Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

NON HODGKIN LIMFOMA (NHL)

1. DEFINISI
Limfoma non-Hodgkin adalah suatu kelompok penyakit heterogen yang dapat
didefinisikan sebagai keganasan jaringan limfoid selain penyakit Hodgkin. Manifestasinya
sama dengan penyakit Hodgkin, namun penyakit ini biasanya sudah menyebar keseluruh
sistem imfatik sebelum pertama kali terdiagnosis. Apabila penyakitnya masih teralokasi,
radiasi merupakan penanganan pilihan. Jika terdapat keterlibatan umum, digunakan
kombinasi kemoterapi.
Limfoma Non-Hodgkin adalah sekelompok keganasan (kanker) yang berasal dari
sistem kelenjar getah bening dan biasaya menyebar ke seluruh tubuh. Beberapa dari
limfoma ini berkembang sangat lambat (dalam beberapa tahun), sedangkan yang lainnya
menyebar dengan cepat (dalam beberapa bulan). Penyakit ini lebih sering terjadi
dibandingkan dengan penyakit Hodgkin.

2. ETIOLOGI
Belum ditemukan penyebab yang pasti, namun terdapat beberapa faktor resiko yang
mempengaruhi terjadinya penyakit yaitu :
1) Umur: sebagian besar Limfoma Non-Hodgkin ditemukan pada orang dengan usia 60
tahun atau lebih. Namun pada beberapa tipe ditemukan juga menyerang orang yang
berusia muda.
2) Gender: sebagian besar resiko terjadinya Limfoma Non-Hodgkin umumnya terjadi
pada laki-laki daripada perempuan. Namun pada beberapa tipe lebih banyak terjadi
pada wanita dan diketahui peyebabnya.
3) Paparan Zat Kimia: beberapa penelitian mengatakan bahwa bahan kimia seperti
benzena dan insektisida berhubungan dalam meningkatkan resiko terkena Limfoma
Non-Hodgkin. Beberapa juga mengatakan obat-obatan yang digunakan untuk terapi
kanker juga dapat meningkatkan resiko terkena NHL beberapa tahun kemudian.
4) Sistem imun yang lemah: seseorang dengan sistem imun yang lemah dapat
meningkatkan resiko terkena NHL. Selain itu seseorang yang terinfeksi visurs HIV
juga beresiko terkena NHL.
5) Infeksi virus: infeksi virus yang menyerang DNA maupun limfosit dapat mengubah
DNA dan Limfosit menjafi sel-sel kanker. Virus tersebut diantaranya Epstein-Barr
Virus (EBV) dan HTLV-1 virus.
3. MANIFESTASI KLINIS
Gejala umum penderita Limfoma Non-Hodgkin yaitu:
1) Pembesaran kelenjar getah bening tanpa adanya ras sakit
2) Demam
3) Keringat malam
4) Rasa lelah yang dirasakan terus menerus
5) Gangguan pencernaan dan nyeri perut
6) Hilangnya nafsu makan
7) Nyeri tulang
8) Bengkak pada wajah dan leher dan daerah-daerah nodus limfe yang terkena

4. PATOFISIOLOGI
Usia, gender, ras, paparan zat kimia dan radiasi, infeksi virus, penyakit autoimun dan
sistem imun yang lemah dapat menyebabkan terjadinya pembesaran kelenjar getah bening.
Poliferasi jaringan limfoid yang tidak terkendali karena faktor-faktor resiko diatas
menyebabkan terjadinya perubahan rangsangan imunologik yang nantinya akan
menimbulkan masalah yaitu adanya ancaman status kesehatan, proses penyakit yang akan
mengakibatkan destruksi gangguan syaraf serta menimbulkan gangguan metabolisme
tubuh.
Masalah ancaman perubahan status kesehatan akan mengakibatkan fungsi peran
pasien berkurang sehingga pola interaksi juga menurun. Penurunan pola interaksi
menyebabkan terjadinya perolehan inforrmasi yang kurang mengenai penyakitnya
sehingga biasanya pasien akan cemas.
Proses penyakit yaitu pembesaran kelenjar limfoid akan menyebabkan terjadi
gangguan pada syaraf yaitu adanya tekanan pada saraf oleh kelenjar yang mmbesar/tumor
sehingga akan memunculkan ras nyeri.
Perubahan rangsangan imunologik secara tidak langsung akan mempengaruhi
metabolisme tubuh, sehingga ketika rangsangan imunologik berubah menjadi tidak baik,
maka akan terjadi gangguan pada metabolisme tubuh. Gangguan metabolisme ini akan
menimbulkan perasaan mual, kurang nafsu makan, maupun iritasi lambung karena proses
metabolisme yang terganggu. Semua hal tersebut mengakibatkan pemasukan nutrisi untuk
tubuh menjadi terganggu. Semua hal tersebut mengakibatkan penurunan berat badan,
sehingga memunculksn masalah gangguan nutrisi.
5. PATHWAY

