Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN KASUS STASE BEDAH UMUM KEPANITERAAN KLINIK

DEPARTEMEN ILMU BEDAH RSPAU DR. S. HARDJOLUKITO

Pembimbing:
dr. IBN Swagata, Sp.B

Disusun oleh:
Muhammad Ifan Alfian – 13/349310/KU/15947
PERSENTASI KASUS
APPENDICITIS AKUT
ANAMNESIS
Identitas Pasien
Nama : Ny. NR
Umur : 38 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Berat Badan : 60 kg
Alamat : Siti Mulya, Piyungan, Bantul
Tanggal masuk : 04/05/2018
KELUHAN UTAMA
• Nyeri perut kuadran kanan bawah
Riwayat Penyakit sekarang
1BSMRS Pasien mulai mengeluhkan nyeri perut pada kuadran kanan bawah.
Kadang disertai dengan mual.
1MSMRS Pasien masih mengeluhkan nyeri perut semakin hebat, kadang
disertai mual. Pasien mengatakan sempat mengalami demam.
HMRS Pasien datang ke poli bedah RSPAU Hardjolukito dengan keluhan
nyeri perut kuadran kanan bawah. Sakit terutama saat berjalan, lari dan
bangun tidur. Demam (-) pusing (+) diare (-) mual (-) dan muntah (-). Riwayat
menstruasi normal. Riwayat 2 kali SC saat melahirkan. BAK berwarna kuning,
frekuensi 4 kali sehari dan tidak nyeri. BAB berwarna coklat, agak lembek
dan frekuensi 1 kali sehari.
Riwayat Penyakit Dahulu
• Riwayat DM disangkal.
• Riwayat hipertensi disangkal.
• Riwayat penyakit jantung disangkal.
• Riwayat low back pain sekitar 2 tahun yang lalu.
• Riwayat dispepsia saat remaja.
• Riwayat demam thypoid saat remaja.
Riwayat Penyakit Keluarga
• Riwayat DM tipe 2 pada ibu kandung.
• Riwayat hipertensi pada ibu kandung.
Pola Hidup
• Pasien bekerja di kejaksaan militer dan sepulang kerja langsung
kuliah hingga pukul 8 malam.
• Pasien rutin berolahraga 3 kali seminggu.
• Pasien tidak merokok dan minum alkohol
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
• Kesan umum : Tampak kesakitan, gizi cukup
• Kesadaran : CM
• Vital sign
– Tekanan Darah : 120/80 mmHg
– Nadi : 80 kali/menit, reguler
– Respirasi : 20 kali/menit
– Suhu : 37 C
Kepala dan Leher
• Mata : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
• Hidung : nafas cuping hidung (-), discharge (-)
• Mulut : mukosa kering (-), sianosis (-)
• Tenggorokan : faringitis(-), tonsilitis(-)
• Telinga : tidak ada discharge, pendengaran baik
• Leher : limfonodi tak teraba, meningeal sign (-)
Thorax (Dinding dada dan Paru)
• Inspeksi : Ketinggalan gerak paru (-), retraksi (-)
• Palpasi : Fremitus taktil normal, pengembangan paru simetris
• Perkusi : Sonor di semua lapang paru
• Auskultasi : Suara dasar vesikuler
Ronkhi basah kasar -/-
Ronkhi basah halus -/-
Wheezing -/-
Thorax (Jantung)
• Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
• Palpasi : Ictus Cordis teraba pada SIC 5 LMCS
• Perkusi : kardiomegali (-)
• Auskultasi : S1-S2 reguler, bising (-), gallop (-)
Abdomen
• Inspeksi : dinding perut = dinding dada, luka (-), benjolan (-)
• Auskultasi : bising usus (+) 12x/ menit
• Perkusi : perkusi timpani di 13 titik, shifting dullness (-), hepatomegali
(-)
• Palpasi : nyeri tekan (+) kuadran kanan bawah, ascites (-), hepar dan
spleen tidak membesar, turgor kulit normal
• Pemeriksaan khusus: McBurney’s Sign (+), Rovsing’s Sign (+), obturator’s
sign (+)
Ekstremitas
 Ekstremitas Atas  Ekstremitas Bawah
◦ Akral hangat ◦ Akral hangat
◦ Edema (-/-) ◦ Edema (-/-)
◦ WPK <2” ◦ WPK <2”
◦ Kulit Ikterik (-) ◦ Kulit Ikterik (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi
Leukosit : 10800
Eritrosit : 5,14
Hemoglobin : 11,8
Hematokrit : 38,39
MCV : 75
MCH : 23
Trombosit : 348000
GDS : 113
HBsAg non-reaktif
Segmen Neutrofil : 65
USG
Kesan :
• Sesuai gambaran appendicitis akut
• Gastritis kronis
• Organ intraabdominal lainnya tidak tampak keluhan
DIAGNOSIS DAN TERAPI
Diagnosis
• Appendicitis akut pro appendectomy
Plan
• Pro appendectomy
• Infus RL 20 tpm
• Cefotaime 1 gr/12 jam
• Puasa 6-8 jam
• Inj. Anbacim 1 vial
DASAR TEORI
Definisi
Appendisitis adalah peradangan bakterial appendiks
vermiformis. Appendisitis akut adalah appendisitis dengan onset
akut yang memerlukan intervensi bedah (emergency) dan
biasanya ditandai dengan nyeri di abdomen kuadaran kanan
bawah dengan nyeri tekan lokal dan nyeri alih, spasme otot yang
ada diatasnya dan hiperestesia kulit.
