Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

Hampir semua fistula ani, yang biasanya disebut fistel perianal atau fistel pra-anal,
disebabkan oleh perforasi atau penyaliran abses anorektum, sehingga kebanyakan fistel
mempunyai satu muara di kripta diperbatasan anus dan rectum dan lobang lain di perineum di
kulit perianal. Kadang fistel disebabkan oleh colitis yang disertai proktitis, seperti TBC,
amubiasis, atau morbus Crohn.

Fistel dapat terletak disubkutis, submukosa, antar sfingter, atau menembus sfingter,
mungkin fistel terletak anterior, lateral, atau posterior. Bentuknya mungkin lurus, bengkok,
atau mirip sepatu kuda. Umumnya sfingter bersifat tunggal, kadang ditemukan yang
kompleks. Fistel dengan lubang kripta di sebelah anterior umumnya berbentuk lurus, fistel
dengan lobang yang berasal dari kripta di sebelah dorsal umumnya tidak lurus, tetapi
bengkok ke depan karena radang dan pus terdorong ke anterior di sekitar m.puborektalis dan
dapat membentuk satu lobang perforasi atau lebih di sebelah anterior, sesuai Hukum
Hoodsall.

Penatalaksanaan fistula ani bertujuan untuk eradikasi sepsis tanpa menyebabkan


inkonstinensia. Terapi dari fistula tergantung dari jenis fistulanya sendiri. Terapi konservatif
medikamentosa dengan pemberian analgetik, antipiretik serta profilaksis antibiotik jangka
panjang untuk mencegah fistula rekuren.

[Type text] Page 1


BAB II

ANATOMI

Gambar 1. Anatomi Canalis Analis

( Sobotta, Atlas Anatomi Manusia )

Kanalis analis berasal dari proktoderm yang merupakan invaginasi ektoderm,


sedangkan rektum berasal dari endoderm. Karena perbedaan asal anus dan rektum ini, maka
pendarahan, persarafan, serta penyaliran vena dan limfenya berbeda juga, demikian pula
epitel yang menutupinya. Rektum dilapisi oleh mukosa glanduler usus sedangkan kanalis
analis oleh anoderm yang merupakan lanjutan epitel berlapis gepeng kulit luar. Tidak ada
yang disebut mukosa anus. Daerah batas rectum dan kanalis analis ditandai dengan
perubahan jenis epitel. Kanalis analis dan kulit luar disekitarnya kaya akan persarafan
sensoris somatik dan peka terhadap rangsangan nyeri, sedangkan mukosa rectum mempunyai
persarafan otonom dan tidak peka terhadap nyeri.

Kanalis analis berukuran panjang 2,5 cm sampai 4 cm, mulai dari flexura perinealis
recti. Biasanya canalis analis dalam keadaan tertutup dan baru terbuka pada waktu defekasi.
Selaput lendir canalis mempunyai sejumlah 5-10 lipatan-lipatan vertikal yang tetap dan
dinamakan columnae rectales (columna anales) Morgagni. Biasanya columna anales
Morgagni berukuran panjang 8 mm 12 mm, lebar 3 mm 6 mm dan membentang sampai

[Type text] Page 2


12 mm 20 mm di dalam orifisium analis. Diantara columna anales morgagni terdapat
lekukan-lekukan yang menyerupai kantong-kantong kecil yang dinamakan sinus rectalis
(sinus analis, crypta analis). Lipatan yang terdapat pada ujung columna analis dan membatasi
sinus rectalis membentuk suatu katup yang dinamakan valvula analis Morgagni. Columna
anales mempunya puncak yang sering kali menjulang ke atas tepi bawah columna rectalis dan
berbentuk seperti tonjolan kecil yang dinamakan papillae anales. Bersama-sama tepi atas
valvula anales membentuk suatu garis bergerigi yang dinamakan linea pectinea (linea
dentata). Selaput lendir di atas linea pectinea mempunyai epitel silindris sedangkan
dibawahnya epitel gepeng. Didaerah ini terdapat kripta anus dan kelenjar muara anus antara
kolumna rektum. Infeksi yang terjadi disini dapat menimbulkan abses anorektum yang dapat
membentuk fistel. Lekukan antar sfingter sirkuler dapat diraba di dalam kanalis analis
sewaktu melakukan colok dubur, dan menunjukkan batas antara sfingter interna dan sfingter
eksterna ( garis Hilton )

Cincin sfingter anus melingkari kanalis analis dan terdiri dari sfingter interna dan
eksterna. Sisi posterior dan lateral cincin ini terbentuk dari fusi sfingter interna, otot
longitudinal, bagian tengah dari otot levator ( puborektalis ), dan komponen m. sfingter
eksternus. Muskulus sfingter ani internus terdiri atas serabut otot polos, sedangkan muskulus
sfingter ani eksternus terdiri atas serabut otot lurik.

Gambar 2. Anatomi Kanalis Analis

[Type text] Page 3


Keterangan (1). Rektum dilapisi mukosa usus (2). Lapisan otot sirkuler dinding rectum (3). Lapisan
otot longitudinal dinding rektum( 4). Tulang panggul (5). m.obturator internus (6). m.levator anus (7).
m.pubo-rektal (8). m.sfingter internus (9). m.sfingter externus (10). Garis atas-sfingter (dari hilton )
merupakan perbatasan antara sfingter intern dan ekstern yang dapat diraba (11). Tonjolan rektum atau
kolumna morgagni dengan muara kelenjar rektum diantaranya di dalam kripta (12). Garis mokokuktan atau
linea pektinata merupakan perbatasan antara selaput lendir (=mukosa) rektum dan kutis (=kulit) anus (13).
Kanalis analis dengan epitel gepeng

II.1 Pendarahan Arteri

Rectum dan canalis analis mendapat perdarahan dari :

1. Arteri hemoroidales superior adalah kelanjutan langsung a. mesenterika


inferior.

2. Arteri hemoroidalis medialis merupakan percabangan anterior a.iliaka interna.

3. Arteri hemoroidalis inferior adalah cabang dari arteri pudenda interna.

Arteri hemoroidales superior merupakan nadi utama untuk rectum. Anastomasis


tersebut kepembuluh kolateral hemoroid inferior dapat menjamin pendarahan di kedua
ekstremitas bawah.Pendarahan di pleksus hemoroidalis merupakan kolateral luas dan kaya
sekali darah.

Gambar 3. Pendarahan Arteri-arteri rektum

[Type text] Page 4


Keterangan :(1). a.hemoroidalis inferior (2). a. pudenda (3). a.hemoroidalis media (4). a. iliaka
interna(5). a. hemoroidalis superior (6). Cabang arteri sigmoidea (7). a. iliaka komunis dextra (8).
a.mesenterika inferior (9). Aorta (10). v.kava inferior (11). a.sakralis

II.2 Pendarahan Vena

Vena hemoroidalis superior berasal dari pleksus hemoroidalis internus dan berjalan ke
arah cranial ke dalam vena mesenterika inferior dan seterusnya melalui vena lienalis ke vena
porta. Vena ini tidak terkatup sehingga tekanan rongga perut menentukan tekanan
didalamnya. Vena hemoroidalis inferior mengalirkan darah ke dalam vena pudenda interna
dan ke dalam vena iliaka interna dan sistem kava.

II.3 Aliran Limfe

Pembuluh limfe dari kanalis membentuk pleksus halus yang menyalirkan isinya
menuju ke kelenjar limfe inguinal, selanjutnya dari sini cairan limfe terus mengalir sampai ke
kelenjar limfe ilaka. Infeksi dan tumor ganas di daerah anus dapat mengakibatkan
limfadenopati inguinal. Pembuluh limfe dari rectum diatas garis anorektum berjalan seirung
dengan v.hemoroidalis superior dan melanjut ke kelenjar limfe mesenterika inferior dan aorta.
Operasi radikal untuk eradikasi karsinoma rectum dan anus didasarkan pada anatomi saluran
limfe ini.

Gambar 4. Aliran Limfe

Keterangan :(1). Ke kelenjar inguinal (2). Kelenjar iliaka interna (3). Kelenjar parakolik (4). Kelenjar dimesenterium (5). Kelenjar para aorta

II.4 Persarafan
Persarafan rektum terdiri atas sistem simpatik dan parasimpatik. Serabut simpatik
berasal dari pleksus mesenterikus inferior dan dari sistem parasakral yang terbentuk dari
ganglion simpatis lumbal ruas kedua, ketiga, dan keempat. Unsur simpatis plesksus ini
menuju ke arah struktur genital dan serabut otot polos yang mengendalikan emisi air mani
dan ejakulasi. Persarafan parasimpatis (nervi ergentes) berasal dari saraf sacral kedua, ketiga,

[Type text] Page 5


keempat dan kelima. Serabut saraf ini menuju ke jaringan erektil penis dan klitoris serta
mengendalikan ereksi dengan cara mengatur aliran darah ke dalam jaringan ini.
Muskulus puborektal mempertahankan sudut anorectum; otot ini mempertajam sudut
tersebut bila meregang dan meluruskan usus bila mengendur.

[Type text] Page 6


BAB III

FISTULA ANI

DEFINISI
Fistula ani disebut juga fistel perianal atau fistel para-anal 1. Fistula anorektal (Fistula
ani) adalah komunikasi abnormal antara anus dan kulit perianal. Kelenjar pada kanalis ani
terletak pada linea dentate menyediakan jalur organisme yang menginfeksi untuk dapat
mencapai ruang intramuscular2.

ETIOLOGI
Fistula dapat muncul secara spontan atau sekunder karena abses perianal (atau
perirektal). Faktanya, setelah drainase dari abses periani, hampir 50 % terdapat kemungkinan
untuk berkembang menjadi fistula yang kronik. Fistula lainnya dapat terjadi sekunder karena
trauma, penyakit Crohn. fisura ani, karsinoma, terapi radiasi, aktinomikosis, tuberculosis, dan
infeksi klamidia2.
Hipotesa kriptoglandular menyatakan bahwa infeksi bermula pada kelenjar ani dan
berkembang menuju dinding otot dari sfingter ani yang menyebabkan abses anorektal.
Setelah pembedahan atau drainase spontan pada kulit periani, biasanya jaringan granulasi dari
traktus tertinggal, menyebabkan gejala yang berulang2.
Dapat disebabkan oleh perforasi atau penyaliran abses anorektum. Kadang fistel
disebabkan oleh colitis yang disertai proktitis, seperti TBC, amubiasis, atau morbus Crohn.
Infeksi dari kelenjar intersphincter di anal dengan organisme yang ditemukan di traktus
gastrointestinal- baik aerob (Cth : E.coli) dan anaerob (Cth : Bacteroides spp.) adalah
penyebab gangguan yang umum terjadi ini.1

ABSES ANOREKTUM
Biasanya abses perianal terjadi akibat glandula analis terinfeksi yang mengerosi ke
dalam jaringan yang mendasari. Biakan dari fistula abses rektum anal memperlihatkan infeksi
campuran dengan E.coli dominan. Penggunaan kronis purgatif dan enteritis regionalis
merupakan faktor penyebab yang lazim. Infeksi yang tak lazim seperti aktinomikosis,
tuberkulosis, dan penyakit jamur lain, penyakit peradangan pelvis, prostatitis dan kanker bisa
jarang menyertai3.

[Type text] Page 7


Gejala dini rasa sakit yang tumpul pada rektum dan keluhan sistemik ringan berlanjut
menjadi nyeri perianal berdenyut yang parah disertai demam, kedinginan, dan malaise.
Daerah fluktuasi tidak selalu jelas, karena kulit perianus tebal. Kemerahan, nyeri tekan dan
penonjolan generalisata menjadi gambaran yang biasa ditemukan. Insisi dan drainase segera
tanpa menunggu fluktuasi, seperti pada infeksi subkutis lain, mencegah perluasan serius3.
Penting untuk mengetahui bahwa tak ada peranan terapi medis konservatif bagi abses
rektum. Abses anorektum harus dianggap suatu kedaruratan bedah dan penundaan dalam
terapi bedah mengakibatkan kerusakan jaringan lebih lanjut. Perluasan multilateral dapat
meluas ke dalam paha, skrotum, dan bahkan dinding abdomen, jika terapi bedah ditunda3.
Prinsip bedah terapi ini relatif sederhana. Di bawah anestesi dengan evaluasi
sigmoidoskopi atau jari tangan eksterna dan interna, daerah abses di drainase dengan eksisi
sederhana dan rongga abses dibiarkan terbuka. Penting untuk mengeksplorasi dengan cermat
rongga abses dan jaringan sekelilingnya menggunakan jari, karena tonjolan seperti jari dapat
meluas ke dalam jaringan sekelilingnya, menyebabkan abses majemuk, yang seluruhnya
harus dibuka dan didrainase3.

Gambar 5. Fistula ani 2

Sepsis dapat bermula pada ruang intersfingter dan dapat menyebar melalui 3 cara4 :
1. Secara Vertikal
2. Secara Horizontal
3. Secara Circumferential
Khasnya, tiga nama abses adalah konsekuensi penyebaran pada arah diatas :
1. Perianal sepsis menyebar secara vertical ke bawah pada ruang intersphincter,
berdekatan dengan anal canal sebagai abses perianal
2. Ischiorectal sepsis menyebrang sphincter externus dan muncul jauh dari anal kanal
sebagai abses ischiorectal.

[Type text] Page 8


3. Supralevator sepsis menyebrang secara vertical ke atas menyebabkan pengumpulan
di supralevator.
Diantara 3 rute ini, sepsis dapat juga hadir pada bidang sirkumferensial, menyebabkan
pengumpulan horizontal4.

LETAK FISTEL
Kebanyakan fistel mempunyai satu muara di kripta di perbatasan anus dan rectum dan
lobang lain di perineum di kulit perianal1.
Fistel dapat terletak di subkutis, submukosa, antarsfingter, atau menembus sfingter.
Fistel dapat terletak anterior, lateral, atau posterior. Bentuknya mungkin lurus, bengkok, atau
mirip sepatu kuda. Umumnya sfingter bersifat tunggal, kadang ditemukan yang kompleks1.

Hukum Goodsall
Untuk membantu pemeriksa memperkirakan arah saluran dan kemungkinan lokasi dari muara
interna, dapat digunakan Hukum Goodsall. Ketika pasien berada dalam posisi litotomi2 :
Jika muara eksterna terletak anterior dari garis imajiner yang ditarik horizontal dari kanalis
ani, fistula biasanya berjalan langsung menuju anal kanal2.
Jika muara eksterna terletak sebelah posterior dari garis, fistula biasanya membentuk
lengkungan terhadap garis tengah dari kanalis ani2.
Fistel dengan lobang kripta di sebelah anterior umumnya berbentuk lurus. Fistel
dengan lobang yang berasal dari kripta di sebelah dorsal umumnya tidak lurus, tetapi
bengkok ke depan karena radang dan pus terdorong ke anterior di sekitar m.puborektalis dan
dapat membentuk satu lobang perforasi atau lebih di sebelah anterior, sesuai hukum
Goodsall1. Beragam perbedaan anatomis dari abses dan fistula ini dapat terjadi, pemahaman
mengenai hal itu dipermudah oleh pengetahuan tentang rute penyebaran infeksi4.
Lokasi muara fistula eksterna adalah kunci dari posisi muara interna. Jalur umum
traktus fistulosa anorektum. Muara interna (primer) hampir selalu berada dalam kripta; fistula
biasanya tunggal dan hanya melibatkan bagian muskulus sfingter; fistula majemuk atau
fistula yang melibatkan seluruh muskulus sfingter eksterna kurang lazim ditemukan. Hukum
Goodsall adalah garis transversal membagi fistula anal menjadi dua kelompok: (1). Jika
muara sekunder terletak anterior terhadap garis transversa yang membagi kanalis analis
menjadi bagian anterior dan posterior, biasanya muara itu berhubungan dengan muara primer
melalui traktus fistulosa yang melengkung berbentuk tapal kuda atau semi tapal kuda3.

[Type text] Page 9


Harus dicatat, walau bagaimanapun, semakin jauh muara eksterna dari anus, hokum
Goodsall semakin tidak dapat dipercaya. Sebagai tambahan, arah saluran pada fistula yang
rumit tidak dapat diprediksi2.

KLASIFIKASI FISTULA

Perianal Fistula diberi nama menurut klasifikasi Park2 :


1. Fistula Transsphingter
Fistula transsphinkter disebabkan oleh abses ischiorektal, dengan perluasan jalur melalui
sphingter eksterna. Terjadi sekitar 25 % dari semua fistula2.
Jalur utama menyebrang sphincter externus yang terdapat pada tingkat manapun dibawah
puborectalis sampai serat terendah dari sphincter externus4.

2. Fistula Intersphingter
Terbatas pada ruang intersphingter dan sphingter interna. Disebabkan oleh abses perianal.
Terjadi sekitar 70 % dari semua fistula 2. Semua jalur inflamasi pada posisi medial striated
muscle atau sphincter externus4.
3. Fistula Suprasfingter
Disebabkan oleh abses supralevator. Melewati otot levator ani, diatas puncak otot
puborektal dan masuk ke dalam ruang intersphingter. Terjadi sekitar 5 % dari semua fistula 2.
Sangat jarang, dan jalur utamanya menyebrang melewati levator ani4 .

4. Fistula Ekstrasphingter
Tidak melewati kanalis ani dan mekanisme sphingter, melewati fossa ischiorektal dan otot
levator ani, dan bermuara tinggi di rektum.Terjadi sekitar 1 % dari semua fistula2. biasanya
akibat sepsis intrapelvis atau operasi bedah yang tidak tepat dari fistula yang lain, dan
jalurnya diluar semua kompleks sphincter4.

[Type text] Page 10


GEJALA KLINIS FISTULA
Fistula dicurigai apabila4 :
- discharge persisten pada tempat drainase abses
- ditemukan organisme usus dari hasil kultur
- abses terjadi rekuren
- terdeteksi adanya indurasi baik secara klinis atau dalam anestesi
Adanya riwayat abses ani yang berulang dengan drainase merupakan suatu petunjuk
bahwa seseorang mungkin mempunyai fistula4. Biasanya gejala terbatas pada pembengkakan
intermiten, drainase, pruritus dan ketidaknyamanan yang bervariasi. Riwayat abses
bermanfaat dalam diagnosis4.
Adanya riwayat kambuhan abses perianal dengan selang waktu diantaranya, disertai
pengeluaran nanah sedikit-sedikit.
Muara eksterna biasanya terlihat sebagai titik berwarna merah, mengalami inflamasi,
mengeluarkan nanah yang bercampur darah6, tinja2 . Muara kulit secara khas agak meninggi,
papila abu-abu merah muda dari jaringan granulasi. Pada waktunya, pembentukan parut
sepanjang saluran ini menjadi dapat dipalpasi. Sonde kadang-kadang dapat dimasukkan
melalui fistula ke dalam linea pektineus. Biasanya tidak nyeri3.
Pada colok dubur umumnya fistel dapat diraba antara telunjuk di anus (bukan di
rectum) dan ibu jari di kulit perineum sebagai tali setebal kira-kira 3 mm (colok dubur
bidigital). Jika fistel agak lurus dapat disonde sampai sonde keluar di kripta asalnya.
Fistel perineum jarang menyebabkan gangguan sistemik. Fistel kronik yang lama
sekali dapat mengalami degenerasi maligna menjadi karsinoma planoseluler kulit.

PEMERIKSAAN PENUNJANG6
Lokasi muara eksterna memberikan petunjuk bagi kemungkinan jalur fistula dan
terkadang fistula dapat dirasakan sebagai jalur yang menebal. Pada banyak kasus, untuk
melihat jalurnya membutuhkan banyak alat, dan terkadang jalurnya tidak jelas sampai
dilakukan pembedahan.
Peralatan yang dapat digunakan oleh dokter :
1. Fistula probe. Alat yang secara khusus dibuat untuk dimasukkan ke dalam fistula
2. Anoscope. Instrumen kecil untuk melihat kanalis ani.
Jika fistula rumit atau terletak pada tempat yang tidak lazim, dapat digunakan :
1. Diluted methylene blue dye. Disuntikkan ke dalam fistula.
2. Fistulography. Memasukkan cairan kontras, kemudian memfotonya.

[Type text] Page 11


3. Magnetic resonance imaging
Untuk menyingkirkan kelainan lainnya seperti colitis ulseratif atau penyakit Crohn, dapat
digunakan :
1. Flexible sigmoidoscopy.
Tabung yang ramping dan fleksibel dengan kamera di dalam ujungnya, dapat untuk melihat
rectum dan kolon sigmoid sebagai gambar yangdiperbesar pada layer televisi.
2. Colonoscopy. Mirip sigmoidoskopi, tetapi dengan kemampuan untuk memeriksa seluruh
kolon dan usus halus.

MANAJEMEN
a. Abses Perianal
Antibiotik mempunyai peranan yang sedikit karena tidak dapat penetrasi ke dalam
pus, dan seringkali terdapat nekrosis jaringan lemak. Abses akut membutuhkan drainase
bedah. Tidaklah bijaksana untuk melakukan sesuatu lebih jauh lagi meskipun kita mencurigai
adanya fistula.- bengkak dan hiperemis menutupi lokasi yang tepat dari sphincter. Pus harus
selalu dikirim untuk pemeriksaan mikrobiologik karena keberadaan organisme usus
mengindikasikan kecenderungan adanya fistula4.
b. Manajemen Fistula
Tujuan dari penatalaksanaannya adalah untuk menyembuhkan fistula dengan sesedikit
mungkin pengaruh pada otot sfingter. Perencanaan akan bergantung pada lokasi fistula dan
kerumitannya, serta kekuatan otot sfingter pasien6. Pengelolaan berdasar pada eradikasi sepsis
dengan seoptimum mungkin menjaga fungsi anal. Jalur fistula harus dibuka dan diizinkan
untuk sembuh dari dasarnya. Mayoritas fistula superfisial dan intersphincter (85%) langsung
dapat diatasi4.
Sisanya (transphincteric dan suprasphincteric) jauh labih sulit dan membutuhkan
perawatan spesialis. Biasanya perawatannya lebih lama; dilakukan secara bertahap untuk
mencegah kerusakan sphincter4.
Operasi bertujuan menginsisi di atas saluran fistula, meninggalkan insisi tesebut
terbuka untuk bergranulasi nantinya. Biasanya dicapai dengan menempatkan sonde melalui
kedua muara fistula dan memotong di atas sonde. Jika fistula mengikuti perjalanan yang
mengharuskan pemotongan sfingter, maka insisi harus memotong serabut otot tegak lurus dan
hanya pada satu tingkat. Bila timbul inkontinensia, jika otot terpotong lebih dari satu tempat3.

[Type text] Page 12


Benang yang halus monofilamen (seton) sering ditaruh melalai jalur primer di sekitar
sphincter externa sebagai drain sementara luka lebar di sebelah exterior striated muscle dari
sphincter externus mengalami penyembuhan4.
1. Fistulotomy
Ahli bedah pertama-tama melakukan pelacakan untuk mencari muara interna fistula.
Lalu, ahli bedah memotong dan membiarkan jalurnya dalam keadaan terbuka, mungkuretnya
(mengeluarkan isinya), lalu menempelkan sisinya ke sisi yang diinsisi sehingga fistula
dibiarkan terbuka (diratakan) flattenedout6.
Untuk memperbaiki fistula yang lebih rumit, seperti horshoe fistula (dimana jalurnya
melewati sekitar dua sisi tubuh dan mempunyai muara eksternal pada kedua sisi dari anus),
dokter bedah dapat membiarkan terbuka hanya pada segmen dimana jalurnya bersatu dan
mengeluarkan jalur sisanya6.
Jika sejumlah banyak otot sfingter yang harus digunting, pembedahan dapat dilakukan dalam
lebih dari satu tahap dan harus diulang jika seluruh saluran belum dapat ditemukan6.
Teknik dibiarkan terbuka (Fistulotomi) berguna pada mayoritas perbaikan fistula.
Pada prosedur ini, dimasukkan probe melalui fistula (melalui kedua muara), dan kulit yang
menutupinya, jaringan subkutis, dan otot sfingter dipisahkan, oleh sebab itu membuka
salurannya. Kuretasi dilakukan untuk memindahkan jaringan granulasi pada dasar saluran.
Teknik ini dilakukan secara hati-hati untuk menghindari terlalu banyak menggunting sfingter
(yang dapat menyebabkan inkontinensia). Fistulotomi dibiarkan menutup secara sekunder2.
Pada fistel dapat dilakukan fistulotomi atau fistulektomi. Dianjurkan sedapat mungkin di
lakukan fistulotomi, artinya fistel dibuka dari lubang asalnya sampai ke lubang kulit. Luka
dibiarkan terbuka sehingga menyembuh mulai dari dasar per sekundam intentionem. Lukanya
biasanya akan sembuh dalam waktu agak singkat. Kadang dibutuhkan operasi dua tahap
untuk menghindari terpotongnya sfingter anus4.
2. Flap Rektal
Terkadang, untuk mengurangi jumlah otot sfingter yang digunting, dokter bedah dapat
mengeluarkan jalurnya dan membuat flap ke dalam dinding abdomen untuk mencapai dan
mengeluarkan muara fistula interna. Flap nya kemudian ditempelkan ke belakang6.
3. Penempatan SetoN
Dokter bedah menggunakan seton untuk6 :
- menciptakan jaringan paurt di sekitar otot sphincter sebelum memotongnyA dengan pisau
- mengizinkan seton untuk secara lambat memotong seluruh jalur melalui otot

[Type text] Page 13


selama beberapa minggu.

Seton juga dapat membantu drainase fistula

Pada pasien dengan fistula kompleks, fistula rekuren, penyakit Crohn, keadaan
imunokompromised, seton dapat digunakan sendiri, atau kombinasi dengan fistulotomi2.

Seton dibuat dari benang silk yang besar, penanda silastik, atau pita karet, yang
dipasang pada saluran fistula dan menyediakan tiga tujuan. Yang pertama, kita dapat melihat
langsung ke saluran, sebagai drain dan pemicu fibrin, dan juga memotong melalui fistula.
oleh sebab itu, seiring waktu, sejalan dengan terjadinya fibrosis diatas seton. Secara perlahan
memotong melalui otot sfingter, dan menampakkan saluran. Seton diketatkan selama
kunjungan ke poli sampai ia ditarik selama lebih dari 6-8 minggu. Keuntungan pemakaian
seton, adalah bahwa fistulotomi bertahap ini mengizinkan untuk pembelahan progresif dari
otot sfingter, menghindari terjadinya komplikasi inkontinensia2.

4. Lem fibrin atau sumbat kolagen

Pada beberapa kasus, dokter dapat menggunakan lem fibrin, terbuat dari protein
plasma, untuk menyumbat dan menyembuhkan fistula daripada memotong dan
membiarkannya terbuka. Dokter menyuntikkan lem melalui lubang eksterna setelah
membersihkan salurannya lebih dahulu dan menempelkan lubang yang di dalam agar
tertutup. Saluran fistula dapat juga disumbat dengan protein kolagen dan kemudian ditutup6.

[Type text] Page 14


DIAGNOSA BANDING
Hidradenitis supurativa merupakan radang kelenjar apokrin yang biasanya
membentuk fistel multipel subkutan yang kadang ditemukan di perineum dan perianal.
Penyakit ini biasanya ditemukan di ketiak dan umumnya tidak meluas ke struktur yang lebih
dalam4.
Sinus pilonidalis terdapat hanya di lipatan sakrokoksigeal dan berasal dari sarang
rambut dorsal dari tulang koksigeus atau ujung tulang sakrum4.
Fistel proktitis dapat terjadi pada Morbus Crohn, TBC, amubiasis, infeksi jamur, dan
divertikulitis. Kadang fistel koloperineal disebabkan oleh benda asing atau trauma4.

PROGNOSIS
Fistel dapat kambuh bila lobang dalam tidak turut dibuka atau dikeluarkan, cabang
fistel tidak turut dibuka, atau kulit sudah menutup luka sebelum jaringan granulasi mencapai
permukaan4.
Kegagalan penyembuhan secara optimal mungkin akibat4 :
- terapi inisial yang tidak adekuat
- penyebab spesifik (namun tidak terdiagnosa), misalnya : Penyakit Crohn
- Kondisi nutrisi yang tidak baik
- perawatan luka yang tidak baik, misalnya : jembatan epitel
- proliferasi jaringan granulasi yang mencegah epitelisasi
Jika tiga penyebab utama telah dieliminasi, keberhasilan bedah fistula bergantung
pada perawatan luka pos operasi4.

[Type text] Page 15


DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidayat R, Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, Jakarta, EGC, 2005
hal : 677-678
2. http://fitsweb.uchc.edu/student/selectives/Luzietti/Painful_anus_fistula_in_ano.htm
3. Sabiston, Buku Ajar Ilmu Bedah, bagian II, cetakan ke-dua, EGC, Jakarta, 1995, hal :
59-62
4. Henry MM, Thompson JN , Principles of Surgery, 2nd edition, Elsevier Saunders,
2005, page 423-426
5. http://emedicine.medscape.com/article/190234-overview
6. http://www.mayoclinic.org/anal-fistula/.html
7. Schwartz, Shires, Spencer, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah, Edisi 6, EGC, Jakarta,
hal : 426 427.

[Type text] Page 16

Anda mungkin juga menyukai