OLEH:
RAKA FACHRIZAL HILMY
I4B018014
A. Latar Belakang
Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya kebutuhan
pelayanan kesehatan menuntut perawat untuk memiliki pengetahuan dan
keterampilan di berbagai bidang, saat ini perawat memiliki peran yang lebih luas
dengan penekanan pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, juga
memandang klien secara komprehensif. Perawat menjalankan fungsi dalam
kaitannya dengan berbagai peran pemberi perawatan, pembuat keputusan klinik
dan etika, pelindung dan advokat bagi klien, manajer kasus, rehabilitator,
komunikator dan pendidik. Selain itu Perawat juga berperan melaksanakan proses
keperawatan yang berkesinambungan yang merupakan suatu rangkaian yang
harus dilakukan pada berbagai kasus penyakit yang mungkin terjadi pada berbagai
tingkatan usia mulai dari bayi, balita, pra sekolah, sekolah dan remaja, baik kasus
penyakit dalam, bedah saraf, anak, maternitas maupun komunitas.
Salah satu penyakit yang mungkin muncul di masyarakat adalah penyakit
pencernaan. Masalah pencernaan seakan tidak pandang bulu dan menganggu pada
siapa saja baik bayi yang baru lahir maupun yang sudah dewasa. Penyebab dan
gejala yang dialami bisa berbeda pada setiap anak. Salah satu penyakit yang sering
muncul dimasyarakat adalah malformasi anorecktal letak tinggi.
Menurut Boocock dan Donna (1992) dalam penelitiannya, Malformasi
anorecktal terjadi setiap 1 dari 5.000 kelahiran di dunia. Secara umum Bocoock
dan Donna juga menegaskan bahwa malformasi anorecktal ini lebih sering terjadi
pada laki – laki. Di Indonesia 40-70% dari penderita malformasi anorektal
mengalami satu atau lebih defek tambahan dari sistem organ lainnya.
Berdasarkan Medical Record Ruang Cempaka Bedah Anak Lantai 2
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung yang tercatat selama kurun
waktu dari bulan Januari sampai bulan Mei 2010 klien yang dirawat dengan
malformasi anorecktal mencapai 48 orang dengan persentase 29,62 % dari pasien
– pasien bedah
B. Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui pengertian ca rectal
2. Mahasiswa mengetahui klasifikasi ca rectal
3. Mahasiswa mengetahui etiologi ca rectal
4. Mahasiswa mengetahui patofisiologi ca rectal
5. Mahasiswa mengetahui tanda gejala dari ca rectal
6. Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan dari ca rectal
7. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan penunjang pada ca rectal
8. Mahasiswa mengetahui pathway ca rectal
9. Mahasiswa mengetahui pengkajian pada pasien ca rectal
10. Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan pada pasien ca rectal
11. Mahasiswa mengetahui focus intervensi ca rectal
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Ca Kolorectal merupakan salah satu dari keganasan pada kolon dan
rektum yang khusus menyerang bagian rekti yang terjadi akibat gangguan
proliferasi sel epitel yang tidak terkendali (Black & Hawks, 2014). Kanker rekti
adalah kanker yang berasal dalam permukaan rektum/rectal. Umumnya kanker
kolorektal berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas, terdapat adenoma atau
berbentuk polip.
B. Klasifikasi Ca Recti
Metode penahapan kanker yang digunakan adalah klasifikasi duke sebagai berikut
(Smeltzer, Burke, Hinkle, & Cheever, 2010):
1. Duke
Stadium 0 (carcinoma in situ)
Kanker belum menembus membran basal dari mukosa kolon atau rektum.
Stadium I
Kanker telah menembus membran basal hingga lapisan kedua atau ketiga
(submukosa/ muskularis propria) dari lapisan dinding kolon/ rektum tetapi
belum menyebar keluar dari dinding kolon/rektum (Duke A).
Stadium II
Kanker telah menembus jaringan serosa dan menyebar keluar dari dinding
usus kolon/rektum dan ke jaringan sekitar tetapi belum menyebar pada
kelenjar getah bening (Duke B).
Stadium III
Kanker telah menyebar pada kelenjar getah bening terdekat tetapi belum pada
organ tubuh lainnya (Duke C).
Stadium IV
Kanker telah menyebar pada organ tubuh lainnya (Duke D).
2. Stadium TNM menurut American Joint Committee on Cancer (AJCC)
Stadium T N M Duke
0 Tis N0 M0 -
I T1 N0 M0 A
T2 N0 M0
II A T3 N0 M0 B
II B T4 N0 M0
III A T1-T2 N1 M0 C
III B T3-T4 N1 M0
III C Any T N2 M0
IV Any T Any N M1 D
Keterangan
T : Tumor primer
Tx : Tumor primer tidak dapat di nilai
T0 : Tidak terbukti adanya tumor primer
Tis : Carcinoma in situ, terbatas pada intraepitelial atau terjadi invasi pada
lamina propria
T1 : Tumor menyebar pada submukosa
T2 : Tumor menyebar pada muskularis propria
T3 : Tumor menyebar menembus muskularis propria ke dalam subserosa
atau ke dalam jaringan sekitar kolon atau rektum tapi belum mengenai
peritoneal.
T4 : Tumor menyebar pada organ tubuh lainnya atau menimbulkan perforasi
peritoneum viseral.
N : Kelenjar getah bening regional/node
Nx : Penyebaran pada kelenjar getah bening tidak dapat di nilai
N0 : Tidak ada penyebaran pada kelenjar getah bening
N1 : Telah terjadi metastasis pada 1-3 kelenjar getah bening regional
N2 : Telah terjadi metastasis pada lebih dari 4 kelenjar getah bening
M : Metastasis
Mx : Metastasis tidak dapat di nilai
M0 : Tidak terdapat metastasis
M1 : Terdapat metastasis
C. Etiologi
Beberapa faktor risiko/faktor predisposisi terjadinya kanker rectum
menurut Smeltzer, Burke, Hinkle, dan Cheever (2010) sebagai berikut:
1. Diet rendah serat
Kebiasaan diet rendah serat adalah faktor penyebab utama, Bukitt (1971)
dalam Price & Wilson (2012) mengemukakan bahwa diet rendah serat dan kaya
karbohidrat ¬refined mengakibatkan perubahan pada flora feses dan perubahan
degradasi garam-garam empedu atau hasil pemecahan protein dan lemak,
dimana sebagian dari zat-zat ini bersifat karsinogenik. Diet rendah serat juga
menyebabkan pemekatan zat yang berpotensi karsinogenik dalam feses yang
bervolume lebih kecil. Selain itu masa transisi feses meningkat, akibat kontak
zat yang berpotensi karsinogenik dengan mukosa usus bertambah lama.
2. Lemak
Kelebihan lemak diyakini mengubah flora bakteri dan mengubah steroid
menjadi senyawa yang mempunyai sifat karsinogen.
3. Polip diusus (colorectal polyps)
Polip adalah pertumbuhan sel pada dinding dalam kolon atau rektum, dan sering
terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas.Sebagian besar polip bersifat jinak
(bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat menjadi kanker.
4. Inflamatory Bowel Disease
Orang dengan kondisi yang menyebabkan peradangan pada kolon (misalnya
colitis ulcerativa atau penyakit Crohn) selama bertahun-tahun memiliki risiko
yang lebih besar.
5. Riwayat kanker pribadi
Orang yang sudah pernah terkena kanker colorectal dapat terkena kanker
colorectal untuk kedua kalinya. Selain itu, wanita dengan riwayat kanker di
indung telur, uterus (endometrium), atau payudara mempunyai tingkat risiko
yang lebih tinggi untuk terkena kanker rectal.
6. Riwayat kanker rektal pada keluarga
Jika mempunyai riwayat kanker rekti pada keluarga, maka kemungkinan terkena
penyakit ini lebih besar, khususnya jika terkena kanker pada usia muda.
7. Faktor gaya hidup
Orang yang merokok, atau menjalani pola makan yang tinggi lemak dan sedikit
buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat risiko yang lebih besar terkena
kanker colorectal serta kebiasaan sering menahan tinja/defekasi yang sering.
8. Usia di atas 50
Kanker rekti biasa terjadi pada mereka yang berusia lebih tua. Lebih dari 90
persen orang yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah usia 50 tahun ke
atas.
D. Patofisiologi
Karsinogenesis dan onkogenesis merupakan nama lain dari perkembangan kanker.
Proses perubahan sel normal menjadi sel kanker disebut transformasi maligna
(Ignatavicius & Workman, 2006). Karsinogen adalah substansi yang
mengakibatkan perubahan pada struktur dan fungsi sel menjadi sel yang bersifat
otonom dan maligna. Trasformasi maligna diduga mempunyai sedikitnya tiga
tahapan proses selular yaitu inisiasi, promosi, dan progresi (Smeltzer, Burke,
Hinkle, & Cheever, 2010), yaitu:
a. Inisiasi (Carcinogen)
Pada tahap ini terjadi perubahan dalam bahan genetik sel yang memicu sel
menjadi ganas. Perubahan ini disebabkan oleh status karsinogen berupa bahan
kimia, virus, radiasi atau sinar matahari yang berperan sebagai inisiator dan
bereaksi dengan DNA yang menyebabkan DNA pecah dan mengalami
hambatan perbaikan DNA. Perubahan ini mungkin dipulihkan melalui
mekanisme perbaikan DNA atau dapat mengakibatkan mutasi selular
permanen. Mutasi ini biasanya tidak signifikan bagi sel-sel sampai terjadi
karsinogenesis tahap kedua.
b. Promosi (Co-carcinogen)
Pemajanan berulang terhadap agen menyebabkan ekspresi informasi abnormal.
Pada tahap ini suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi
ganas. Tahap promosi merupakan hasil interaksi antara faktor kedua dengan sel
yang terinisiasi pada tahap sebelumnya. Faktor kedua sebagai agen
penyebabnya disebut complete carcinogen karena melengkapi tahap inisiasi
dengan tahap promosi. Agen promosi bekerja dengan mengubah informasi
genetik dalam sel, meningkatkan sintesis DNA, meningkatkan salinan pasangan
gen dan merubah pola komunikasi antarsel. Pada masa antara inisiasi dan
promosi merupakan kunci konsep dalam pencegahan kanker, karena bila pada
tahap ini dilakukan pencegahan pemaparan karsinogen ulang seperti makanan
berlemak, obesitas, rokok, dan alkohol akan dapat menurunkan risiko
terbentuknya formasi neoplastik.
c. Progresi (Complete Carcinogen )
Pada tahapan ini merupakan tahap akhir dari terbentuknya sel kanker atau
karsinogenesis. Sel-sel yang mengalami perubahan bentuk selama inisiasi dan
promosi kini melakukan perilaku maligna. Sel-sel ini sekarang menampakkan
suatu kecenderungan untuk menginvasi jaringan yang berdekatan
(bermetastasis).
Penyebab kanker pada saluran cerna bagian bawah tidak diketahui secara
pasti. Polip dan ulserasi colitis kronis dapat berubah menjadi ganas tetapi
dianggap bukan sebagai penyebab langsung. Hipotesa penyebab yang lain
adalah meningkatnya penggunaan lemak yang bisa menyebabkan kanker
kolorektal. Diet rendah serat dan kaya karbohidrat refined mengakibatkan
perubahan pada flora feses dan perubahan degradasi garam-garam empedu atau
hasil pemecahan protein dan lemak, dimana sebagian dari zat-zat ini bersifat
karsinogenik. Diet rendah serat juga menyebabkan pemekatan zat yang
berpotensi karsinogenik dalam feses yang bervolume lebih kecil. Selain itu
masa transisi feses meningkat, akibat kontak zat yang berpotensi karsinogenik
dengan mukosa usus bertambah lama.
Kelebihan lemak diyakini mengubah flora bakteri dan mengubah steroid
menjadi senyawa yang mempunyai sifat karsinogen. Bakteri dapat mengubah
asam empedu, yang dikeluarkan oleh tubuh untuk membantu pencernaan lemak,
menjadi suatu senyawa-senyawa yang dapat memicu kanker. Senyawa-senyawa
tersebut disebut sebagai asam empedu sekunder. Asam empedu secara normal
dikeluarkan oleh tubuh untuk mencerna lemak. Semakin banyak lemak yang
dikonsumsi, maka asam empedu yang dikeluarkan oleh tubuh akan semakin
banyak pula. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika beberapa bahan
makanan yang banyak mengandung lemak seperti daging merah, serta daging
dan makanan olahan lain yang berkadar lemak tinggi seperti keju, dapat
meningkatkan risiko kanker usus. Konsumsi alkohol juga dapat meningkatkan
risiko terjadinya kanker usus seperti halnya makanan yang kaya akan gula.
Patologi kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel
yang tidak ganas atau disebut adenoma, yang dalam stadium awal membentuk
polip (sel yang tumbuh sangat cepat). Pada stadium awal, polip dapat diangkat
dengan mudah. Tetapi, seringkali pada stadium awal adenoma tidak
menampakkan gejala apapun sehingga tidak terdeteksi dalam waktu yang relatif
lama dan pada kondisi tertentu berpotensi menjadi kanker yang dapat terjadi
pada semua bagian dari usus besar.
Polip jinak dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan
normal serta meluas ke dalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari
tumor primer dan menyebar ke bagian tubuh yang lain (paling sering ke hati).
Kanker kolorektal dapat menyebar melalui beberapa cara yaitu secara infiltratif
langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih; melalui
pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon; melalui aliran
darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirakan darah ke sistem portal;
penyebaran secara transperitoneal; penyebaran ke luka jahitan, insisi abdomen
atau lokasi drain. Pertumbuhan kanker menghasilkan efek sekunder, meliputi
penyumbatan lumen usus dengan obstruksi dan ulserasi pada dinding usus serta
perdarahan. Penetrasi kanker dapat menyebabkan perforasi dan abses, serta
timbulnya metastase pada jaringan lain.
E. Manifestasi Klinis
Kebanyakan orang asimtomatis dalam jangka waktu lama dan mencari
bantuan kesehatan hanya bila mereka menemukan perubahan pada kebiasaan
defekasi atau perdarahan rectal Smeltzer, Burke, Hinkle, & Cheever (2010).
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen
usus tempat kanker berlokasi. Gejala yang paling menonjol adalah (Smeltzer,
Burke, Hinkle, & Cheever, 2010).
1. Perubahan kebiasaan defekasi.
2. Pasase darah dalam feses adalah gejala paling umum kedua
3. Gejala anemi tanpa diketahui penyebabnya
4. Anoreksia
5. Penurunan berat badan tanpa alasan
6. Keletihan
7. Mual dan muntah-muntah
8. Usus besar terasa tidak kososng seluruhnya setelah BAB
9. Feses menjadi lebih sempit (seperti pita)
10. Perut sering terasa kembung atau keram perut
11. Gejala yang dihubungkan dengan lesi rectal adalah: evakuasi feses yang tidak
lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian (umumnya
konstipasi), serta feses berdarah.
Pertumbuhan pada sigmoid atau rectum dapat mengenai radiks saraf,
pembuluh limfe, atau vena menimbulkan gejala gejala pada tungkai atau
perineum, hemoroid, nyeri pinggang bagian bawah, keinginan defekasi, atau
sering berkemih dapat timbul sebagai akibat tekanan pada alat-alat tersebut.
Semua karsinoma kolorektal dapat menyebabkan ulserasi, perdarahan, obstruksi
bila membesar atau invasi menembus dinding usus dan kelenjar-kelenjar
regional, terkadang bisa terjadi perforasi dan menimbulkan abses peritoneum.
Tumor pada rekti dan kolon asendens dapat tumbuh sampai besar sebelum
menimbulkan tanda-tanda obstruksi karena lumennya lebih besar daripada kolon
desendens dan dindingnya lebih mudah melebar. Perdarahan biasanya sedikit
atau tersamar. Bila karsinoma Recti menembus ke daerah ileum akan terjadi
obstruksi usus halus dengan pelebaran bagian proksimal dan timbul nausea atau
vomitus. Pertimbangan gerontologi, insiden karsinoma kolon dan rectum
meningkat sesuai usia. Kanker ini biasanya ganas pada lansia, gejala sering
tersembunyi yaitu: keletihan hampir selalu ada akibat anemia defisiensi besi
primer, nyeri abdomen, obstruksi, tenesmus, dan perdarahan rectal.
F. Komplikasi
Karsinoma kolon dapat bermetastase dengan jalan
•Langsung perkontinuitatum dinding usus dan organ disekitarnya
•Hematogen
•Linefogen
Metastasis sering terjadi ke kelenjar getah bening dan organ lain, misal ke hati,
paru dan otak
Komplikasi lainnya ;
1. Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus pertial/lengkap
2. Pertumbuhan dan ulserasi dapat menyerang pembuluh darah sekitar kolon
yang menyebabkan hemoragi
3. Perforasi dapat terjadi yang menyebabkan pembentukan abses
4. Peritonitis /sepsis yang dapat menimbulkan syock
G. Penatalaksanaan
1. Pembedahan
Untuk kanker rectum atas dilakukan rekto sigmoidektoid dan dibuat
anastromosis decending kolakteral
Untuk kanker rectum bawah dilakukan protakolektum dan dibuat
anastomosis kolocinal
2. Radiasi
Setelah dilakukan tindakan pembedahan perlu dipertimbangkan untuk
melakukan radiasi dengan dosis adekuat
3. Kemoterapi
Kemoterapi yang biasa diberikan ialah 5 florourasil (5FU)
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Endoskopi
• Untuk mengetahui adanya tumor/kanker di kolon/rectum
• Untuk menentukan sumber pendapatan
• Untuk mengetahui letak obstruksi
2. Radiologi
• Foto dada : Untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker paru
Untuk persiapan pembedahan
• Foto colon (Banum enema)
• Dapat terlihat suatu filling deffect pada suatu tempat/suatu striktura
• Dapat menentukan lokasi tempat kelainan
3. USG
Untuk mengetahui apakah ada metastasis kanker ke kelenjar getah
bening di abdomen dan hati.
Gambaran metastasis kanker dihati akan tampak massa multi nodular
dengan gema berdensitas tinggi homogen.
4. Endosonggrafi
Pada karsinoma akan tampak massa yang hypoechoic tidak teratur
mengenai lapisan dinding kolon.
5. Histopatologi
Gambaran histopatologi pada karsinoma recti C adenokarsinoma dan perlu
ditentukan differensiasi sel.
6. Laboratorium
Hb : menurun pada perdarahan
Tumor marker (LEA) > 5 mg/ml
Pemeriksaan tinja secara bakteriologis ; terdapat sigela dan amoeba
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
2. Riwayat Kesehatan
a. RKD
Riwayat diet yang hanya serat, protein hewani dan lemak
Riwayat menderita kelainan pada colon kolitis ulseratif (polip kolon)
b. RKS
Klien mengeluh BAB berdarah dan berlendir
Klien mengeluh tidak BAB tidak ada flahis
Klien mengeluh perutnya terasa sakit (nyeri)
Klien mengeluh mual, muntah
Klien mengeluh tidak puas setelah BAB
Klien mengeluh BAB kecil
Klien mengeluh berat badannya turun
c. RKK
Riwayat keluarga dengan Ca. colon/recti
3. Pemeriksaan Fisik
Sirkulasi
Takikardi (respon terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi dan nyeri),
kemerahan, ekimosis, hipotesis
Respirasi
Sarak nafas, batuk, ronchi, expansi paru yang terbatas
GIT
Anoreksia, mual, muntah, penurunan bising usus, kembung, nyeri abdomen,
perut tegang, nyeri tekan pada kuaran kiri bawah
Eliminasi
BAB berlendir dan berdarah, BAB tidak ada flatur tidak ada, BAB kecil seperti
feses kambing, rasa tidak puas setelah BAB, perubahan pola
BAB/konstiasi/hemoroid, perdarahan peranal, BAB ; oliguria
Aktifitas/istirahat
Kelemahan, keleahan, insomnia, gelisah dan ansietas
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pre Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
b. PK: Anemia
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient
d. Konstipasi berhubungan dengan obstruksi akibat tumor
e. Kurang pengetahuan mengenai penyakit dan prosedur pembedahan,
berhubungan dengan kurang paparan informasi
2. Post-operasi
a. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
c. Risiko infeksi.
d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan (kolostomi) dan
adanya stoma
Nursing Care Plan
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan NOC NIC
1. Nyeri akut Setelah diberikan asuhan Pain management
berhubungan keperawatan selama…..x 24 1. Lakukan pengkajian yang
dengan agen jam diharapkan nyeri komprehensif terhadap nyeri,
cedera berkurang atau terkontrol, meliputi lokasi, karasteristik,
biologis dengan kriteria hasil: onset/durasi, frekuensi,
NOC kualitas, intensitas nyeri, serta
Pain level : faktor-faktor yang dapat
a. Klien tidak melaporkan memicu nyeri.
adanya nyeri 2. Observasi tanda-tanda non
b. Klien tidak menunjukkan verbal atau isyarat dari
ekspresi wajah terhadap ketidaknyamanan.
nyeri 3. Gunakan strategi komunikasi
c. TD, Nadi dan RR dalam terapeutik dalam mengkaji
batas normal pengalaman nyeri dan
menyampaikan penerimaan
Pain Control terhadap respon klien terhadap
a. Klien melaporkan nyeri nyeri.
terkontrol 4. Kaji tanda-tanda vital klien
b. Klien dapat mengontrol 5. Kontrol faktor lingkungan
nyerinya dengan yang dapat menyebabkan
menggunakan teknik ketidaknyamanan, seperti suhu
manajemen nyeri non ruangan, pencahayaan,
farmakologis kebisingan.
6. Ajarkan prinsip-prinsip
3. manajemen nyeri non
farmakologi, (mis: teknik
terapi musik, distraksi, guided
imagery, masase dll).
7. Kolaborasi dalam pemberian
analgetik sesuai indikasi.
Tissue perfusion :
Peripheral
a. CRT < 2 detik
b. Akral hangat
c. Klien tidak pucat
d. Konjungtiva berwarna
merah muda.
Infection protection
1. Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
2. Monitor hitung granulosit,
WBC
3. Berikan perawatan kulit.
4. Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas dan drainase
5. Inspeksi kondisi luka
Wound care
1. Monitor karakteristik luka,
meliputi warna, ukuran, bau
dan pengeluaran pada luka
2. Bersihkan luka dengan normal
salin
3. Lakukan pembalutan pada
luka sesuai dengan kondisi
luka
4. Pertahankan teknik steril
dalam perawatan luka pasien
7. Gangguan Setelah diberikan asuhan Body Image Enhancement:
citra tubuh keperawatan selama …x 24 1. Kaji penilaian dasar klien
berhubungan jam diharapkan gangguan tentang citra tubuhnya
dengan citra tubuh klien dapat 2. Identifikasi efek perubahan
pembedahan teratasi dengan kriteria hasil: bentuk tubuh pasien terhadap
(kolostomi) NOC budaya, agama, perilaku
dan adanya Adaptation to physical seksual, dll
stoma disability: 3. Diskusikan tentang perubahan
a. Klien mampu yang dapat terjadi pada klien
mengungkapkan akibat dari proses penyakitnya
kemampuan untuk intervensi/konseling lebih
mengatasi keterbatasan lanjut
b. Klien mampu beradaptasi 4. Perhatikan frekuensi pasien
dengan keterbatasan dalam mengkritik dirinya
fungsi dan struktur 5. Diskusikan tentang bagaimana
tubuhnya (Klien orang terdekat dapat menerima
menerapkan strategi keterbatasnnya
untuk mengurangi 6. Berikan bantuan positif bila
keterbatasan diperlukan