Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

SQUAMOUS CELL CARCINOMA (SCC)

A. Pengertian
Karsinoma sel skuamosa merupakan salah satu jenis kanker yang berasal
dari lapisan tengah epidermis. Jenis kanker ini menyusup ke jaringan di bawah
kulit (dermis). Kulit yang terkena tampak coklat-kemerahan dan bersisik atau
berkerompeng dan mendatar, kadang menyerupai bercak pada psoriasis,
dermatitis atau infeksi jamur (Price Sylvia, 2005).
Karsinoma sel skuamosa dapat tumbuh dalam setiap epitel berlapis
skuamosa atau mukosa yang mengalami metaplasia skuamosa. Jadi bentuk kanker
ini dapat terjadi misalnya di lidah, bibir, esofagus, serviks, vulva, vagina, bronkus
atau kandung kencing. Pada permukaan mukosa mulut mulut atau vulva,
leukoplakia merupakan predisposisi yang penting. Tetapi kebanyakan karsinoma
sel skuamosa tumbuh di kulit (90-95%) (Price Sylvia, 2005).
Karsinoma sel skuamosa dapat tumbuh dalam setiap epitel
berlapisskuamosa atau mukosa yang mengalami metaplasia skuamosa. Jadibentuk
kanker ini dapat terjadi misalnya di lidah, bibir, esofagus, serviks,vulva, vagina,
bronkus atau kandung kencing. Pada permukaan mukosamulut mulut atau vulva,
leukoplakia merupakan predisposisi yang penting.Tetapi kebanyakan karsinoma
sel skuamosa tumbuh di kulit (90-95%) (Price Sylvia, 2005).
Squamous Cell Carcinoma atau disebut juga Karsinoma Sel Skuamosa
merupakan kanker yang sering terjadi pada rongga mulut yang secara klinis
terlihat sebagai plak keratosis, ulserasi, tepi lesi yang indurasi, dan kemerahan.

B. Epidemiologi
Lebih dari 90% kanker rongga mulut adalah kanker sel skuamosa. Setiap
tahun kurang dari 3% kejadian kanker terjadi di Amerika Serikat, di negara-
negara berkembang jumlah tersebut lebih besar lagi dan lebih banyak terjadi pada
pria daripada wanita dengan perbandingan 6:1 pada tahun 1950, dan 2:1 pada
tahun 1997. perubahan tersebut dikarenakan peningkatan jumlah perokok wanita
pada 3 dekade terakhir. (Corwin Elizabeth, 2000)

Pada negara berkembang terdapat peningkatan jumlah penderita dibawah


usia 40 tahun, hal ini dikarenakan meningkatnya perubahan genetik pada populasi
dewasa muda dan perubahan zat karsinogenik penyebab kanker tersebut (Corwin
Elizabeth, 2000).

C. Etiologi
Faktor-faktor etiologi terbanyak yang berkaitan dengan karsinoma sel
skuamosa ialah pemakaian tembakau, konsumsi alkohol dan virus-virus (kurang
jelas). Termasuk tembakau yang dibakar maupun yang tidak dibakar, seperti
dihirup dan mungkin juga, sirih yang dikunyah (kebiasaan di India, Myanmar dan
Pakistan). Walaupun sebagian besar penderita perokok dan peminum alkohol,
sebanyak 10% penderita karsinoma sel skuamosa tidak mengaku menggunakan
tembakau atau alkohol; orang-orang ini cenderung pria atau wanita yang lebih tua
(Suzanne, 2004).

