Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA OSTEOMYLITIS

Dosen Pengampu :

Achlis Abdillah, S.ST,. M.Kes.

Disusun Oleh :

Rohmania Yulinda Nofitasari 202303101032

Nabila Aurelliani 202303101090

Novita Dwi Lusida 202303101088

Citra Dewi Triana 202303101098

Amelia Rohmawati 202303101097

Nanda Ayu Ardana 202303101087

Maylana Dwi Nurnata 202303101021

Sofiyatun 202303101030

Lilis april yani usolin 202303101108

Kharisma Yulia firdausi 202303101024

Cici Yulia 202303101099

Setya Arvianingtiyas 202303101107

Eris Fathur Rohman 202303101096

M. sahrul munir 202303101054

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
PRODI D3 KEPERAWATAN KAMPUS LUMAJANG
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena segala limpahan
rahmat sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini mengenai “Konsep Asuhan
Keperawatan Pada Osteomylitis”. Makalah ini disusun guna untuk memenuhi tugas
Keperawatan Medikal Bedah II.
Penulisan makalah ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.Oleh karena itu,
tim penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:
1. Achlis Abdillah, S.ST,. M.Kes. selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing kelompok kami dan telah memberikan masukan yang
membantu bagi pengembangan ilmu yang telah didapatkan.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu kami mengharapkan segala saran dan kritik yang membangun dari semua pihak
sebagai bahan masukan bagi kami agar kedepannya menjadi lebih baik lagi. Kami
mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam peyusunan makalah
ini. Kami juga mohon maaf atas segala kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat berguna bagi kita semua.

Lumajang, 15 September 2021

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... 2

DAFTAR ISI.................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 4
1.3 Tujuan ................................................................................................ 5

BAB II KONSEP OBAT GOLONGAN ANALGETIK

2.1 Definisi ............................................................................................... 6


2.2 Etiologi............................................................................................... 6
2.3 Manifestasi klinis ............................................................................... 7
2.4 Patofisiologi dan Pathway.................................................................. 7
2.5 Komplikasi ......................................................................................... 8
2.6 Pemeriksaan diagnostik ..................................................................... 9
2.7 Penatalaksanaan ................................................................................. 9

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOMYLITIS

3.1 Pengkajian ........................................................................................ 12


3.2 Diagnosa .......................................................................................... 13
3.3 Perencanaan ..................................................................................... 14
3.4 Implementasi .................................................................................... 17
3.5 Evaluasi ............................................................................................ 19

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ...................................................................................... 20


4.2 Saran ................................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 21

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Osteomielitis merupakan suatu proses peradangan yang disebabkan oleh infeksi
mikroorganisme yang menyebabkan kerusakan tulang. Penyakit ini merupakan
salah satu penyakit infeksi yang paling sulit pengobatannya dikarenakan sifat
heterogenitasnya, presentasi klinis, dan patofisiologinya. Data insidensi kasus
osteomielitis di seluruh dunia masih belum ada, namun di Amerika Serikat insidensi
osteomielitis adalah 21,8 kasus dari 100.000 orang per tahun pada rentang tahun
1969-2009. Tahun 2000-2009, kasus osteomielitis adalah 24,4 dari 100.000 orang
per tahun. Jumlah ini mengalami peningkatan jika dibandingkan pada tahun 1969-
1979, yang mana kasus osteomielitis adalah 11,4 dari 100.000 orang per tahun.
Sekitar 50-70% kasus osteomielitis disebabkan oleh kuman Staphylococcus aureus.
Secara umum osteomielitis terbagi menjadi osteomielitis akut dan osteomielitis
kronis yang memiliki manajemen pengobatan yang berbeda. Manajemen
osteomielitis saat ini masih kurang memuaskan dan masih sedikitnya bukti ilmiah
pedoman pengobatan, sehingga sering sekali osteomielitis akut berkembang
menjadi osteomielitis kronik, sebagaimana penelitian yang dilakukan di Amerika,
ditemukan sekitar 25% osteomielitis akut berlanjut menjadi osteomielitis kronis.
Kondisi ini yang menyebabkan osteomielitis semakin sulit diobati karena sering
disertai kekambuhan. Salah satu penyebabnya adalah terhambatnya eradikasi
kuman oleh antibiotika dikarenakan Staphylococcus aureus menghasilkan biofilm
yang dapat menyebabkan antibiotika sulit menembus dinding bakteri.
Manajemen penatalaksanaan osteomielitis kronis memerlukan debridemen dan
rekonstruksi bedah yang diikuti dengan terapi antibiotika. Tahap pertama adalah
debridemen radikal dan penyisipan kombinasi bone cement antibiotika ke dalam
defek tulang. Tahap kedua dilakukan 6 hingga 8 minggu kemudian yaitu
pengangkatan bone cement dan digantikan dengan bone graft.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa definisi osteomylitis?
1.2.2 Apa etiologi dari osteomylitis?
1.2.3 Apa saja manifestasi klinis osteomylitis?

4
1.2.4 Bagaimana patofisiologi osteomylitis?
1.2.5 Bagaimana pathway osteomylitis?
1.2.6 Kompilasi apa saja dari osteomylitis?
1.2.7 Apa saja pemeriksaan diagnostik osteomylitis?
1.2.8 Bagaimana penatalaksanaan osteomylitis?
1.2.9 Bagaimana konsep asuhan keperawatan osteomylitis?

1.3 Tujuan
1.3.1 Dapat memahami apa definisi osteomylitis.
1.3.2 Dapat memahami etiologi dari osteomylitis.
1.3.3 Dapat memahami manifestasi klinis osteomylitis.
1.3.4 Dapat memahami patofisiologi dan pathway osteomylitis.
1.3.5 Dapat memahami komplikasi osteomylitis.
1.3.6 Dapat memahami pemeriksaan diagnostik osteomylitis.
1.3.7 Dapat memahami penatalaksanaan osteomylitis.
1.3.8 Dapat memahami konsep asuhan keperawatan osteomylitis.

5
BAB II
KONSEP PENYAKIT OSTEOMYLITIS

2.1 Definisi
Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran
infeksi dari darah (osteomielitis hematogen) atau yang lebih sering setelah kontaminasi
fraktur terbuka atau redusi (Mansjoer, 2010). Osteomielitis adalah infeksi dari jaringan
tulang yang mencakup sumsum dan kortek tulang yang disebabkan oleh bakteri
piogenik. Osteomielitis dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan dengan
adanya awitan demam sistemik maupun manifestasi lokal yang berjalan dengan cepat.
Osteomielitis kronik adalah akibat dari osteomielitis akut yang tidak ditangani dengan
baik. (Price, 1995: 1200). Ada dua macam infeksi tulang menurut Robbins dan Kumar
(1995: 463-464) yaitu:
- Osteomielitis piogenik hematogen
Biasanya terjadi pada anak-anak, osteomielitis piogenik hematogen
terutama disebabkan oleh staphylococcus aureus kemudian diikuti oleh
bacillus colli. Kecuali samonela, osteomielitis hematogen biasanya
bermanisfestasi sebagai suatu penyakit demam systemic akut yang disertai
dengan gejala nyeri setempat, perasaan tidak enak, kemerahan dan
pembengkakan.
- Osteomielitis tuberculosis
Timbulnya secara tersembunyi dan cenderung mengenai rongga sendi.
Daerah yang sering kena adalah tulang-tulang panjang dari ekstremitas dan
tulang belakang. Osteomielitis tuberculosis dapat menyebabkan deformitas
yang sering (kifosis, skoliosis) berkaitan dengan destruksi dan perubahan
sumbu tulang belakang dari posisi normal.

2.2 Etiologi
1) Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus
infeksi di tempat lain (mis. Tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi
saluran nafas atas).
2) Penyebaran infeksi jaringan lunak (mis. Ulkus dekubitus yang terinfeksi atau
ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang (mis, fraktur ulkus vaskuler)

6
atau kontaminasi langsung tulang (mis. Fraktur terbuka, cedera traumatik
seperti luka tembak, pembedahan tulang.
3) Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis seperti nutrisi buruk,
lansia, kegemukan atau penderita diabetes artritis rheumatoid.

2.3 Manifestasi Klinis


a. Osteomielitis hematogen :
- Menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat dan malaise umum.
- Nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan.
b. Osteomielitis eksogen :
- Membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan.
c. Osteomielitis kronik :
- Mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan
pengeluaran pus.

2.4 Patofisiologi dan pathway


Osteomielitis dapat disebabkan karena patogen yang menginokulasi trauma
akibat pembedahan, penyebaran lokal dari sendi atau jaringan lunak terdekat, atau
secara hematogenik dari fokus infeksi. Osteomielitis hematogenik tulang panjang
biasanya memengaruhi daerah metafisis tulang. Stasis aliran darah di pembuluh darah
metafisis akan menimbulkan deposisi mikroba dan menyebabkan infeksi daerah
tersebut. Insufisiensi vaskular ini juga sering terjadi pada individu penderita diabetes
melitus.
Infeksi dapat menyebabkan hancurnya korteks tulang yang bisa menyebar
hingga periosteum; hal ini dapat mengurangi suplai darah ke periosteum dan
menimbulkan nekrosis tulang. Fragmen nekrosis tulang disebut sequestrum, yang dapat
terlihat pada pencitraan radiografi; juga dapat ditemukan pertumbuhan tulang baru di
sekitar periosteum yang rusak, disebut involucrum. Infeksi pada osteomielitis akut
terjadi sebelum terbentuknya sequestrum. Laju pembentukan sequestrum berbeda-
beda. Pada osteomielitis tulang belakang, cenderung lambat, sedangkan pada
osteomielitis akibat penggunaan alat prostetik, cenderung cepat.

7
Pathway

2.5 Komplikasi
Komplikasi osteomyelitis dapat terjadi akibat perkembangan infeksi yang
tidak terkendali dan pemberian antibiotic yang tidak dapat mengeradikasi bakteri
penyebab. Komplikasi osteomyelitis dapat mencakup infeksi yang semakin
memberat pada daerah tulang yang terkena infeksi arau meluasnya infeksi dari fokus

8
infeksi ke jaringan sekitar bahkan ke aliran darah iskemik.
Secara umum komplikasi osteomyelitis adalah sebagai berikut :
- Abses tulang
- Bacteremia
- Fraktur patologis
- Meregangnya implant prosthetic (jika terdapat implant prosthetic)
- Sellulitis pada jaringan lunak sekitar
- Abses otak pada osteomyelitis di daerah cranium.

2.6 Pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksaan yang dapat dilakukan dari perangkat diagnostic antara lain
(Corwin, 2011) :
a. Scan tulang dengan menggunakan injeksi nukleotida radioaktif dapat
memperlihatkan tempat inflamasi tulang. Pencitraan resonansi magnetic
(Magnetic Resonance Imaging) dapat memungkinkan peningkatan
sensitifitas dioagnostik.
b. Analisis darah dapat memperlihatkan paningkatan hitung darah lengkap dan
laju endap eritrosit, yang menunjukan adanya infeksi aktif yang sedang
berlangsung.

2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan osteomyelitis memerlukan kombinasi medis (farmakologi dan
pembedahan) dan non-medis.
a. Bedah dan Debridement
Debridement merupakan prosedur bedah untuk membuang jaringan
nekrotik tulang (sequestrum), yang merupakan aspek patologi osteomielitis
kronik. Debridement dapat membantu penetrasi antibiotik; metode ini
juga dapat digunakan untuk memperoleh data pengaruh antibiotik langsung
terhadap kultur jaringan. Selanjutnya, harus dilakukan
rekonstruksi bagian tulang yang hilang.
b. Medikamantosa pada osteomilitis dewasa
Setelah pembedahan, manajemen selanjutnya adalah terapi antibiotik.
Antibiotik empiris saat menunggu hasil kultur adalah vancomycin dan
cephalosoprin generasi tiga atau kombinasi antibiotik beta laktam/inhibitor
9
beta laktamase untuk mengatasi bakteri umum Gram positif dan negatif
penyebab osteomielitis. Jika hasil kultur berupa methicillin-resistant
Staphylococcus aureus (MRSA), vancomycin menjadi pilihan utama. Para
ahli Amerika merekomendasikan terapi antibiotik parenteral selama empat
hingga enam minggu. Schmitt menguraikan terapi medikamentosa untuk
masing-masing patogen penyebab osteomielitis.

Terapi antibiotik pada osteomielitis dewasa


Patogen Regimen primer
Staphylococcus sp. sensitif oxacillin Oxacillin atau nafcillin 2 g
intravena per 4 jam
Cefazolin 2 g intravena per 8 jam
Staphylococcus sp. resisten oxacillin Vancomycin 15 mg/kg per 12 jam
intravena

Streptococcus sp. Penicillin G 24 juta unit intravena


kontinu atau dalam enam dosis
terbagi
Ceftriaxone 2 g intravena per hari
Cefazolin 2 g intravena per 8 jam
Enterococcus sp Penicillin G 23 juta unit IV
kontinyu atau dalam enam dosis
terbagi
Pseudomonas aeruginosa Cefepime 2 g intravena per 12 jam
Ceftazidime 2 g intravena per 8
jam
Enterobacteriaceae Ceftriaxone 2 g intravena per hari
Cefepime 2 g intravena per 12 jam
Ceftazidime 2 g intravena per 8
jam

c. Medikamentosa Osteomylitis Akut Hematogenetik Anak


Pada anak, osteomielitis paling sering terjadi melalui jalur hematogenik dan
paling sering pada usia kurang dari lima tahun. Patogen tersering pada kasus
anak adalah Staphylococcus aureus. Regimen terapi medikamentosa yang
direkomendasikan oleh Schmitt sebagai terapi osteomielitis hematogenik
akut pada anak tersaji padatabel. Pada umumnya, osteomielitis hematogenik
akut pada anak-anak ditangani tanpa pembedahan. Namun, kasus
osteomielitis akibat MRSA mungkin memerlukan pembedahan untuk
mengontrol infeksi dan sepsis. Terapi parenteral dilakukan pada awal terapi

10
dilanjutkan dengan pemberian oral apabila mungkin.9 Durasi terapi
biasanya selama tiga minggu, namun ada data durasi terapi yang lebih cepat
dan lebih lama.

Terapi medikamentosa antibiotik


osteomielitis hematogenik akut pada anak-anak
Usia Patogen Regimen Empiris
Nafcillin/oxacillin/cefazolin
Staphylococcus aureus (untuk MSSA) atau
<3 bulan Streptococcus agalactiae vancomycin/
Escherichia coli clindamycin (untuk MRSA)
dan cefotaxime
Staphylococcus aureus
Nafcillin/oxacillin/cefazolin
Streptococcus pneumoniae
(untuk MSSA) atau
>3 bulan Strepcococcus pyogenes
vancomycin/
Kingella kingae (hingga usia
clindamycin (untuk MRSA)
36 bulan)

Keterangan:
MRSA: methicillin-resistant Staphylococcus aureus
MSSA: methicillin-susceptible Staphylococcus aureus

11
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOMYLITIS

3.1 Pengkajian
Menatur Nikmatur dan Saiful, (2012) Pengkajian merupakan pemikiran dasar dari
proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien
agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan klien baik mental, sosial dan lingkungan. Adapun pengkajian pada pasien
Osteomielitis yaitu :
a. Identifikasi klien
Terdiri dari nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama, suku bangsa,
pendidikan,bahasa yang digunakan, pekerjaan dan alamat.
b. Riwayat keperawatan
1) Riwayat kesehatan masa lalu
Identifikasi adanya trauma tulang, fraktur terbuka,atau infeksi lainnya (bakteri
pneumonia,sinusitis,kulit atau infeksi gigi dan infeksi saluran kemih) pada masa
lalu. Tanyakan mengenai riwayat pembedahan tulang.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Apakah klien terdapat pembengkakan, adanya nyeri dan demam.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah dalam keluarga yang menderita penyakit keturunan.
4) Riwayat Psikososial
Adakah ditemukan depresi, marah ataupun stress.
5) Kebiasaan sehari-hari
Pola nutrisi : Anoreksia, mual, muntah.
Pola eliminasi : Adakah retensi urin dan konstipasi
Pola aktivitas : Pola kebiasaan
c. Pemeriksaan Fisik Keperawatan
- Kaji gejala akut seperti nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam dan
keluarnya pus dari sinus disertai nyeri.
- Kaji adanya faktor resiko (misalnya lansia, diabetes, terapi kortikosteroid
jangka panjang) dan cedera, infeksi atau bedah ortopedi sebelumnya.
- Identifikasi adanya kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi. (pada
osteomielitis akut)
- Observasi adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata, dan adanya cairan
purulen.
- Identisikasi peningkatan suhu tubuh
- Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila di
palpasi.

3.2 Analisa data dan Masalah


Data Fokus Masalah Etiologi

12
DS : Pasien mengeluh Nyeri Akut Agen pencedera fisiologis
nyeri pada bagian kaki,
nyeri menetap dan
bertambah dan sakit bila
di gerakkan

DO :
- Klien tampak meringis
- Posisi menghindari
Nyeri
- Skala nyeri 6 (0-10)
- TD : 140/100 mmHg
- Nadi : 105x/menit
- Suhu : 39℃
- RR : 23x/menit
DS : Pasien mengeluh Hipertermia Proses penyakit
badannya panas

DO :
- Akral teraba hangat
- TD : 140/100 mmHg
- Nadi : 105x/menit
- Suhu : 39℃
- RR : 23x/menit

3.3 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa Keperawatan merupakan hasil perumusan berdasarkan respon dari
individu, keluarga, dan masyarakat mengenai masalah-masalah kesehatan yang actual
dan potensial yang dialami oleh klien (Irman, 2020). Diagnosa pada pasien dengan
osteomielitis adalah sebagai berikut :
1) Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai dengan Pasien
mengeluh nyeri pada bagian kaki, nyeri menetap dan bertambah dan sakit bila di

13
gerakkan klien tampak meringis, posisi menghindari nyeri, skala nyeri 6 (0-10), TD
: 140/100 mmHg, nadi : 105x/menit, suhu : 39℃, RR : 23x/menit
2) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan pasien mengeluh
badannya panas, akral teraba hangat, TD : 140/100 mmHg, nadi : 105x/menit, suhu
: 39℃, RR : 23x/menit (D.0130)

3.4 Perencanaan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil SIKI
(Intervensi)

Nyeri Akut (D.0077) Setelah dilakukan Manajemen nyeri


tindakan keperawatan I.08238
selama 3 x24 jam Observasi
diharapkan tingkat nyeri - Identifikasi lokasi,
Menurun dengan kriteria karakteristik,
hasil : durasi, frekuensi,
L.08066 kualitas, intensitas
Tingkat nyeri nyeri
- Keluhan nyeri - Identifikasi skala
menurun (5) nyeri
- Identifikasi respons
- Meringis menurun
nyeri non verbal
(5)
- Identifikasi faktor
- Frekuensi nadi yang memperberat
membaik (5) dan memperingan

- Pola napas nyeri

membaik (5) - Identifikasi


pengetahuan dan
- Tekanan darah
keyakinan tentang
membaik (5)
nyeri
- Identifikasi
pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
Terapeutik

14
- Berikan teknik non
farmakologis
mengurangi rasa
nyeri
- Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat
dan tidur
- Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
- Anjurkan
menggunakan
analgetik Secara
tepat
- Anjurkan teknik
norfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi

15
- Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika perlu

Hipertemia D.0130 Setelah dilakukan Manajemen hipertermia


tindakan selama 2x24 jam I.15506
diharapkan suhu tubuh Observasi
berada pada rentang - Identifikasi
normal membaik dengan penyebab
kriteria hasil : hipertermia
L.14134
- Monitor suhu tubuh
Termoregulasi
- Suhu tubuh Terapeutik

membaik (5) - Sediakan


lingkungan yang
- Tekanan darah
dingin
membaik (5)
- Berikan cairan oral

- Lakukan
pendinginan
eksternal (mis.
Kompres dingin
pada leher, dahi,
dada abdomen,
aksila)

- Berikan oksigen,
jika perlu

Edukasi
- Anjurkan tirah
baring

Kolaborasi

16
- Kolaborasi
pemberian cairan
dan elektrolit
intravena, jika
perlu.