Epidimiologi
Appendisitis dapat ditemukan pada semua umur, hanya pada
anak kurang dari satu tahun jarang dilaporkan. Insidens tertinggi
pada kelompok umur 20-30 tahun, setelah itu menurun. Insidensi
pada lelaki dan perempuan umumnya sebanding, kecuali pada
umur 20-30 tahun, ketika insidensi pada lelaki lebih tinggi.
Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan
makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap
timbulnya appendisitis.
Etiologi
Obstruksi lumen appendiks merupakan faktor etiologis utama dalam
appendisitis akut, berikut merupakan berbagai penyebab dari obsruksi :
• Fecaliths atau Appendicolith
• Hipertrofi jaringan Limfoid
• Barium tersisa dari pemeriksaan x-ray terdahulu
• Tumor
• Biji buah-buahan
• Parasit intestinal
Penyebab lain yang diduga menimbulkan appendicitis adalah ulserasi mukosa
oleh parasit.
Patofisiologi
• Appendicitis terjadi dari proses inflamasi ringan hingga perforasi, khas dalam 24-
36 jam setelah munculnya gejala, kemudian diikuti dengan pembentukkan
abscess setelah 2-3 hari.
• Appendicitis dapat terjadi karena berbagai macam penyebab, antara lain
obstruksi oleh fecalith, gallstone, tumor atau bahkan oleh cacing (Oxyurus
vermicularis), akan tetapi paling sering disebabkan obstruksi oleh fecalith dan
kemudian diikuti oleh proses peradangan.
• Awalnya, pasien akan merasa gejala gastrointestinal ringan seperti berkurangnya
nafsu makan, perubahan kebiasaan BAB yang minimal dan anoreksia.
• Distensi appendiks menyebabkan perangsangan serabut saraf visceral dan
dipersepsikan sebagai nyeri di daerah periumbilical.
• Seiring dengan peningkatan tekanan intraluminal, maka terjadi gangguan aliran limfe dan
edema yang lebih hebat. Akhirnya peningkatan tekanan menyebabkan obstruksi vena, yang
mengarah pada iskemik jaringan, infark, dan gangrene. Setelah itu, terjadi invasi bakteri ke
dinding appendiks; diikuti demam, takikardi, dan leukositosis akibat kensekuensi pelepasan
mediator inflamasi dari jaringan yang iskemik. Saat eksudat inflamasi dari dinding appendiks
berhubungan dengan peritoneum parietale, serabut saraf somatic akan teraktivasi dan nyeri
akan dirasakan lokal pada lokasi appendiks, khususnya di titik Mc Burney’s. Nyeri jarang
timbul hanya pada kuadran kanan bawah tanpa didahului nyeri visceral sebelumnya.
• Perforasi appendiks akan menyebabkan terjadinya abscess lokal atau peritonitis umum.
Proses ini tergantung pada kecepatan progresivitas ke arah perforasi dan kemampuan pasien
berespon terhadap adanya perforasi.
Gejala Klinis
• Nyeri merupakan gejala yang pertama kali muncul, dirasakan sebagai nyeri tumpul dan nyeri
periumbilikal yang samar-samar, tapi seiring dengan waktu akan berlokasi di abdomen kanan bawah.
• Variasi lokasi anatomis appendiks dapat mengubah gejala nyeri yang terjadi. Nyeri appendiks retrocecal
dapat terjadi mulai di kuadran kanan bawah, flank atau punggung tanpa diawali nyeri pada
periumbilikus.
• Jika inflamasi dari appendiks terjadi di dekat ureter atau bladder, gejal dapat berupa nyeri saat kencing
atau perasaan tidak nyaman pada saat menahan kencing.
• Bila terdapat perangsangan peritoneum, biasanya pasien mengeluh sakit perut bila berjalan atau batuk.
• Anorexia, mual, dan muntah biasanya terjadi dalam beberapa jam setelah onset terjadinya nyeri.
Muntah biasanya ringan. Diare dapat terjadi akibat infeksi sekunder dan iritasi pada ileum terminal atau
caecum. Gejala GIT yang berat yang terjadi sebelum onset nyeri biasanya mengindikasikan diagnosis
selain appendicitis. Meskipun demikian, keluhan GIT ringan seperti indigesti atau perubahan bowel
habit dapat terjadi.
Pemeriksaan Fisik
• Demam biasanya ringan dengan suhu sekitar 37,5 - 38,5°C. Bila suhu lebih
tinggi, mungkin sudah terjadi perforasi.