Mutasi gen pada salah satu


sel dari sekelompok sel
limfosit

Menyerang sel limfosit


yang ada di kelenjar getah Proliferasi
Benjolan
bening abnormal tumor

Menekan Organ Menyebar ke dalam


darah

Ketidakefektifan
bersihan jalan
Penurunan sistem Anemia/trombositopenia
nafas
imun

Menyebar ke sumsum Gangguan


Nyeri akut tulang, saluran pencernaan penyerapan nutrisi
Pembengkakan tungkai dan kulit dan defisiensi folat

Ruam Kulit dan Intake nutrisi turun


Gejala neurologis (anoreksia)

Lemah lesu, Parestesia, mati Ketidakseimbangan


rasa, ataksia, gangguan nutrisi kurang dari
koodinasi, bingung kebutuhan tubuh

Intoleransi
aktivitas
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan biopsi kelenjar atau massa tumor untuk mengetaui subtioe LNH, bila
perlu sitologi jarum halus (FN HB) ditempat lain yang dicurigai
2) Ct-Scan atau USG abdomen, untuk mengetaui adanya pembesaran kelenjar getah
bening pada aorta abdominal atau KGB lainnya, massa tumor abdomen, dan metastase
kebagian intraabdominal
3) Pencitraan toraks (PA dan lateran) untuk mengetahui pembesaran kelenjar media
stinum, bila perlu CT scan toraks

7. PENATALAKSANAAN
Terapi ditentukan berdasarkan tipe dan stadium penyakit, usia, dan status kesehatan secara
umum, pilian terapinya yaitu :

1. Kemoterapi terutama diberikan untuk limfoma jenis derajat keganasan sedang-tinggi


dan pada stadium lanjut

2. Radiasi. Radiasi dosis tinggi bertujuan untuk membunuh sel kanker dan mengecilkan
ukuran tumor. Terapi radiasi umumnya diberikan untuk limfoma derajat renda
keganasan sedang atau untuk terapi tempat tertentu, seperti di otak

3. Transplantasi sel induk. Terutama jika akan diberikan kemoterapi dosis tinggi, yaitu
pada kasus kambuh. Terapi ini umumnya digunakan untuk limfoma derajat sedang-
tinggi yang kambuh setelah terapi awal pernah berhasil
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
a. Aktivitas/istirahat
1. Gejala
a) Kelelahan, kelemaan, malaise umum
b) Kehilangan produktivitas dan penurunan toleransi latihan
c) Kebutuan tidur dan istirahat lebih banyak
2. Tanda
a) Penurunan kekuatan
b) Bahu merosot
c) Jalan lamban
d) Kelelahan
b. Sirkulasi
1. Gejala : palpitasi, angina/nyeri dada
2. Tanda :
a) Takikardi, disritmia
b) Sianosis wajah dan leher
c) Iterus sklera dan ikterik umum
d) Pucat (anemia)
e) Pembengkakan pada wajah, leher, raang atau tangan kanan
f) Edema ekstermitas bawah seubungan dengan obstruksi vena kava inverior
c. Integritas ego
1. Gejala :
a) Faktor stres
b) Takut/ansietas
c) Masala finansial
d) Status hubungan
2. Tanda : berbagai perilaku misalnya marah, menarik diri, pasif
d. Eliminasi
1. Gejala : perubahan karakteristik urine/feses dan riwayat obstruksi usus
2. Tanda :
a) Nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan pembesaran pada palpasi
b) Nyeri tekan pada kuadran kiri atas dan pembesaran pada palpasi
c) Penurunan keluaran urine
d) Disfungsi usus dan kandung kemih
e. Makanan/cairan
1. Gejala : anoreksia, disfagia, penurunan BB
2. Tanda : membran mukosa dan konjungtiva pucat, kelemahan otot
PEMERIKSAAN FISIK (HEAD TO TOE)
1. Keadaan Rambut dan Higiene Kepala

 Inspeksi : Rambut hitam, coklat, pirang, berbau.