D. Faktor Resiko
Faktor risiko yang terkait dengan perkembangan karsinoma sel skuamosa,
meliputi hal-hal berikut:
1. Faktor Genetik: Seseorang yang memiliki riwayat keluarga menderita kanker
memiliki risiko terkena kanker sebanyak 3 sampai 4 kali lebih besar dari yang
tidak memiliki riwayat keluarga menderita kanker.
2. Usia tua lebih dari 50 tahun.
3. Jenis kelamin laki-laki. Laki-laki leih cenderung mengalami karsinoma sel
skuamosa dibanding wanita, karena pajanan terhadap UV yang lebih besar
4. Kulit putih terang, rambut pirang atau coklat terang, mata hijau, biru, atau
abu-abu. Queensland, Australia, memiliki angka kejadian kanker kulit
tertinggi di dunia karena jumlah pajanan UV yang tinggi dan kebanyakan
peduduknya adalah orang Inggris atau Irlandia yng mempuya kulit sensitif
UV
5. Kulit yang mudah mengalami luka bakar akibat sinar matahari (jenis
Fitzpatrick I dan II)
6. Geografi (lebih dekat ke katulistiwa)
7. Sejara kanker kulit nonmelanoma sebelumnya. Sekali terkena karsinoma sel
skuamosa, ada kemungkinan untuk seseorang tersebut terkena kanker
karsinoma sel skuamosa kembali
8. Paparan sinar UV matahari dengan kumulatif tinggi
9. Paparan karsinogen kimia (misalnya Arsen, Tar, merokok) 75% dari seluruh
kanker mulut dan faring di Amerika Serikat berhubungan dengan penggunaan
tembakau yaitu termasuk merokok dan mengkonsumsi alkohol. Penggunaan
alkohol dengan rokok bersama-sama secara signifikan memiliki resiko yang
lebih tinggi daripada digunakan secara terpisah. Merokok cerutu dan merokok
menggunakan pipa mempunyai resiko yang lebih tinggi terhadap kanker
mulut dibandingkan dengan merokok kretek
10. Imunosupresi kronis.
11. Infeksi Human Papiloma Virus (HPV)

E. Manifestasi Klinis
Karsinoma sel skuamosa invasif secara klinik ditandai lesi yang ulseratif
dan induratif. Sering daerah ulserasi menunjukkan tepi melingkar, melipat dan
mukosa yang berdekatan dapat menunjukkan batas-batas yang tampak
leukoplakia dan atau eritroplakia. Bila kelenjar servikal yang terkena metastasis
sudah mencapai dimensi cukup besar, dapat diraba, membengkak dan melekat
(berbeda dengan limadenopati yang dapat digerakkan, lunak dan nyeri tekan bila
sebagai akibat penyakit radang).
Secara mikroskopik, karsinoma skuamosa menunjukkan sarang- sarang
dan pulau-pulau sel epitel invasif dengan berbagai derajat diferensiasi (misalnya
keratinisasi). Stroma jaringan ikat biasanya memiliki infiltrasi sel-sel radang
mononuklear. Derajat radang dapat merupakan ukuran reaktivitas imun terhadap
antigen-antigen tumor. Beberapa penelitian menunjukkan prognosis lebih baik
pada tumor-tumor dengan radang hebat.

F. Patofisiologi
Karsinoma sel skuamosa dapat tumbuh de novo, tetapi lebih sering suatu
proses evolusi yang mirip dengan yang tampak pada serviks uteri. Perubahan pra
kanker dalam mulut menjelma sebagai dua bantuk klinik. Bercak putih, datar
yang tidak diketahui penyebabnya selain yang ada hubungan dengan pemakaian
tembakau dan tidak hilang bila dikerok, disebut leokoplakisa. Bercak-bercak
merah yang tidak ada hubugan dengan rangsangan radang eritroplakia.
Karsinoma skuamosa invasive kebanyakan didapati pada tepi lateral lidah
dan dasar mulut; sangat jarang pada palatum dan dorum lidah. Pulau-pulau tumor
yang invasive bermetastasis melalui pembuluh darah limfa dan mengenai kelenjar
getah bening supraomohiod dan servikal. Penyebaranya melalui pembuluh darah
merupakan skuele terakhir dan biasanya sebagai akibat, metastasis kelenjar getah
bening yang menjalar ke duktus torakikus masuk vena sistemik

G. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosa ditegakkan melalui pemeriksaan klinis dan pemeriksaan
mikroskopis melalui biopsi. Seringkali, biopsi ditunda karena keputusan dari
dokter maupun pasien, terdapat infeksi atau iritasi lokal. Tetapi, penundaan
tersebut tidak boleh lebih dari 3-4 minggu. Kadang, luasnya lesi menyulitkan
untuk melakukan biopsi yang tepat untuk membedakan displasia atau kanker.
Oleh sebab itu tambahan penilaian klinis lainnya dapat membantu mempercepat
biopsi dan memilih daerah yang tepat untuk melakukan biopsi. Penggunaan
cairan toluidine blue sangat berguna sekali, karena keakuratannya (lebih dari
90%), murah, cepat, sederhana dan tidak invasif. (Corwin, 2000)
Mekanisme kerjanya dengan afinitas atau menempelnya toluidine blue
dengan DNA dan sulfat mukopolisakarida, sehingga dapat dibedakan apakah
terjadi displasia atau keganasan dengan epitel yang normal dan lesi jinak.
Toluidine blue berikatan dengan membran mitokondria , dimana terikat lebih kuat
pada epitel sel displasia dan sel kanker daripada dengan jaringan normal.
(Corwin, 2000)
Sitologi eksfoliatif telah membantu dalam menentukan diagnosa. Namun,
kesulitan pengumpulan sel, waktu yang lama dan biaya yang mahal telah
membatasi penggunaannya. Teknik brush biopsy secara luas digunakan pada
sitologi dengan pengumpulan sel yang mewakili keseluruhan epitel berlapis
skuamosa. Prosedurnya tidak menyebabkan sakit, oleh sebab itu tidak perlu
penggunaan anestetikum. (Corwin, 2000)

H. Penatalaksanaan Medis
Evaluasi yang cermat terhadap gejala dan simptom sangat penting, termasuk
didalamnya biopsi danfollow- up yang rutin. Pembedahan dilakukan dengan
biopsi insisi menggunakan skapel bila lesi berukuran 5 mm. Teknik ini cepat,
tidak banyak merobek jaringan dan hanya diangkat sedikit sampling. Apabila
ukuran tumor kecil, dapat dilakukan biopsi insisi ataupun eksisi, apabila sulit
membedakan antara displasia dengan karsinoma, dianjurkan menggunakan biopsi
insisi. (Suzanne, 2004)
Jika hasil biopsi tersebut menunjukkan sel karsinoma skuamosa (terdapat
invasi sel displasia ke jaringan ikat), klinisi dapat merencanakan terapi kanker.
Terapi yang potensial diantaranya pembedahan atupun terapi radiasi. Kadang
kemoterapi digunakan sebagai tambahan, namun beberapa tumor kurang responsif
terhadap kemoterapi. Pemilihan terapi tergantung dari stadium kanker, stadium
dini (kecil dan terlokalisasi), stadium lanjut (besar dan menyebar). Evaluasi
menggunakan teknik pencitraaan yang lebih baik kualitasnya seperti MR
(magnetic resonance) dan CT (computed tomography) sangat dibutuhkan. Teknik
terbaru yaitu menggunakan PET (positron emission tomography), bisa
menentukan metastase ke kelenjar limfe. Teknik ini berguna bagi klinisi untuk
membedakan batas dan rencana terapi, juga menentukan prognosisnya. (Suzanne,
2004)
Follow-up berkala perlu dilakukan pada lesi prekanker, bahkan bila lesi
tersebut menghilang, dan bila terus berlanjut perlu dilakukan pembedahan. Pada
tepi lesi yang secara klinis dan mikroskopis terlihat normal, bisa menjadi
permasalahan dan bisa terjadi rekurensi. (Suzanne, 2004)
Penggunaan teknik laser sangat berguna pada terapi kanker dan dapat
mengontrol leukoplakia. Pencegahan menggunakan analog vitamin A (retinoid)
dan antioksidan lain (beta karoten, vitamin C, E) kurang efektif, berdasarkan
teori, antioksidan tersebut dapat membantu menjaga sel-sel tubuh dari radikal
bebas, yang merupakan promotor terjadinya mutagenesis kromosom dan
karsinogenesis. Yang menjadi permasalahan pada penggunaan antioksidan ini
adalah toksisitasnya dan rekurensinya ketika antioksidan ini tidak dilanjutkan.
Efektifitas antioksidan tergantung pada dosis, regimen dan individu pasien.
(Suzanne, 2004)
Dapat pula dengan pendekatan nutrisional dengan diet kaya buah-buahan
dan sayur-sayuran, karena banyak mengandung antioksidan dan protein supresor-
sel yang membantu mengurangi aktifitas mutagenesis dan karsinogenesis.
(Suzanne, 2004)
Pengenalan dan pengontrolan lesi pre-kanker efektif mengurangi angka
morbiditas dan mortalitas kanker mulut.
I. Komplikasi
Karsinoma sel skuamosa tidak diobati dapat merusak jaringan sehat di
dekatnya, menyebar ke kelenjar getah bening atau organ lainnya, dan dapat
berakibat fatal, meskipun hal ini jarang terjadi. Risiko karsinoma sel skuamosa
agresif dapat ditingkatkan dalam kasus di mana kanker: Sangat besar atau
mendalam; Melibatkan selaput lendir, seperti bibir; Terjadi pada orang dengan
sistem kekebalan yang lemah, seperti seseorang yang mengambil obat anti-
rejection setelah transplantasi organ
Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian menurut
a. Aktivitas/istirahat
1) Kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah
2) Perasaan gelisah dan ansietas
3) Pembatasan aktivitas/kerja sehubungan dengan proses penyakit.
b. Sirkulasi
1) Tanda: Bradikardia (Hiperbilurubinemia berat) ikterik pada sclera,
kulit, membran mukosa.
c. Eliminasi
1) Gejala: Urin gelap. Diare/konstipasi: Feses warna tanah liat.
Adanya/berulangnya Hemodialisa.
d. Makanan/Cairan
1) Gejala: Hilang nafsu makan (Anoreksia), penurunan BB atau
meningkat (Edema), mual/muntah.
2) Tanda: Asites
e. Neurosesori
