Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

TUMOR RENAL
RUANG LAVENDER RSUD DR. SOEGIRI

NAMA : Ana Sofiyah


NIM : 2302032489

PRODI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2022
LEMBAR KONSULTASI DAN PENGESAHAN LAPORAN
PENDAHULUAN
TOPIK: TUMOR RENAL
DEPARTEMEN : KDP RUANG : LAVENDER RS : RSUD DR. SOEGIRI

Tanggal Saran Pembimbing Tanda Tangan

2023

Mahasiswa

( )

Telah direvisi dan disetujui,

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

( ) ( )
BAB 1
KONSEP MEDIS
1.1 DEFINISI
Tumor ginjal yaitu tumor ginjal padat jinak dan tumor ginjal ganas.
Tumor ginjal padat ialah adenoma, onkositoma, leiomioma, lipoma,
hemangioma, dan hemartoma. Sedangkan tumor ginjal ganas biasanya berupa
tumor padat yang berasal dari urotelius, yaitu karsinoma sel transional atau
yang berasal dari sel epitel ginjal. (Nurarif & Kusuma, 2020, p. 139).
Tumor ginjal adalah penyakit yang ganas dimana sel kanker terbentuk
dalam tubulus pada ginjal. Ketika tumor besar jinak terjadi secara keseluruhan
tidak mungkin membedakan dengan tumor ganas melalui pemeriksaan
rontgen, paling tidak 85% dari seluruh tumor ginjal adalah ganas, dan sekitar
12.890 orang meninggal karena kanker ginjal setiap tahunnya. (Black &
Hwaks, 2019, hal. 196).
Berdasarkan definisi diatas dapat diambil kesimpulan penyakit tumor
ginjal adalah penyakit yang ganas dimana sel kanker terbentuk dalam tubulus
pada ginjal, dan biasanya berupa tumor padat yang berasal dari urotelius, yaitu
karsinoma sel transional atau yang berasal dari sel epitel ginjal.
1.2 ETIOLOGI
Mengenai etiologinya hanya sedikit yang diketahui merokok mungkin
mempunyai peran. Pada 40% penderita telah ditemukan metastasis pada
waktu tumor primer ditemukan. Lama hidup rata-rata penderita ini 6-
12bulan,tanpa penangannan proses lokal ini meluas dengan bertumbuh terus
kedalam jaringan sekelilingnya dan bermetastasis menyebabkan kematian.
Progesititasnya berbeda beda karena itu periode sakit total bervariasi anatara
beberapa bulan dan beberapa tahun. Gambaran histologiknya heterogen, di
samping sel-sel (clear cell) dan eosinofil glandular (granular cell) terdapat
lebih bannyak sel polifrom,fusifrom dan sel-sel raksasa. Bagian karsinoma
sering terdapat disamping bagian – bagian pseudosarkomatosa diselingi
dengan nekrosis dan pendarahan.Penyebab pasti dari kanker ginjal belum
diketahui secara pasti. Ada beberapa faktor resiko diketahui mampu memicu
kejadian kanker ginjal yaitu.
1. Merokok
Perilaku merokok aktif/pasif meningkatkan resiko terkena kanker
ginjal (40%). Anak yang sering menjadi perokok pasif (status paparan)
meningkatkan resiko terkena Tumor Wilms.
2. Obesitas pada wanita
Mungkin juga obesitas pada wanita disebabkan karena pengaruh faktor
endokrin, karena kondisi ini muncul pada saat-sat adanya perubahan
hormonal tersebut.
3. Hormonal
Peningkatan kadar diethylstibestrol(berdasarkan uji eksperimen pada
hamster) mempengaruhi timbulnya adenoharsinoma pada ginjal. Dan
biasanya kanker ginjal dimulai setelah usia 40 tahun dan akan memuncak
pada usia antara 50 tahun sampai 60 tahun (Prabowo & Pranata, 2019, hal.
76).
1.3 MANIFESTASI KLINIK
Menurut (Prabowo & Pranata, 2014, hal. 76-77) tanda gejala pada
penderita kanker ginjal antara lain:
a. Hematuria
Pemeriksaan mikroskopis untuk melihat komponen pada urine (urinalisis)
sering didapatkan adanya gross hematuria pada kanker ginjal. Tanda ini
tanda pertama yang memberikan sinyal pada dugaan adanya keganasan
pada ginjal.
b. Nyeri
Merupakan alarm (sinyal) alamiah bagi tubuh akan adanya gangguan
fisiologis. Pada klien dengan kanker ginjal sering terjadi nyeri yang
konstan pada abdomen terlebih ketika kanker mengalami pendarahan.
c. Adanya massa
Pada palpasi akan teraba massa dengan jaringan yang halus,berkumpul,dan
adanya nyeri tekan (karena ada kompresi pada jaringan abnormal).
d. Demam
Biasanya terjadi karena adanya perdarahan, sehingga volume intravaskuler
menurun atau karena adanya jaringan tumor yang nekrosis.
e. Anoreksia
Anoreksia suatu masalah kesehatan jiwa yang mana pengidapnya terobsesi
untuk memiliki tubuh kurus dan sangat takut jika terlihat gemuk.
f. Manifestasi klinis lainnya : Penurunan berat badan drastic, Edema
ekstrimitas, Nausea, Vorniting, Hipertensi, Hiperkalsemia, Retensi urine.
1.4 PATOFISIOLOGI
Tumor ginjal meskipun memiliki angka yang tidak signifikan
dibandingkan kanker yang lain namun memiliki tingkat prognosa yang buruk
jika tidak tertangani dengan baik. Tumor ini berasal daeri tubulus proksimalis
ginjal yang mula-mula berada di dalam kortex, dan kemudian menembus
kapsul ginjal. Beberapa jenis tumor ini disertai dengan pseudokapsul yang
terdiri atas perenkim ginjal yang tertekan oleh jaringan tumor dan jaringan
fibrosa. Tidak jarang ditemukan kista-kista yang berasal dari tumor yang
mengalami nekrosis dan diresorbsi. Fasia gerota merupakan barier yang
menahan penyebaran tumor ke organ sekitarnya.Pada irisan tampak berwarna
kuning sampai oranye sedangkan pada gambaran histopologik terdapat
berbagai jenis clear cell, granular, sarkomatoid, papiler dan berbentuk
campuran. (Prabowo & Pranata, 2019, p. 17).
Merokok, obesitas pada wanita, diet lemak tinggi dan kolesterol
mengakibatkan toksik pada vaskular yang mengakibatkan elastisitas vaskuler
turun yang menyebabkan hiposirkulasi. Hiperlipidemia pada wanita obesitas
mengakibatkan kompresi vaskuler juga mengakibatkan laju sirkulasi menurun.
Diet tinggi lemak dan kolesterol mengakibatkan pasien memiliki resiko
atherosklerosis. Hiposirkulasi dan atherosklerosis menyebabkan hipoksia pada
organ ginjal yang menyebabkan inflamasi sel sehingga sel akan mengalami
metaplasia/hiperplasia sel yang berpotensi menjadi kanker ginjal. Ca ginjal
mengakibatkan hipervaskularisasi sel ganas yang meningkatkan tekanan
intravaskuler yang mengakibatkan urine yang keluar bercampur darah
(hematuria) yang mengakibatakan nyeri akut (Nurarif & Kusuma, 2020, p.
135)
PATHWAY (WOC)
PATHWAY TUMOR GINJAL

Kelainan genetika

Poliferasi patolgik Blastema

Tubuli dan glomerulus tidak berdifusi


Dengan baik pada kehamilan

Blastema renalis di janin

Tumor Ginjal

Tumor belum menembus Tindakan operasi


Kapsul ginjal
Pre Operasi Post Operasi

Berdiferensiaisi
Kurang pgtahuaan InfoInkontuinitas jaringan

Tumor menembus kapsul Ginjal MK: Nyeri akut


Perrineal, hilus, Vena renal Ansietas Nyeri akut Laserasi

MK : MK:
Disfungsi Ginjal Hematoma Resiko
Ansietas
Infeksi
Gangguan glomerulus Gangguan Keseimbangan Menyebar ke abdomen Paru-paru Otak
Asam dan basa