 Palpasi : Mudah rontok, kulit kepala kotor, berbau secara umum menunjukkan
tingkat hygiene seseorang.
2. Hidrasi Kulit Daerah Dahi

 Palpasi : Penekanan ibu jari pada kulit dahi, karena mempunyai dasar tulang.
Pada dehidrasi bias ditemukan “finger print”pada kulit dahi
3. Palpebrae

 Inspeksi : Bisa terlihat penumpukan cairan atau edema pada palpebrae, selain
itu bias juga terlihat cekung pada pasien dehidrasi

 Palpasi : Dengan cara meraba menggunakan tiga jari pada palpebrae untuk
merasakan apakah ada penumpukan cairan, atau pasien dehidrasi bila teraba
cekung
4. Sclera dan Conjungtiva

 Icterus tampak lebih jelas di sclera disbanding pada kulit. Teknik memeriksa
sclera dengan palpasi menggunakan kedua jari menarik palpebrae, pasien
melihat kebawah radang pada conjungtiva bulbi maupun conjungtiva
palpebrae. Keadaan anemic bias diperiksa pada warna pucat pada conjungtiva
palpebrae inferior.
5. Tekanan Intra Okular (T.I.O)

 Dengan dua jari telunjuk memeriksa membandingkan TIO bola mata kiri dan
kanan dengan cara tekanan berganti pada bola mata atas dengan kelopak mata
tertutup kewaspadaan terhadap glaucoma umumnya terhadap pasien berumur
lebih dari 40 tahun
6. Hidung

 Inspeksi : Hidung simetris, pada rongga dikaji apakah ada kotoran hidung,
polip atau pembengkakan
7. Higiene Rongga Mulut, Gigi-Geligi, Lidah, Tonsil dan Pharynk

 Rongga mulut : diperiksa bau mulut, radang mocosa (stomatitis), dan adanya
aphtae

 Gigi-geligi : diperiksa adanya makanan, karang gigi, caries, sisa akar, gigi
yang tanggal, perdarahan, abses, benda asing,(gigi palsu), keadaan gusi,
meradang
 Lidah : kotor/coated, akan ditemui pada keadaan: hygiene mulut yang kurang,
demam thypoid, tidak suka makan, pasien coma, perhatikan pula tipe lidah
yang hipertemik yang dapat ditemui pada pasien typoid fever

 Tonsil : Tonsil diperiksa pakah ada pembengkakan atau tidak. Diukur


berdasarkan panduan sebagai berikut
 T0 – bila sudah dioperasi
 T1- ukuran normal yang ada
 T2- pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah
 T3- pembesaran mencapai garis tengah
 T4- pembesaran melewati garis tengah

 Pharinx : dinding belakang oro pharink diperiksa apakah ada peradangan,


pembesaran adenoid, dan lender/secret yang ada
8. Kelenjar Getah Bening Leher

 Pembesaran getah bening dapat terjadi karena infeksi, infeksi toxoplasmosis


memberikan gejala pembesaran getah bening leher
9. Kelenjar Tyroid

 Inspeksi : bentuk dan besarnya bila pembesarannya telah nyata

 Palpasi : satu tangan dari samping atau dua tangan dari arah belakang, jari-jari
meraba permukaan kelenjar dan pasien diminta menelan rasakan apakah terasa
ada pembengkakan pada jaringan sekitar.
10. Dada/ Punggung

 Inspeksi : kesimetrisan, bentuk/postur dada, gerakan nafas (frekuensi, irama,


kedalaman, dan upaya pernafasan/penggunaan otot-otot bantu pernafasan),
warna kulit, lesi, edema, pembengkakan/ penonjolan. Normal: simetris, bentuk
dan postur normal, tidak ada tanda-tanda distress pernapasan, warna kulit
sama dengan warna kulit lain, tidak ikterik/sianosis, tidak ada
pembengkakan/penonjolan/edema

 Palpasi: Simetris, pergerakan dada, massa dan lesi, nyeri, tractile


fremitus. (perawat berdiri dibelakang pasien, instruksikan pasien untuk
mengucapkan angka “tujuh-tujuh” atau “enam-enam” sambil melakukan
perabaan dengan kedua telapak tangan pada punggung pasien). Normal:
integritas kulit baik, tidak ada nyeri tekan/massa/tanda-tanda peradangan,
ekspansi simetris, taktil vremitus cendrung sebelah kanan lebih teraba jelas.

 Perkusi: paru, eksrusi diafragma (konsistensi dan bandingkan satu sisi dengan
satu sisi lain pada tinggi yang sama dengan pola berjenjang sisi ke sisi).
Normal: resonan (“dug dug dug”), jika bagian padat lebih daripada bagian
udara=pekak (“bleg bleg bleg”), jika bagian udara lebih besar dari bagian
padat=hiperesonan (“deng deng deng”), batas jantung=bunyi rensonan----
hilang>>redup.

 Auskultasi: suara nafas, trachea, bronchus, paru. (dengarkan dengan


menggunakan stetoskop di lapang paru kika, di RIC 1 dan 2, di atas
manubrium dan di atas trachea). Normal: bunyi napas vesikuler,
bronchovesikuler, brochial, tracheal.
11. Abdomen
 Inspeksi : pada inspeksi perlu disimak apakah abdomen membusung/membuncit
atau datar saja, tepi perut menonjol atau tidak, umbilicus menonjol atau tidak,
amati apakah ada bayangan vena, amati juga apakah didaerah abdomen tampak
benjolan-benjolan massa. Laporkan bentuk dan letakknya

 Auskultasi : mendengar suara peristaltic usus, normal berkisar 5-35 kali per
menit : bunyi peristaltic yang yang keras dan panjang disebut borborygmi, ditemui
pada gastroenteritis atau obstruksi usu pada tahap awal. Peristaltic yang berkurang
ditemui pada ileus paralitik. Apabila setelah 5 menit tidak terdengar suara
peristaltic sama sekali maka kita katakana peristaltic negative (pada pasien post
operasi)

 Palpasi : sebelum dilakukan palpasi tanyakan terlebih dahulu kepada pasien


apakah daerah yang nyeri apabila ada maka harus dipalpasi terakhir, palpasi
umum terhadap keseluruhan dinding abdomen untuk mengetahui apakah ada nyeri
umum (peritonitis, pancreatitis). Kemudian mencari dengan perabaan ada atau
tidaknya massa/benjolan (tumor). Periksa juga turgor kullit perut untuk menilai
hidrasi pasien. Setelah itu periksalah dengan tekanan region suprapubika (cystitis),
titik MC Burney (appendicitis), region epigastrica (gastritis), dan region iliaca
(adnexitis) barulah secara khusus kita melakukan palpasi hepar. Palpasi hepar
dilakukan dengan telapak tangan dan jari kanan dimulai dari kuadrant kanan
bawah berangsur-angsur naik mengikuti irama nafas dan cembungan perut.
Rasakan apakah ada pembesaran hepar atau tidak. Hepar membesar pada
keadaan :
 Malnutrisi
 Gangguan fungsi hati/radang hati (hepatitis, thyroid fever, malaria,
dengue, tumor hepar)
 Bendungan karena decomp cordis
12. Anus
 Posisikan pasien berbaring miring dengan lutut terlipat menempel
diperut/dada. Diperiksa adannya :
 Hemhoroid externa
 Fisurra
 Fistula
 Tanda keganasan

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut b/d kompresi saraf perifer, pembesaran kelenjar limfe, efek sekunder
pemberian agen antileukimia, peningkatan produksi asam laktat jaringan lokal
2. Intoleransi aktivitas b/d peningkatan kebutuan metaboik (proses keganasan) dan
perubahan kimiawi tubuh sebagai efek kemoterapi
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang kurang,
meningkatnya kebutuhan metabolik dan menurunnya absorbsi zat gizi

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
1. Nyeri akut b/d Tujuan: dalam waktu 3x24 jam terapat 1. Catat
kompresi saraf penurunan respon nyeri karakteristik
perifer, pembesaran Kriteria hasil: secara subjektif klien nyeri
kelenjar limfe, efek menyatakan penurunan rasa nyeri 2. Lakukan
sekunder secara objektif didapatkan ttv dalam manajemen nyeri
pemberian agen batas normal, wajah rileks, tidak terjadi 3. Ciptakan
antileukimia, penurunan perifer. lingkungan yang
peningkatan nyaman
produksi asam 4. Ajarkan teknik
laktat jaringan lokal relaksasi
pernafasan dalam
5. Ajarkan teknik
distraksi pada
saat nyeri
6. Kolaborasi
pemberian terapi
analgetik

2. Intoleransi aktivitas Tujuan: setelah dilakukan tindakan 1. Bantu pasien


b/d peningkatan keperawatan selama 2x24 jam untuk
kebutuan metaboik diharapkan terjadi peningkatan mengidentfikasi
(proses keganasan) aktivitas aktivitas yang
dan perubahan Kriteria hasil: Mampu melakukan mampu
kimiawi tubuh aktivitas sehari hari secara mandiri dilakukan
sebagai efek 2. Bantu untuk
kemoterapi mendapatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kursi roda

3. Cemas Tujuan: setelah dilakukan tindakan 1. Berikan edukasi


berhubungan keperawatan selama 2x24 jam mengenai penyakit
dengan kurangnya diharapkan cemas/ansietas berkurang yang diderita
pengetahuan Kriteria hasil: Pasien tampak tenang, pasien
tentang pengetahuan pasien mengenai 2. Berikan rasa
penyakitnya. penyakitnya meningkat empati kepada
pasien

DAFTAR PUSTAKA

Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC edisi revis jilid
1,2,3 205, Medi Action. Yogyakarta.

Brunner dan Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Vol 2 Jakarta :EGC.
2002carpenito. L. J (2004). Buku Saku Diagnosa Keperawatan (10th ed)

Betz Cecily Lynn, 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC

Sacher, Ronald A, 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta : EGC

Otto, Shirley E, 2005. Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai