Anda di halaman 1dari 27

BAB 1

PENDAHULUAN

Penjahitan luka diperlukan dalam ilmu bedah karena pembedahan membuat luka sayatan dan
penjahitan bertujuan untuk menyatukan kembali jaringan yang terputus serta meningkatkan
proses penyambungan dan penyembuhan jaringan dan juga mencegah luka terbuka yang akan
mengakibatkan masuknya mikroorganisme atau infeksi. Bahan jahit sangat erat hubungannya
dengan material penjahitan yang berkualitas adalah yang meliputi syarat-syarat tertentu yaitu
kenyamanan untuk digunakan atau untuk dipegang, lalu pengamanan yang cukup pada setiap
alat, dan harus steril, cukup elastik, tidak terbuat dari bahan yang reaktif, memiliki kekuatan
yang cukup untuk penyembuhan luka dan kemampuan untuk biodegradasi kimia untuk
mencegah perusakan dari benda asing.

Teknik penutupan luka dengan cara jarum dan benang sudah dikenal beberapa ribu tahun
yang lalu. Kata "jahitan (suture)" menggambarkan setiap helai bahan yang digunakan untuk
mengikat pembuluh darah atau jaringan. Jahitan digunakan untuk menutup luka. Jahitan dan
digunakan oleh orang Mesir dan Suriah sejak 2.000 SM. Selama berabad-abad, berbagai macam
bahan-sutra, linen, katun, bulu kuda, tendon hewan dan usus, dan kawat terbuat dari logam
mulia-telah digunakan dalam prosedur operasi. Beberapa di antaranya adalah masih digunakan
sampai sekarang1

Evolusi bahan penjahitan telah membawa ke titik perbaikan yang meliputi jahitan
dirancang untuk prosedur bedah tertentu. Meskipun kecanggihan teknik bedah dan bahan jahit
saat ini, menutup luka masih melibatkan prosedur dasar yang sama yang digunakan oleh dokter
untuk kaisar Romawi. Dokter bedah masih menggunakan jarum bedah untuk menembus jaringan
dan memajukan untai jahitan ke lokasi yang diinginkan. Dokter bedah harus memilih bahan jahit
yang sesuai untuk prosedur dan harus dengan cara yang konsisten dengan prinsip-prinsip
penyembuhan luka.

1
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Material Jahitan (Suture Material)

2.1.1. Sejarah Material Jahitan

Teknik penutupan luka dengan cara jarum dan benang berusia beberapa ribu tahun. Sebelum
catgut menjadi bahan benang bedah standar menjelang akhir abad ke-19, banyak bahan yang
berbeda yang diikuti untuk menemukan bahan yang cocok untuk jahitan dan ligatures. Bahan-
bahan yang telah dicoba termasuk emas, perak, kawat baja, sutra, linen, rami, rami, kulit pohon,
hewan dan rambut manusia, tali busur, dan string usus dari domba dan kambing. Pada awal abad
ke-19, benang logam diuji sebagai bahan jahitan. Logam benang memiliki kelemahan utama
yaitu kekakuan yang disebabkan pengikatan simpul lebih sulit dan dapat mudah menghasilkan
kerusakan simpul. Selain itu, nanah dari tepi luka sering terjadi.

Sebuah perubahan mendasar pada tahun 1867 oleh Lister dalam penilaian bahan jahit
diikuti publikasi penelitian pada pencegahan nanah pada luka. Atas dasar karya Koch dan
Pasteur, Lister menyimpulkan bahwa nanah pada luka dapat dicegah dengan desinfektan jahitan,
perban, dan instrumen dengan asam karbol. Awalnya Lister menggunakan sutra sebagai bahan
jahitan, dengan asumsi bahwa sutra dapat diserap dengan cepat dan dapat digunakan untuk
ligatures. Kemudian Lister mencari bahan yang lebih mudah diserap dengan cepat dan mulai
menggunakan catgut. Catgut dihasilkan dari jaringan ikat hewan, khususnya subserosa sapi1

2.1.2. Karateristik Jahitan

Pilihan bahan jahitan umumnya tergantung pada apakah penutupan luka terjadi pada satu atau <1
lapisan. Dalam memilih jahitan yang paling tepat, ahli bedah memperhitungkan jumlah
ketegangan pada luka, jumlah lapisan dalam penutupan luka, kedalaman penempatan jahitan,
jumlah edema yang dapat diantisipasi, dan waktu pengangkatan jahitan. Kualitas jahitan yang
optimal meliputi:

Kekuatan tarik tinggi benang yang seragam memungkinkan penggunaan ukuran lebih
halus.

2
Kekuatan tarik retensi in vivo, memegang luka secara aman selama periode
penyembuhan kritis diikuti oleh penyerapan cepat.
Konsisten diameter yang seragam.
Steril.
Lentur untuk kemudahan penanganan dan keamanan simpul.
Bebas dari iritasi zat atau kotoran untuk penerimaan jaringan optimal2

2.1.3. Ukuran dan Kekuatan Tarik Jahitan

Ukuran menunjukkan diameter bahan jahitan. Dalam praktek bedah, jahitan yang diterima adalah
jahitan dengan menggunakan diameter jahitan terkecil tetapi dapat memperbaiki jaringan yang
terluka, hal ini bertujuan untuk meminimalkan trauma sebagai akibat dari jahitan yang
dilewatkan melalui jaringan untuk efek penutupan. Ukuran jahitan dinyatakan secara numerik;
semakin banyak jumlah 0, ukuran jahitan meningkat dan diameter untai menurun. Semakin kecil
ukuran, semakin sedikit kekuatan tarik jahitan yang dimiliki. Kekuatan tarik simpul diukur oleh
gaya (diukur dalam satuan pound) dimana untai benang dapat menahan sebelum benang putus
ketika diikat. Kekuatan tarik jaringan luka (kemampuannya untuk menahan stres) menentukan
ukuran dan kekuatan tarik bahan penjahitan yang dipakai ahli bedah. Aturan yang diterima
adalah bahwa kekuatan tarik benang tidak pernah perlu melebihi kekuatan tarik dari jaringan.
Namun, jahitan setidaknya harus sekuat jaringan normal disekitarnya1,2

2.1.4. Material Benang

Secara umum material jahitan dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu : bahan dasar, tipe
untaian yang diproduksi (mono atau multi filamen), dan tipe penyerapan pada jaringan.
Klasifikasi materi bahan benang bedah dapat diklasifikasikan atas dasar karakteristik serap, asal
struktur material dan benang. Material jahitan dapat berasal dari bahan-bahan alami (silk, linen,
catgut) atau berupa polimer sintetik (polypropylene, polyester, polyamide). Produknya dapat
berupa monofilamen (nylon, polydioxanone, polypropylene) atau berupa multifilamen (catgut,
silk, polyester). Dari sisi daya penyerapan material jahitan ada yang terabsorpsi ke jaringan
(catgut, polydioxanone, polyglycolic acid) dan ada yang tidak dapat terabsorpsi jaringan (nylon,
polyester, stainless steel). Hal ini diilustrasikan oleh diagram berikut.

3
Gambar 1. Klasifikasi Material Benang1

1. Perbedaan Benang Monofilament dan Multifilament


Jahitan diklasifikasikan menurut jumlah helai. Jahitan monofilamen terbuat dari untai
tunggal material. Karena struktur monofilamen disederhanakan, jahitan ini menghadapi
sedikit perlawanan ketika melalui jaringan dibandingkan jahitan multifilamen. Jahitan
monofilamen dapat melindungi jaringan dari organisme yang dapat menyebabkan infeksi
oleh karena itu jahitan monofilamen cocok untuk bedah vaskular. Namun, karena
konstruksi jahitan ini, perawatan dan pengikatan jahitan ini harus dilakukan dengan
sangat hati-hati. Jahitan multifilamen terdiri dari beberapa filamen, atau helai, bengkok
atau dikepang bersama-sama dan memberi kekuatan daya tarik, kelenturan, dan
fleksibilitas yang lebih besar. Benang multifilamen misalnya benang silk. Jahitan
multifilamen dapat dilapisi untuk membantu melewati jarigan yang relatif lancar melalui
dan meningkatkan karakteristik penanganan. Jahitan multifilament yang dilapisi sangat
cocok untuk prosedur usus2

4
2. Perbedaan Jahitan Absorbable dan Non-Absorbable
Jahitan diklasifikasikan menurut sifat degradasi mereka. Jahitan yang mengalami
degradasi dan penyerapan dalam jaringan dianggap jahitan diserap (absorbable). Jahitan
yang umumnya mempertahankan kekuatan tarik mereka dan tahan terhadap penyerapan
adalah jahitan non-absorbable. Jahitan absorbable dapat digunakan untuk menahan
sementara tepi luka sampai mereka telah cukup sembuh untuk menahan tegangan normal.
Jahitan ini disusun dari kolagen mamalia yang sehat atau dari polimer sintetis. Beberapa
dapat diserap dengan cepat, sementara yang lain mempunyai struktur kimia untuk
memperpanjang waktu penyerapan. Jahitan absorbable dicerna oleh enzim tubuh yang
dapat memecah untai jahitan. Jahitan absorbable sintetis mengalami proses hidrolisis
-proses di mana air secara bertahap menembus filamen jahitan yang menyebabkan
kerusakan rantai polimer jahitan. Bahan jahitan dapat diklasifikasikan sebagai alami atau
sintetis, termasuk silk dan catgut. Kelompok lain terbuat dari bahan seperti dari polimer
sintetik seperti polyamide, polyolefines dan poliester. Kelompok ini juga termasuk
polimer yang dapat diserap yaitu yang berasal dari polyglycolic acid.1,3
Tahap pertama dari proses penyerapan adalah kekuatan tarik benak berkurang
secara bertahap. Hal ini terjadi selama minggu pertama setelah implantasi. Tahap kedua
ditandai dengan hilangnya massa jahitan dan seringkali tumpang tindih. Kedua tahap
tersebut menunjukkan respon seluler leukosit yang berfungsi untuk menghilangkan debris
dan jahitan. Jahitan nonabsorbable adalah jahitan yang tidak dicerna oleh enzim tubuh
atau dihidrolisis dalam jaringan tubuh. Jahitan tersebut terbuat dari berbagai bahan non-
biodegradable dan akhirnya dilapisi oleh jaringan fibroblas tubuh. Jahitan non-
absorbable akan tetap berada di tempat dimana jahitan tersebut berada dalam jaringan.
Ketika jahitan ini digunakan untuk penutupan kulit, jahitan tersebut harus diangkat pasca
operasi. Jahitan non-absorbable dapat digunakan untuk:
Penutupan kulit eksterior, diangkat setelah terjadi penyembuhan
Dalam rongga tubuh, di mana jahitan tersebut akan tetap permanen beraada
dalam jaringan.
Riwayat pasien yang mempunyai kecenderungan terbentuk keloid atau mungkin
hipertrofi jaringan.
Prosthesis attachment (defibrillator, alat pacu jantung, mekanisme pemberian
obat)2

5
Jahitan non-absorbable terdiri dari filamen tunggal atau ganda dari logam, sintetis,
atau serat organik dan dibuat ke dalam bentuk untai dengan cara diputar atau dikepang.
Jahitan non-absorbable telah diklasifikasikan oleh USP (United States Pharmacopeia)
menurut komposisi2

Tabel 1. Ukuran dan jenis benang untuk berbagai jaringan1

2.1.5. Macam-macam Benang


1. Benang Natural dan Absorbable
a. Plain catgut
Asal katanya adalah cat (kucing) dan gut (usus). Dahulu benang ini dibuat dari usus
kucing, tapi saat ini dibuat dari usus domba atau usus sapi. Bersifat dapat diserap oleh
tubuh, penyerapan berlangsung dalam waktu 7-10 hari dan maksimal 70 hari, dan
warnanya putih dan kekuningan. Kegunaannya adalah untuk mengikat sumber
perdarahan kecil, menjahit subkutis dan dapat pula dipergunakan untuk menjahit kulit
terutama untuk daerah longgar (perut,wajah) yang tak banyak bergerak dan luas lukanya
kecil. Plain catgut harus disimpul paling sedikit 3 kali, karena dalam tubuh akan
mengembang, bila disimpulkan 2 kali akan terbuka kembali3
b. Chromic catgut
Berbeda dengan plain catgut, sebelum benang dipintal ditambahkan krom. Dengan
adanya krom ini, maka benang akan menjadi lebih keras dan kuat dan tahan terhadap
enzim tubuh serta penyerapannnya lebih lama, yaitu 90 hari. Warnanya coklat dan
kebiruan2

6
2. Benang Sintetik dan Absorbable
a. Poli Glicolic Acid Seperti Polisorb,Dexon,Vicryl
Merupakan benang sintetis dalam kemasan tidak traumatis. Diserap oleh tubuh dan tidak
menimbulkan reaksi pada jaringan tubuh. Dalam subkutis bertahan selama 3 minggu,
dalam otot bertahan selama 3 bulan. Benang ini sangat lembut dan warnanya ungu.
Ukuran dari 10 nol hingga nomor 1. Penggunaan pada bedah mata, orthopedi, urologi dan
bedah plastik2
b. Coated vicryl rapide (polyglactin 910)
Vicryl adalah contoh material jahitan yang terbuat dari Polyglactin 910 yang
merupakan co-polimer dari glikolid dan laktid. Filamen dilapisi oleh campuran antara
polimer dan kalsium stearat untuk mengurangi gesekan. Penyerapan terjadi melalui
proses hidrolisis yang berlangsung sekitar 20-40 hari. Penggunaan pada jaringan
superficial pada kulit dan mukosa dimana hanya membutuhkan waktu untuk menutup
luka hanya sebentar (7-10 hari). Tidak digunakan untuk ligasi, operasi mata,
kardiovaskular, bedah saraf dimana penutupan luka membutuhkan waktu >7 hari.

USP mengklasifikasikan benang non-absorbable sebagai berikut:


Kelas 1
o Silk atau serat sintetis dari benang monofilament
Kelas 2
o Cotton atau linen, atau serat sintetik yang dilapisi secara alami dimana
lapisan tersebut memberikan kontribusi untuk ketebalan jahitan tanpa
menambahkan kekuatan dari benang tersebut.

Kelas 3
o Bahan logam dari bahan monofilamen atau multifilament2

3. Benang Natural dan Non-absorbable


a. Seide/silk/cotton/linen
Terbuat dari serabut-serabut sutera, terdiri dari 70% serabut protein dan 30% bahan
tambahan berupa perekat. Warnanya hitam dan putih. Bersifat tidak licin seperti sutera
biasa karena sudah dikombinasi dengan perekat. Tidak diserap tubuh. Pada penggunaan
luar maka benang harus dibuka kembali. Kegunaannya adalah untuk menjahit kulit,
mengikat pembuluh arteri (terutama arteri besar), sebagai teugel (kendali)1
b. Stainless steel

7
Merupakan material jahitan yang paling kuat dengan reaksi jaringan yang minimal, tetapi
mempunyai tingkat kesulitan dalam mengikat jahitan. Material ini sangat jarang
digunakan dan tersedia dalam ukuran 4/0 sampai ukuran 7 dengan pilihan jarum yang
terbatas. Penggunaan umum untuk sterna, hernia, luka kontaminasi, orthopedi3
4. Benang Sintetis dan Non-absrobable
a. Nilon. (Dafilon, monosof, dermalon Ethilon)
Benang sintetis dalam kemasan tidak traumatis (benang langsung bersatu dengan jarum
jahit) dan terbuat dari nilon, lebih kuat dari seide atau catgut, tidak diserap tubuh, dan
tidak menimbilkan iritasi pada kulit atau jaringan tubuh lainnya. Warnanya biru hitam.
Penggunanan pada bedah plastik, ukuran yang lebih besar sering digunakan untuk
menjahit kulit, nomor yang kecil dipakai pada bedah mata3
b. Ethibond
Merupakan benang sintetis (terbuat dari polytetra methylene adipate). Tersedia dalam
kemasan tidak traumatis. Bersifat lembut, kuat, reaksi terhadap tubuh minium, tidak
diserap, dan warnanya hijau dan putih. Penggunaannya pada bedah kardiovaskular dan
urologi4
c. Vitalene/Prolene/surgilen
Merupakan benang sintetis (terbuat dari polimer profilen). Sangat kuat dan lembut, tidak
diserap, warna biru. Tersedia dalam kemasan atraumatis. Ukuran dari 10 nol hingga
nomor 11

Tabel 2. Macam-macam benang2

8
2.2. Jarum Bedah
Anatomi jarum mencakup point (ujung), badan, dan swage. Jarum diperlukan untuk
penempatan jahitan di jaringan, jarum bedah harus dirancang untuk membawa bahan
jahitan melalui jaringan dengan trauma minimal, harus cukup tajam untuk menembus
jaringan dengan resistensi minimal dan cukup kaku untuk menahan lentur, namun
cukup fleksibel untuk menekuk sebelum melanggar. Jarum bedah yang baik yaitu:
Terbuat dari stainless steel berkualitas tinggi
Stabil di pegang needleholder
Mampu membawa bahan jahitan melalui jaringan dengan trauma minimal.
Cukup tajam untuk menembus jaringan dengan resistensi minimal.
Steril dan tahan korosi untuk mencegah masuknya mikroorganisme atau asing
bakteri ke dalam luka3

Gambar 3. Anatomi jarum1

Bagian ujung jarum tersebut memanjang dari ujung ke maksimum penampang


tubuh. Jenis point (ujung) adalah sebagai berikut:

Cutting needles (conventional, reverse, or side (Spatula))

Taper-point (round) needles

Beveled, conventional cutting edge needles

Blunt-point needles4

9
a. Cutting needles

Jarum pemotongan memiliki minimal 2 tepi tajam menentang (titik biasanya segitiga).
Tipe ini dirancang untuk penetrasi melalui jaringan padat, tidak teratur, dan relatif tebal.
Tipe ini memotong jalur melalui jaringan dan sangat ideal untuk jahitan kulit.
Conventional needles memiliki 3 tepi tajam (segitiga penampang). Sisi pemotongnya
terletak pada sisi dalam lengkung dan kelengkungan kurvanya. In reverse-cutting needles
sisi pemotongnya terletak pada kelengkungan cembung luar jarum. Jarum ini lebih kuat
dari tipe konvensional dan memiliki penurunan risiko memotong jaringan. Jarum
dirancang untuk jaringan yang sangat sulit untuk ditembus (misalnya, kulit, tendon,
mukosa oral)

Reverse-cutting needles juga bermanfaat dalam bedah kosmetik karena menyebabkan


trauma yang minimal. Side-cutting (spatula) needles memiliki sisi pemotongan (spatula)
jarum yang datar pada permukaan atas dan bawah untuk mengurangi cedera jaringan.
Jarum ini memungkinkan untuk penetrasi dan kontrol ketika berada diantara atau melalui
lapisan jaringan. Sisi pemotongan jarum dirancang awalnya untuk prosedur operasi mata3

b. Taper-point needles

Jarum ini menembus dan melewati jaringan dengan peregangan tanpa pemotongan.
Jarum ini memiliki ujung tajam pada titik dengan bentuk oval atau persegi panjang.
Ketajaman ditentukan oleh rasio lancip (8-12:1) dan tip sudut (20-35 0). Jarum lebih tajam
jika memiliki rasio yang lebih tinggi dan sudut lancip ujung yang lebih rendah. Taper-
point needle digunakan untuk jaringan yang mudah ditembus (misalnya, subkutan
lapisan, dura, peritoneum) dan meminimalkan potensi robeknya fasia1

c. Beveled, conventional cutting edge needles

Dikembangkan dengan karakteristik kinerja yang unggul daripada jarum konvensional.


Jarum ini terbuat dari stainless steel, ASTM 45500, yang telah dipanaskan setelah proses
melengkung untuk meningkatkan ketahanan terhadap lentur. Sudut yang tajam telah
dikurangi untuk meningkatkan ketajaman jarum. Berdasarkan hasil studi eksperimental

10
dan klinis dilakukan oleh Kaulbach dkk, jarum ini direkomendasikan untuk penutupan
luka4

d. Blunt-point needles

Poin yang berbentuk bulat dan tumpul, sangat cocok untuk menjahit hati dan ginjal.
Selain itu, jarum tumpul sedang dikembangkan untuk upaya mengurangi cedera jarum
suntik. Bagian tubuh jarum menghubungkan bagian-bagian jarum dan penting untuk
interaksi dengan pemegang jarum dan kemampuan untuk mengirimkan kekuatan
penetrasi ke titik. Faktor jarum yang mempengaruhi interaksi ini mencakup diameter
jarum dan jari-jari, geometri tubuh, dan paduan stainless steel3

e. Swage

Adalah bagian ujung dari jarum. Jenis-jenis swage:

Channel, diameternya lebih besar dari diameter tubuh jarum


Drill, diameternya kurang dari diameter tubuh jarum
Nonswaged

Menurut Bentuknya, Jarum dibedakan menjadi:

Straight

Jarum lurus (straight) digunakan untuk menjahit jaringan yang mudah diakses yang dapat
dimanipulasi secara langsung dengan tangan. Jarum ini juga berguna dalam mikro untuk
saraf dan perbaikan pembuluh darah.

Half-curved

Jarum setengah melengkung jarang digunakan dalam penutupan kulit, karena sulit untuk
digunakan. Bagian lurus dari tubuh tidak mengikuti titik melengkung, sehingga jalur
melengkung lebih besar, yang membuat jarum sulit untuk digunakan.

Curved dan compound curve

11
Jarum melengkung (curved) membutuhkan sedikit ruang ketika proses penjahitan
dibandingkan dengan jarum lurus. Bentuk setengah lingkaran adalah bentuk yang optimal
karena dapat memberikan pemerataan ketegangan. Kelengkungan tubuh umumnya satu
seperempat inci, tiga per delapan inci, setengah inci, atau lima per delapan inci lingkaran.
Lingkaran tiga per delapan inci paling sering digunakan untuk penutupan kulit. Lingkaran
setengah inci dirancang untuk ruang terbatas, dan manipulasi lebih2

Gambar 4. Macam-macam jarum bedah1

Interaksi antara pemegang jarum dan jarum jahit. A: Ukuran pemegang jarum sesuai
dengan ukuran jarum B: pemegang jarum yang terlalu besar dapat menimbulkan tekanan
yang besar sehingga tidak sengaja jarum menjadi berubah bentuk; C: pemegang jarum
yang terlalu kecil mengakibatkan jarum berputar di sekitar sumbu panjang pemegang
jarum.

Karakteristik Jarum

Istilah berikut menjelaskan berbagai karakteristik terkait dengan jarum:

Strength Resistance

Deformasi dapat terjadi selama melewati jaringan. Kekuatan maksimum jarum adalah
90 sebelum akhirnya terjadi deformasi

12
Ductility - Resistence

Seberapa sering jarum bisa ditekuk bolak-balik sebelum rusak. Ketajaman kemampuan
jarum untuk menembus jaringan; faktor yang mempengaruhi ketajaman termasuk sudut
titik dan rasio lancip (yaitu rasio panjang lancip dengan diameter jarum)

Clamping moment - Stabilitas jarum di pemegang jarum, ditentukan dengan mengukur


interaksi badan jarum dengan pemegang jarum

Gambar 5. Simbol benang2

Huruf pertama menunjukkan bentuk jarum, huruf kedua menunjukkan jenis jarum, huruf
ketiga atau keempat berikut mengacu pada karakteristik khusus dari jarum.

Angka setelah huruf menunjukkan panjang keseluruhan dari jarum dalam mm

2.3. Teknik Jahitan (Suture Technique)

13
Dasar penjahitan luka adalah membuat tekanan yang adekuat pada luka agar tertutup
tanpa jarak namun juga cukup longgar untuk menghindari iskemia dan nekrosis. Jahitan
dapat bertujuan untuk merawat hemostasis atau perdarahan yang terjadi, dapat menjadi
tindakan untuk pertolongan pertama, mengurangi rasa sakit post operasi. Jahitan dapat
mencegah tulang yang terlihat pada penyembuhan luka yang lama. Simpul lengkap harus
kencang, dan kuat sehingga tidak akan terlepas. Untuk menghindari infeksi bakteri,
simpul diletakan pada garis insisi. Simpul harusnya dibuat kecil. Jangan mengikat terlalu
kencang untuk menghindari kerusakan benang. Jangan melakukan banyak gerakan yang
akan merusak jahitan. Hindari merusak materi hecting dengan menjepit menggunakan
needle holder kecuali pada saat akan mengikat. Jangan terlalu kuat diatakutkan terjadi
nekrosis, traksi harus adekuat. Kedalaman dan jarak antara jahitan sangat tergantung pada
material jahitan, jaringannya, dan lokasi lesi/luka. Pada prinsipnya, jahitan harus
dilakukan sedalam mungkin dari titik masuk jarum pada kulit. Diantara jahitan harus ada
jarak yang lebar antara titik masuk jarum dan keluarnya3,4

2.3.1. Jenis Jahitan

a. Ligasi
Ligasi adalah sebuah jahitan yang diikatkan di pembuluh darah untuk menyumbat lumen.
Ligasi dapat digunakan untuk efek hemostasis atau untuk menutup luka untuk mencegah
kebocoran. Ada 2 jenis utama dari ligasi yaitu:

Free tie or freehand ligatures


Untai tunggal jahitan digunakan untuk ligasi pembuluh darah, saluran, atau
struktur lainnya. Setelah hemostat atau penjepit bedah lainnya telah ditempatkan
pada ujung struktur, untai jahitan diikat di sekitar pembuluh darah di bawah ujung
hemostat.
Stick tie/suture ligature/transfixion suture
Seuntai benang yang melekat pada jarum digunakan untuk ligasi pembuluh darah,
saluran, atau struktur lainnya. Teknik ini digunakan pada struktur-struktur dimana
penempatan hemostat sulit atau pembuluh darah mempunyai diameter besar.
Jarum melewati struktur atau jaringan yang berdekatan untuk memperkuat jahitan,
kemudian diikat di sekitar struktur1

14
Gambar 6. Jahitan ligatures

b. Jahitan terputus
Sinonim : Jahitan Terputus Sederhana, Simple Interrupted Suture.
Terbanyak digunakan karena sederhana dan mudah. Tiap jahitan disimpul sendiri. Dapat
dilakukan pada kulit atau bagian tubuh lainnya, dan cocok untuk daerah yang banyak
bergerak karean tiap jahitan saling menunjang satu dengan lainnya. Jahitan terputus
(interupted suture), tiap-tiap simpul berdiri sendiri. Secara kosmetik benang kasar/besar atau
tegang pada saat menyimpulnya akan memberikan bekas yang kurang bagus, yaitu seperti
gambaran lipan3

Gambar 7. Interrupted suture

Jenis jahitan ini sering dipakai, digunakan juga untuk jahitan situasi. Jahitan ini
digunakan untuk penutupan laserasi sederhana atau penutupan luka seperti biopsi atau
pengangkatan lesi, jahitan dalam. Dibandingkan dengan running sutures, simple interrupted
sutures memiliki kekuatan tarik yang lebih besar, dan memiliki lebih sedikit potensi untuk
menyebabkan edema luka dan sirkulasi kulit terganggu. Jahitan terputus juga memungkinkan
ahli bedah untuk melakukan penyesuaian yang diperlukan untuk benar menyelaraskan tepi
luka sebagai luka dijahit. Kekurangan jahitan terputus termasuk lamanya waktu yang
dibutuhkan untuk menjahit dan risiko yang lebih besar terbentuk tanda crosshatched di garis
jahitan4

15
c. Jahitan matras Horizontal

Sinonim : Horizontal Mattress suture, Interrupted mattress. Jahitan dengan melakukan


penusukan seperti simpul, sebelum disimpul dilanjutkan dengan penusukan sejajar sejauh 1
cm dari tusukan pertama. Memberikan hasil jahitan yang kuat. Karena jaringan yang
terkandung dalam bagian dari benang jahit, horizontal mattress suture efektif pada jaringan
pembuluh darah seperti scalp. Selain itu, jahitan ini sangat efektif untuk penutupan kulit tipis,
seperti di jari dan ruang kaki, atau pada kelopak mata, menggunakan bahan jahitan kaliber
kecil (6-0). Karena risiko jaringan parut dari jahitan ini, direkomendasikan bahwa jahitan ini
harus dilepas sedini mungkin, sekitar 3-5 hari setelah penempatan. Pengangkatan jahitan
awal sangat penting untuk unsur kosmetik2

Gambar 8. Horizontal Mattress suture, Interrupted mattress

d. Jahitan Matras Vertikal


Sinonim : Vertical Mattress suture, Donati, Near to near and far to far. Jahitan dengan
menjahit secara mendalam dibawah luka kemudian dilanjutkan dengan menjahit tepi-tepi
luka. Pada prinsipnya sama halnya dengan teknik simple suture, tetapi setelah jarum
keluar dari jaringan, kemudian jarum dijepit di needle holder dengan posisi terbalik,
kemudian jarum dimasukkan kembali untuk sampai pada jaringan kulit saja (epidermis
dan dermis) pada kedua tepi luka. Biasanya menghasilkan penyembuhan luka yang cepat
karena di dekatkannya tepi-tepi luka oleh jahitan ini, digunakan dengan luka dengan
sirkulasi yang buruk, dapat dilakukan sebagai jahitan kontinu.

16
Permasalahan yang dapat timbul dalam teknik jahitan ini adalah dapat
menyebabkan tekanan yang hebat pada jaringan. Jikalau jahitan terlalu ketat dan kencang
maka dapat menghambat aliran darah sehingga dapat mengakibatkan jaringan terjadi
iskemik dan nekrosis2,3

Gambar 9. Vertical Mattress suture, Donati

e. Jahitan kontinu (continuing sutures)


Sering disebut doorloven. Simpul hanya pada ujung-ujung jahitan, jadi hanya ada dua
simpul. Jahitan ini jarang dipakai untuk menjahit kulit. Knot harus sangat aman dan
mempunyai ketegangan minimum pada luka atau luka akan terpisah jika satu lingkaran
atau simpul terlepas. Keuntungan dari jahitan ini sangat cepat, secara kosmetik bekas
luka jahitan seperti pada jahitan terputus. Jahitan kontinu dapat dilakukan lebih cepat dari
jahitan terputus.

Gambar 10. Jahitan kontinu (continuing sutures)

f. Jahitan subkutikular
Teknik ini adalah cara terbaik untuk menutup suatu jaringan kulit tanpa meninggalkan
jaringan parut, dan teknik ini sedikit sekali menyebabkan iskemik pada jaringan. Teknik
ini dimulai dengan menanam simpul pada jaringan dan mengangkat jahitan ke atas
melalui puncak luka. Atau dengan memasukkan jarum dari luar ke puncak luka dan

17
memastikan jahitan luarnya lengkap, kemudian jahitan diambil sejajar dengan permukaan
kulit melalui dermis. Gunakan bahan nilon atau prolene (terbaik) untuk menjaga jahitan
tidak geser saat menutup. Jahitan subkutikular biasanya digunakan untuk menutup luka
bedah, simpul dan ujung bebas dapat menonjol melalui kulit, menyebabkan infeksi luka
ringan. Jahitan ini memiliki keuntungan membuat seluruh jahitan menjadi subkutikular
dan menghindari simpul yang besar dan jahitan ujung yang bebas yang mungkin
menonjol melalui kulit atau menyebabkan abses. Jahitan ini juga menghindari menusuk
benan, sehingga mempertahankan kekuatan jahitan3

Gambar 11. Jahitan subkutikular

2.4. Knot tying


Dokter bedah harus mampu mengikat simpul secepat mungkin dalam setiap situasi.
Simpul yang paling aman adalah simpul yang dibuat dengan jari-jari, harus
ditempatkan dengan benar untuk menjadikan simpul lebih kuat. Benang jahit harus
ditekan sedikit mungkin dan harus mendapat ketegangan yang tepat untuk setiap
jaringan. Teknik mengikat simpul harus dicocokan dengan material benang jahit dan
teknik menjahit. Setiap simpul dapat diikat benar, terlepas dari bagaimana ujung jahitan
yang digenggam, apakah paralel atau melintang. Dokter bedah harus menguasai
beberapa metode mengikat simpul. Umumnya, simpul dua tangan lebih disukai, karena
ketegangan jahitan paling mudah dikendalikan oleh jari-jari. Namun, beberapa ahli
bedah menemukan one-handed knot sedikit lebih cepat1

2.4.1. Prinsip Umum dalam Mengikat Simpul


1. Akhir dari simpul harus kuat, dan begitu terikat tidak mungkin akan terlepas. Simpul
sederhana adalah simpul yang paling diinginkan.

18
2. Simpul harus sekecil mungkin untuk mencegah reaksi jaringan yang berlebihan ketika
menggunakan jahitan absorbable atau untuk meminimalkan reaksi benda asing untuk
jahitan non-absorbable. Ujung benang harus dipotong sebagai sependek mungkin.
3. Dalam mengikat simpul apapun, gesekan antara helai harus dihindari karena hal ini dapat
melemahkan integritas jahitan.
4. Jahitan harus diperlakukan secara hati-hati untuk menghindari kerusakan materi jahitan.
Hindari menghancurkan atau menekan jahitan dengan beberapa instrumen bedah, seperti
needleholders kecuali ketika memegang bagian benang yang bebas pada saat melakukan
simpul dengan tekhnik instrument ties.
5. Ketegangan benang berlebihan akan menyebabkan jahitan menjadi putus dan mungkin
dapat merusak jaringan
6. Setelah loop pertama terikat, perlu mempertahankan traksi pada salah satu ujung untai
untuk menghindari kelonggaran dari simpul
7. Dokter bedah tidak perlu ragu untuk mengubah posisi dalam kaitannya dengan pasien
untuk mendapatkan simpul yang aman dan datar.
8. Ikatan tambahan tidak menambah kekuatan dalam mengikat simpul, hanya membuat
seolah-olah jahitan menjadi besar. Dengan bahan jahitan sintetis, keamanan simpul
membutuhkan ikatan standar datar dan persegi

Bagian penting dari teknik penjahitan yang baik benar adalah metode di ikatan simpul.
Jika kedua ujung jahitan ditarik dengan arah yang berlawanan dengan tingkat dan ketegangan
seragam, simpul mungkin dapat diikat lebih aman4

2.4.2. Macam-macam simpul

19
Gambar 12. Macam-macam simpul

a. Square knot

Two-handed square knot adalah simpul yang paling mudah dan paling dapat diandalkan
untuk mengikat sebagian besar bahan jahitan. Simpul ini dapat digunakan untuk
mengikat surgical gut, silk, cotton, stainless steel. Jika memungkinkan, simpul dapat
diikat menggunakan satu tangan, baik kiri atau kanan, untuk mengikat simpul persegi4

Gambar 13. Two-handed knot

20
Gambar 14. One-handed knot

b. Surgeons atau friction knot


Surgeons knot adalah simpul bedah dan biasanya digunakan oleh ahli bedah
dalam situasi dimana penting untuk menjaga ketegangan pada jahitan. Surgeons
atau friction knto direkomendasikan untuk mengikat benang POLYSORB Coated
(ployglactin 910), polyester, nilon, dan jahitan SURGIPRO polypropylene4

c. Deep tie
Mengikat jauh di dalam rongga tubuh sangat sulit. Simpul persegi harus tegas
menikuk ke bawah dalam semua situasi. Namun, operator harus menghindari
ketegangan ke atas yang mungkin dapat merobek jaringan4

d. Instrument ties
Instrument tie berguna ketika salah satu atau kedua akhir dari jahitan pendek.
Untuk hasil yang terbaik, perlu latihan saat menggunakan needleholder dengan
jahitan sintetis yang absorbable atau monofilament karena pembengkokan
berulang dapat menyebabkan bahan jahitan ini putus4

21
Gambar 15. Instrument ties

2.5. Penutupan Luka


Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit. Mekanisme terjadinya
luka :
a. Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam.
Misal yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup
oleh sutura seterah seluruh pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi).
b. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan
dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
c. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain
yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.
d. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau
pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
e. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca
atau oleh kawat.
f. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh
biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung
biasanya lukanya akan melebar5

22
Waktu penutupan luka dibagi menjadi:

a. Penutupan primer (primary closure): penutupan langsung untuk luka sederhana


<berusia 12 jam (24 jam di wajah), dengan tepi opposable.
b. Penutupan primer tertunda (delayed primary closure): jika ada risiko tinggi
infeksi, berikan antibiotik profilaksis dan setelah sekitar 4 hari jika tidak ada
infeksi.
c. Penutupan sekunder (secondary closure): memungkinkan luka untuk menutup
dengan sendirinya jika gigitan (kecuali pada wajah) atau sudah dipisahkan tepi
atau infeksi. Hal ini dapat mengakibatkan peningkatan jaringan parut6

2.5.1. Saat pengangkatan jahitan

Luka bedah perlu diawasi pada masa pascabedah. Luka tidak perlu dilihat setiap hari
dengan membuka penutup luka, kecuali jika ada gejala atau tanda gangguan
penyembuhan luka atau radang. Bila luka sudah kuat dan sembuh primer, jahitan atau
benangnya dapat diangkat. Saat pengambilan benang tergantung pada kondisi luka
waktu diperiksa. Umumnya luka didaerah wajah memerlukan waktu 3-4 hari, di
daerah lain 7-10 hari. Salah satu faktor penting dalam menentukan saat pencabutan
jahitan adalah tegangan pada tepi luka bedah. Tepi luka yang searah dengan garis
lipatan kulit tidak akan tegang, sementara luka yang arahnya tegak lurus terhadap
garis kulit atau yang dijahit setelah banyak bagian kulit diambil, akan menyebabkan
ketegangan tepi luka yang besar. Dalam hal ini pengambilan jahitan harus ditunda
lebih lama sampai dicapai kekuatan jaringan yang cukup sehingga bekas jahitan tidak
mudah terbuka lagi1

23
Tabel 3. Saat pengangkatan jahitan5

2.5.2. Faktor yang Mempengaruhi Luka


a. Usia
Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua. Orang tua lebih
sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat mengganggu sintesis dari
faktor pembekuan darah.
b. Nutrisi
Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh. Pasien memerlukan
makanan yang kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, dan mineral seperti
Fe, Zn. Pasien dengan kurang nutrisi memerlukan waktu untuk memperbaiki status
nutrisi mereka setelah pembedahan. Pasien yang gemuk meningkatkan resiko infeksi
luka dan penyembuhan lama karena pasokan darah jaringan adipose tidak adekuat.
c. Infeksi
Luka infeksi menghambat penyembuhan. Bakteri merupakan sumber penyebab
infeksi.
d. Sirkulasi (hipovolemia) dan Oksigenasi
Sejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Adanya sejumlah
besar lemak subkutan dan jaringan lemak (yang memiliki sedikit pembuluh darah).
Pada orang-orang yang gemuk penyembuhan luka lambat karena jaringan lemak lebih
sulit menyatu, lebih mudah infeksi, dan lama untuk sembuh. Aliran darah dapat
terganggu pada orang dewasa dan pada orang yang menderita gangguan pembuluh

24
darah perifer, hipertensi atau diabetes millitus. Oksigenasi jaringan menurun pada
orang yang menderita anemia atau gangguan pernapasan kronik pada perokok.
Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya
ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.
e. Hematoma
Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara bertahap
diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang
besar hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga
menghambat proses penyembuhan luka.

f. Benda asing
Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan terbentuknya suatu
abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari serum, fibrin, jaringan
sel mati dan lekosit (sel darah merah), yang membentuk suatu cairan yang kental
yang disebut dengan nanah (Pus).
g. Iskemia
Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah pada
bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari
balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya
obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.
h. Diabetes
Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah,
nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi
penurunan protein-kalori tubuh.
i. Keadaan Luka
Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas penyembuhan
luka. Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu.
j. Obat

25
Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti neoplasmik
mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang lama dapat membuat
seseorang rentan terhadap infeksi luka.
Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap cedera
Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan
Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab
kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan s setelah luka pembedahan tertutup,
tidak akan efektif akibat koagulasi intravaskular5,6

2.5.3. Komplikasi Penyembuhan Luka


Komplikasi penyembuhan luka meliputi infeksi, perdarahan, dehiscence dan eviscerasi.
a. Infeksi
Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama pembedahan atau setelah
pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul dalam 2 7 hari setelah pembedahan.
Gejalanya berupa infeksi termasuk adanya purulent, peningkatan drainase, nyeri,
kemerahan dan bengkak di sekeliling luka, peningkatan suhu, dan peningkatan jumlah sel
darah putih.
b. Perdarahan
Perdarahan dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit membeku pada garis
jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh benda asing (seperti drain).
Hipovolemia mungkin tidak cepat ada tanda. Sehingga balutan (dan luka di bawah
balutan) jika mungkin harus sering dilihat selama 48 jam pertama setelah pembedahan
dan tiap 8 jam setelah itu.Jika perdarahan berlebihan terjadi, penambahan tekanan balutan
luka steril mungkin diperlukan. Pemberian cairan dan intervensi pembedahan mungkin
diperlukan.
c. Dehiscence dan Eviscerasi
Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling serius. Dehiscence
adalah terbukanya lapisan luka partial atau total. Eviscerasi adalah keluarnya pembuluh
26
melalui daerah irisan. Sejumlah faktor meliputi, kegemukan, kurang nutrisi,multiple
trauma, gagal untuk menyatu, batuk yang berlebihan, muntah, dan dehidrasi,
mempertinggi resiko klien mengalami dehiscence luka. Dehiscence luka dapat terjadi 4
5 hari setelah operasi sebelum kollagen meluas di daerah luka. Ketika dehiscence dan
eviscerasi terjadi luka harus segera ditutup dengan balutan steril yang lebar, kompres
dengan normal saline. Klien disiapkan untuk segera dilakukan perbaikan pada daerah
luka5,6

DAFTAR PUSTAKA

1. Ethicon Inc, Wound Closure Manual. 1994. Johnson and Johnson company
2. Doherty GM. Current Surgical Diagnosis and Treatment. 2006. USA : McGraw Hill..
3. Dunn L David, Jay Phillips Professor. Wound closure manual. University of Minnesota
4. Serag, Wiessner KG, Naila. Pocket Guide to Suture Materials, Techniques and Knots
Germany
5. Kaplan NE, Hentz VR, Emergency Management of Skin and Soft Tissue Wounds, An
llustrated Guide, Little Brown, Boston, USA, 2008.
6. Zachary CB, Basic Cutaneous Surgery, A Primer in Technique, Churchill Livingstone,
London GB, 2010.

27

Anda mungkin juga menyukai