3.5 Implementasi
Hari/tanggal No.dx Jam Implementasi

Selasa / 26-2- D.0077 07.00 Observasi


2022 - Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
- Mengidentifikasi skala nyeri
- Mengidentifikasi respons nyeri non
verbal
- Mengidentifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan nyeri
- Mengidentifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
- Mengidentifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup

Terapeutik
07.30 - Memberikan teknik non farmakologis
mengurangi rasa nyeri
- Mengontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
- Mengfasilitasi istirahat dan tidur
- Mempertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri

17
Edukasi
08.00 - Menjelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri
- Menjelaskan strategi meredakan nyeri
- Menanjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- Menganjurkan menggunakan
analgetik Secara tepat
- Menganjurkan teknik
norfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
- Mengkolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
Selasa/ 26-2- D.0130 09.00 Observasi
2022 - Mengidentifikasi penyebab
hipertermia

- Memonitor suhu tubuh


09.30
Terapeutik
- Menyediakan lingkungan yang dingin

- Memberikan cairan oral


10.00
- Melakukan pendinginan eksternal
(mis. Kompres dingin pada leher,
dahi, dada abdomen, aksila)

- Memberikan oksigen, jika perlu


10.30
Edukasi
- Menganjurkan tirah baring

Kolaborasi
- Mengkolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena, jika perlu.

18
3.6 Evaluasi
Menurut Judha, (2011) Evaluasi keperawatan merupakan langkah akhir dalam
proses keperawatan dengan melibatkan klien, perawat, dan anggota tim kesehatan
lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana
keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang tujuan kriteria
hasil yang telah ditetapkan

Hari/tanggal Diagnosa Evaluasi Paraf


keperawatan
Selasa/ 26- D.0077 S : Pasien mengatakan nyeri sudah
2-2022 Nyeri akut berkurang
berhubungan dengan O : Tingkat nyeri pada pasien 2
agen pencedera A : Masalah teratasi sebagian
fisiologis P : Lanjutkan intervensi
Selasa/ 26- D.0130 S : Pasien mengatakan sudah tidak
2-2022 Hipertermia panas (suhu tubuh cukup membaik
berhubungan dengan )
proses penyakit O : Akral sudah membaik, tekanan
darah membaik, suhu tubuh
membaik
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi

19
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Diagnosis osteomielitis diawali dari identifikasi klinis dan pemeriksaan penunjang
seperti profil darah lengkap dan pencitraan radiologis. Baku emas diagnosis adalah
pemeriksaan histopatologi melalui biopsi tulang. Debridement dilakukan untuk
mengangkat jaringan tulang yang nekrosis. Kultur jaringan tulang untuk mengetahui
patogen penyebab. Terapi antibiotik empiris parenteral dilakukan setelah prosedur
debridement. Jika hasil kultur telah terkonfirmasi, antibiotik dilanjutkan sesuai patogen
penyebab. Diagnosis dan terapi yang tepat dan sesuai akan memberikan hasil yang baik

4.3 Saran
Untuk menyempurnakan makalah ini penulis mengharapkan saran dan kritiknya dari
pembaca yang membangun, karena penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansjoer (2010). Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4, Jakarta : Media


Aesculapius. Judha,Mohammad&Rahil,Nazwar. 2011. Dalam Asuhan Keperaawatan.
Yogyakarta: Goysen

Nikmatur Rohmah& Saiful Walid. Januari 2012. Proses Keperawatan Teori dan
Aplikasi. Jogjakarta: AR.RUZZMEDIA.

Mutataqin, Arif. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.EGC. Price, 1995:1200. Konsep
Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta : EGC. Robbins dan Kumar 1995 : 463-464.
Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta : EGC

Denitya Anggie, dkk. 2020. Makalah Osteomielitis. Fakultas Ilmu Kesehatan:


Universitas Kusuma Husada Surakarta

Theola, J., Suryoadji, K. A., & Yudianto, V. R. (2021). Osteomielitis: Diagnosis,


Tatalaksana Bedah, dan Medikamentosa. Cermin Dunia Kedokteran, 48(11), 341-344.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

21

Anda mungkin juga menyukai