1) Tanda: Peka terhadap rangsang, cenderung tidur, letargi, asteriktis
f. Integritas ego
1) Gejala: Ansietas, ketakutan, perasaan tak berdaya
2) Tanda: menolak, depresi
g. Nyeri/Kenyamanan
1) Gejala: Kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan atas. Mialgia,
artalgia, sakit kepala, gatal (Pruritus).
2) Tanda: Otot tegang, gelisah.
h. Pernafasan
1) Gejala: Tidak minat/enggan merokok (bagi perokok)
i. Keamanan
1) Gejala: Adanya transfusi darah/produk darah
2) Tanda: Demam, urtikaria, lesimakulopapular, eritema tak beraturan,
eksaserbasi jerawat, splenomegals, pembesaran modus servikal
posterion.
j. Seksualitas
1) Gejala: Pola hidup/perilaku meningkatkan resiko terpajan (contoh
homoseksual
k. Interaksi sosial
1) Gejala: masalah hubungan/peran berkaitan dengan kondisi
2) Ketidakmampuan aktif secara sosial
l. Penyuluhan/Pembelajaran
1) Gejala: Riwayat diketahui/mungkin terpajan pada virus, bakteri atauu
toksin (makanan terkontaminasi, air, jarum suntik atau darah)
pembawa (simptomatik atau asimptomatik). Adanya prosedur bedah
dengan anestesi haloten, terpajan pada kimia toksik, obat resep, obat
jalan atau penggunaan alkohol. Diabetes, GJK atau penyakit ginjal.
Adanya infeksi seperti flu pada pernafasan atas.
2) Pertimbangan: DRG menunjukkan rata-rata lama dirawat 6-7 hari
3) Rencana pemulangan: mungkin memerlukan bantuan dalam tugas,
pemeliharaan dan pengaturan rumah.
B. Diagnosa keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang lazim muncul atau ditemukan yaitu:
a. Nyeri berhubungan dengan agen penyebab cedera (biologis,kimia, fisik
dan psikologis)
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan, terputusnya
kountiunitas jaringan
c. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
d. Gangguan citra tubuh berhubugan dengan perubahan penampilan,
sekunder kehilangan anggota tubuh, hospitalisasi, pemedahan, kemoterapi
atau radiasi.
e. Ansietas berhubungan dengan diagnosis, prognosis penyakit
Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Nursing Outcome Care (NIC) Nursing Intervention Care (NIC)
1 Nyeri berhubngan dengan Tujuan : Mandiri
agen penyebab cedera - Pain Level, Pain Management
(biologis,kimia, fisik dan - Pain control, a. Lakukan pengkajian nyeri secara
psikologis) - Comfort level komprehensif termasuk derajat, lokasi,
Kriteria Hasil : karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu faktor presipitasi
penyebab nyeri, mampu b. Observasi reaksi nonverbal dari
menggunakan tehnik ketidaknyamanan
nonfarmakologi untuk c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik
mengurangi nyeri, mencari untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
bantuan) d. Kaji kultur yang mempengaruhi respon
b. Melaporkan bahwa nyeri nyeri
berkurang dengan menggunakan e. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
manajemen nyeri f. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
c. Mampu mengenali nyeri (skala, dan menemukan dukungan
intensitas, frekuensi dan tanda g. Kontrol lingkungan yang dapat
nyeri) mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
d. Menyatakan rasa nyaman setelah pencahayaan dan kebisingan
nyeri berkurang h. Kurangi faktor presipitasi nyeri
e. Tanda vital dalam rentang i. Ajarkan tentang teknik mengurangi nyeri
normal dengan non farmakologi (relaksasi dan
distraksi)
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian analgetik untuk
mengurangi nyeri
b. Kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya
dengan terapi-terapi alternative lain, seperti
ultrasound, diatermia, menggunakan unit
TENS
2 Kerusakan integritas kulit Tujuan : Mandiri
berhubungan dengan Tissue Integrity : Skin and Mucous a. Anjurkan pasien untuk menggunakan
terputusnya, gamgguan pada Membranes pakaian yang longgar
kountiniunitas jaringan Kriteria Hasil : b. Hindari kerutan padaa tempat tidur
a. Integritas kulit yang baik bisa c. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
dipertahankan (sensasi, kering
elastisitas, temperatur, hidrasi, d. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap
pigmentasi) dua jam sekali
b. Tidak ada luka/lesi pada kulit e. Monitor kulit akan adanya kemerahan
c. Perfusi jaringan baik f. Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada
d. Menunjukkan pemahaman dalam derah yang tertekan
proses perbaikan kulit dan g. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
mencegah terjadinya sedera h. Monitor status nutrisi pasien
berulang Kolaborasi
e. Mampu melindungi kulit dan Kolaborasi pmberian antibiotik
mempertahankan kelembaban kulit
dan perawatan alami
3 Hambatan mobilitas fisik Tujuan : Mandiri
berhubungan dengan Nyeri Memperlihatkan mobilitas Pressure Management
Kriteria Hasil : a. Kaji kebutuhan terhadap bantuan pelayanan
Tidak mengalami gangguan: kesehatan dirumah dan kebutuhan terhadap
a. Keseimbangan peralatan pengobatan yang tahan lama
b. Koordinasi b. Ajarkan dan bantu pasien dalam proses
c. Performa posisi tubuh berpindah (misalnya ari tempat tidur ke
d. Pergerakan sendi dan otot kursi)
e. Berjalan c. Berika penguatan positif selama aktifitas.
f. Bergerak dengan mudah d. Ajarkan pasien bagaimana menggunakan
postur dan mekanika tubuh yang benar
melakukan aktivitas
e. Dukung latihan ROM aktif atau pasif jika
diperlukan
4 Gangguan citra tubuh Tujuan : NIMandiri
berhubugan dengan Gangguan citra tubuh berkurang a. Kaji dan dokumentasikan respon verbal dan
peruahan penampilan, Kriteria Hasil : nonverbal pasien terhadap tubuh pasien
sekunder, kehilangan a. Selalu menunjukan adaptasi b. Identifikasi mekanisme yang digunakan oleh
anggota tubuh, dengan ketunadayaan fisik pasien
hospitalisasi,, pembedahan, b. Penyesuaian psikososial ; c. Tentukan harapan pasien tentang citra tubuh
kemoterapi atau radiasi perubahan hidup, citra tubuh positif d. Pantau frekuensi pernyataan kritik diri
dan harga diri positif. e. Ajarkan tentang cara merawat dan
perawatan diri, termasuk komplikasi kondisi
medis.
f. Rujuk ke pelayanan social untuk
merencanakan perawatan dengan pasien dan
keluarga
g. Beri dorongan kepada pasien dan keluarga
untuk mengungkapkan perasaan, dan untuk
berduka jika perlu.
h. Beri dorongan kepada pasien untuk
mempertahankan kebiasaan berhias sehari-
hari yang rutin dilakukan
Ansietas berhubungan Tujuan : Mandiri
dengan diagnosis, prognosis - Anxiety control Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
penyakit - Coping a. Gunakan pendekatan yang menenangkan
Kriteria Hasil : b. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
a. Klien mampu mengidentifikasi dan pelaku pasien
mengungkapkan gejala cemas c. Jelaskan semua prosedur dan apa yang
b. Mengidentifikasi, mengungkapkan dirasakan selama prosedur
dan menunjukkan tehnik untuk d. Temani pasien untuk memberikan keamanan
mengontol cemas dan mengurangi takut
c. Vital sign dalam batas normal e. Berikan informasi faktual mengenai
d. Postur tubuh, ekspresi wajah, diagnosis, tindakan prognosis
bahasa tubuh dan tingkat aktivitas f. Lakukan back / neck rub
menunjukkan berkurangnya g. Dengarkan dengan penuh perhatian
kecemasan h. Identifikasi tingkat kecemasan
i. Bantu pasien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
j. Dorong pasien untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan, persepsi
k. Instruksikan pasien menggunakan teknik
relaksasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat untuk mengurangi
kecemasan

Anda mungkin juga menyukai