BAB I
PENDAHULAUAN
.1 Latar Belakang
Demam merupakan suatu kondisi yang umum terjadi terutama
pada anak-anak. Penanganan demam pada anak sangat tergantung pada
peran orang tua, terutama ibu. Pengetahuan ibu yang berbeda akan
mengakibatkan pengelolaan demam pada anak yang berbeda pula. Saat
ini, demam dianggap sebagai suatu kondisi sakit yang umum (Riandita,
Pendidikan, Kedokteran, Kedokteran, & Diponegoro, 2012).
Hampir setiap anak pasti pernah merasakan demam. Pada
dasarnya, terdapat dua kondisi demam yang memerlukan pengelolaan
yang berbeda. Pertama adalah demam yang tidak boleh terlalu cepat
diturunkan karena merupakan respon terhadap infeksi ringan yang
bersifat self limited. Kedua adalah demam yang membutuhkan
pengelolaan segera karena merupakan tanda infeksi serius dan
mengancam jiwa seperti pneumonia, meningitis, dan sepsis (Riandita et
al., 2012).
Selama ini upaya yang sering dilakukan orangtua untuk
menurunkan demam anak adalah pemberian obat penurun
panas/antipiretik. Berbagai penelitian di luar negeri menunjukkan bahwa
95% ibu merasa khawatir bila anaknya demam. Sebanyak 10-15% anak
yang dibawa ke dokter adalah karena demam (Soedibyo, 2006)
(Cahyaningrum & Kebidanan, n.d.)
Sejauh ini demam pada anak sering menimbulkan “fobia”
tersendiri bagi banyak ibu. Hasil penelitian memperlihatkan hampir 80%
orang tua mempunyai “fobia” demam. Banyak ibu yang mengira bahwa
bila tidak diobati, demam anaknya akan semakin tinggi. Karena konsep
yang salah ini, banyak orang tua mengobati demam ringan yang
sebetulnya tidak perlu diobati. Studi yang dilakukan oleh Dawood dkk di
Malaysia, memperlihatkan bahwa pengetahuan orang tua meliputi
pengetahuan mengenai obat demam, efek samping obat, dan bentuk
2
sediaan obat yang bekerja baik untuk anak dengan demam. Penelitian
yang dilakukan oleh Kazeem dkk di Nigeria menunjukkan bahwa yang
dimaksud pengetahuan ibu tentang demam adalah pengetahuan mengenai
temperatur demam, penyebab demam, karakteristik demam, dampak
lanjut demam, dan cara menentukan bahwa seorang anak mengalami
demam (Riandita et al., 2012).
Hal pertama yang harus diperhatikan dalam pertolongan pertama
dalam pengelolaan demam pada balita adalah pakaikan baju yang tipis,
nyaman, dan menyerap keringat, berikan Air Susu Ibu (ASI) atau minum
susu botol yang lebih sering, tempatkan si kecil pada ruangan yang
memiliki sirkulasi udara yang baik. berikan kompres hangat yang dapat
menurunkan suhu tubuh dalam waktu 30-45 menit. Memberikan obat-
obatan seperti aspirin dan parasetamol apabila anak mengalami demam
yang sangat tinggi. Ukur suhu bila perlu setiap 1 jam sekali (Penderita,
Rawat, Rs, Friska, & Harahap, 2010).
Dalam hal ini peneliti berinisiatif untuk membuktikan apakah ada
efektifitas penggunaan daun sangket tumbuk untuk menurunkan demam
pada balita sebagai usaha meminimalisir penggunaan obat-obatan kimia,
dan memberitahukan kepada orangtua khususnya ibu balita agar tidak
terburu-buru mengambil tindakan medis dalam penanganan demam pada
balitanya karena di sekeliling kita sangat banyak tumbuhan yang bisa
dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional.
Dari berbagai penelitian tersebut dapat diketahui bahwa
pengetahuan ibu tentang demam di tiap negara sangat bervariasi.
Pengetahuan ibu yang berbeda ini akan mengakibatkan pengelolaan
demam pada anak yang berbeda pula. Tingkat pengetahuan ibu tentang
demam di Indonesia juga sangat bervariasi mengingat hal ini dipengaruhi
oleh banyak faktor. Penelitian mengenai efektifitas penggunaan daun
sangket terhadap penurunan demam balita di Indonesia masih terbatas.
Oleh karena itu, peneliti mencoba untuk meneliti efektifitas penggunaan
daun sangket terhadap penurunan demam balita di Indonesia, khususnya
di Posyandu Dusun Kedunggulun, Nganjuk.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.3. Balita
2.3.1. Pengertian Balita
Balita merupakan istilah umum yang sering digunakan
untuk anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun).
Usia balita, anak masih bergantung sepenuhnya dengan orang tua,
misalnya untuk mandi, buang air kecil, buang air besar, makan dan
minum. Sementara untuk proses berjalan dan komunikasi masih
belum sempurna (Sutomo, 2010).
2.3.2. Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan dan Perkembangan (development) adalah
bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Menyangkut
adanya proses diferensiasi dari sel- sel tubuh, jaringan tubuh,
organ- organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa
sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya
(Soetjiningsih, 2014). Perkembangan memiliki karakteristik yang
11
BAB III
Sitokin pirogen
DEMAM
DEMAM
Kandungan/senyaw Vasodilatasi
a daun sangket pembuluh darah
3. Hipotesis
13
BAB IV
METODE PENELITIAN
14
Populasi :
Semua balita di Dusun Kedunggulun
Teknik sampling:
Purposive Sampling
Sampel :
Sebagian balita demam di Dusun Kedunggulun
Definisi
Variabel Indikator Alat Ukur Skala Skor
Operasional
1. Editing
Editing adalah upaya memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setelah data terkumpul (Hidayat, 2009).
a. Melakukan pengecekan nama dan kelengkapan identitas responden.
b. Melakukan pengecekan kelengkapan data.
c. Melakukan pengecekan macam jawaban isian data.
18
2. Coding
Coding adalah bagaimana mengkode responden, pertanyaan dan segala
hal yang dianggap perlu (Setiadi, 2009). Coding dibuat untuk
mempermudah pengolahan, sebaiknya semua variable diberikan deter
utama data klasifikasi.
Kode data umum
1) Usia: dinyatakan dalam satuan tahun
2) Lama demam: dinyatakan dalam satuan jam
3. Scoring
Scoring yaitu menentukan skor/nilai untuk tiap item pertanyaan-
pertanyaan dan segala hal yang dianggap perlu. Cara scoring dilakukan
dengan cara: mengukur suhu tubuh pada balita dilakukan dengan
observasi yang merupakan hasil pemeriksaan suhu tubuh yaitu nilai
suhu tubuh pada balita. Satuan pemeriksaan suhu tubuh yaitu 0C dengan
kriteria Hipotermi, Hipertermi, dan Normal pada balita.
4. Tabulating
Tabulating adalah membuat tabel-tabel data sesuai dengan tujuan
penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti (Notoatmojo, 2012). Data
yang diperoleh kemudian dikelompokkan dan diproses menggunakan
tabel, sehingga bisa diperoleh kategori suhu tubuh dari masing-masing
responden.