OLEH :
NIM : P07220116095
1
i
KATA PENGANTAR
i
ii
DAFTAR ISI
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
hidup bisa dikatakan menjadi sebuah tren dan kebutuhan bagi setiap
kemajuan di setiap sektor yang ada, seperti gaya hidup sehari-hari, sampai
pola pikir dan tingkah laku manusia. Gaya hidup yang modern cenderung
(Irianto, 2007).
elite. Gaya hidup manusia terus berubah. Gaya hidup kota yang serba
food. Fast food memiliki beberapa kelebihan antara lain penyajian yang
kapan dan dimana saja, higienis dan dianggap sebagai makanan bergengsi
fast food yang banyak mengandung kalori, lemak dan kolesterol, ditambah
1
2
(Khasanah, 2012).
yang masih dapat dikendalikan, namun sulit untuk sembuh (Dewi, 2016).
Menurut data dari World Health Organization (WHO) tahun 2010 sebesar
mellitus, cedera, penyakit paru obstruktif kronik, batu ginjal dan penyakit
Batu ginjal terutama dapat merugikan karena obstruksi saluran kemih dan
individu terbentuk batu berupa kristal yang mengendap dari urin (Mehmed
buang air kecil. Gaya hidup ini merupakan salah satu faktor.
mengkonsumsi jus tomat, anggur, apel, vitamin C dan soft drink. Makanan
2
3
protein hewan, lemak, kurang sayur, kurang buah, dan tingginya konsumsi
daripada wanita1- 2. Hal ini mungkin karena kadar kalsium air kemih
sebagai bahan utama pembentuk batu pada wanita lebih rendah daripada
laki-laki dan kadar sitrat air kemih sebagai bahan penghambat terjadinya
banyak dijumpai pada orang dewasa antara umur 30-60 tahun dengan
rerata umur 42,20 tahun (pria rerata 43,06 dan wanita rerata 40,20 tahun).
3
4
belum dapat ditetapkan secara pasti. Sampai saat ini angka kejadian
kasus per tahun (Muslim, 2009). Dari data dalam negeri yang pernah
mulai 182 pasien pada tahun 2006 menjadi 847 pasien pada tahun 2010
dengan puncak insidensi antara dekade keempat dan kelima, hal ini kurang
genetik, penyakit, jenis kelamin, ras, dan usia memegang peranan sekitar
seperti iklim tempat tinggal, geografis, dan gaya hidup (Muslim, 2012).
pertama berkisar 15-27%, 4-5 tahun selanjutnya 40- 67,5%, dan 10 tahun
4
5
pasien yang berada pada tahap ini dapat mengalami retensi urin sehingga
pada fase lanjut ini dapat menyebabkan hidronefrosis dan akhirnya jika
tubuh (Colella, et al., 2005; Portis & Sundaram, 2001; Prabowo & Pranata,
2014).
5
6
6
7
B. Rumusan Masalah
Balikpapan.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan penelitian ini adalah memberikan gambaran pelaksanaan
Djatiwibowo Balikpapan.
2. Tujuan khusus
a. Mengkaji klien ureterolithiasis di RSUD dr. Kanujoso
Djatiwibowo Balikpapan.
7
8
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan pengalaman belajar
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
individu terbentuk batu berupa kristal yang mengendap dari urin (Mehmed
konsentrasi kristal urin yang membentuk batu seperti zat kalsium, oksalat,
asam urat dan/atau zat yang menghambat pembentukan batu (sitrat) yang
rinci ada beberapa penyebutannya. Berikut ini adalah istilah penyakit batu
9
2. Etiologi
sering mengalami hambatan aliran urin (statis urin) antara lain yaitu sistem
a. Teori Nukleasi
Teori ini menjelaskan bahwa pembentukan batu berasal dari inti batu
yang membentuk kristal atau benda asing. Inti batu yang terdiri dari
10
diendapkannya kristal-kristal batu.
faktor eksogen
11
seperti kurang minum atau kurang mengkonsumsi air mengakibatkan
3. Manifestasi Klinis
Urolithiasis dapat menimbulkan berbagi gejala tergantung pada letak batu,
tingkat infeksi dan ada tidaknya obstruksi saluran kemih (Brooker, 2009).
a. Nyeri
Nyeri pada ginjal dapat menimbulkan dua jenis nyeri yaitu nyeri
kolik dan non kolik. Nyeri kolik terjadi karena adanya stagnansi batu
12
menyebabkan nyeri hebat dengan peningkatan produksi prostglandin E2
distal (bawah) akan menyebabkan rasa nyeri di sekitar testis pada pria
dan labia mayora pada wanita. Nyeri kostovertebral menjadi ciri khas
b. Gangguan miksi
Adanya obstruksi pada saluran kemih, maka aliran urin (urine flow)
Batu dengan ukuran kecil mungkin dapat keluar secara spontan setelah
(Purnomo, 2012).
c. Hematuria
13
(Brunner & Suddart, 2015). Hematuria tidak selalu terjadi pada pasien
urolithiasis, namun jika terjadi lesi pada saluran kemih utamanya ginjal
yang tinggi dan didukung jika karakteristik batu yang tajam pada
pada pasien karena nyeri yang sangat hebat sehingga pasien mengalami
stress yang tinggi dan memacu sekresi HCl pada lambung (Brooker,
2009). Selain itu, hal ini juga dapat disebabkan karena adanya stimulasi
e. Demam
hal ini
14
f. Distensi vesika urinaria
4. Patofisiologi
volume urin akibat dehidrasi serta ketidakadekuatan intake cairan, hal ini
adalah gejala abnormal yang umum terjadi (Colella, et al., 2005), selain
urolithiasis.
Batu yang terbentuk dari ginjal dan berjalan menuju ureter paling
a. sambungan ureteropelvik
c. sambungan ureterovesika.
15
1) Faktor Resiko
faktor resiko yang tidak dapat diubah. Faktor yang tidak dapat
dan lain-lain.
a) Jenis Kelamin
b) Umur
16
c) Riwayat Keluarga
tubuh yang tidak sempurna (Li, et al., 2009) dan tingginya Body
17
nefrolithiasis menyatakan bahwa rata-rata reponden memiliki
kejadian urolithiasis.
e) Faktor lingkungan
f) Pekerjaan
18
bersuhu tinggi serta intake cairan yang dibatasi atau terbatas
g) Cairan
19
Beberapa penelitian menemukan bahwa mengkonsumsi kopi dan
h) Co-Morbiditi
20
dikarenakan diabetes mellitus terjadi karena adanya resiko
5. Pemeriksaan diagnostik
Menurut Brunner & Suddart, (2015) dan Purnomo, (2012) diagnosis
kalsium, asam urat, kreatinin, natrium, pH dan volume total (Portis &
Sundaram, 2001).
dijumpai diantara batu jenis lain, sedangkan batu asam urat bersifat
21
Urutan radiopasitas beberapa batu saluran kemih seperti pada tabel:
f. Ultrasonografi (USG)
22
pada ginjal, namun tidak dapat melihat batu di ureteral (Portis &
6. Penatalaksanaan medis
berat. Indikasi untuk melakukan tindakan/ terapi pada batu saluran kemih
observasi konservatif (batu ureter yang kecil dapat melewati saluran kemih
batu), mengurangi obstruksi (DJ stent dan nefrostomi), terapi non invasif
23
ystolothopalaxy, terapi bedah seperti nefrolithotomi, nefrektomi,
24
31
7. Pencegahan
tahun atau kurang lebih 50% tahun dalam 10 tahun (Purnomo, 2012).
menyusun batu saluran kemih dimana hasil ini didapat dari analisis batu
a. Cairan
banyaknya dalam satu hari minimal 8 gelas atau setara dengan 2-3 liter
per hari (Lotan, et al., 2013)
lain dapat dilakukan dengan mengkonsumsi air jeruk nipis atau jeruk
kalsium oksalat maupun kalsium posfat oleh sitrat, sehingga pada akhir
reaksi akan terbentuk senyawa garam yang larut air, endapan kalsium
tidak terbentuk dan tidak tidak terbentuk batu saluran kemih jenis batu
b. Makanan
32
mengambil banyak air dari dalam tubuh sehingga tubuh akan
c. Aktivitas
treadmill atau aerobic ini dapat dilakukan selama 1 jam/ hari selama 5
hari atau anda dapat melakukan olahraga lari selama 20 meter/ menit
33
d. Dukungan sosial
keoptimisan pada diri sendiri untuk sembuh dari penyakit dan memiliki
8. Komplikasi
menyebabkan obstruksi total pada ginjal, pasien yang berada pada tahap
ini dapat mengalami retensi urin sehingga pada fase lanjut ini dapat
ginjal seperti sesak, hipertensi, dan anemia (Colella, et al., 2005; Purnomo,
2012).
34
tubuh (Colella, et al., 2005; Portis & Sundaram, 2001; Prabowo & Pranata,
2014)
mayor merupakan tanda atau gejala yang ditemukan 80%-100% pada klien
atau psikologis, efek terapi atau tindakan, lingkungan atau personal, dan
35
4. Pathway
Faktor Idiopatik : Bp.
Faktor Intrinsik:Laki- Faktor Ekstrinsik : Bp. P
laki kemungkinan P sering kurang bekerja di pasar sering
besar terkena Batu duduk terlalu lama dan
minum air putih,
Saluran Kemih
penggemar minuman
beralkohol sebagai tukang ojek
Penumpukan kristal
Pengendapan
Ketidakpatuhan
Spasme batu saat turun Kencing tidak tuntas
terapeutik
dari ureter
pemeliharaan kesehatan
Ketidakefektifan
(sumber : Price & Wilson, 2006; NANDA 2013) dan ( Standar Diagnosis
36
5. Masalah Keperawatan pada klien Ureterlithiasis
Berikut adalah uraian dari masalah yang timbul bagi klien menurut
1. Nyeri akut
a. Definisi
b. Penyebab
berlebihan )
Kriteria mayor dan minor nyeri akut menurut Tim Pokja SDKI DPP
PPNI (2017):
1) Mayor
a) Mengeluh nyeri
37
a) Tampak meringis
c) Gelisah
e) Sulit tidur
2) Minor
e) Menarik diri
g) diaforesis
d. kondisi klinis
a. kondisi pembedahan
b. Cedera traumatis
c. Infeksi
e. Glaukoma
38
2. Gangguan eliminasi urin
a. Definisi
b. Penyebab
PPNI (2017):
kandung kemih
7) Hambatan lingkungan
kemih kongenital )
39
1) Mayor
d) Nokturia
e) Mengompol
f) Enuresis
2) Hiperglikemi
3) Trauma
4) Kanker
6) Neuropati diabetikum
7) Neuropati alkoholik
8) Stroke
9) Parkinson
40
3. Defisit pengetahuan
a. Definisi
b. Penyebab
berikut:
1) Keterbatasan kognitif
1) Mayor
41
b) Menunjukan persepsi yang keliruan terhadap masalah
2) Minor
agitasi, histeria)
(2017):
2) Penyakut akut
3) Penyakit kronis
a. Definisi
b. Penyebab
42
2) Kompleksitas program perawatan/pengobatan
5) Kesulitan ekonomi
6) Tuntutan ekonomi
8) Konflik keluarga
1) Mayor
a) Dispnea
perawatan/pengobatan
2) Minor
43
d. Kondisi klinis terkait
kronis)
1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
a. Biodata
1) Identitas Klien
44
sakit, nomor rekam medik, tanggal pengkajian, diagnosa medis
dan alamat.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
bias akut/ kronis dan kolik yang menyebar ke paha dan genetal
45
wan. Hal ini perlu diketahui untuk melihat ada tidaknya
5) Pemeriksaan Fisik
tanda vital, berat badan, dan nilai GCS ( Glassgow Coma Scalle ).
sebagai berikut :
fisik tiap bagian tubuh. Selain itu, perlu di nilai secara umum
b) Sistem Kardiovaskuler
46
c) Sistem Gastro Intestinal
d) Sistem Muskuloskeletal
50)
e) Sistem intergumen
f) Sistem Perkemihan
47
g) Sistem Persyarafan
h) Sistem endokrin
2008 : 55 - 56 ).
meliputi :
a) Nutrisi
b) Eliminasi
c) Istirahat Tidur
tidur.
48
d) Personal Hygiene
e) Aktivitas meliputi
7) Data Psikososial
a) Status Emosi
kestabilan emosi.
b) Konsep Diri
kelemahan.
c) Gaya Komunikasi
dan nonverbal.
d) Pola Interaksi
49
ucapan dan perilaku, tanggapan terhadap orang lain,
e) Pola Koping
8) Data Spiritual
kematian.
9) Data Penunjang
a) Laboratorium
50
sedimen (+), peningkatan kadar eritrosit 5-7/LPB
b) Pemeriksaan Radiologi
51
terlihat oleh foto polos perut. Jika PIV belum dapat
e) Ultrasonografi
pionefrosis.(Dinda, 2011:hal 3)
52
yang karena pekerjaannya mempunyai resiko tinggi dapat
2. Diagnosa Keperawatan
manusia ( status kesehatan atau resiko perubahan pola ) dari individu atau
( Nursalam, 2008 : 59 ).
dan Nurarif dan Kusuma (2016), diagnosa yang mungkin muncul pada
kandung kemih
c. Defisit pengetahuan
53
3. Intervensi keperawatan
Nursalam (2008), Wong (2009), Nurarif dan Kusuma (2016) dan Doenges
(2009) adalah :
berkurang.
Intervensi keperawatan:
nyeri (0-10).
54
b. Gangguan eliminasi
Kriteria hasil:
1) Disuria
2) Sering berkemih
3) Anyang – anyangan
4) Inkontinensia
5) Nokturia
6) Retensi
7) Dorongan
Intervensi keperawatan:
55
Rasional : Penemuan batu memungkinkan identifikasi tipe batu
kesadaran
c. Defisit pengetahuan.
1) Perilaku hiperbola
Intervensi keperawatan:
liter per hari/ 6-8 liter/ hari. Dorong pasien melaporkan mulut
56
kering, diuresis (keringat berlebihan) dan untuk peningkatan
pembentukan batu.
Pencegahan primer
57
NOC : Kontrol Resiko
4. Implementasi Keperawatan
pada klien.
5. Evaluasi Keperawatan
58
Menurut Dermawan D.(2012) evaluasi adalah proses keberhasilan
belum teratasi.
59
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, bentuk studi kasus untuk
B. Subyek penelitian
individu dengan kasus yang akan diteliti secara rinci dan mendalam. Adapun
subyek penelitian yang akan diteliti adalah dua orang klien dengan diagnosa
1. Kriteria inklusi .
Djatiwibowo.
2. Kriteria ekslusi
60
C. Definisi operasional
evaluasi.
terbentuk batu berupa kristal yang mengendap dari urin (Mehmed &
buang air kecil. Gaya hidup ini merupakan salah satu faktor.
61
E. Teknik dan instrument pengumpulan data
Adapun cara pengumpulan data pada penyususnan studi kasus ini antara
lain :
a. Wawancara
lain. Sumber data yang didapat bisa dari klien, keluarga atau rekam
medik.
c. Studi dokumentasi
pemeriksaan diagnostik.
62
G. Prosedur penelitian
tujuan, dan waktu pada kepala ruang atau perawat penanggung jawab di
consent.
63
I. Keabsahan data
data yaitu mengumpulkan informasi utama langsung dari klien dan keluarga,
data hasil pemeriksaan fisik dan catatan rekam medis, serta perawat
J. Analisis data
data sampai dengan semua data terkumpul. Analisis data dilakukan dengan
Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi
oleh peneliti dibandingkan teori yang sudah ada sebagai bahan untuk
64
2
31
32
33
34
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
94