• Pada apendicitis akut sering ditemukan adanya abdominal swelling,
sehingga pada pemeriksaan jenis ini biasa ditemukan distensi perut
• Peristaltik usus sering normal tetapi juga dapat menghilang akibat adanya
ileus paralitik pada peritonitis generalisata.
• Pada palpasi, didapatkan nyeri tekan yang terbatas pada regio iliaka
kanan, bisa disertai nyeri lepas (Rebound Phenomena).
• Nyeri tekan perut kanan bawah terutama pada titik McBurney
merupakan kunci diagnosis.
Manuver Diagnostik
• McBurney’s sign : nyeri tekan titik McBurney.
• Rovsing’s sign: positif jika tekanan yang diberikan pada LLQ abdomen
menghasilkan sakit di sebelah kanan (RLQ), menggambarkan iritasi peritoneum.
• Psoas sign: inflamasi appendiks yang terletak retroperitoneal akan kontak dengan
otot psoas, nyeri menggambarkan iritasi pada otot psoas kanan dan indikasi iritasi
retrocaecal dan retroperitoneal.
• Obturator sign: nyeri menunjukkan peradangan pada M. obturatorius di rongga
pelvis.
• Blumberg’s sign: nyeri lepas kontralateral.
• Dunphy sign: nyeri ketika batuk
Pemeriksaan Penunjang
• Pada kebanyakan kasus terdapat leukositosis.
• Urinalisis dapat berguna untuk menyingkirkan pyelonefritis atau nefrolitiasis.
• Wanita sebaiknya juga diperiksa BetaHCG untuk menyingkirkan kemungkinan kehamilan.
• Foto polos abdomen berperan penting dalam menyingkirkan keadaan patologi lainnya.
• USG memiliki sensitifitas 85% dan spesifitas >90% dalam mendiagnosa appendisitis akut.
False  positive  dapat muncul pada infeksi sekunder appendix sebagai hasil dari
salphingitis atau inflammatory  bowel  disease. False  negative muncul karena letak
appendix yang retrocaecal atau rongga usus yang terisi banyak udara.
• CT scan memiliki sensitivitas sekitar 90% dan spesifitas 80%-90% dalam mendiagnosa
appendisitis akut.
Diagnosis
Untuk meminimalkan kesalahan diagnosa appendisitis,
terdapat suatusistem scoring yang dinamakan Alvarado 
Score. Pasien dengan skor 9 atau 10 hampir pasti menderita
appendisitis, pasien dengan skor 7 atau 8 memiliki kemungkinan
besar menderita appendisitis, skor 5 atau 6 memiliki gejala yang
mirip dengan appendisitis, tetapi bukan didiagnosa appendisitis.
Diagnosis Banding
• Gastroenteritis
• Demam Dengue
• Limfadenitis mesenterika
• Kelainan Ovulasi
• Infeksi Panggul
• Kehamilan Di Luar Kandungan.
• Kista Ovarium Terpuntir
• Endometriosis Externa
• Urolitiasis Pielum/Ureter
• Penyakit Saluran Cerna Lainnya
Tatalaksana
Bila diagnosis klinis sudah jelas, tindakan paling tepat dan
merupakansatu-satunya pilihan yang baik adalah apendektomi.
Pada appendisitis tanpa komplikasi, biasanya tidak perlu
diberikan antibiotik. Penundaan tindak bedah sambil
memberikan antibiotik dapat mengakibatkan abses atau
perforasi. Apendektomi bisa dilakukan secara terbuka atau
dengan laparoskopi. Bila apendektomi terbuka, insisi McBurney
paling banyak dipilih oleh ahli bedah.
KOMPLIKASI
• Appendicitis kronis
• Massa periappendicular: infiltrat/massa/abcess akibat appendicitis gangrenosa,
mikro atau makro perforasi dari appendix ditutupi oleh omentum, usus halus atau
usus besar. Dapat dibagi dua menjadi appendicular infiltrat dan appendicular abcess.
• Perforasi
• Peritonitis
• Syok septik
• Mesenterial pyemia dengan Abscess Hepar
• Gangguan peristaltik
• Ileus
Referensi
1. Isselbacher. 2000. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Volume 4 Edisi 13.
Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
2. Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. EGC. Jakarta
3. Koernia Swa Oetomo. 2015. Makalah Appendecitis Acute. Ilmu Bedah, RSU Haji Surabaya,
Surabaya.
4. Sjamsuhidajat R, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Penerbit Buku Kedokteran, EGC,
Jakarta.
5. Brunicardi CF, et al. 2010. The Appendix, dalam : Schwartz’s Manual of Surgery, Ninth 
Edition. New York : McGrawHill.
6. Tamanna et al. 2012. Alvarado Score In Diagnosis Of Acute Appendicitis. Retrieved
December 1, 2013, from: International Journal of Basic andApplied Medical Sciences.
http://www.cibtech.org/jms.htm
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai