Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

CA Serviks

Disusun oleh :

Nama : SRI DINDA ANDRIFA

BP : 1711312009

Kelompok :2

Jurusan : Ilmu Keperawatan


JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2019

A. LANDASAN TEORITIS PENYAKIT

1. Definisi

Kanker rahim adalah penyakit kanker yang menyerang rahim dengan


pembelahan sel yang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang
jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ketempat yang jauh
(metastasis).

Kanker leher rahim sering juga disebut kanker mulut rahim, merupakan salah
satu penyakit kanker yang paling banyak terjadi pada wanita.
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim
sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak
jaringan normal disekitarnya.
2. Etiologi

Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor
resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain :

a. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual

Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan


seksusal semakin besar, mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun
dianggap masih terlalu muda.

b. Jumlah Kehamilan dan Partus


Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin
sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.
c. Jumlah Perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan bergant-ganti pasangan
mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini.
d. Infeksi Virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma (HPV) atau virus
kondiloma akuminata diduga sebagai faktor penyebab kanker serviks.
e. Soal Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah
mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan
kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya
kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.
f. Hygiene dan Sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker serviks pada wanita yang
pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene
penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.
g. Merokok dan AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian
AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi
serviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus,
hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.
h. Radioterapi dan Pap Smear
Karsinoma sel skuamosa adalah salah satu akibat tidak efektifnya radioterapi
sebagai pengobatan utama dalam kasus adenocarcinoma. Meningkatnya
penggunaan tes Pap untuk deteksi dini penyakit ini tapi masih merupakan salah
satu penyebab utama morbiditas kanker terkait di negara-negara berkembang
karena kurangnya program skrining (Rubina Mukhtar, 2015).

3. Manifestasi Klinis

a. Perdarahan
Sifatnya dapat intermenstruit atau perdarahan kontak, kadang-kadang
perdarahan baru terjadi pada stadium selanjutnya. Pada jenis intraservikal
perdarahan terjadi lambat.

b. Biasanya menyerupai air, kadang-kadang timbulnya sebelum ada perdarahan.


Pada stadium lanjut perdarahandan keputihan lebih banyakdisertai infeksi
sehingga cairan yang keluar berbau (Padila, 2012).

Tanda dan Gejala kanker servik :

a. Keputihan, makin lama makin berbau busuk dan tidak sembuh-sembuh.


Terkadang bercampur darah.

b. Perdarahan kontak setelah senggama merupakan gejala servik 70-85%.

c. Perdarahan spontan: perdarahan yang timbul akibat terbukanya pembuluh darah


dan semakin lam semakin sering terjadi.

d. Perdarahan pada wanita menopause

e. Anemia

f. Gagal ginjal sebagai efek dari infiltrasi sel tumor ke ureter yang menyebabkan
obstruksi total

g. Nyeri

1) Rasa nyeri saat berhubungan seksual, kesulitan atau nyeri dalam berkemih,
nyeri di daerah di sekitar panggul.

2) Bila kanker sudah mencapai stadium III ke atas, maka akan terjadi
pembengkakan di berbagai anggota tubuh seperti betis, paha, dan
sebagainya.

Menurut Rubina Mukhtar tahun 2015 menyatakan bahwa tanda dan gejala Ca.
Serviks adalah perdarahan vagina abnormal seperti pendarahan pasca menopause,
menstruasi tidak teratur, menstruasi berat, metrorhagia menyakitkan, atau perdarahan
postcoital. Keputihan abnormal adalah keluhan utama dari sekitar 10% dari pasien;
debit mungkin berair, bernanah, atau berlendir. Gejala panggul atau nyeri perut dan
saluran kencing atau rektum terjadi dalam kasus-kasus lanjutan. Nyeri panggul
mungkin hasil dari loco penyakit regional invasif atau dari penyakit radang panggul
hidup berdampingan.

4. Pemeriksaan Penunjang

1. Sitologi/Pap Smear

Keuntungan, murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidakterlihat.

Kelemahan, tidak dapat menentukan dengan tepat lokasinya.

2. Schillentest

Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena dapat mengikal


yodium. Jika porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal akan
berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna.

3. Koloskopi

Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan
dibesarkan 10-40 kali.

Keuntungan, dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah


untuk melakukan biopsy.

Kelemahan, hanya dapat memeriksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio,
sedang kelainan pada skuamosa columnar junction dan intraservikal tidak
terlihat.

4. Kolpomikroskopi

Melihat hapusan vagina (Pap Smeardengan pembesaran sampai 200 kali.

5. Biopsi
Biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.
6. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lender serviks dan epitel
gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan
pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas (Padila, 2012).

7. Penatalaksanaan
a. Penanganan Non-bedah Kanker Serviks
Apabila kanker termasuk lesi intra-epitel skuamosa tingkat rendah
(LGSIL) atau lesi intra-epitel skuamosa tingkat tinggi (LGSIT) ditemukan
melalui kolposkopi dan biopsy, pengangkatan nonbedah konservatif
memungkinkan untuk dilakukan (Smeltzer dan Bare, 2002).
1) Krioterapi
Pembekuan dengan oksida nitrat.
2) Terapi laser
Sebuah sinar laser digunakan untuk membakar sel-sel atau menghapus
sebagian kecil dari jaringan sel rahim untuk dipelajari. Pembedahan laser
hanya digunakan sebagai pengobatan untuk kanker serviks pra-invasif
(stadium 0).

b. Pembedahan untuk Kanker Serviks


Apabila pasien mempunyai kanker serviks invaasif, radiasi atau histerektomi
radikal atau keduanya dapat dpilih. Bedah radikal disarankan ketika pasien
tidak dapat menahan efek radiasi atau mempunyai kanker yang resisten
terhadap radiasi. Prosedur bedah yang mungkin dilakukan sebagai berikut:
1) Histerektomi
Histerektomi sederhana: Rahim diangkat, tetapi tidak mencakup
jaringan yang berada di dekatnya. Baik vagina maupun kelenjar getah
bening panggul tidak diangkat. Rahim dapat diangkat dengan cara
operasi di bagian depan perut (perut) atau melalui vagina. Setelah
operasi ini, seorang wanita tidak bisa menjadi hamil. Histerektomi
digunakan untuk mengobati beberapa kanker serviks stadium awal (I).
Hal ini juga digunakan untuk stadium pra-kanker serviks (o), jika sel-sel
kanker ditemukan pada batas tepi konisasi.
Histerektomi radikal dan diseksi kelenjar getah bening panggul: pada
operasi ini, dokter bedah akan mengangkat seluruh rahim, jaringan di
dekatnya, bagian atas vagina yang berbatasan dengan leher rahim, dan
beberapa kelenjar getah bening yang berada di daerah panggul. Operasi
ini paling sering dilakukan melalui pemotongan melalui bagian depan
perut dan kurang sering melalui vagina. Setelah operasi ini, seorang
wanita tidak bisa menjadi hamil. Sebuah histerektomi radikal dan
diseksi kelenjar getah bening panggul adalah pengobatan yang umum
digunakan untuk kanker serviks stadium I, dan lebih jarang digunakan
pada beberapa kasus stadium II, terutama pada wanita muda.
2) Ekstenterasi Panggul
Pengangkatan organ-organ pelvis, termasuk nodus limfe kandung kemih
dan rectum serta konstruksi conduit diversional, kolostomi dan vagina.
3) Cryosurgery
Sebuah probe metal yang didinginkan dengan nitrogen cair dimasukkan
ke dalam vagina dan pada leher rahim. Ini membunuh sel-sel abnormal
dengan cara membekukan mereka. Cryosurgery digunakan untuk
mengobati kanker serviks yang hanya ada di dalam leher rahim (stadium
0), tapi bukan kanker invasif yang telah menyebar ke luar leher rahim.
4) Konisasi
Sepotong jaringan berbentuk kerucut akan diangkat dari leher rahim.
Hal ini dilakukan dengan menggunakan pisau bedah atau laser tau
menggunakan kawat tipis yang dipanaskan oleh listrik. Pendekatan ini
dapat digunakan untuk menemukan atau mengobati kanker serviks
tahap awal (0 atau I). Hal ini jarang digunakan sebagai satu-satunya
