PENDAHULUAN
Hampir semua fistula ani, yang biasanya disebut fistel perianal atau fistel pra-anal,
disebabkan oleh perforasi atau penyaliran abses anorektum, sehingga kebanyakan fistel
mempunyai satu muara di kripta diperbatasan anus dan rectum dan lobang lain di perineum di
kulit perianal. Kadang fistel disebabkan oleh colitis yang disertai proktitis, seperti TBC,
amubiasis, atau morbus Crohn.
Fistel dapat terletak disubkutis, submukosa, antar sfingter, atau menembus sfingter,
mungkin fistel terletak anterior, lateral, atau posterior. Bentuknya mungkin lurus, bengkok,
atau mirip sepatu kuda. Umumnya sfingter bersifat tunggal, kadang ditemukan yang
kompleks. Fistel dengan lubang kripta di sebelah anterior umumnya berbentuk lurus, fistel
dengan lobang yang berasal dari kripta di sebelah dorsal umumnya tidak lurus, tetapi
bengkok ke depan karena radang dan pus terdorong ke anterior di sekitar m.puborektalis dan
dapat membentuk satu lobang perforasi atau lebih di sebelah anterior, sesuai Hukum
Hoodsall.
ANATOMI
Kanalis analis berukuran panjang 2,5 cm sampai 4 cm, mulai dari flexura perinealis
recti. Biasanya canalis analis dalam keadaan tertutup dan baru terbuka pada waktu defekasi.
Selaput lendir canalis mempunyai sejumlah 5-10 lipatan-lipatan vertikal yang tetap dan
dinamakan columnae rectales (columna anales) Morgagni. Biasanya columna anales
Morgagni berukuran panjang 8 mm 12 mm, lebar 3 mm 6 mm dan membentang sampai
Cincin sfingter anus melingkari kanalis analis dan terdiri dari sfingter interna dan
eksterna. Sisi posterior dan lateral cincin ini terbentuk dari fusi sfingter interna, otot
longitudinal, bagian tengah dari otot levator ( puborektalis ), dan komponen m. sfingter
eksternus. Muskulus sfingter ani internus terdiri atas serabut otot polos, sedangkan muskulus
sfingter ani eksternus terdiri atas serabut otot lurik.
Vena hemoroidalis superior berasal dari pleksus hemoroidalis internus dan berjalan ke
arah cranial ke dalam vena mesenterika inferior dan seterusnya melalui vena lienalis ke vena
porta. Vena ini tidak terkatup sehingga tekanan rongga perut menentukan tekanan
didalamnya. Vena hemoroidalis inferior mengalirkan darah ke dalam vena pudenda interna
dan ke dalam vena iliaka interna dan sistem kava.
Pembuluh limfe dari kanalis membentuk pleksus halus yang menyalirkan isinya
menuju ke kelenjar limfe inguinal, selanjutnya dari sini cairan limfe terus mengalir sampai ke
kelenjar limfe ilaka. Infeksi dan tumor ganas di daerah anus dapat mengakibatkan
limfadenopati inguinal. Pembuluh limfe dari rectum diatas garis anorektum berjalan seirung
dengan v.hemoroidalis superior dan melanjut ke kelenjar limfe mesenterika inferior dan aorta.
Operasi radikal untuk eradikasi karsinoma rectum dan anus didasarkan pada anatomi saluran
limfe ini.
Keterangan :(1). Ke kelenjar inguinal (2). Kelenjar iliaka interna (3). Kelenjar parakolik (4). Kelenjar dimesenterium (5). Kelenjar para aorta
II.4 Persarafan
Persarafan rektum terdiri atas sistem simpatik dan parasimpatik. Serabut simpatik
berasal dari pleksus mesenterikus inferior dan dari sistem parasakral yang terbentuk dari
ganglion simpatis lumbal ruas kedua, ketiga, dan keempat. Unsur simpatis plesksus ini
menuju ke arah struktur genital dan serabut otot polos yang mengendalikan emisi air mani
dan ejakulasi. Persarafan parasimpatis (nervi ergentes) berasal dari saraf sacral kedua, ketiga,
FISTULA ANI
DEFINISI
Fistula ani disebut juga fistel perianal atau fistel para-anal 1. Fistula anorektal (Fistula
ani) adalah komunikasi abnormal antara anus dan kulit perianal. Kelenjar pada kanalis ani
terletak pada linea dentate menyediakan jalur organisme yang menginfeksi untuk dapat
mencapai ruang intramuscular2.
ETIOLOGI
Fistula dapat muncul secara spontan atau sekunder karena abses perianal (atau
perirektal). Faktanya, setelah drainase dari abses periani, hampir 50 % terdapat kemungkinan
untuk berkembang menjadi fistula yang kronik. Fistula lainnya dapat terjadi sekunder karena
trauma, penyakit Crohn. fisura ani, karsinoma, terapi radiasi, aktinomikosis, tuberculosis, dan
infeksi klamidia2.
Hipotesa kriptoglandular menyatakan bahwa infeksi bermula pada kelenjar ani dan
berkembang menuju dinding otot dari sfingter ani yang menyebabkan abses anorektal.
Setelah pembedahan atau drainase spontan pada kulit periani, biasanya jaringan granulasi dari
traktus tertinggal, menyebabkan gejala yang berulang2.
Dapat disebabkan oleh perforasi atau penyaliran abses anorektum. Kadang fistel
disebabkan oleh colitis yang disertai proktitis, seperti TBC, amubiasis, atau morbus Crohn.
Infeksi dari kelenjar intersphincter di anal dengan organisme yang ditemukan di traktus
gastrointestinal- baik aerob (Cth : E.coli) dan anaerob (Cth : Bacteroides spp.) adalah
penyebab gangguan yang umum terjadi ini.1
ABSES ANOREKTUM
Biasanya abses perianal terjadi akibat glandula analis terinfeksi yang mengerosi ke
dalam jaringan yang mendasari. Biakan dari fistula abses rektum anal memperlihatkan infeksi
campuran dengan E.coli dominan. Penggunaan kronis purgatif dan enteritis regionalis
merupakan faktor penyebab yang lazim. Infeksi yang tak lazim seperti aktinomikosis,
tuberkulosis, dan penyakit jamur lain, penyakit peradangan pelvis, prostatitis dan kanker bisa
jarang menyertai3.
Sepsis dapat bermula pada ruang intersfingter dan dapat menyebar melalui 3 cara4 :
1. Secara Vertikal
2. Secara Horizontal
3. Secara Circumferential
Khasnya, tiga nama abses adalah konsekuensi penyebaran pada arah diatas :
1. Perianal sepsis menyebar secara vertical ke bawah pada ruang intersphincter,
berdekatan dengan anal canal sebagai abses perianal
2. Ischiorectal sepsis menyebrang sphincter externus dan muncul jauh dari anal kanal
sebagai abses ischiorectal.
LETAK FISTEL
Kebanyakan fistel mempunyai satu muara di kripta di perbatasan anus dan rectum dan
lobang lain di perineum di kulit perianal1.
Fistel dapat terletak di subkutis, submukosa, antarsfingter, atau menembus sfingter.
Fistel dapat terletak anterior, lateral, atau posterior. Bentuknya mungkin lurus, bengkok, atau
mirip sepatu kuda. Umumnya sfingter bersifat tunggal, kadang ditemukan yang kompleks1.
Hukum Goodsall
Untuk membantu pemeriksa memperkirakan arah saluran dan kemungkinan lokasi dari muara
interna, dapat digunakan Hukum Goodsall. Ketika pasien berada dalam posisi litotomi2 :
Jika muara eksterna terletak anterior dari garis imajiner yang ditarik horizontal dari kanalis
ani, fistula biasanya berjalan langsung menuju anal kanal2.
Jika muara eksterna terletak sebelah posterior dari garis, fistula biasanya membentuk
lengkungan terhadap garis tengah dari kanalis ani2.
Fistel dengan lobang kripta di sebelah anterior umumnya berbentuk lurus. Fistel
dengan lobang yang berasal dari kripta di sebelah dorsal umumnya tidak lurus, tetapi
bengkok ke depan karena radang dan pus terdorong ke anterior di sekitar m.puborektalis dan
dapat membentuk satu lobang perforasi atau lebih di sebelah anterior, sesuai hukum
Goodsall1. Beragam perbedaan anatomis dari abses dan fistula ini dapat terjadi, pemahaman
mengenai hal itu dipermudah oleh pengetahuan tentang rute penyebaran infeksi4.
Lokasi muara fistula eksterna adalah kunci dari posisi muara interna. Jalur umum
traktus fistulosa anorektum. Muara interna (primer) hampir selalu berada dalam kripta; fistula
biasanya tunggal dan hanya melibatkan bagian muskulus sfingter; fistula majemuk atau
fistula yang melibatkan seluruh muskulus sfingter eksterna kurang lazim ditemukan. Hukum
Goodsall adalah garis transversal membagi fistula anal menjadi dua kelompok: (1). Jika
muara sekunder terletak anterior terhadap garis transversa yang membagi kanalis analis
menjadi bagian anterior dan posterior, biasanya muara itu berhubungan dengan muara primer
melalui traktus fistulosa yang melengkung berbentuk tapal kuda atau semi tapal kuda3.
KLASIFIKASI FISTULA
2. Fistula Intersphingter
Terbatas pada ruang intersphingter dan sphingter interna. Disebabkan oleh abses perianal.
Terjadi sekitar 70 % dari semua fistula 2. Semua jalur inflamasi pada posisi medial striated
muscle atau sphincter externus4.
3. Fistula Suprasfingter
Disebabkan oleh abses supralevator. Melewati otot levator ani, diatas puncak otot
puborektal dan masuk ke dalam ruang intersphingter. Terjadi sekitar 5 % dari semua fistula 2.
Sangat jarang, dan jalur utamanya menyebrang melewati levator ani4 .
4. Fistula Ekstrasphingter
Tidak melewati kanalis ani dan mekanisme sphingter, melewati fossa ischiorektal dan otot
levator ani, dan bermuara tinggi di rektum.Terjadi sekitar 1 % dari semua fistula2. biasanya
akibat sepsis intrapelvis atau operasi bedah yang tidak tepat dari fistula yang lain, dan
jalurnya diluar semua kompleks sphincter4.
PEMERIKSAAN PENUNJANG6
Lokasi muara eksterna memberikan petunjuk bagi kemungkinan jalur fistula dan
terkadang fistula dapat dirasakan sebagai jalur yang menebal. Pada banyak kasus, untuk
melihat jalurnya membutuhkan banyak alat, dan terkadang jalurnya tidak jelas sampai
dilakukan pembedahan.
Peralatan yang dapat digunakan oleh dokter :
1. Fistula probe. Alat yang secara khusus dibuat untuk dimasukkan ke dalam fistula
2. Anoscope. Instrumen kecil untuk melihat kanalis ani.
Jika fistula rumit atau terletak pada tempat yang tidak lazim, dapat digunakan :
1. Diluted methylene blue dye. Disuntikkan ke dalam fistula.
2. Fistulography. Memasukkan cairan kontras, kemudian memfotonya.
MANAJEMEN
a. Abses Perianal
Antibiotik mempunyai peranan yang sedikit karena tidak dapat penetrasi ke dalam
pus, dan seringkali terdapat nekrosis jaringan lemak. Abses akut membutuhkan drainase
bedah. Tidaklah bijaksana untuk melakukan sesuatu lebih jauh lagi meskipun kita mencurigai
adanya fistula.- bengkak dan hiperemis menutupi lokasi yang tepat dari sphincter. Pus harus
selalu dikirim untuk pemeriksaan mikrobiologik karena keberadaan organisme usus
mengindikasikan kecenderungan adanya fistula4.
b. Manajemen Fistula
Tujuan dari penatalaksanaannya adalah untuk menyembuhkan fistula dengan sesedikit
mungkin pengaruh pada otot sfingter. Perencanaan akan bergantung pada lokasi fistula dan
kerumitannya, serta kekuatan otot sfingter pasien6. Pengelolaan berdasar pada eradikasi sepsis
dengan seoptimum mungkin menjaga fungsi anal. Jalur fistula harus dibuka dan diizinkan
untuk sembuh dari dasarnya. Mayoritas fistula superfisial dan intersphincter (85%) langsung
dapat diatasi4.
Sisanya (transphincteric dan suprasphincteric) jauh labih sulit dan membutuhkan
perawatan spesialis. Biasanya perawatannya lebih lama; dilakukan secara bertahap untuk
mencegah kerusakan sphincter4.
Operasi bertujuan menginsisi di atas saluran fistula, meninggalkan insisi tesebut
terbuka untuk bergranulasi nantinya. Biasanya dicapai dengan menempatkan sonde melalui
kedua muara fistula dan memotong di atas sonde. Jika fistula mengikuti perjalanan yang
mengharuskan pemotongan sfingter, maka insisi harus memotong serabut otot tegak lurus dan
hanya pada satu tingkat. Bila timbul inkontinensia, jika otot terpotong lebih dari satu tempat3.
Pada pasien dengan fistula kompleks, fistula rekuren, penyakit Crohn, keadaan
imunokompromised, seton dapat digunakan sendiri, atau kombinasi dengan fistulotomi2.
Seton dibuat dari benang silk yang besar, penanda silastik, atau pita karet, yang
dipasang pada saluran fistula dan menyediakan tiga tujuan. Yang pertama, kita dapat melihat
langsung ke saluran, sebagai drain dan pemicu fibrin, dan juga memotong melalui fistula.
oleh sebab itu, seiring waktu, sejalan dengan terjadinya fibrosis diatas seton. Secara perlahan
memotong melalui otot sfingter, dan menampakkan saluran. Seton diketatkan selama
kunjungan ke poli sampai ia ditarik selama lebih dari 6-8 minggu. Keuntungan pemakaian
seton, adalah bahwa fistulotomi bertahap ini mengizinkan untuk pembelahan progresif dari
otot sfingter, menghindari terjadinya komplikasi inkontinensia2.
Pada beberapa kasus, dokter dapat menggunakan lem fibrin, terbuat dari protein
plasma, untuk menyumbat dan menyembuhkan fistula daripada memotong dan
membiarkannya terbuka. Dokter menyuntikkan lem melalui lubang eksterna setelah
membersihkan salurannya lebih dahulu dan menempelkan lubang yang di dalam agar
tertutup. Saluran fistula dapat juga disumbat dengan protein kolagen dan kemudian ditutup6.
PROGNOSIS
Fistel dapat kambuh bila lobang dalam tidak turut dibuka atau dikeluarkan, cabang
fistel tidak turut dibuka, atau kulit sudah menutup luka sebelum jaringan granulasi mencapai
permukaan4.
Kegagalan penyembuhan secara optimal mungkin akibat4 :
- terapi inisial yang tidak adekuat
- penyebab spesifik (namun tidak terdiagnosa), misalnya : Penyakit Crohn
- Kondisi nutrisi yang tidak baik
- perawatan luka yang tidak baik, misalnya : jembatan epitel
- proliferasi jaringan granulasi yang mencegah epitelisasi
Jika tiga penyebab utama telah dieliminasi, keberhasilan bedah fistula bergantung
pada perawatan luka pos operasi4.
1. Sjamsuhidayat R, Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, Jakarta, EGC, 2005
hal : 677-678
2. http://fitsweb.uchc.edu/student/selectives/Luzietti/Painful_anus_fistula_in_ano.htm
3. Sabiston, Buku Ajar Ilmu Bedah, bagian II, cetakan ke-dua, EGC, Jakarta, 1995, hal :
59-62
4. Henry MM, Thompson JN , Principles of Surgery, 2nd edition, Elsevier Saunders,
2005, page 423-426
5. http://emedicine.medscape.com/article/190234-overview
6. http://www.mayoclinic.org/anal-fistula/.html
7. Schwartz, Shires, Spencer, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah, Edisi 6, EGC, Jakarta,
hal : 426 427.