Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN KERACUNAN ALKOHOL

OLEH:

1. Ni Nyoman Tri Puspita Dewi C1116001


2. Ni Made Nita Dwiyanti C1116002
3. Kadek Haryka Maestriani C1116003
4. I Gst Agung Istri Dwi Ardi C1116008

SEMESTER VII A PRODI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA BALI
2019
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi
Alkohol adalah golongan senyawa kimia alifatik yang mempunyai 1
gugusan OH. Keracunan alkohol dapat mengakibatkan gangguan sistim saraf
pusat yang berat, gangguan abdomen dan ginjal bahkan kematian. Golongan
alcohol banyak digunakan sebagai pelarut dan yang paling sering kita jumpai
adalah methanol, etanol, dan esopropanol. Senyawa yang sering kita kenal sebagai
alcohol adalah etanol. Sedangkan glikol atau etilen glikol adalah senyawa etan
dengan 2 gugusan –OH.
Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung etil alkohol atau
etanol (C2H5OH) yang diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung
karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa destilasi
(Indrayathi & Widiana, 2016). Alkohol merupakan obat yang dapat menekan
sistem syaraf pusat. Bila diminum secara terus- menerus atau berlebihan,
minuman beralkohol seperti bir, arak, anggur akan menyebabkan kemampuan
mental dan fisik terganggu.
Keracunan alkohol sangat berbahaya karena dapat melumpuhkan alat-alat
pernafasan sehingga kematian dan kebutaan. Alkohol adalah salah satu dari zat
yang sering disalah gunakan, karena konsumsi alkohol untuk orang dewasa tidak
dilarang undan-undang. Konflik akan terjadi jika peminum alkohol minum dalam
jumlah yang berlebihan. Sehingga terjadi gangguan kepribadian pada orang
tersebut yang dapat membahayakan bagi orang lain, misalnya menyebabkan
kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, pemerkosaan, dan tindakan melanggar
hukum lainnya.
2. Etiologi
Alkohol merupakan istilah umum untuk etanol, dimana sebagian besar
alcohol diproduksi melalui fermentasi dari beberapa bahan makanan, yang paling
sering barley, hops dan anggur. Beberapa tipe alcohol lain yang sering dijumpai
seperti methanol (pembersih kaca), isopropyl alcohol (rubbing alcohol) dan etilen
glikol (automobile antifreeze solution), yang mempunyai tingkat racun yang
tinggi apabila tertelan walaupun dengan jumlah kecil.
Ada beberapa jenis alcohol yang dapat menyebabkan keracunan, yaitu
etanol yang sering menyebabkan asidosis alkoholik, intoksikasi methanol, etilen
glikol, dietilen glikol, propilen glikol dan ispropanol.
3. Epidemiologi
Ciri-ciri gejala keracunan etanol sangat bervariasi dari yang sifatnya ringan
yaitu ataksia (sempoyongan) sampai berat yaitu koma (tidak sadarkan diri). Pada
intoksikasi yang berat, penderita menunjukkan gejala stuppor (tidak bereaksi) atau
menjadi koma (Damono, 2005). Orang yang keracunan alkohol biasanya nafasnya
akan berbau alkohol dan mengalami muntah-muntah. Jika korban pingsan, denyut
nadinya semkain cepat, tetapi lemah. Matanya kemerah-merahan dengan biji mata
tampak melotot atau terbelalak, sedangkan muka penderita tampak bengkak dan
kering.
4. Patofisiologi
Penyebab terbanyak keracunan adalah pada sistem saraf pusat dengan
akibat penurunan tingkat kesadaran dan depresi pernafasan. Fungsi kardiovaskuler
mungkin juga terganggu, sebagian karena efek toksik langsung pada miokard dan
pembuluh darah perifer, dan sebagian lagi karena depresi pusat kardiovaskuler
diotak. Hipotensi yang terjadi mungkin berat dan bila berlangsung lama dapat
menyebabkan kerusakan ginjal, hipotermia terjadi bila ada depresi mekanisme
pengaturan suhu tubuh. Gambaran khas syok mungkin tidak tampak karena
adanya depresi sistem saraf pusat dan hipotermia, hipotermia yang terjadi akan
memperberat syok, asidemia, dan hipoksia.
5. Pathway

Keracunan zat alkohol (etanol, methanol,


isoprophyl, etilen glikol, dll)

Depresi sistem saraf pusat Depresi pusat Depresi mekanisme


kardiovaskuler pengaturan suhu tubuh

Pusing, lemah,
kejang 12-24 jam Efek toksik pada
miokard Peningkatan Penurunan
suhu tubuh suhu tubuh

Penurunan Distress sistem


kesadaran pernafasan
Hipertermi Hipotermi

Sesak, iritasi selaput lendir


Perubahan
perfusi jaringan

Pola nafas tidak efektif

6. Tanda dan Gejala


Gejala awal, pasien mengalami mabuk seperti mabuk alkohol. Efek keracunan
akan terdeteksi keesokan harinya, sekitar 12 –72 jam. Beratnya efek keracunan
tergantung dari apakah sumber metanol berasal dari saluran cerna, pernafasan atau
kulit. Adapun tanda dan gejala keracunan alkoloh:
1. Bila tertelan
Awalnya: sakit perut, mual dan muntah. Depresi SSP sehingga terlihat gejala
keracunan alkohol seperti sakit kepala, pusing, lemah, kesadaran menurun,
kejang 12 –24 jam. Metabolisme asidosis: mual, muntah, nafas dalam dan
cepat, tensi turun, syok, koma, bahkan sampai meninggal.
2. Bila terhirup
Iritasi selaput lendir, sakit kepala, telinga berdenging, suka tidur, kolik, sulit
BAB.
3. Bila terkena kulit
Kulit kering, gatal-gatal, iritasi (Indrayathi & Widiana, 2016).
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium:
Pada pemeriksaan laboratorium biasanya dilakukan tes darah, tes urin, tes
kondisi tinja, dan pemeriksaan parasit. Tes-tes ini bertujuan untuk
mengetahui penyebab terjadinya keracunan. Pemeriksaan laboratorium
sederhana dapat dilakukan di layanan kesehatan primer yang memiliki
fasilitas, misalnya: pemeriksaan mikroskopis feses untuk keberadaan telur
cacing dan parasit; pewarnaan Gram, KOH dan metilenblue Loeffler untuk
membantu membedakan antara penyakit invasif dan non-invasif (PMK No. 5
Tahun 2014).
b. Gas Darah Arteri:
Hipoventilasi akan menyebabkan peningkatan PCO2 (hiperkapnia). PO2
dapat rendah dengan aspirasi pneumonia atau obat-obat yang menginduksi
edema paru. Oksigenisasi jaringan yang kurang akibat hipoksia, hipotensi
atau keracunan sianida akan menghasilkan asidosis metabolik. PO2 hanya
mengukur oksigen yang larut dalam plasma dan bukan merupakan total
oksigen dalam darah, karena itu pada keracunan karbon monoksida mungkin
PO2 tampak normal meskipun ada defisiensi oksihemoelobin yang nyata
dalam darah.
c. Uji Fungsi Ginjal:
Beberapa toksin mempunyai efek nefrotoksik; dalam kasus lain, gagal ginjal
merupakan akibat syok, koagulasi intravaskular yang menyebar
(disseminated irrtravascular coagulation, DTC), atau mioglohinuria. Tingkat
kadar nitrogen urea darah dan kreatinin harus diukur dan dilakukan urinalisis.
d. Osmolalitas Serum:
Perhitungan osmolalitas serum terutama bergantung pada natrium serum,
glukosa serum serta nitrogen urea darah.
e. CT-Scan: fotopolos abdomen mungkin berguna, karena beberapa tablet,
khususnya besi dan kalium, dapat berbentuk radiopaque. Foto toraks dapat
menunjukkan pneumonia aspirasi, pneumonia hidrokarbon, atau edema paru.
Bila dicurigai adanya trauma kapitis, dianjurkan untuk pemeriksaan CT-scan.
8. Prognosis.
Tertundanya diagnosis dan penatalaksanaan semakin meningkatkan
morbiditas dan mortalitas dari keracunan alkohol. Diagnosis dan tatalaksana yang
tepat dapat memperbaiki prognosis dan menurunkan mortalitas akibat keracunan
alkohol. Semakin awal pasien terdiagnosis, semakin cepat kita memberikan terapi,
maka semakin besar peluang pasien untuk sembuh sehingga angka mortalitas
dapat ditekan (Ramacandra Rakhmatullah, 2019).

9. Komplikasi
a. Alkohol dapat menyebabkan muntah. Seseorang dengan penurunan
kesadaran berisiko muntah tersedak
b. Henti napas. Secara tidak sengaja menghirup muntahan ke paru-paru dapat
menyebabkan gangguan pernapasan yang berbahaya atau fatal (sesak napas).
c. Dehidrasi berat. Muntah dapat menyebabkan dehidrasi berat, yang
menyebabkan tekanan darah sangat rendah dan detak jantung cepat.
d. Kejang. Tingkat gula darah seseorang mungkin turun cukup rendah sehingga
dapat menyebabkan kejang.
e. Suhu tubuh seseorang mungkin turun sangat rendah sehingga menyebabkan
serangan jantung.
f. Detak jantung tak teratur. Keracunan alkohol dapat menyebabkan jantung
berdetak tidak teratur atau bahkan berhenti.
g. Kerusakan otak. Minum berat dapat menyebabkan kerusakan otak yang tidak
dapat diperbaiki.

10. Penatalaksanaan
a. Bilas lambung, induksi muntah, atau gunakan karbon aktif untuk
mengeluarkan alcohol dari saluran cerna (gastrointestinal) jika pasien datang
kurang dari 60 menit setelah minum alkohol (Kraut & Kurtz, 2008).
b. Pemberian etanol atau fomepizole untuk memperlambat atau mencegah
terbentuknya metabolit toksik (Kraut & Kurtz, 2008).
c. Dialisis (hemodialysis, peritoneal dialysis) berguna untuk mengeluarkan
alkohol dan metabolit toksik yang mungkin terbentuk dan pemberian basa
pada pasien untuk mengatasi metabolik asidosis (Kraut & Kurtz, 2008).
d. Kondisi Koma (KEMENKES RI, 2015):
1) Posisi miring untuk mencegah aspirasi
2) Observasi ketat tanda vital setiap 15 menit
e. Injeksi Thiamine 100 mg IV untuk profilaksis terjadinya Wernicke
Encephalopathy
f. Kondisi hipoglikemi maka berikan 50 ml Dextrose 40% IV (KEMENKES
RI, 2015)
g. Problem Perilaku (gaduh/gelisah) (Sadock, et al, 2007):
1) Petugas keamanan dan perawat siap bila pasien agresif
2) Terapis harus toleran dan tidak membuat pasien takut atau merasa
terancam
3) Buat suasana tenang
4) 4) Beri dosis rendah sedatif; Lorazepam 1-2 mg atau Haloperidol 5 mg
per oral, bila gaduh gelisah berikan secara parenteral (IM)

B. ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


1. Pengkajian
1) Primary Survey
1. Airway : Mengenali adanya sumbatan jalan napas
a. Peningkatan sekresi pernapasan
b. Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
c. Jalan napas adanya sputum, secret, lendir, darah, dan benda asing,
d. Jalan napas bersih atau tidak
2. Breathing
a. Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu,
retraksi.
b. Frekuensi pernapasan : cepat
c. Sesak napas
d. Retraksi atau tarikan dinding dada
e. Reflek batuk ada atau tidak
f. Penggunaan alat bantu pernapasan ada atau tidak
g. Irama pernapasan : tidak teratur
h. Bunyi napas mengi karena sesak
3. Circulation
a. Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
b. Sakit kepala
c. Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental,
mengantuk
d. Suhu badan tidak menentu dapat terjadi hipotermi dan hipertermi
4. Disability
a. Keadaan umum : kesadaran dapat menurun
5. Exposure: bisa terdapat lesi karena zat kimia dengan kandungan terlalu
tinggi
2) Secondary Survey
Pemeriksaan fisik

2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif b.d distress sistem pernafasan
b. Perubahan perfusi jaringan b.d efek toksik pada miokard
c. Penurunan kesadaran b.d depresi sistem saraf pusat
d. Hipertermi b.d depresi mekanisme pengaturan suhu tubuh
e. Hipotermi b.d depresi mekanisme pengaturan suhu tubuh
3. Intervensi
4. Evaluasi
Pada asuhan keperawatan keracunan dievaluasi keadaan umum pasien sesuai dengan
tujuan dan kriteria hasil yang direncanakan perawat. Dengan memperhatikan:
a. Analisa gas darah dan frekuensi pernfasan dalam batas normal dengan bunyi
nafas vesikuler
b. Tidak mengalami dispnea atau sianosis
c. Sushu dalam batas normal
d. Tidak mengalami komplikasi yang berhubungan
e. Tidak menunjukan tanda-tanda infeksi
DAFTAR PUSTAKA

Indrayathi, P. A., & Widiana, I. R. (2016). Modul Pelatihan Manajemenpenatalaksanaan


Korban Keracunan Minuman Beralkohol Oplosan Untuk Tenaga Kesehatan Medis
(Dokter dan Perawat) di Rumah Sakit.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI. Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Psikiatrik di


Fasilitas Kesehatan Tingkat Primer (FKTP).2015.

Kraut JA, Kurtz I. Toxic alcohol ingestions: clinical features, diagnosis, and management.
Clinical journal of the American Society of Nephrology : CJASN. 2008;3(1):208-25.

Nanda, Internasional.(2012). Diagnosis Keperawatan Defenisi dan Klasifikasi 2012-


2014.Jakarta : EGC
Sadock BJ, Saddock VA. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatric : Behavior Sciences/
Clinical Psychiatric. 10th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2007

Anda mungkin juga menyukai