Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Sofiyatun 202303101030
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena segala limpahan
rahmat sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini mengenai “Konsep Asuhan
Keperawatan Pada Osteomylitis”. Makalah ini disusun guna untuk memenuhi tugas
Keperawatan Medikal Bedah II.
Penulisan makalah ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.Oleh karena itu,
tim penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:
1. Achlis Abdillah, S.ST,. M.Kes. selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing kelompok kami dan telah memberikan masukan yang
membantu bagi pengembangan ilmu yang telah didapatkan.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu kami mengharapkan segala saran dan kritik yang membangun dari semua pihak
sebagai bahan masukan bagi kami agar kedepannya menjadi lebih baik lagi. Kami
mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam peyusunan makalah
ini. Kami juga mohon maaf atas segala kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat berguna bagi kita semua.
Tim Penyusun
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 4
1.3 Tujuan ................................................................................................ 5
BAB IV PENUTUP
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2.4 Bagaimana patofisiologi osteomylitis?
1.2.5 Bagaimana pathway osteomylitis?
1.2.6 Kompilasi apa saja dari osteomylitis?
1.2.7 Apa saja pemeriksaan diagnostik osteomylitis?
1.2.8 Bagaimana penatalaksanaan osteomylitis?
1.2.9 Bagaimana konsep asuhan keperawatan osteomylitis?
1.3 Tujuan
1.3.1 Dapat memahami apa definisi osteomylitis.
1.3.2 Dapat memahami etiologi dari osteomylitis.
1.3.3 Dapat memahami manifestasi klinis osteomylitis.
1.3.4 Dapat memahami patofisiologi dan pathway osteomylitis.
1.3.5 Dapat memahami komplikasi osteomylitis.
1.3.6 Dapat memahami pemeriksaan diagnostik osteomylitis.
1.3.7 Dapat memahami penatalaksanaan osteomylitis.
1.3.8 Dapat memahami konsep asuhan keperawatan osteomylitis.
5
BAB II
KONSEP PENYAKIT OSTEOMYLITIS
2.1 Definisi
Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran
infeksi dari darah (osteomielitis hematogen) atau yang lebih sering setelah kontaminasi
fraktur terbuka atau redusi (Mansjoer, 2010). Osteomielitis adalah infeksi dari jaringan
tulang yang mencakup sumsum dan kortek tulang yang disebabkan oleh bakteri
piogenik. Osteomielitis dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan dengan
adanya awitan demam sistemik maupun manifestasi lokal yang berjalan dengan cepat.
Osteomielitis kronik adalah akibat dari osteomielitis akut yang tidak ditangani dengan
baik. (Price, 1995: 1200). Ada dua macam infeksi tulang menurut Robbins dan Kumar
(1995: 463-464) yaitu:
- Osteomielitis piogenik hematogen
Biasanya terjadi pada anak-anak, osteomielitis piogenik hematogen
terutama disebabkan oleh staphylococcus aureus kemudian diikuti oleh
bacillus colli. Kecuali samonela, osteomielitis hematogen biasanya
bermanisfestasi sebagai suatu penyakit demam systemic akut yang disertai
dengan gejala nyeri setempat, perasaan tidak enak, kemerahan dan
pembengkakan.
- Osteomielitis tuberculosis
Timbulnya secara tersembunyi dan cenderung mengenai rongga sendi.
Daerah yang sering kena adalah tulang-tulang panjang dari ekstremitas dan
tulang belakang. Osteomielitis tuberculosis dapat menyebabkan deformitas
yang sering (kifosis, skoliosis) berkaitan dengan destruksi dan perubahan
sumbu tulang belakang dari posisi normal.
2.2 Etiologi
1) Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus
infeksi di tempat lain (mis. Tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi
saluran nafas atas).
2) Penyebaran infeksi jaringan lunak (mis. Ulkus dekubitus yang terinfeksi atau
ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang (mis, fraktur ulkus vaskuler)
6
atau kontaminasi langsung tulang (mis. Fraktur terbuka, cedera traumatik
seperti luka tembak, pembedahan tulang.
3) Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis seperti nutrisi buruk,
lansia, kegemukan atau penderita diabetes artritis rheumatoid.
7
Pathway
2.5 Komplikasi
Komplikasi osteomyelitis dapat terjadi akibat perkembangan infeksi yang
tidak terkendali dan pemberian antibiotic yang tidak dapat mengeradikasi bakteri
penyebab. Komplikasi osteomyelitis dapat mencakup infeksi yang semakin
memberat pada daerah tulang yang terkena infeksi arau meluasnya infeksi dari fokus
8
infeksi ke jaringan sekitar bahkan ke aliran darah iskemik.
Secara umum komplikasi osteomyelitis adalah sebagai berikut :
- Abses tulang
- Bacteremia
- Fraktur patologis
- Meregangnya implant prosthetic (jika terdapat implant prosthetic)
- Sellulitis pada jaringan lunak sekitar
- Abses otak pada osteomyelitis di daerah cranium.
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan osteomyelitis memerlukan kombinasi medis (farmakologi dan
pembedahan) dan non-medis.
a. Bedah dan Debridement
Debridement merupakan prosedur bedah untuk membuang jaringan
nekrotik tulang (sequestrum), yang merupakan aspek patologi osteomielitis
kronik. Debridement dapat membantu penetrasi antibiotik; metode ini
juga dapat digunakan untuk memperoleh data pengaruh antibiotik langsung
terhadap kultur jaringan. Selanjutnya, harus dilakukan
rekonstruksi bagian tulang yang hilang.
b. Medikamantosa pada osteomilitis dewasa
Setelah pembedahan, manajemen selanjutnya adalah terapi antibiotik.
Antibiotik empiris saat menunggu hasil kultur adalah vancomycin dan
cephalosoprin generasi tiga atau kombinasi antibiotik beta laktam/inhibitor
9
beta laktamase untuk mengatasi bakteri umum Gram positif dan negatif
penyebab osteomielitis. Jika hasil kultur berupa methicillin-resistant
Staphylococcus aureus (MRSA), vancomycin menjadi pilihan utama. Para
ahli Amerika merekomendasikan terapi antibiotik parenteral selama empat
hingga enam minggu. Schmitt menguraikan terapi medikamentosa untuk
masing-masing patogen penyebab osteomielitis.
10
dilanjutkan dengan pemberian oral apabila mungkin.9 Durasi terapi
biasanya selama tiga minggu, namun ada data durasi terapi yang lebih cepat
dan lebih lama.
Keterangan:
MRSA: methicillin-resistant Staphylococcus aureus
MSSA: methicillin-susceptible Staphylococcus aureus
11
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOMYLITIS
3.1 Pengkajian
Menatur Nikmatur dan Saiful, (2012) Pengkajian merupakan pemikiran dasar dari
proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien
agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan klien baik mental, sosial dan lingkungan. Adapun pengkajian pada pasien
Osteomielitis yaitu :
a. Identifikasi klien
Terdiri dari nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama, suku bangsa,
pendidikan,bahasa yang digunakan, pekerjaan dan alamat.
b. Riwayat keperawatan
1) Riwayat kesehatan masa lalu
Identifikasi adanya trauma tulang, fraktur terbuka,atau infeksi lainnya (bakteri
pneumonia,sinusitis,kulit atau infeksi gigi dan infeksi saluran kemih) pada masa
lalu. Tanyakan mengenai riwayat pembedahan tulang.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Apakah klien terdapat pembengkakan, adanya nyeri dan demam.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah dalam keluarga yang menderita penyakit keturunan.
4) Riwayat Psikososial
Adakah ditemukan depresi, marah ataupun stress.
5) Kebiasaan sehari-hari
Pola nutrisi : Anoreksia, mual, muntah.
Pola eliminasi : Adakah retensi urin dan konstipasi
Pola aktivitas : Pola kebiasaan
c. Pemeriksaan Fisik Keperawatan
- Kaji gejala akut seperti nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam dan
keluarnya pus dari sinus disertai nyeri.
- Kaji adanya faktor resiko (misalnya lansia, diabetes, terapi kortikosteroid
jangka panjang) dan cedera, infeksi atau bedah ortopedi sebelumnya.
- Identifikasi adanya kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi. (pada
osteomielitis akut)
- Observasi adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata, dan adanya cairan
purulen.
- Identisikasi peningkatan suhu tubuh
- Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila di
palpasi.
12
DS : Pasien mengeluh Nyeri Akut Agen pencedera fisiologis
nyeri pada bagian kaki,
nyeri menetap dan
bertambah dan sakit bila
di gerakkan
DO :
- Klien tampak meringis
- Posisi menghindari
Nyeri
- Skala nyeri 6 (0-10)
- TD : 140/100 mmHg
- Nadi : 105x/menit
- Suhu : 39℃
- RR : 23x/menit
DS : Pasien mengeluh Hipertermia Proses penyakit
badannya panas
DO :
- Akral teraba hangat
- TD : 140/100 mmHg
- Nadi : 105x/menit
- Suhu : 39℃
- RR : 23x/menit
13
gerakkan klien tampak meringis, posisi menghindari nyeri, skala nyeri 6 (0-10), TD
: 140/100 mmHg, nadi : 105x/menit, suhu : 39℃, RR : 23x/menit
2) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan pasien mengeluh
badannya panas, akral teraba hangat, TD : 140/100 mmHg, nadi : 105x/menit, suhu
: 39℃, RR : 23x/menit (D.0130)
3.4 Perencanaan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil SIKI
(Intervensi)
14
- Berikan teknik non
farmakologis
mengurangi rasa
nyeri
- Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat
dan tidur
- Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
- Anjurkan
menggunakan
analgetik Secara
tepat
- Anjurkan teknik
norfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
15
- Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika perlu
- Lakukan
pendinginan
eksternal (mis.
Kompres dingin
pada leher, dahi,
dada abdomen,
aksila)
- Berikan oksigen,
jika perlu
Edukasi
- Anjurkan tirah
baring
Kolaborasi
16
- Kolaborasi
pemberian cairan
dan elektrolit
intravena, jika
perlu.
3.5 Implementasi
Hari/tanggal No.dx Jam Implementasi
Terapeutik
07.30 - Memberikan teknik non farmakologis
mengurangi rasa nyeri
- Mengontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
- Mengfasilitasi istirahat dan tidur
- Mempertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
17
Edukasi
08.00 - Menjelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri
- Menjelaskan strategi meredakan nyeri
- Menanjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- Menganjurkan menggunakan
analgetik Secara tepat
- Menganjurkan teknik
norfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
- Mengkolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
Selasa/ 26-2- D.0130 09.00 Observasi
2022 - Mengidentifikasi penyebab
hipertermia
Kolaborasi
- Mengkolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena, jika perlu.
18
3.6 Evaluasi
Menurut Judha, (2011) Evaluasi keperawatan merupakan langkah akhir dalam
proses keperawatan dengan melibatkan klien, perawat, dan anggota tim kesehatan
lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana
keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang tujuan kriteria
hasil yang telah ditetapkan
19
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Diagnosis osteomielitis diawali dari identifikasi klinis dan pemeriksaan penunjang
seperti profil darah lengkap dan pencitraan radiologis. Baku emas diagnosis adalah
pemeriksaan histopatologi melalui biopsi tulang. Debridement dilakukan untuk
mengangkat jaringan tulang yang nekrosis. Kultur jaringan tulang untuk mengetahui
patogen penyebab. Terapi antibiotik empiris parenteral dilakukan setelah prosedur
debridement. Jika hasil kultur telah terkonfirmasi, antibiotik dilanjutkan sesuai patogen
penyebab. Diagnosis dan terapi yang tepat dan sesuai akan memberikan hasil yang baik
4.3 Saran
Untuk menyempurnakan makalah ini penulis mengharapkan saran dan kritiknya dari
pembaca yang membangun, karena penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan.
20
DAFTAR PUSTAKA
Nikmatur Rohmah& Saiful Walid. Januari 2012. Proses Keperawatan Teori dan
Aplikasi. Jogjakarta: AR.RUZZMEDIA.
Mutataqin, Arif. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.EGC. Price, 1995:1200. Konsep
Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta : EGC. Robbins dan Kumar 1995 : 463-464.
Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta : EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
21