Anda di halaman 1dari 85

SENDI

TEMPOROMANDIBULAR
T I A RA H A JA R H A K I M 1 6 0 1 1 0 1 2 0 0 2 5
N I Z A TA P I Z A 160110120031
R AT N A C I T R A N A B I L A 1 6 0 1 1 0 1 2 0 0 3 6
OUTLINE

• Gambaran Panoramik TMJ Normal


• Gambaran Radiografik Kelainan TMJ:
• Cara mengetahui kelainan TMJ dari panoramik
• Kelainan perkembangan
• Hiperplasia kondilus
• Hipoplasia kondilus
• Juvenile arthrosis
• Hiperplasia koronoideus
• Kondilus bifid

• Kelainan jaringan lunak


• Pergeseran diskus

• Trauma
• Efusi
• Dislokasi kondilus
• Fraktur
• Fraktur neonatal
OUTLINE

• Remodelling dan arthritic condition:


• Remodelling
• Degenerative joint disease
• Rheumatoid arthritis
• Juvenile idiopathic arthritis

• Articular loose bodies


• Synovial chondromathosis
• Chondrocalcinosis
• Ankylosis

• Tumor
• Tumor jinak
• Tumor ganas
OUTLINE

• Macam-macam teknik radiografi:


• Panoramik
• Plain film
• Transkranial
• Transfaringeal
• Tomografi konvensional
• Computed tomography
• Reverse towne’s
• Magnetic resonance imaging (MRI)
ANATOMI TMJ
ANATOMI TMJ

• Terdiri atas beberapa komponen:


• Komponen mandibula
• Komponen temporal
• Diskus artikularis
• Jaringan retrodiskal
GERAKAN KONDILUS
GAMBARAN RADIOGRAFI PANORAMIK
NORMAL
KELAINAN PADA SENDI
TEMPOROMANDIBULA
KELAINAN PERKEMBANGAN

• Hiperplasia Kondilus
KELAINAN PERKEMBANGAN

• Hipoplasia Kondilus
KELAINAN PERKEMBANGAN

• Juvenile Arthrosis
KELAINAN PERKEMBANGAN

• Hiperplasia Koronoideus
KELAINAN PERKEMBANGAN

• Kondilus Bifid
KELAINAN JARINGAN LUNAK

• Pergeseran Diskus
KELAINAN JARINGAN LUNAK

• Pergeseran Diskus
KELAINAN JARINGAN LUNAK

• Pergeseran Diskus
TRAUMA

• Efusi
TRAUMA

• Dislokasi Kondilus
TRAUMA

• Fraktur
TRAUMA

• Fraktur neonatal
REMODELLING & ARTHRITIC
CONDITION
1. REMODELLING

• Perubahan yang terjadi


pertama kali muncul di
permukaan anterosuperior
kondilus dan slope posterior
eminensia artikularis.
• Pada tahap awal yang
terlibat adalah aspek lateral
sendi
• Bagian sentral dan medial
sendi akan terlibat seiring
dengan progres remodelling.
• Perubahan yang terjadi
dapat berupa penebalan
dan perataan korteks
permukaan artikulasi dan
sklerosis subchondral.
2. DEGENERATIVE JOINT DISEASE

• Hilangnya korteks atau erosi dari permukaan artikulasi kondilus atau komponen
temporal
• Terlihat area radiolusen yang kecil dan bulat dengan margin iregular yang
dikelilingi area dengan berbagai densitas pada permukaan artikulasi (Ely Cyst)
• Saat pasien intercusp maksimal, hanya terdapat sedikit ruang sendi atau
menghilang samasekali.
3. RHEUMATOID ARTHRITIS

• Kepala kondilus rata


• Erosi dan destruksi permukaan
artikular dari kepala kondilus yang
dapat bersifat ekstensif sehingga
outline menjadi ireguler.
• Terkadang terjadi pembentukan
osteofit pada kepala kondilus
• Fossa glenoidalis menjadi berongga

• Berkurangnya kemampuan pergerakan

• Biasanya tampilannya bilateral dan


simetris
3. RHEUMATOID ARTHRITIS

Perataan Kondilus Erosi permukaan


artikular
4. JUVENILE IDIOPATHIC ARTHRITIS
Erosi eminensia
artikularis
Erosi kepala
kondilus

Kondilus berada lebih ke


anterior dari fossa
mandibula

Sagital MDCT

• Temuan inisial radiografi satu-satunya adalah osteopenia (berkurangnya


densitas tulang).
• Kondilus dapat berbentuk lancip (seperti pensil) atau cekung atau
hancur sepenuhnya.
• Karena destruksi tulang yang terjadi, kepala kondilus biasanya terletak
anteroposterior fossa mandibula.
• Gangguan pertumbuhan mandibula.
5. SEPTIC ARTHRITIS

• Pada tahap awal tidak terlihat gambaran radiograf

• Perubahan osteopenik (radiolusen) pada komponen sendi


dan ramus mandibula dapat terlihat 7-10 hari setelah onset
gejala klinis
ARTICULAR LOOSE BODIES
1. SYNOVIAL CHONDROMATOSIS

• Komponen osseous terlihat


normal atau terdapat sedikit
perubahan
• Jarak sendi melebar dan jika
osifikasi nodul kartilago telah
terjadi, terdapat masa radiopak
atau beberapa radiopak lepas
dapat mengelilingi kepala
2. CHONDROCALCINOSIS

• Gambaran chondrocalcinosis dapat


menyerupai synovial chondromatosis

• Radiopak yang terdapat pada ruang


sendi lebih halus dan menyebar lebih
merata dibandingkan pada kasus
synovial chondromatosis
ANKYLOSIS
ANKILOSIS

• Sedikit atau tidak ada jarak sendi

• Fusi tulang antara kepala kondilus


dengan fossa glenoidalis dengan
kehilangan total outline anatomis
normal

• Adanya hipoplasia leher kondilus dan


mandibula yang kurang berkembang
pada sisi yang terkena (jika ankilosis
terjadi sebelum pertumbuhan
mandibula selesai)  asimetri
ANKILOSIS

• Sedikit atau tidak ada jarak sendi

• Fusi tulang antara kepala kondilus


dengan fossa glenoidalis dengan
kehilangan total outline anatomis
normal
• Adanya hipoplasia leher kondilus dan
mandibula yang kurang berkembang
pada sisi yang terkena (jika ankilosis
terjadi sebelum pertumbuhan
mandibula selesai)  asimetri
TUMOR
1. TUMOR JINAK

• Tumor jinak biasanya terbentuk


pada kepala kondilus
• Gambaran radiografik tergantung
jenis dan asal dari tumor tersebut
tetapi biasanya terdapat
perubahan bentuk kepala kondilus.
• Osteochondroma atau osteoma
terlihat sebagai massa iregular,
berbentuk tangkai bunga yang
melekat atau berasal dari kondilus.
2. TUMOR GANAS

MDCT . Terlihat lesi


radiolusen destruktif pada
kepala kondilus kiri dan
radiopak samar terlihat
pada bagian anterior leher
kondilus

• Tumor ganas bermanifestasi dalam berbagai derajat variasi


kerusakan tulang dengan batas tidak jelas dan irregular.

• Chondrosarcoma terlihat sebagai lesi radiolusen destruktif pada


kondilus yang dikelilingi jaringan lunak terkalsifikasi yang terpisah
MACAM-MACAM TEKNIK RADIOGRAFI
UNTUK PEMERIKSAAN TEMPORO
MANDIBULAR JOINT (TMJ)
1. PANORAMIK

• Indikasi
• Sindrom disfungsi nyeri TMJ

• Melihat penyakit pada sendi

• Melihat kondisi patologis yang mengenai kondilus


• Fraktur kondilar (kepala dan leher)

• Kondilar hipo/hiperplasia
1. PANORAMIK

• Teknik
• Pasien diminta melepaskan semua perhiasan, jepit rambut,
denture, dan alat orthodontik, operator kemudian menjelaskan
prosedur dan pergerakan peralatan.
• Pakaikan pelindung apron

• Pasien diposisikan tepat pada mesin sesuai dengan head


positioning device dan light-beam marker positioning
• Pasien diinstruksikan menempatkan lidah pada langit-langit
mulut dan diminta untuk tidak mergerak selama penyinaran
(sekitar 18 detik)
1. PANORAMIK

Gambar 1. Posisi pasien pada teknik radiografi panoramik


1. PANORAMIK

• Kegunaan
• Memperlihatkan bentuk kepala kondilus dan kondisi
permukaan artikularis dari apsek lateral
• Perbandingan kedua kepala kondilus
• PLAIN FILM

• Biasanya terdiri dari kombinasi transcranial,


transpharingeal (parma), transorbital, dan
submentovertex yang menggambarkan TMJ dari
berbagai aspek bidang.
2. TRANSCRANIAL

• Indikasi
• TMJ pain dysfungtion syndrom dan penyakit internal pada
sendi, kliking, dan keterbatasan pembuakaan mulut
• Menyelidiki ukuran dan posisi diskus

• Menyelidiki jarak rentang dari pergerakan sendi


2. TRANSCRANIAL

• Teknik dan posisi


• Pasien diposisikan pada craniotome, kepala rotasi sebesar 90, TMJ
yang diperiksa menyentuk film, dan bidang sagital kepala sejajar
dengan film
• Tabung sinar X diposisikan dengan pusat penyinaran membentuk
sudut 25 dengan bidang horizontal, TMJ dijadikan titik pusat.
• Prosedur diulangi dan minta pasien membuka mulut selebar
senyaman pasien.
• Prosedur dilakukan kembali pada TMJ lainnya sebagai perbandingan,
dilakukan pada kedua posisi yaitu menutp dan membuka mulut.
2. TRANSCRANIAL

Gambar 2. Posisi pasien pada teknik radiografi transcranial


2. TRANSCRANIAL

• Kegunaan
• Gambaran pasien menutup mulut : ukuran spasi sendi yang
memperlihatkan posisi dan bentuk diskus, posisi kepala
kondilus pada fosa, bentuk dan kondisi fossa glenoidalis dan
articular eminence (aspek lateral), bentuk kepala kondilus
dan kondisi permukaan artikularis (aspek lateral), dan
perbandingan kedua kondilus.
• Gambaran pasien menutup mulut: jarak dan jenis pergerakan
kondilus, perbandingan derajat pergerakan kedua kondilus
3. TRANSPHARINGEAL

• Indikasi
• TMJ pain dysfungtion syndrom

• Menyelidiki penyakit sendi, particulary osteoarthritis dan


rheumatoid arthritis
• Menyelidiki kondisi patologis yang mengenai kepala
kondilus
• Fraktur pada leher dan kepala kondilus
3. TRANSPHARINGEAL

• Teknik dan posisi


• Pasien memegang cassette pada sisi lain dari TMJ yang
diperiksa, film dan bidang sagital kepala sejajar, mulut
pasien membuka dan bite-block dimasukkan untuk
stabilitas.
• Tabung sinar X diposisikan didepan kondilus dan dibawah
arkus zigomatikus, ditjukan pada sigmoid notch, sedikit
posterior, sepanjang faring pada kondilus yang diperiksa.
3. TRANSPHARINGEAL

Gambar 3. Posisi pasien pada teknik radiografi transpharingea


3. TRANSPHARINGEAL

• Kegunaan
• Memperlihatkan bentuk kepala kondilus dan kondisi
permukaan artikularis dari apsek lateral
• Perbandingan kedua kepala kondilus
4. TOMOGRAFI KONVENSIONAL

• Indikasi
• Pemeriksaan menyeluruh pada sendi untuk
menggambarkan adanya dan lokasi penyakit atau
kelainan pada tulang
• Menyelidiki kondilus dan fossa artikularisketika pasien
tidak dapat membuka mulut
• Memeriksa fraktur fossa artikularis dan fraktur
interkapsular
4. TOMOGRAFI KONVENSIONAL

• Kegunaan
• Memperlihatkan ukuran spasi sendi

• Posisi kepala kondilus pada fossa

• Bentuk kepala kondilus dan kondisi artikularis aspek


media dan lateral
• Bentuk dan kondisi fossa dan eminensia artikularis

• Informasi seluruj aspek sendi

• Posisi dan orientasi dari fragmentasi fraktur


5. COMPUTED TOMOGRAPHY

• Informasi radiografi dalam bentuk tiga dimensi dan


struktur internal komponen tulang
• CT konvensional dan CBCT dapat memberikan
gambaran struktur tulang namun hanya CT
konvensional yang dapat memberikan gambaran
jaringan lunak sekitar.
• CT konvensional maupun CBCT tidak dapat
memberikan gambaran akurat dari diskus artikularis.
5. COMPUTED TOMOGRAPHY

• Kegunaan
• Memberikan informasi mengenai bentuk kondilus dan
kondisi permukaan artikularis
• Kondisi fossa glenoidalis dan eminensia

• Posisi dan bentuk diskus


• Integritas diskus dan jaringan lunak disekitarnya

• Gejala dari penyakit kepala kondilus


6. REVERSE TOWNE’S

• Indikasi
• Menyelidiki permukaan artikularis kondilus dan penyakit
pada sendi
• Fraktur kepala kondilus dan leher kondilus

• Condilar hypo/hyperplasia
6. REVERSE TOWNE’S

• Teknik dan posisi

• Pasien diposisikan menghadap film, kepala pasien sedikit


menghadap ke bawah dengan memajukan dahi dan
hidung, mulut terbuka, dan tabung sinar-X mengarah ke
atas pada sudut 30 dar belakang pasien.
6. REVERSE TOWNE’S

Gambar 4. Posisi pasien pada teknik radiografi reverse Towne’s


6. REVERSE TOWNE’S

• Kegunaan
• Memberikan informasi mengenai bentuk kepala kondilus
dan kondisi permukaan artikularis dari aspek posterior
• Perbandingan kedua kondilus
7. MAGNETIC RESONANCE IMAGING
(MRI)
• Menggambarkan posisi dan bentuk diskus ketika mulut terbuka maupun
tertutup

• MRI memiliki konstruksi gambaran sagital dan koronal tanpa perlu


mereposisi pasien

• Potongan sagital berorientasi perpendikular dengan sumbu panjang kondilus

• T1-weighted dan proton-weighted menampilkan osseus dan jaringan diskus

• T2-weighted menampilkan inflamasi dan efusi sendi.

• MRI memiliki kontraindikasi pada pasien dalam keadaan hamil atau pasien
dengan alat pacu jantung, intracranial vascular clips, atau metal pada organ
vital
ANALISIS PANOGRAFI LEVANDOSKI
• Analisis levandoski didasari oleh perbandingan
berbagai pengukuran linear dari film
• Nilai yang diperhatikan adalah perbandingan relatif
besar nilai-nilai tersebut antar satu dengan yang
lainnya
• Garis palatal (atau ruang gelap antara gigi atas dan
gigi bawah) harus sejajar dengan batas horizontal film
• Kondilus dan fossa harus jelas terlihat
• Intensitas eksposur juga harus cukup agar vertebra
servikal tidak mengganggu gambaran insisif rahang
atas dan bawah
• Analisis levandoski diprediksi berdasarkan
beberapa garis referensi dasar:
• Garis vertikal midline maksila (garis 1)
• Garis tegak lurus midline maksila yang menyinggung
kondilus tertinggi (garis 2)
• Garis ramal yaitu sepanjang tepi posterior masing-
masing ramus (garis 3)
• Garis yang digambarkan bilateral dari titik dimana garis
vertikal midmaksila memotong batas bawah dari simfisis
mandibula pada masing-masing arah ke garis ramal
melalui gonion (garis 4)
• Garis yang digambarkan dari masing-masing kondilus ke
titik kontak area antara insisif sentral maksila dan insisif
sentral mandibula (garis 5 dan garis 6). Lokasi vertikal
yang sesungguhnya dari titik-titik ini tidak menentu.
• Garis yang ditarik dari gonion ke kondilion dan dari
gonion ke ujung prosesus koronoid dari masing-masing
ramus (garis 7 dan garis 8).
• Dalam menginterpretasi pengukuran dalam
analisis sistem foto panoramik, hal yang penting
merupakan perbandingan panjang antara satu
sisi dengan sisi lainnya.
• Informasi yang didapat dari analisis panoramik
dapat menjadi info tambahan untuk analisis
sefalometri.
• Dalam membantu analisis sefalometri maka perlu
diperhatikan ketiga hal ini:
• Perbandingan antara garis 7 dan 8
• Panjang prossesus koronoideus
• Panjang kondilus dari kanan ke kiri
Prosessus koronoideus yang panjang (perbedaan 3-4mm)

Terdapat perubahan osteophystic

Gejala sekunder dari arthritis degeneratif pada bagian ipsilateral sendi

Pemendekan kondilus

pemendekan kronis dan spasm dari otot pterygoid medial, masseter, dan temporalis pada bagian
ipsilateral

otot hipertonus, splinting otot, myospasm, dan masalah myogenic kronis lainnya.

Ketegangan otot yang tidak merata pada prosessus koronoideus pada bagian yang terpengaruh

Perubahan pada morfologi eksternal pada pemanjangan maladaptif osteofitik.


• Levadonski juga memeriksa gambaran panograf
untuk melihat fossa mana yang lebih tinggi dari
keduanya.
• Levadonski membandingkan "panjang efektif"
maksila dari satu sisi dengan sisi lainnya.
• Garis pengukuran ini diawali dari poin lokasi kompas yang digunakan untuk
menggambar arkus dan menentukan midline maksila, lalu digambar tegak
lurus terhadap midline maksila (garis 1).
• Perbedaan panjang linear dari kedua garis ini jika melebihi dari 2-3mm
dapat berarti maksila berotasi ke arah garis yang lebih pendek di sekuat
sumbu panjang vertikal melalui garis tengah sutura midpalatal.
• Harus diperhatikan apabila midline maksila dental
tidak bertemu dengan midline orthopedik.
• Midline maksila dental dapat berbeda dengan midline
ortopedik dikarenakan oleh kehilangan insisif lateral
rahang atas, premolar, atau kaninus yang belum
erupsi dan impaksi.
• Jika maksila berotasi ke daerah yang sama dapat
menyebabkan midline dental terlihat lebih jauh dari
midline ortopedik daripada tampak aslinya.
• Jika maksila berotasi ke arah sebaliknya maka dapat
menyebabkan midline dental terlihat lebih dekat ke
midline ortopedik daripada tampak aslinya.
• Berhubungan dengan analisis ini
merupakan pertimbangan pada
bidang oklusal dari aspek frontal.
• Pertimbangan ini merupakan dua
garis yang tegak lurus terhadap
midline maksila ortopedik
(gambar 1) yang bertemu (atau
tidak bertemu) dengan perkiraan
vertikal.
• Ketika mengukur panjang maksila
kiri dan kanan, panjang
pengukuran diawali pada daerah
titik kompas yang diletakkan pada
akhir tuberositas maksila.
• Perubahan pada lokasi titik
kompas pada sisi kanan ke kiri
terhadap bidang horizontal akan
memiliki pengaruh sedikit pada:
• Konstruksi arkus
• Midline maksila yang melalui poin
yang berpotongan pada arkus
tersebut, atau
• Garis tegak lurus yang digambar dari
lokasi titik kompas ke midline maksila.
• Analisis pada kasus yang “ideal” pada analisis
panografi hal beikutmerupakan hasil optimal
yang akan didapat:
• Fosa berada pada posisi tinggi yang sama.
• Kondilus pada posisi tinggi yang sama (garis 7).
• Prosesus koronoideus pada posisi tinggi yang sama (garis
8)
• Sudut gonial (sepalometri) sama besar.
• Panjang maksila sama besar, mengindikasikan maksila
tidak mengalami rotasi keseluruhan (garis 9).
• Bidang oklusal berada pada tingkat setinggi yang
diindikasikan garis 9 bertemu pada posisi vertikal yang
sama pada midline maksila (garis 1).
• Midline lengkung gigi pada mandibula berada di tengah
badan mandibula yang sesuai dengan garis 6 yang
memiliki nilai yang sama.
• Orthopedic midline maksila (garis 1) bertepatan dengan
midline lengkung gigi maksila dan madibula (garis 5 dan
garis 6).
• Hasil analisis yang didapatkan dari analisis dapat
berupa hal berikut:
• Jika maksila berotasi secara keseluruhan pada aksis
vertikal melalui sutura midpalatal, panjang maksila (garis
9) akan memiliki ukuran yang tidak sama sekitar 2-3 mm,
maksila berotasi ke arah sisi dengan panjang yang lebih
pendek.
• Bidang oklusal tidak akan terlihat miring secara
horizontal dari aspek frontal jika garis 9 tidak bertemu
secara perpendikular pada midline maksila (garis 1),
vertikal dimensi ekstra posterior dari oklusi lengkung gigi
atas dan bawah direpresentasi dengan kedua garis yang
berada pada posisis lebih tinggi.
• Rotasi maksila (apabila ditemukan) dipertimbangkan ketika
menganalisa dikrepansi antara orthopedic midline maksila
(garis 1) dan midline lengkung gigi pada maksila (garis 5).
• Kondilus yang pendek dapat dengan mudah dideteksi.
• Prosesus koronoid yang panjang dapat dengan mudah
dideteksi.
• Midline lengkung gigi pada mandibula dapat dengan
mudah dideteksi (garis 6).
• Perbandingan midline lengkung gigi pada model studi
antara rang atas dan rahang bawah dapat dianalisis secara
radiografi dengan metode tersebut untuk melihat bagian
apa yang mengalami kelainan atau bahkan menjadi
penyebab atau melihat derajat relasi.
DAFTAR PUSTAKA

• Spahl, T.J., and J.W. Witzig. 1991. The clinical


management of basic maxillofacialorthopedic
appliance. Vol. 3. Chicago: Mosby Year Book, Inc.
pp.416-423
• Whaites, E. and R.A. Cawson. 2003. Essentials of
Dental Radiography and Radiology. 3rd ed. UK:
Elsevier Health Sciences. pp.371-383
• White, S.C., and M.J. Pharoah. 2009. Oral
Radiology: principle and interpretation. 6th ed. St.
Louis, Missouri: Mosby Elsevier. pp.476-480

Anda mungkin juga menyukai