapan identitas responden.
b. Melakukan pengecekan kelengkapan data.
c. Melakukan pengecekan macam jawaban isian data.
18

2. Coding
Coding adalah bagaimana mengkode responden, pertanyaan dan segala
hal yang dianggap perlu (Setiadi, 2009). Coding dibuat untuk
mempermudah pengolahan, sebaiknya semua variable diberikan deter
utama data klasifikasi.
Kode data umum
1) Usia: dinyatakan dalam satuan tahun
2) Lama demam: dinyatakan dalam satuan jam

3. Scoring
Scoring yaitu menentukan skor/nilai untuk tiap item pertanyaan-
pertanyaan dan segala hal yang dianggap perlu. Cara scoring dilakukan
dengan cara: mengukur suhu tubuh pada balita dilakukan dengan
observasi yang merupakan hasil pemeriksaan suhu tubuh yaitu nilai
suhu tubuh pada balita. Satuan pemeriksaan suhu tubuh yaitu 0C dengan
kriteria Hipotermi, Hipertermi, dan Normal pada balita.

4. Tabulating
Tabulating adalah membuat tabel-tabel data sesuai dengan tujuan
penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti (Notoatmojo, 2012). Data
yang diperoleh kemudian dikelompokkan dan diproses menggunakan
tabel, sehingga bisa diperoleh kategori suhu tubuh dari masing-masing
responden.

4.9. Etika Penelitian


Etika penelitian menurut Notoatmodjo (2010) adalah suatu
pedoman etika yang berlaku untuk setiap kegiatan penelitian yang
melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti (responden) (Iii,
2003). Responden mengisi informed consent yang sebelumnya sudah
diberikan penjelasan oleh peneliti tentang maksud dan tujuan penelitian
serta cara mengisi instrumen, dan peneliti juga menjelaskan kerahasiaan
mengenai nama responden untuk disimpan oleh peneliti dan tidak
dipublikasikan.
Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain sebagai berikut:
19

1. Informed consent (lembar persetujuan)


Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Informed consent ini diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan
memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.
2. Anonimity (tanpa nama)
Masalah etik keperawatan merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau mencantumkann nama responden pada lembar alat
ukur dan hanya menuliskan nama inisial pada lembar pengumpulan
data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya. Semua informasi yang dikumpulkan dijamin kerahasiaannya
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan.
4. Protection from discomfort (perlindungan dari ketidaknyamanan)
Untuk melindungi klien dari ketidaknyamanan, baik fisik maupun
psikologis.

Anda mungkin juga menyukai