A. Ekstraksi Gigi
Ekstraksi gigi merupakan proses pencabutan gigi beserta akarnya dari
dalam soket tulang alveolar. Ekstraksi gigi dapat dilakukan menggunakan dua
cara yaitu teknik sederhana dan teknik pembedahan. Teknik sederhana
dilakukan denga melepaskan gigi dari perlekatan jaringan lunak menggunakan
elevator kemudian menggoyangkan dan mengeluarkan gigi di dalam soket dari
tulang alveolar menggunakan tang ekstraksi. Sedangkan teknik pembedahan
dilakukan dengan pembuatan flap, pembuangan tulang disekeliling gigi,
menggoyangkan dan mengeluarkan gigi di dalam soket dari tulang alveolar
kemudian mengembalikan flep ke tempat semula dengan penjahitan. Teknik
sederhana digunakan untuk ekstraksi gigi erupsi yang merupakan indikasi,
misalnya gigi berjejal. Ekstraksi gigi dengan teknik pembedahan dilakukan
apabila gigi tidak bisa diekstraksi dengan menggunakan teknik sederhana,
misalnya gigi ankilosis (Ghosh, 2006: 6).
ginjal yang parah, dan leukemia atau limfoma yang tidak terkontrol) serta
komplikasi infeksi atau perdarahan berat.
2. Kehamilan pada wanita hamil, pencabutan hanya dapat dilakukan pada
akhir trimester kedua.
3. Pasien hemophilia atau pasien dengan platelet disorder
4. Ekstraksi pada area radiasi
5. Gigi pada area tumor malignant
6. Perikoronitis maupun radang akut lainnya
7. Gigi dengan abses dentoalveolar.
Gambar 3. Tang Ekstraksi Rahang Bawah Molar Mahkota (A), tang sisa akar dan
tang anterior RA
5
3. Bone file
Instrumen yang memiliki dua ujung yaitu ujung kecil dan besar. Ujung
permukaan bilah pemotong berbentuk parallel yang didesain secara efektif
untuk menghaluskan sisa-sisa tulang dan membuang serpihan tulang pada
soket (Fragiskos, 2007: 45).
E. Pencabutan sederhana
1. Pemeriksaan Anamnesis
Pemeriksaan anamnesis dapat digunakan sebagai salah satu untuk
mengerucutkan masalah kesehatan. Riwayat kesehatan sistemik perlu
ditinjau kembali untuk identifikasi kasus apakah sesuai indikasi
pencabutan.
2. Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan klinis dan radiografis menggambarkan tentang tingkat
kesulitan pencabutan. Pemeriksaan klinis meliputi evaluasi mahkota dan
struktur klinis disekitarnya. Mahkota yang besar menunjukkan besarnya
akar, mahkota utuh cenderung lebih memudahkan adaptasi tang sedangkan
mahkota yang rusak menambah kesulitan. Pencabutan pada gigi dengan
protesa mahkota penuh atau ¾ biasanya dilepas terlebih dahulu untuk
menghindari fraktur mahkota dan mencegah tertelannya bahan restorasi.
Pemeriksaan klinis pada struktur-struktur pendukung gigi dapat dilihat
pada jaringan pendukung gigi yang menunjukkan derajat kegoyahan gigi
akibat kerusakan tulang. Namun, pemeriksaan perlu diperhatikan
mengenai jaringan granulasi yang menggantikan tulang yang hilang
tersebut. Jaringan granulasi harus dihilangkan karena akan menimbulkan
kecenderungan kecenderungan perdarahan pasca ekstraksi.
3. Pemeriksaan Penunjang (radiografis)
Pemeriksaan radiologis sangat mendukung dalam menilai sifat dan
letak akar gigi yang akan diekstraksi dengan struktur didekatnya, misalnya
sinus maxillaris dan kanalis mandibularis. Evalusi radiografis sebelum
ekstraksi gigi biasanya menggunakan kombinasi film periapikal dan
6
dilakukan pada aspek buccal dengan tekanan ke arah palatal. Sedikit gaya
berputar pada forceps mungkin berguna untuk memperluas socket
gigi,terutama jika gigi sebelahnya tidak atau telah di ekstraksi. Setelah gigi
terluksasi dengan baik, gigi bisa di cabut dari socket ke arah labial-incisal
dengan labial tractional forceps (Pedersen, 2013).
DAFTAR PUSTAKA
Kademani, D., Tiwana, P., 2016, Atlas of Oral Maxillofacial Surgery, Elsevier
Saunders, St. Louis, p. 83-84.
Malik, N. A., 2011, Text Book of Oral and Maxillofacial Surgery, Jaypee
Brothers, New Delhi, p. 65.
Pedersen, G. D., 2013, Buku Ajar Bedah Mulut (Oral Surgery), EGC, Jakarta.
Rai, B., 2007, Practical Dental Practice, Jaypee Brothers, New Delhi