Gangguan filtrasi Asidosis Metabolik Kakeksia Sesak nafas


Hematuria Cairan banyak keluar Mual dan muntah Hemi hipertrofi Nutrisi tubuh brkrg

Nafsu makan berkurang Ggn metabolisme kelelahan


MK: Hipovolemi
MK: Defisit Nutrisi MK: Intoleransi aktivitas
1.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis karsinoma renal terutama mengandalkan pemeriksaan
pencintraan, termasuk USG, CT dan MRI. BNO-IVP dan angiografi renal kini
sudah jarang digunakan, skening radioisotop terutama digunakan untuk
menilai metastasis tulang atau hati. Pasien hematuria harus terlebih dulu
diperiksa di USG, jika menemukan lesi penempat ruang, harus diperiksa lebih
lanjut dengan CT atau MRI untuk memperjelas diagnosis. Karsinoma
asimtomatik dewasa ini sebagian terbesar terdeteksi dengan USG. Setahun
sekali pemeriksaan USG ginjal merupakan cara paling sederhana dan efektif
untuk menemukan karsinoma renal.
Pemeriksaan USG umumnya dapat membedakan karsinoma renal,
angioleiomiolipoma renal dan kista renal sederhana. Lemak menunjukkan
hiperekoik, karsinoma sel renal tidak mengandung lemak sehingga USG dapat
membedakan dengan baik karsinoma renal dan angioleimiolipoma renal. Tapi
angioleimiolipoma renal yang mengandung sedikit lemak mudah didiagnosis
keliru sebagai karsinoma renal. Skening CT harus planar dan kontras, dapat
mendiagnosis secara tepat kebanyakan karsinoma renal, tapi kista hemoragik
mudah terdiagnosis keliru sebagai karsinoma renal, dalam hal ini MRI dapat
membantu membedakannya, CT dan MRI sangat membantu dalam
menemukan embolus vena, menentukan lingkup embolus kanker dan stadium
klinis.
1) IVP
Untuk mengetahui fungsi ginjal.
2) Foto thoraks (Rontgen)
Untuk mengevaluasi ada tidaknya metastasis ke paru-paru. Arteriografi
khusus hanya diindikasikan untuk pasien dengan tumor Wilms bilateral.
3) Ultrasonografi abdominal
Merupakan pemeriksaan non invasif yang dapat membedakan tumor solid
dengan tumor yang mengandung cairan. USG juga dapat digunakan
sebagai pemandu pada biopsi.
4) CT-Scan
CT scan memperlihatkan massa heterogenus di ginjal kiri dan metastasis
hepar multiple.
5) Laboratorium
Pemeriksaan darah dan urine untuk menilai fungsi ginjal dan hati. Untuk
tumor wilms adalah kadar lactic dehydro genase (LDH) meninggi dan
Vinyl mandelic acid (VMA) dalam batas normal.
6) Biopsi
Biopsi tumor untuk mengevaluasi sel dan diagnosis.
7) MRI
MRI bermanfaat sebagai mendeteksi, kategori dan tahap massa ginjal
(bentuk, berat, kondisi)
1.6 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan medis antara lain:
1. Nefrektomi
Tumor yang masih dalam stadium dini dilakukan nefrektomi radikal
yaitu mengangkat ginjal beserta kapsula gerota. Beberapa kasus yang
sudah dalam stadium lanjut tetapi masih mungkin unutk dilakukan operasi,
masih dianjurkan untuk dilakukan nefrektomi paliatif. Pada beberapa
tumor yang telah mengalami metastasis, setelah tindakan nefrektomi ini
sering didahului dengan embolisasi arteri renalis yang bertujuan untuk
memudahkan operasi (Basuki, 2018).
2. Hormonal
Penggunaan terapi hormonal belum banyak diketahui hasilnya.
Preparat yang dipakai adalah hormon progestagen. Dari berbagai literatur
disebutkan bahwa pemberian preparat hormon tidak banyak memberi
manfaat (Basuki, 2018).
3. Imunoterapi
Pemberian imunoterapi dengan memakai interferon atau
dikombinasikan dengan interleukin saat ini sedang dicoba di negara-
negara maju. Karena harganya sangat mahal dan hasil terapi dengan obat-
obatan imunoterapi masih belum jelas, maka pemakaian obat ini masih
sangat terbatas (Basuki, 2018).
4. Radiasi Cobalt Eksternal
Radiasi cobalt eksternal terhadap tumor yang invasive sering dilakukan
sebelum bedah untuk memperlambat pertumbuhan. Radiasi supervoltase
dapat diberikan kepada pasien yang fisiknya tidak kuat menghadapi bedah.
Radiasi bukan kuratif dan mutunya hanya sedikit dalam pengelolaan bila
tumor tidak mungkin dioperasi. Radiasi internal (radioisotope atau biji-biji
radon) jarang dipakai, karena metode pemberian radiasi eksternal yang
lebih baik
5. Chemotherapy.
5-fluorouracil (5-FU) dan doxorubicin (adriamycin) merupakan bahan
yang paling sering digunakan.
Penatalaksanaan keperawatan antara lain :
1) Bedrest total dengan posisi semi fowler
2) Diet lunak bubur saring
3) Lakukan kompres apabila suhu tubuh meningkat
4) Health education : perawatan di rumah
5) Memonitor vital sign
1.7 KOMPLIKASI
1) Komplikasi biopsi ginjal antara lain hematoma hematuria
makroskopik,fistula arteriovena,infeksi dan pembedah
2) Perdarahan hematoma parirenal ditandai dengan penurunan Hb. Hematuria
makroskopik dengan hematoma parirenal terjadi 2%, dan hanya 1%
membutuhkan transfusi darah. Hematuria yang berat dapat menyebabkan
kolik. Bila hematuria berlanjut perlu angiografi untuk tindak lanjut
embolisasi
3) Fistula arteriovena. Sering tidak ada keluhan dan ditemukan secara
radiologi. Frekuensi sekitar 10% bila diperiksa secara arteriografi atau
doppler berwarna. Kebanyakan kasus akan sembuh spontan. Fistula
arteriovena yang menetap, dapat menyebabkan hematuria, hipertensi dan
gangguan fungsi ginjal. Dalam situasi demikian embolisasi perlu
dilakukan.
4) Komplikasi lain,walaupun sangat jarang, biopsi ginjal dapat menyebabkan
fistula peritoneal/kalises,hematotorak,perforasi kolon atau page kidney
dimana terjadi tamponade ginjal.
5) Kematian karena biopsi sangat jarang dan biasanya disebabkan
perdarahan. (Black & Hwaks, 2019, hal. 299)
BAB 2
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 PENGKAJIAN
a. Identitas pasien dan identitas penanggung jawab
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengeluh kencing berwarna seperti cucian daging, bengkak
sekitar perut. Tidak nafsu makan, mual, muntah dan diare. Badan
panas hanya 1 hari pertama sakit.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien pernah mengeluh kelainan pada ginjal sebelumnya, atau
gejala-gejala tumor wilms.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada riwayat keluarga klien pernah mengidap kanker atau
tumor sebelumnya.
c. Pemeriksaan Fisik
Melakukan pemeriksaan TTV pada klien, melakukan pemeriksaan secara
head to toe yang harus diperhatikan adalah palpasi abdomen yang cermat
dan pengukuran tekanan darah pada klien. Tumor dapat memproduksi
rennin atau menyebabkan kompresi vaskuler sehingga mengakibatkan
hipertensi pada anak.
d. Pemeriksaan kebutuhan Fisik dan Psikososial
1) Pola Nutrisi dan Metabolik
Dapat terjadi kelebihan beban sirkulasi karena adanya retensi natrium
dan air,edema pada sekitar mata dan seluruh tubuh. Klien mudah