pengobatan kecuali untuk wanita dengan kanker serviks stadium dini
yang mungkin ingin memiliki anak. Setelah biopsi, jaringan (berbentuk
kerucut) diangkat untuk diperiksa di bawah mikroskop. Jika batas tepi
dari kerucut itu mengandung kanker atau pra-sel kanker, pengobatan
lebih lanjut akan diperlukan untuk memastikan bahwa seluruh sel-sel
kankernya telah diangkat.
5) Trachelektomi
Sebuah prosedur yang disebut trachelectomy radikal memungkinkan
wanita muda tertentu dengan kanker stadium awal untuk dapat diobati
dan masih dapat mempunyai anak. Metode ini melibatkan pengangkatan
serviks dan bagian atas vagina dan meletakkannya pada jahitan
berbentuk seperti kantong yang bertindak sebagai pembukaan leher
rahim di dalam rahim. Kelenjar getah bening di dekatnya juga diangkat.
Operasi ini dilakukan baik melalui vagina ataupun perut. Setelah operasi
ini, beberapa wanita dapat memiliki kehamilan jangka panjang dan
melahirkan bayi yang sehat melalui operasi caesar. Risiko kanker
kambuh kembali sesudah pendekatan ini cukup rendah.
c. Radioterapi untuk Kanker Serviks
Radioterapi adalah pengobatan dengan sinar berenergi tinggi (seperti
sinar-X) untuk membunuh sel-sel kanker ataupun menyusutkan tumornya.
Sebelum radioterapi dilakukan, biasanya pasien akan menjalani pemeriksaan
darah untuk mengetahui apakah menderita anemia. Penderita kanker serviks
yang mengalami perdarahan pada umumnya menderita anemia. Untuk itu,
transfusi darah mungkin diperlukan sebelum radioterapi dijalankan. Pada
kanker serviks stadium awal, biasanya dokter akan memberikan radioterapi
(external maupun internal). Kadang radioterapi juga diberikan sesudah
pembedahan. Akhir-akhir ini, dokter seringkali melakukan kombinasi terapi
(radioterapi dan kemoterapi) untuk mengobati kanker serviks yang berada
antara stadium IB hingga IVA.
Radioterapi eksternal berarti sinar X diarahkan ke tubuh (area
panggul) melalui sebuah mesin besar. Sedangkan radioterapi internal berarti
suatu bahan radioaktif ditanam ke dalam rahim/leher rahim selama beberapa
waktu untuk membunuh sel-sel kankernya. Salah satu metode radioterapi
internal yang sering digunakan adalah brachytherapy. Pengobatan yang ini
cukup sukses untuk mengatasi keganasan di organ kewanitaan. Baik radium
dan cesium telah digunakan sebagai sumber radioaktif untuk memberikan
radiasi internal.
Selain itu terdapat pengobatan dengan HDR (high dose rate)
brachytherapy yang diberikan hanya dalam hitungan menit. Untuk
mencegah komplikasi potensial dari HDR brachytherapy, maka biasanya
HDR brachytherapy diberikan dalam beberapa insersi. Untuk pasien kanker
serviks, standar perawatannya adalah 5 insersi. Waktu dimana aplikator
berada di saluran kewanitaan (vagina, leher rahim dan/atau rahim) untuk
setiap insersi adalah sekitar 2,5 jam. Keuntungan HDR brachytherapy adalah
antara lain: pasien cukup rawat jalan, ekonomis, dosis radiasi bisa
disesuaikan, tidak ada kemungkinan bergesernya aplikator.
d. Kemoterapi untuk Kanker Serviks
Kemoterapi adalah penggunaan obat-obatan untuk membunuh sel-sel
kanker. Biasanya obat-obatan diberikan melalui infuse ke pembuluh darah
atau melalui mulut. Setelah obat masuk ke aliran darah, mereka menyebar ke
seluruh tubuh. Kadang-kadang beberapa obat diberikan dalam satu waktu.
e. Manajemen Nyeri Kanker
Berdasarkan kekuatan obat anti nyeri kanker, dikenal 3 tingkatan
obat, yaitu :
1) Nyeri ringan : obat yang dianjurkan antara lain Asetaminofen, OAINS
(Obat Anti-Inflamasi Non-Steroid).
2) Nyeri sedang : obat kelompok pertama ditambah kelompok opioid
ringan seperti kodein dan tramadol.
3) Nyeri berat : obat yang dianjurkan adalah kelompok opioid kuat
seperti morfin dan fentanil.

8. Komplikasi
a. Langsung
Yang berhubungan dengan penyakitnya, dapat berupa :
1) Obstruksi ileus (penyumbatan usus)
2) Vesikovaginal fistel (lubang di antara saluran kencing dan vagina)
3) Obstruksi ureter (penyumbatan pada saluran kencing)
4) Hidronefrosis (pembengkakan ginjal)
5) Infertil
6) Gagal ginjal
7) Pembentukan fistula
8) Anemia
9) Infeksi sistemik
10) Trombositopenia
b. Tidak Langsung
Yang berhubungan dengan tindakan dan pengobatan:
1) Operasi : perdarahan, infeksi, luka pada saluran kencing, kandung kemih
maupun usus
2) Radiasi : berak darah, hematuria (kencing darah), cystitis radiasi (infeksi
saluran kencing karena efek radiasi)
3) Kemoterapi : mual muntah, diare, alopesia (kebotakan), BB turun, borok
pada daerah bekas suntikan.
Penggunaan
Free Sex Merokok Defisit
Alat
Kontrasepsi perawatan diri
9. WOC (vulva higiene)
Cedera serviks saat Kekebalan
pemasangan tubuh
menurun

Invasi
HPV
Hubungan seksual
Jumlah kelahiran
(< 20 tahun). Infeksi HPV
dan partus

Proses Metaplasy Pertumbuhan sel


Efek anastesi abnormal di labia
mayora dan
minora
Lemah

Anastesi Mitosis sel eksoserviks dan endoserviks


Histerektomi total Intoleransi Aktivitas

Tindakan pembedahan
Mual,
Histerektomi Radikal muntah,
Metaplasia
skuamosa anoreksi
Non Kemotera
Pembedahan pi
Jaringan terbuka
Ca. Cerviks

Penurunan BB

Vaskularisasi Menembus sel Merusak struktur


jaringan epitel jaringan serviks
terganggu
Luka perdarahan Risiko
ketidakseimbangan
Struma serviks nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Peradangan endoserviks Menginvasi organ
dan eksoserviks lain

Risiko Infeksi Nekrosis jaringan


Meluas ke
jaringan, Rektum Fistula Uretra Vagina

Keputihan dan bau pembukuh limfe


dan vena Fistula Fistula Fistula
busuk
Rektum rekto vagina
vagina
Dinding
Gangguan konsep Infiltrasi
pembuluh Infiltrasi ke
diri: HDR ke syaraf
terdesak Perdarahan uretra
rektum
Perdarahan spontan Nyeri Gangguan
Akut Eliminasi
Gangguan Perfusi Anemia Trombositopenia Urin
Jaringan
A. ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

1. PENGKAJIAN

a. Anamnesis

Pada anamnesis, bagian yang dikaji adalah keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
dan riwayat penyakit terdahulu.

b. Keluhan Utama

Perdarahan dan keputihan.

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Klien datang dengan keluhan perdarahan pasca coitus dan terdapat keputihan yang
berbau tetapi tidak gatal. Perlu ditanyakan pada pasien atau keluarga tentang tindakan
yang dilakukan untuk mengurangi gejala dan hal yang dapat memperberat, misalnya
keterlambatan keluarga untuk memberi perawatan atau membawa ke rumah sakit
dengan segera, serta kurangnya pengetahuan keluarga.

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah mengalami hal yang
demikian dan perlu ditanyakan juga apakah pasien pernah menderita penyakit infeksi.
e. Riwayat Keluarga

Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit seperti ini atau
penyakit menular lain.

f. Psikososial

Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah dan


bagaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker serviks.
2. Pemeriksaan Fisik

1. Kepala

a) Rambut : bersih, tidak ada ketombe, dan tidak rontok

a. Wajah : tidak ada oedema, Ekspresi wajah ibu menahan nyeri (meringis),
Raut wajah pucat.
b) Mata : konjunctiva tidak anemis

c) Hidung : simetris, tidak ada sputum

d) Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen

e) Mulut : bibir tidak kering, tidak sianosis, mukosa bibir lembab, tidak terdapat
lesi

f) Leher : tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan tidak ada pembesaran
kelenjer getah bening

