DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Efa Trisna,S.Kep.,M.Kes
DISUSUN OLEH :
NAMA : PUTRI RAHMA WATI
NIM : 1914401002
KELAS : TINGKAT 1 REGULER 1
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Saawat serta
salam tak lupa pula kita haturkan kepada junjungan alam nabi besar Muhammad SAW, seorang
nabi yang telah membawa kita dari jaman kegelapan menuju jaman yang terang benderang
seperti yang kita rasakan seperti sekarang ini.
Ucapan terimakasih juga kami haturkan kepada Ibu dosen yang telah ikut serta dalam
pembuatan makalah “PEMERIKSAAN FISIK NEUROSENSORI”.Makalah ini kami buat untuk
memperdalam ilmu kita tentang Pengkajian keperawatan.
Kami menyadari dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan, hal ini
disebabkan terbatasnya kemampuan pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki, namun
demikian banyak pula pihak yang telah membantu kami dengan menyediakan sumber informasi,
memberikan masukan pemikiran, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran demi
perbaikan dan kesempurnaan makalah ini diwaktu yang akan datang, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami dan orang banyak.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................................…ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................................…1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................…1
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................................…1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Anamnesa Sistem Neurosensori (Penglihatan dan pendengaran) ...........................…5
2.2 Pemeriksaan fisik system neurosensori (penglihatan dan pendengaran)…………….8
2.3 Pemeriksaan Diagnostik system neurosensori (penglihatan dan penedengaran)…….17
2.4 Standar Operasional Prosedur Sistem neurosensori (penglihatan dan pendengaran). .20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
Sewaktu kita mengambil anamnesis, yaitu berwawancara dengan pasien, kita juga
dapat memperoleh data mengenai keadaannya, misalnya keadaan kesadarannya,
konsentrasi, kecakapan bereaksi, ingatan, penggunaan bahasa, cara mengucapkan kata,
5
pendengaran, intelek, dan lain sebagainya.Anamnesis menolong kita membedakan
apakah suatu keluhan bersifat organil atau psikogen, yaitu dari cara pasien
mengemukakan keluhannya serta pola keluhannya.Untuk mendapatkan anamnesis yang
baik dibutuhkan sikap pemeriksa yang sabar dan penuh perhatian, serta waktu yang
cukup. Pengambilan anamnesis sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri, agar tidak
terdengar oleh orang lain. Banyak pasien yang tidak senang penyakitnya diketahui oleg
orang lain. Biasanya pengambilan anamnesis mengikuti 2 pola umum, yaitu :1.Pasien
dibiarkan secara bebas mengemukakan semua keluhan serta kelainan yang
dideritanya.2.Pemeriksa (dokter) membimbing pasien mengemukakan keluhannya atau
kelainannya dengan jalan mengajukan pertanyaan tertuju.Pengambilan anamnesis yang
baik menggabungkan kedua cara tersebut di atas. Cara pasien mengemukakan
keluhannya berbeda-beda. Ada pasien yang mengemukakan sedikit saja keluhan dan
keterangan, adapula yang mengemukakan terlalu banyak keluhan disertai keterangan
yang bertele-tele. Selain itu ada pula yang mengemukakan keluhannya dengan
menggunakan istilah kedokteran, namun dengan pengertian yang berbeda-beda. Hanya
sedikit pasien yang dapat mengemukakan keluhannya dengan seksama, logis dan hati-
hati.
Biasanya wawancara dengan pasien dimulai dengan menanyakan data-data
statistik seperti nama, umur, pekerjaan, alamat, status perkawinan, agama, suku bangsa,
kinan atau kidal. Kemudian ditanyakan keluhan utamanya, yaitu keluhan yang
mendorongpasien datang berobat ke dokter. Pada tiap keluhan atau kelainan perlu
ditelusuridan dicatat:
1. Sejak kapan dimulai
2. Sifat serta beratnya
3. Lokasi serta penjalarannya
4. Hubungan dengan waktu (pagi, siang, malam, sedang tidur, waktu haid, sehabis makan
dan lainsebagainya)
5. Keluhan lain yang ada hubungannya dengan keluhan tersebut
6. Pengobatan sebelumnya dan bagaimana hasilnya
7. Faktor yang membuat keluhan lebih berat atau lebih ringan
6
8. Perjalanan keluhan, apakah menetap, bertambah berat, bertambah ringan, datang dalam
bentuk serangan, dan lain sebagainya)
Setelah keluhan utama selesai dikemukakan dan dibahas, penderita diminta
mengemukakan keluhan lain yang mungkin ada. Tidak ajarang pasien melupakan beberapa
keluhan lain, mungkin karena dianggapnya tidak atau kurang penting. Padahal, kadang-
kadang keluhan ini tidak kalah pentingnya dari keluhan utama dalam menegakkan diagnosis
yang tepat.Untuk membuktikan adanya suatu penyakit umumnya tidak cukup dengan
menemukan satu gejala (tanda). Suatu gejala dapat disebabkan oleh berbagai macam
penyakit. Penyakit biasanya diketahui dari kombinasi gejala-gejala. Jarang kita menemukan
gejala yang patognomonik untuk suatu penyakit. Pada tiap penderita penyakit saraf harus
pula ditelusuri kemungkinan adanya kelainan atau keluhandengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan seperti nyeri kepala, muntah, vertigo, gangguan penglihatan(visus), pendengaran,
saraf otak lainnya, fungsi luhur, kesadaran, motorik, sensibilitas, dan saraf
otonom.Disamping data yang bersifat saraf ini, perlu pula ditelusuri adanya keluhan lain,
yang bukan merupakan keluhan saraf dalam arti kata sempit, namun ada sangkut pautnya
dengan kelainan saraf yang sedang diderita. Oleh karena itu perlu ditelusuri hal-hal berikut
:-Riwayat penyakit terdahulu : keadaanatau kejadian yang lalu hubungannya dengan keluhan
sekarang, misalnya penyakit infeksi atau trauma.-Riwayat penyakit dalamkeluarga : bila
penyakit diduga bersifat herediter -Riwayat Sosial : perkembangan kepribadian,
sikapterhadap orang tua dan saudara, reaksinya terhadap lingkungan, pendidikan.-
Kebiasaan / Gizi : merokok, minum alkohol, nilai gizi makanan.
7
3) Di seluruh lapang pandang atau sebagian? Jika sebagian letaknya di sebelah mana?
4) Diplopia satu mata atau kedua mata? Apakah persisten jika mata ditutup sebelah?
5) Adakah gejala sistemik lain: demam, malaise.
Amati kedudukan bola mata kanan kiri simetris atau tidak, bola mata keluar
(eksoptalmus) atau ke dalam (endoftalmus).
8
Palpebral turun menandakan kelemahan atau atropi otot, atau hiperaktivitas
palpebral yang menyebabkan kelopak mata terus berkedip tak terkontrol.
Observasi celah palpebral. Minta klien memandang lurus ke depan lalu perhatikan
kedudukan kelopak mata terhadap pupil dan iris. Normal jika simetris. Adanya
kelainan jika celah mata menyempit (ptosis, endoftalmus, blefarospasmus) atau
melebar (eksoftalmus, proptosis)
Kaji sistem pembuangan air mata dengan uji anel test. Yaitu dengna
menggunakan spuit berisi cairan, dan berikan pada kanal lakrimal.
REFLEK PUPIL
Gunakan penlight dan sinari mata kanan kiri dari lateral ke medial. Amati
respon pupil langsung. Normalnya jika terang, pupil mengecil dan jika gelap
pupil membesar.
Amati ukuran lebar pupil dengan melihat symbol lingkaran yang ada pada
badan penlight dan bagaimana reflek pupil tersebut, isokor atau anisokor.
Interpretasi:
9
LAPANG PANDANG / TES KONFRONTASI
Dasarnya lapang pandang klien normal jika sama dengan pemeriksa. Maka
sebelumnya, pemeriksa harus memiliki lapang pandang normal. LP klien = LP
pemeriksa
Normalnya benda dapat dilihat pada: 60 derajat nasal, 90 derajat temporal, 50
derajat , dan atas 70 derajat bawah.
Cara pemeriksaan :
- Klien menutup mata salah satu, misalnya kiri tanpa menekan bola mata.
- Pemeriksa duduk di depan klien dg jarak 60cm sama tinggi dengan klien.
Pemeriksa menutup mata berlawanan dengan klien, yaitu kanan. Lapang
pandang pemeriksa dianggap sebagai referensi (LP pemeriksa harus normal)
Minta klien melihat jari, dan anda menggerakkan jari anda. Minta klien mengikuti
gerak jari, dengan 8 arah dari central ke perifer.
Amati gerakan kedua mata, simetris atau ada yang tertinggal
SENSIBILITAS KORNEA
10
Bertujuan mengetahui bagaimana reflek sensasi kornea dengan menggunakan kapas
steril.
Cara pemeriksaan :
- Bentuk ujung kapas dengan pinset steril agar runcing dan halus
- Fiksasi mata pasien keatas agar bulu mata tidak tersentuh saat kornea
disentuh
- Fiksasi jari pemeriksa pada pipi pasien dan ujung kapas yang halus dan
runcing disentuhkan dengan hati-hati pada kornea, mulai pada mata yang
tidak sakit.
Intrepetasi : dengan sentuhan, maka mata akan reflek berkedip. Nilai dengan
membandingkan sensibilitas kedua mata klien.
- Pemeriksaan dimulai dengan mata kanan, maka minta klien untuk tutup
dengan penutup mata atau telapak tangan tanpa menekan bolamata
- Pasien disuruh membaca huruf SNELLEN dari baris paling atas ke bawah.
Hasil pemeriksaan dicatat, kemudian diulangi untuk mata sebelahnya.
HITUNG JARI
11
- Apabila tidak bisa membaca huruf Snellen pasien diminta menghitung jari pemeriksa
pada jarak 3 meter
PERGERAKAN JARI
- Tidak bisa hitung jari, maka dilakukan pemeriksaan gerakan tangan didepan pasien
dengan latar belakang terang. Jika pasien dapat menentukan arah gerakan tangan pada
jarak 1 m:
- VISUS 1/300 (Hand Movement/HM) kadang kala sdh perlu menentukan arah
proyeksinya
PENYINARAN
- Jika tidak bisa melihat gerakan tangan dilakukan penyinaran dengan penlight ke arah mata
pasien.
- Apabila pasien dapat mengenali saat disinari dan tidak disinari dari
12
- Jika sinar tidak bisa dikenali maka tajam penglihatan dinilai V= 0 (NLP).
Bila tidak dapat melihat sinar senter disebut BUTA TOTAL (tulis
00/000)
- Bila responden tidak dapat melanjutkan lagi bacaan huruf di kartu Snellen
atau kartu E maka pada mata tersebut dipasang PINHOLE
- Dengan pinhole responden dapat melanjutkan bacaannya sampai baris
normal (20/20) berarti responden tersebut GANGGUAN REFRAKSI
- Rerata Tekanan Intra Okular normal ± 15 mmHg, dengan batas antara 12-
20 mmHg
13
- Alat yang digunakan: Tonometer Schiotz, Lidocaine 2%/ Panthocaine
tetes mata, Chloramphenicol zalf mata 2% ,Kapas alkohol 70%
A. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF
B. PEMERIKSAAN OBJEKTIF
14
OTOSKOP
Untuk meluruskan kanal pada orang dewasa/anak besar tarik aurikula ke atas dan
belakang, pada bayi tarik aurikula ke belakang dan bawah Masukkan otoskop ke
dalm telinga ± 1,-1,5 cm
Normal: terlihat sedikit serumen, dasar berwarna pink, rambut halus
Abnormal: merah (inflamasi), rabas, lesi, benda asing, serumen padat
Membran timpani dapat terlihat, normalnya tembus cahaya, mengkilat, abu-abu dan
tampak seperti mutiara, utuh.
TES BERBISIK
Kata-kata yg diucapkan: Satu atau dua kata untuk menghindari menebak, dapat
dikenal klien, bukansingkatan, kata benda atau kata kerja. Cara:
- Bila semua kata benar mundur 2 m, bisikan kata yang sama. Bila jawaban benar
mundur 4-5 m (Hanya dpt mendengar 80% jarak tajam pendengaran
sesungguhnya)
- 6 meter : normal
- 4-6 meter : praktis normal/ tuli ringan
- 1-4 meter : tuli sedang
- < 1 meter : tuli berat
15
- Berteriak didepan telinga tidak mendengar : Tuli Total
- Tidak dapat mendengar huruf lunak (frekuensi rendah) TULI KONDUKSI.
Misal Susu : terdengar S S.
TES WEBER
Cara pemeriksaan: Penala digetarkan, asar penala diletakkan pada garis tengah
kepala :
16
2.3 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Gangguan Penglihatan
PEMERIKSAAN FUNDUSKOPI
- Menggunakan oftalmoskop sangat mudah bila menggunakan midriatika / sikloplegia
(obat antimuskarinik, melebarkan pupil dan melumpuhkan otot siliaris), sehingga
pemeriksaan dilakukan pada pupil yang lebar
- Memberi salam , memperkenalkan diri, mempersilahkan duduk
- Menjelaskan tujuan dan cara pemeriksaan
- Mencuci tangan
- Pemeriksaan dilakukan di ruangan gelap atau setengah gelap
- Mengatur alat oftalmoskop agar pada posisi F
- Sesuaikan ukuran lensa pada oftalmoskop kurang lebih sesuai keadaan refraksi
pasien, misalnya pemeriksa miop 2 D (minus 2) dan pasien adalah emetrop (normal),
pakailah lensa 0
- Genggam bagiam pegangan oftalmoskop dengan jari telunjuk berada di panel
pengatur ukuran lensa, siap untuk mengatur ukuran lensa sehingga di peroleh
bayangan yang tajam
- Pemeriksaan mata kanan dengan memegang oftalmoskop dengan tangan kanan dan
melihat melalui mata kanan, demikian sebaliknya
- Meminta pasien duduk tenang. Fiksasi pandangan pada 1 titik jauh. Pada pemeriksaan
mata kanan , mintalah pasien memfiksasi pada mata kiri yg tidak diperiksa lewat
kanan pemeriksa (ke depan agak sedikit temporal) ke titik yang jauh
17
- Dengan oftalmoskop pada jarak 15-30 cm di depan mata pasien lihatlah melalui
oftalmoskop. Jatuhkan sinar pada pupil penderita sehingga tampak refleks cahaya
bulat pada pupil, dengan tetap memfokuskan sinar pada pupil, bergeraklah mendekat,
sampai terlihat fundus penderita
- Memeriksa :
o Amati Apakah batas papil berbatas tegas, bulat/lonjong/ kabur
o Amati Apakah warnanya pucat / merah jambu
o Amati ekskavasi granulomatosa perlu di tentukan rasio penggaungannya
dengan lebarnya mangkok papil (C/D rasio)
o Amati apakah terlihat pembuluh darah, ikutilah ke arah proksimal sehingga
terlihat papil N. II. Perhatikan warna, bentuk dan tegas tidaknya batas papil
tsb. Kenali perbandingan diameter excavation terhadap diameter arteri dan
vena dan ikuti sedapat mungkin percabangan mereka. Rasio arteri dan vena
normal 2/3
o Amati apakah terdapat edema retina, eksudat keras merupakan eksudat lipid di
dalam lapisa pleksiform luar
o Amati apakah ada perdarahan dengan bentuk bercak( bila banyak mungkin
iskemia)
o Amati apakah ada lidah api (oklusi retina)
o Amati apakah ada subretina dan praretina (perdarahan subhialoid)
o Amati apakah ada bercak roth (perdarahan dengan di tengah berwarna putih
akibat septicemia, hipertensi, DM dan diskrasi darah
o Amati apakah retina terangkat/ ablasi
o Amati apakah ada atrofi koroid, perdarahan koroid , retinoblastoma
o Amati makula lutea terletak dengan jarak 2,5 diameter papil di bagian
temporal papil, bebas pembuluh darah dengan sedikit lebih berpigmen
dibanding daerah retina lainnya. Bagian sentral sedikit tergaung akibat lapisan
yang kurang dan memberikan refleks macula bila di sinari. Kadang terlihat
eksudat bintang macula yang merupakan deposit lipid yang tersusun radial
18
pada lapisan pleksiform luar daerah makula pada hipertensi, edema papil
sarah optic dan retinopati diabetes
- Lakukan pada kedua mata dan catat hasilnya
1) Audiometric
Mengetahui adanya gangguan pendengaran sehingga diketahui antara lain : Jenis ketulian
( Tuli Kondusif atau Tuli Sensoneural) dan Derajat Ketulian ( gangguan dengar )
menggunakan alat yang dinamakan Audiometri.
2) Elektrokardiografi
Mengetahui adanya kelainan – kelainan irama jantung dan otot jantung, pengaruh / efek
obat – obat jantung, adanya gangguan – gangguan elektrolit, memperkirakan adanya
pembesaran jantung/ hipertropi antrium dan ventrikel.
3) Panoramic Radiology
Panoramic Radiology merupakan adalah salah satu fasilitas penunjang yang di sediakan
untuk mendapatkan gambar gigi secara keseluruhan dari berbagai sudut dengan radiasi
yang sangat kecil.
4) Radiologi
Untuk mendiagnosa kelainan pada organ tubuh seperti paru – paru , retak pada tulang.
(Foto Thorak, BNO-IVP, HSG )
19
5) Spirometri
Untuk mengukur volume dan kapasitas paru – paru seseorang, dan biasanya dilakukan
pada karyawan yang lingkungan kerjanya terpapar/ terpajan debu secara ekstrim
6) Treadmill
Untuk mengetahui kemampuan maksimal kerja jantung saat melakukan aktifitas ,
sehingga dideteksi antara lain : Resiko Penyakit Jantung Koroner ( PJK )Berat atau
tidaknya PJK seseorang, Dosis aktivitas / olahraga bagi penderita PJK
PEMERIKSAAN PENGLIHATAN
1.OptotypiSnellen
4.Buku Ishihara
Tata kerja
20
2. Suruhlah o.p. membaca huruf –huruf atau gambar yang tertera
pada Optotipi Snellen menggunakan satu mata. Pembacaan
dilakukan bertahap mulai dari baris dengan huruf terbesar.
Pembacaan dilanjutkan sampai baris dengan huruf terkecil yang
masih dapat dibaca tanpa melakukan kesalahan.
3. 3.Catatlah jarak dalam meter atau feet yang tertera pada sisi luar
tiap barisan huruf.
PEMERIKSAAN PENDENGARAN
Tujuan Praktikum
Menentukan ketajaman pendengaran, hantaran udara dan hantaran tulang pada proses
pendengaran, serta membedakan tuli.
Tata kerja
1.Pemeriksaan sebaiknya dilakukan di ruang sunyi / kedap suara.
2.Telinga kiri o.p. ditutup dengan sepotong kapas.
21
3.Tempatkan arloji ditelinga kanan untuk mendengarkan detiknya. Setelah o.p. mengenal
bunyi detiknya, jauhkan arloji dari telingasecara perlahan –lahan sampai tidak terdengar
lagi suara detiknya (beri kode memakai jari saat masih mendengar dan saat sudah tidak
terdengar lagi. Jangan ada yang bersuara). Ukurlah jaraknya.
4.Percobaan diulangi, tetapi arloji ditempatkan pada tempat yang jauh dan kemudian
didekatkan ke telinga sampai dapat didengarkan suara detiknya. Ukurlah jaraknya
5.Ulangi percobaan untuk memeriksa telinga kiri,
6.Bandingkan hasil seluruh percobaan dan beri kesimpulan saudara
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya bagian
tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dankomprehensif,
memastikan-membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah
danmerencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien.Pemeriksaan fisik mutlak
dilakukan pada setiap klien, tertama pada klien yang baru masuk ke tempat pelayanan
kesehatan untuk di rawat, secara rutin pada klien yangsedang di rawat, sewaktu-
waktu sesuai kebutuhan klien. pemeriksaan fisik ini sangat penting dan harus
di lakukan pada kondisi tersebut, baik klien dalam keadaan sadar maupun tidak
sadar.Pemeriksaan fisik menjadi sangat penting karena sangat bermanfaat, baik
untuk untuk menegakkan diagnosa keperawatan . memilih intervensi yang tepat untuk
proseskeperawatan, maupun untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan.
3.2 Saran
Agar pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan baik, maka perawat
h a r u s memahami ilmu pemeriksaan fisik dengan sempurna dan pemeriksaan
22
fisik ini harusdilakukan secara berurutan, sistematis, dan dilakukan dengan prosedur
yang benar.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/37079348/PENGKAJIAN_SISTEM_PERSYARAFAN_DAN_SIST
EM_PENCERNAAN..docx
https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/09/Pemeriksaan-klinis-
neurologis.pdf
https://www.academia.edu/19714655/Pemeriksaan_Fisik_Sistem_Persyarafan
23