mengalami infeksi karena adanya depresi sistem imun. Adanya
mual,muntah,dan anoreksia menyebabkan intake nutrisi yang tidak
adekuat. BB meningkat karena adanya edema. Perlukaan pada kulit
dapat terjadi karena uremia.
2) Pola Eliminasi
Eliminasi urine : gangguan pada glomerulus menyebabkan sisa-sisa
metabolisme tidak dapat di ekskresi dan terjadi penyerapan kembali air
dan natrium pada tubulus ginjal yang tidak mengalami gangguan yang
menyebabkan oliguri, anuria, proteinuria, dan hematuria.
3) Pola Aktivitas dan latihan
Pada klien dengan kelemahan malaise,kelemahan otot dan kehilangan
tonus karena adanya hiperkalemia. Dalam perawatan,klien perlu
istirahat karena adanya kelainan jantung dan tekanan darah mutlak
selama 2 minggu dan mobilisasi duduk di mulai bila tekanan darah
udah normal selama satu minggu. Adanya edema paru maka pada
inspeksi terlihat retraksi dada,penggunaan otot bantu napas, teraba
massa, auskultasi terdengar rales, dispnea, ortopnea, dan pasien terlihat
lemah (kelebihan beban sirkulasi sehingga menyebabkan pembesaran
jantung), anemia, dan hipertensi yang di sebabkan oleh spasme
pembuluh darah.
4) Pola Tidur dan Istirahat
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena adanya
uremi, keletihan, kelemahan malaise, keemahan otot dan kehilangan
tonus.
5) Pola Kognitif dan Perseptual
Penigkatan ureum darah menyebabkan kuit bersisik kasar dan gatal-
gatal karena adanya uremia. Gangguan penglihatan dapat terjadi
apabila terjadi ensefalopati hipertensi.
6) Persepsi Diri
Klien dan orang tuanya cemas dan takut karena adanya warna urine
yang berwarna merah, adanya edema, serta perawatan yang lama.
2.2 DIAGNOSIS KEPERAWATAN
a. Pre operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan efek fisiologis dari neoplasia
2) Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan metabolime, kehilangan protein dan penurunan
intake
3) Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakit dan prosedur pembedahan
b. Pasca operasi
1) Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi
2.3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
(SDKI) Hasil (SLKI) Keperawatan (SIKI)
Nyeri Akut (D.0077) Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
Penyebab : (L.08066) Observasi :
1. Agen pencedera Setelah dilakukan 1. Identifikasi lokasi,
fisiologis(mis, tindakan keperawatan karakteristik,
inflamasi, diharapkan tingkat durasi, frekuensi,
iskemia,neoplasma) nyeri menurun dengan kualitas, intensitas
2. Agen pencedera kriteria hasil : nyeri
kimiawi(mis, terbakar, 1. Keluhan nyeri 2. Identifikasi skala
bahan kimia iritan) menurun nyeri
3. Agen pencedera 2. Meringis menurun 3. Identifikasi respon
fisik(mis. Abses, 3. Sikap protektif nyeri non verbal
amputasi, terbakar, menurun 4. Identifikasi faktor
terpotong, mengangkat 4. Gelisah menurun yang memperberat
berat, prosedur operasi, 5. Kesulitan tidur dan memperingan
trauma, latihan fisik menurun nyeri
berlebihan) 6. Menarik diri 5. Identifikasi
Gejala dan tanda mayor menurun pengetahuan dan
Subjektif : 7. Berfokus pada diri keyakinan tentang
1. Mengeluh nyeri sendiri menurun nyeri
Objektif : 8. Diaforesis 6. Identifikasi
1. Tampak meringis menurun pengaruh budaya
2. Bersikap protektif 9. Perasaan depresi terhadap respon
(misalnya . waspada, (tertekan) menurun nyeri
posisi menghindari 10. Perasaan takut 7. Identifikasi
nyeri) mengalami cedera pengaruh nyeri
3. Gelisah 11. berulang menurun pada kualitas hidup
4. Frekuensi nadi 12. Anoreksia 8. Monitor
meningkat menurun keberhasilan terapi
5. Sulit tidur 13. Perineum terasa komplementer yang
Gejala dan tanda minor tertekan menurun sudah diberikan
Subjektif (tidak tersedia) 14. Uterus terasa 9. Monitor efek
Objektif : membulat menurun samping
1. Tekanan darah 15. Ketegangan otot penggunaan
meningkat menurun analgetik
2. Pola nafas berubah 16. Pupil dilatasi Analgetik :
3. Nafsu makan berubah menurun 1. Berikan teknik
4. Proses berfikir 17. Muntah menurun nonfarmakologis
terganggu 18. Mual menurun untuk mengurangi
5. Menarik diri 19. Frekuensi nadi rasa nyeri
6. Berfokus pada diri membaik 2. Kontrol lingkungan
sendiri 20. Pola napas yang memperberat
7. Diaforesis membaik rasa nyeri
21. Tekanan darah 3. Fasilitasi istirahat
membaik dan tidur
22. Proses berfikir 4. Pertimbangkan
membaik jenis dan sumber
23. Fokus membaik nyeri dalam
24. Fungsi berkemih pemilihan strategi
membaik meredakan nyeri
25. Perilaku membaik Edukasi :
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika perlu
Defisit Nutrisi (D.0019) Status Nutrisi Manajemen Nutrisi
Penyebab : (L.03030) (I.03119)
1. kurangnya asupan Setelah dilakukan Observasi :
makanan tindakan keperawatan 1. Identifikasi status
2. Ketidakmampuan diharapkan status nutrisi
menelan makanan nutrisi membaik 2. Identifikasi alergi
3. Ketidakmampuan (L.03030) dengan dan intoleransi
mencerna makanan kriteria hasil : makanan
4. Ketidakmampuan 1) Porsi makanan 3. Identifikasi
mengabsorbsi nutrient yang di habiskan makanan yang di
5. Peningkatan kebutuhan meningkat sukai
metabolisme 2) Kekuatan otot 4. Identifikasi
6. faktor ekonomi (mis, pengunyah kebutuhan kalori
financial tidak meningkat dan jenis nutrient
mencukupi) 3) Verbalisasi 5. Identifikasi
7. Factor psikologis (mis. keinginan untuk perlunya
Stress, keengganan meningkatkan pengguanaan selang
untuk makan) nutrisi meningkat nasogastric
Gejala dan Tanda Mayor 4) Pengetahuan 6. Monitor asupan
Subjektif: tentang pilihan makanan
(tidak tersedia) makana yang sehat 7. Monitor berat
Objektif : meningkat badan
1. Berat badan menurun 5) Pengetahuan 8. Monitor hasil
minimal 10% di bawah tentang pilihan pemeriksaan
rentang ideal minuman yang laboratorium
Gejala dan Tanda Minor sehat meningkat Terapeutik :
Subjektif : 6) Pengetahuan 1. Melakukan oral
1. Cepat kenyang setelah tentang standar hygiene sebelum
makan asupan nutrisi yang makan, jika perlu
2. Kram/nyeri abdomen tepat meningkat 2. Fasilitasi
3. Nafsu makan menurun 7) Sikap terhadap menentukan
Objektif : makanan/minuma pedoman diet (mis,
1. Bising usus hiperaktif m sesuai dengan piramida makanan)
2. Otot pengunya lemah tujuan kesehatan 3. Sajikan makanan
3. Otot menelan lemah meningkat secara menarik dan
4. Membrane mukosa 8) Sariawan menurun suhu yang sesuai
pucat 9) Berat badan 4. Berikan makana
5. Sariawan membaik tinggi serat utuk
6. Serum albumin turun 10) Indeks masa tubuh mencegah
7. Rambut rontok membaik konstipasi
berlebihan 11) Frekuensi makanan 5. Berikan makanan
8. Diare membaik tinggi kalori dan
tinggi protein
12) Nafsu makan
6. Berikan suplemen
membaik
makanan , jika
perlu
7. Hentikan pe,berian
makan melalui
selang nasogatrik,
jika asupan oral
dapat di toleransi
Edukasi :
1. Anjurkan posisi
duduk , jika mampu
2. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan
(mis,pereda nyeri,
antiemetic), jika
perlu
2. Kolaborasi dengan
ahli giji untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrient yang di
butuhkan, jika perlu
Risiko Infeksi (D.0142) Tingkat Infeksi Pencegahan Infeksi
Risiko infeksi dibuktikan (L.14137) (I.14539)
dengan faktor risiko Kriteria hasil : Observasi
peningkatan paparan 1. Kebersihan tangan 1. Monitor tanda dan
organisme patogen meningkat gejala infeksi lokal
lingkungan. 2. Kebersihan badan dan sistemik
Definisi: meningkat Terapeutik
Beresiko mengalami 3. Nafsu makan 1. Batasi jumlah
peningkatan terserang meningkat pengunjung
organisme patogenik 4. Demam menurun 2. Berikan perawatan
Faktor resiko: 5. Kemerahan kulit pada area
1. Penyakit kronis( mis. menurun edema
Diabetes militus) 6. Nyeri menurun 3. Cuci tangan
2. Efek prosedur infasif 7. Bengkak menurun sebelum dan
3. Malnutrisi 8. Vesikal menurun sesudah kontak
4. Peningkatan paparan 9. Cairan berbau dengan pasien dan
organisme patogen busuk menurun lingkungan pasien
lingkungan 10. Sputum berwarna 4. Pertahankan teknik
5. Ketidak adekuatan hijau menurun aseptik pada pasien
pertahanan tubuh primer 11. Drainase purulen berisiko tinggi
: menurun Edukasi
a. Gangguan peristaltik 12. Piuria menurun 1. Jelaskan tanda dan
b. Kerusakan integritas 13. Periode menurun gejala infeksi
kulit 14. Periode menggigil 2. Ajarkan cara
c. Perubahan sekresi menurun mencuci tangan
pH 15. Letargi menurun dengan benar
d. Penurunan kerja 16. Gangguan kognitif 3. Ajarkan etika batuk
siliaris menurun 4. Ajarkan cara
e. Ketuban pecah lama 17. Kadar sel darah memeriksa kondisi
f. Ketuban pecah putih membaik luka atau luka
sebelum waktunnya 18. Kultur darah operasi
g. Merokok membaik 5. Anjurkan
h. Statis cairan tubuh 19. Kultur urine meingkatkan
6. ketidakadekuatan membaik asupan nutrisi
pertahanan tubuh 20. Kultur sputum 6. Anjurkan
sekunder: membaik meningkatkan
a. Penurunan Hb 21. Kultur area luka asupan cairan
b. Imununosupresi membaik
c. Leukopenia 22. Kultur feses Kolaborasi
d. Supresi respon membaik 1. Kolaborasi
inflamasi pemberian
e. Vaksinasi tidak imunisasi, jika pelu
adekuat
DAFTAR PUSTAKA

Basuki, J. M., & Hwaks, J. H. (2018). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:


Salemba Medika.
Prabowo, E., & Pranata, A. E. (2019). Asuhan Keperawatan Sistem
Perkemihan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Henderson.M.A. (2019). Ilmu Bedah Untuk Perawat. Yayasan Essentia Medica.
Jakarta
Kasper, et al. (2020). Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Volume 3 Edisi 13.
EGC. Jakarta
Underwood, JCE. (2020). Patologi Umum dan Sistemik Volume 2 Edisi 2. EGC.
Jakarta
Wim de Jong. (2015). Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. EGC. Jakarta
Tim pokja SDKI PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. DPP
PPNI.
Tim pokja SIKI PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. DPP
PPNI.
Tim pokja SLKI PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. DPP
PPNI.

Anda mungkin juga menyukai