2. Dada

a) Inspeksi : simetris

b) Perkusi : sonor seluruh lap paru

c) Palpasi : vocal fremitus simetri kana dan kiri

Auskultasi : vesikuler, perubahan tekanan darah

3. Cardiac

a) Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

b) Palpasi : ictus cordis teraba, v Perubahan denyut nadi

c) Perkusi : pekak

d) Auskultasi : tidak ada bising

4. Abdomen

a) Inspeksi : simetris, tidak ascites, posisi tubuh menahan rasa nyeri di daerah
abdomen.

b) Palapasi : ada nyeri tekan

c) Perkusi : tympani

d) Auskultasi : bising usus normal

5. Genetalia

Inspeksi
b. Ada lesi.

c. Keluarnya cairan encer dari vagina dan berbau busuk.

d. Pendarahan yang terjadi, volume darah yang keluar.

e. Urine bercampur darah (hematuria).

Palpasi

Pembengkakan di daerah uterus yang abnormal

6. Ekstremitas dan Kulit

Tidak oedema, Kelemahan pada pasien, Keringat dingin.

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1 Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia.


2 Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan
muntah.
3 Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan port de entrée bakteri.
4 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan paska anastesi.
4. INTERVENSI KEPERAWATAN

a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia.


Tujuan : mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya
komplikasi perdarahan.
Intervensi :
1. Kolaborasi dalam pemeriksaan hematokrit Hb serta jumlah trombosit.
2. Berikan cairan secara cepat.
3. Pantau dan atur kecepatan infus.
4. Kolaborasi dalam pemberian infus
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual muntah.
Tujuan : masukan yang adekuat serta kalori yang mencukupi kebutuhan tubuh.

Intervensi :

1. Kaji adanya pantangan atau adanya alergi terhadap makanan tertentu.


2. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian menu yang sesuai dengan diet yang
ditentukan.
3. Pantau masukan makalan oleh klien.
4. Anjurkan agar membawa makanan dari rumah jika diperlukan dan sesuai dengan
diet.
5. Lakukan perawatan mulut sebelum makan sesuai ketentuan.
c. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan port de entree bakteri.

Tujuan :

Infeksi menurun dan tidak terdapat tanda–tanda infeksi.

Intervensi :

1. Pantau tanda vital setiap 4 jam atau lebih sering bila diperlukan.
2. Tempatkan pasien pada lokasi yang tersedia.
3. Bantu pasien dalam menjaga hygiene perorangan.
4. Anjurkan pasien istirahat sesuai kebutuhan.
5. Kolaborasi dalam pemeriksaan kultur dan pemberian antibiotic.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan paska anastesi.
Tujuan:

Pasien mampu mempertahankan tingkat aktivitas yang optimal.

Intervensi :

a) Kaji pola istirahat serta adanya keletihan pasien.


b) Anjurkan kepada pasien untuk mempertahan pola istirahat atau tidur
sebanyak mungkin dengan diimbangi aktivitas.
c) Bantu pasien merencanakan aktivitas berdasarkan pola istirahat atau
keletihan yang dialami.
d) Anjurkan kepada klien untuk melakukan latihan ringan.
e) Observasi kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas.

6. Evaluasi

Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah :

a. Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya


komplikasi pendarahan.
b. Kebutuhan nutrisi dan kalori pasien tercukupi kebutuhan tubuh.
c. Melaporkan nyeri berkurang.
d. Tidak ada tanda-tanda vital infeksi.
e. Pasien bebas dari pendarahan dan hipoksis jaringan.
f. Pasien mampu mempertahankan tingkat aktivitas yang optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Bilotta, Kimberly A. J. 2011. Kapita Selekta Penyakit: Implikasi Keperawatan. Jakarta: EGC.
Brunner & Suddart. 2010. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC.

Padila. 2012. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Media.

Prawirohardjo, sarwono, 2010. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan bina pustaka.

Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta:
EGC.

Rahayu, Dedeh Sri. 2015. Asuhan Ibu dengan Kanker Serviks. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai