DENTAL PLAK
DENTAL PLAK
deposit lunak yang terdiri atas kumpulan bakteri yang berkembang biak di
dalam lapisan suatu matrik intraseluler. Lapisan ini terbentuk dan melekat
erat pada permukaan gigi bila seseorang mengabaikan kebersihan gigi dan
mulutnya (Forest, 1995)
80 % AIR
KOMPOSISI DENTAL
PLAK
MIKROORGANISME DENGAN
JUMLAH 250 mg/BERAT BASAH
MATRIKS INTERSELULER
PROTEIN
SALIVA
(Gurenlian, 2007).
POLISAKARIDA
EKSTRASELULER
skema
BAKTERI + KARBOHIDRAT
KARIES
PADA GIGI
PERMUKAAN GIGI
(Ritonga, 2005).
KARIES GIGI
KARIES
GIGI
suatu penyakit jaringan keras gigi yang diakibatkan oleh
ulah mikroorganisme pada karbohidrat yang dapat
difermentasikan sehingga terbentuk asam dan menurunkan
pH kritis. Akibatnya terjadi demineralisasi jarngan keras
gigi. Tanda karies adalah terjadinya demineralisasi mineral
email dan dentin diikuti oleh disintegrasi bagian organiknya
(Narlan, 2004).
2. Lactobacillus
Merupakan salah satu agent penyebab karies
dengan pertimbangan:
Terdapat dalam jumlah banyak pada lesi karies
enamel dan terlihat dalam prevalensi yang tinggi
pada karies akar.
Hub. Positiv antara jumlah lactobacilly dalam plak,
saliva dan aktivitas karies.
Mampu tumbuh pada pH rendah (pH <5) dan
memproduksi asam laktat.
Mampu mensintesis extraseluler dan intraseluler
polisakarida dari sukrosa.
Jumlah lactobacillus pada pada dental plak pada
gigi sehat hanya sedikit
3. Actinomyces
Merupakan komponen utama dari dental plak,
khususnya di bagian aproksimal gigi.
Sejumlah spesies actinomyces diisolasi dari
rongga mulut. Termasuk : A. Israelii, A.
Odontolyticus, A. naeslundii, A. Nyeri, A.
Georgiae
4. Waktu
Waktu adalah kecepatan terbentuknya karies
serta lama dan frekuensi substrat menempel
di permukaan gigi. Secara umum, lamanya
waktu yang dibutuhkan karies untuk
berkembang menjadi suatu kavitas cukup
bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan
(Suryanti, 2010)
2. Faktor Luar
Faktor luar merupakan faktor predisposisi dan
faktor penghambat yang berhubungan tidak
langsung dengan proses terjadinya karies
(Sihotang, 2010)
a. Usia
Sejalan dengan bertambah usia seseorang,
jumlah karies pun akan bertambah. Anak yang
pengaruh terjadinya karies kuat akan
menunjukkan jumlah karies lebih besar
dibandingkan yang kurang kuat pengaruhnya
(Sihotang, 2010).
b. Jenis kelamin
Volker dan Russel (1973), finn (1977), Powel,
1980 dan Wycoff (1980) cit Suwelo (1992)
mengatakan bahwa prevalensi karies gigi
tetap, pada wanita lebih tinggi dibandingkan
pria (Sihotang, 2010).
c. Gizi
Jika kekurangan gizi, maka gigi geligi mudah
terserang karies. Jadi gizi merupakan salah
satu faktor yang penting dalam etiologi karies
gigi (Sihotang, 2010).
d. Keturunan
Kebersihan gigi dan mulut yang buruk akan
mengakibatkan prosentase karies lebih tinggi.
Faktor keturunan/genetik merupakan faktor yang
mempunyai pengaruh terkecil dari faktor
penyebab karies gigi.
e. Hormonal
Faktor dapat menjadi pemicu karies karena
wanita saat hamil terjadi ketidak seimbangan
hormon yang mengakibatkan terjadinya
peradangan gusi, sehingga memudahkan
perlekatan dari plak, dan memperbesar
kemungkinan terjadinya karies (Sihotang, 2010).
f. Suku bangsa
Beberapa peneliti menunjukkan ada perbedaan
pendapat tentang hubungan suku bangsa dengan
prevalensi karies; semua tidak membantah bahwa
perbedaan ini karena keadaan sosial ekonomi,
pendidikan, makanan, cara pencegahan karies dan
jangkauan pelayanan kesehatan gigi yang berbeda di
setiap wilayah tersebut (Sihotang, 2010).
3. Karies email
Proses demineralisasi berlanjut email mulai pecah.
Sekali ketika permukaan email rusak, gigi tidak bias
lagi memperbaiki dirinya sendiri. Kavitas harus
dibersihkan dan direstorasi oleh dokter gigi.
4. Karies dentin
Karies sudah mencapai kedalam dentin, dimana
karies ini dapat menyebar dan mengikis email.
5. Karies mencapai pulpa
jika karies dibiarkan tidak terawat, akan mencapai
pulpa gigi. Disinilah dimana saraf gigi dan
pembuluh darah dapat ditemukan. Pulpa akan
terinfeksi. Abses atau fistula (jalan dari nanah)
dapat terbentuk dalam jaringan ikat yang halus
(Kiid, 1992)
b. Klasifikasi II
Berdasarkan keparahan/kecepatan serangan karies
1). Karies Acute / Rampant karies
Karies yang prosesnya berjalan cepat dan meliputi
sejumlah besar gigi geligi (Mansjoer, 2000).
2). Karies Khronis
Karies yang prosesnya berjalan lambat, mengenai
beberapa gigi saja dan lesinya juga kecil / sempit.
Badan masih bisa membuat pertahanan tubuh
(sekunder dentin dan daerah berwarna
kehitaman) (Mansjoer, 2000).
c. Klasifikasi III
1). Pit dan Fissure karies
Karies yang mengenai permukaan kasar gigi
yaitu pada bagian pit dan fissure (Mansjoer,
2000).
2). Smooth Surface Cavity
Karies yang mengenai bagian halus gigi yaitu
bagian lingual (dekat lidah), palatal (dekat
langit-langit), bukal (dekat pipi), dan labial
(dekat bibir) (Mansjoer, 2000).
d. Klasifikasi IV
Berdasarkan Stadium Karies (dalamnya karies)
a. Karies Superfisialis yaitu kedalaman karies baru
mengenai email saja (sampai dentino enamel
junction), sedangkan dentin belum terkena
(Mansjoer, 2000).
e. Klasifikasi VI
Berdasarkan banyaknya permukaan yang terkena
1). Simple Caries
Karies yang mengenai satu permukaan gigi, misal karies
mengenai bagian lingual saja (bagian gigi dekat lidah)
(Manson, 1993)
2). Compound Caries
Karies yang mengenai / melibatkan dua permukaan gigi,
misalnya karies mesio oklusal, karies disto oklusal
(Manson, 1993)
3). Complex Caries
Karies yang mengenai / melibatkan tiga permukaan
atau lebih, misalnya karies mesio oklusal distal atau
karies distal oklusal bukal (Manson, 1993)
f. Klasifikasi VII.
Berdasarkan lokasi karies menurut Prof GV. Black.
Dibagi dalam lima kelas :
1). Karies Kelas I
a). Semua karies pada Pit dan fissure yang terjadi
pada :
(1). Permukaan oklusal posterior (permukaan
pengunyahan gigi geraham)
(2). 2/3 bagian oklusal, permukaan bukal dan
lingual/palatal gigi posterior ( bagian
pengunyahan, permukaan dekat pipi dan
dekat lidah/langit-langit gigi geraham)
(3). Permukaan palatal incisal insisivus rahang
atas (Kidd, 1992).
Antibodi pada sel yang diproduksi oleh sel B berasal dari slah
satu dari lima kelas molekul protein sesuai dengan fungsinya
masing-masing, yaitu:
Ig G, imunoglobulin yang paling banyak terdapat pada ruang
intra maupun ekstraseluler dan dihubungkan dengan imunitas
pasif dan imunitas jnagka panjang (long term immunity)
Ig A lain, disebut sekretori Ig A (slg A) yang terdapat pada
cairan glandula dan banyak terdapat pada area mukosa,
seperti saluran pernapasan dan saluran perkemihan.
Berfungsi untuk mencegah terkumpulnya antigen.
Ig M mengeliminasi antigen sebelum datang cukup banyak IgG
dan merupakan immunoglobin pertama yang dibentuk
sebagai respon terhadap antigen baru
Ig E terdapat pada indivisu normal dengan konsentrasi yang
snagat rendah tetapi bersifat mengikat pada enderita alergi.
Ig D, fungsi utamanya adalah reseptor antigen atau dengan
kata lain sebagai pengenalan antigen oleh sel B (Sinulingga,
2002).
1.
2.
3.
4.
5.
DAMPAK KARIES
Kehilangan gigi yang terlalu dini, akan
membutuhkan perawatan ortodonsia (braket)
Gigi susu yang berlubang dapat menyebabkan
gigi goyang dan tanggal premature atau
terpaksa dicabut sebelum waktunya
Apabila pada karies terjadi abses atau infeksi
disekitar gigi, maka dapat berpengaruh
terhadap proses tumbuh kemban gigi
permanennya (Susanto, 2007)
PENCEGAHAN KARIES
1. Pencegahan Primordial
Tindakan ini ditujukan pada kesempurnaan
struktur enamel dan dentin atau gigi pada
umumnya. Seperti kita ketahui yang
mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan
gigi kecuali protein untuk pembentukan matriks
gigi, vitamin (vitamin A, vitamin C, vitamin D) dan
mineral (Calcium, Phosfor, Fluor, dan Magnesium)
juga dibutuhkan
2. Pencegahan Primer
a. Upaya meningkatkan kesehatan (health
promotion)
pengajaran tentang cara menyingkirkan plak yang
efektif atau cara menyikat gigi dengan pasta gigi
yang mengandung fluor dan menggunakan benang
gigi (dental floss) (Sihotang, 2010).
b. Memberikan perlindungan khusus (spesific
protection)
untuk melindungi host dari serangan penyakit
dengan membangun penghalang untuk melawan
mikroorganisme. Aplikasi pit dan fisur silen
merupakan upaya perlindungan khusus untuk
mencegah karies (Sihotang, 2010).
3. Pencegahan Sekunder
Yaitu untuk menghambat atau mencegah
penyakit agar tidak berkembang atau kambuh
lagi. Kegiatannya ditujukan pada diagnosa dini
dan pengobatan yang tepat. Sebagai contoh
melakukan penambalan pada gigi dengan lesi
karies yang kecil dapat mencegah kehilangan
struktur gigi yang luas (Sihotang, 2010).
Macam-macam Fluor
1. Fluor yang terdapat di alam :
Air
Fluor dalam makanan dan minuman
Fluor yang terkandung didalam batu dan
tanah.
Fluor di udara
2. Fluor buatan
PEMAKAIAN FLUOR
1. Pemakaian Fluor Secara Sistemik
Penggunaan fluor secara sistemik yaitu untuk gigi
yang belum erupsi. Dilakukan dengan beberapa cara:
Fluoridasi air minum
Fluoridasi garam dapur
Fluoridasi air susu
Minum tablet / tablet hisap fluor (Lubis, 2001).
BBC
(BABY BOTTLE CARIES)
BBC
suatu bentuk karies rampan yang bersifat
agresif yang biasanya dihubungkan
dengan pemberian susu yang tidak tepat,
bukan hanya melalui botol, tetapi juga
pemberian ASI dalam jangka waktu yang
lama.
(Sihotang, 2010).
KLASIFIKASI BBC
- Tipe 1: Mild
Lesi karies melibatkan gigi incisivus dan molar,
tampak pada anak usia 2-5tahun
- Tipe 2: Moderate
Lesi karies pada permukaan labiolingual pada gigi
insicivus maksila, dengan atau tanpa caries pada
gigi, tergantung pada usia anak dan tahap
penyakit.
- Tipe 3: Severe
Lesi karies terdapat pada hampir semua gigi,
termasuk gigi insicivus mandibula, tampak pada
anak usia 3-5tahun.
PENCEGAHAN BBC
Setelah diberi makan, bersihkan gusi anak
dengan kain/ lap bersih. Kemudian bersihkan/
sikat gigi anak, jika giginya sudah erupsi.
Pergunakan botol hanya ketika makan saja
jangan gunakan botol minuman sebagai dot,
jangan biarkan anak berjalan sambil
meminumnya dalam waktu yang lama
PERAWATAN BBC
1. Perawatan Endodontik
Tujuan dasar dari perawatan endodontik pada
anak mirip dengan pasien dewasa, yaitu untuk
meringankan rasa sakit dan mengontrol sepsis
dari pulpa dan jaringan periapikalsekitarnya
serta mengembalikan keadaan gigi yang sakit
agar dapat diterima secara biologisoleh
jaringan sekitarnya (Harty, 1993).
A. Pulp Capping
Pulp Capping didefinisikan sebagai aplikasi dari
satu atau beberapa lapis bahanpelindung di
atas pulpa vital yang terbuka
Direct Pulp Capping
Direct Pulp Capping menunjukkan bahwa bahan
diaplikasikan langsung ke jaringanpulpa
B. Pulpotomi
pembuangan pulpa vital dari kamar pulpa
kemudian diikuti oleh penempatan obat di
atas orifis yang akan menstimulasikan
perbaikan atau memumifikasikan sisa
jaringan pulpa vital di akar gigi.
C. Pulpektomi
pengangkatan seluruh jaringan pulpa.
Pulpektomi merupakan perawatan untuk
jaringan pulpa yang telah mengalami
kerusakan yang bersifat irreversibel atau
untuk gigi dengan kerusakan jaringan keras
yang luas. (Riyanti, 2005)
2. Pembuatan Restorasi
Alat restorasi yang dapat digunakan untuk
perawatan adalah semen glassionomer,
composit resin strip crown, dan mahkota
stainless steel.Anak-anak dengan keadaan
seperti ini adalah mungkin untuk dilakukan
preparasi kavitas kelas III dan kelasIV.
A. Penumpatan
Semen Glass Ionomer
B. Mahkota Buatan
Compomer Strip Crowns
Penyakit Pulpa
1. Pulpa Normal
Gejala klinis: Pulpa respon terhadap tes vitalitas
pulpa dan gejala yang ditimbulkan dari tes
tersebut ringan, tidak menyebabkan pasien
merasa linu. Respon pulpa terhadap tes akan
segera hilang dalam beberapa detik (Grossman,
1995).
2. Pulpitis Reversibel
Gejala Klinis: Rasa tidak nyaman (seperti rasa linu)
akan segera hilang bila penyebabnya dihilangkan.
Respon dari pulpa berupa rasa yang menusuk
yang singkat. Faktor penyebabnya adalah karies,
dentin yang terekspos, perawatan gigi terakhir,
restorasi yang rusak (Grossman, 1995).
3. Pulpitis Irreversibel
Pulpitis Irreversibel Simptomatik
Gigi didiagnosa sebagai pulpitis irreversible
bila terdapat gejala rasa sakit spontan atau
berdenyut
Pulpitis Irreversibel Asimptomatik
Pada beberapa kasus karies yang dalam tidak
menimbulkan gejala, walaupun secara klinis
dan radiologis terlihat karies yang telah
sampai kedalam pulpa
4. Nekrosis Pulpa
Saat pulpa nekrosis (pulpa non vital), suplai
darah ke pulpa sudah tidak ada dan saraf pulpa
pun tak berfungsi. Setelah pulpa nekrosis,
penyakit gigi menjadi asimptomatik sampai
akhirnya akan menimbulkan gejala yang
ditimbulkan dari penyebaran penyakit ke
jaringan periradikular
Penyakit Periapikal
Penyakit jaringan periapikal biasanya dimulai
dengan periodontitis,tanpa adanya gejala atau
adanya sedikit kepekaan terhadap perkusi dan
penebalan ligament periodontal. Periodontitis
ini pada mulanya disebabkan oleh perluasan
radang pulpa atau trauma periapikal akibat
perawatan endodontic, seperti instrumentasi
berlebihan atau rangsangan obat saluran akar
(Tarigan, 2004).
DAFTAR PUSTAKA
Gurenlian, J. A. R. 2007. The Role of Dental Plaque Biofilm
in Oral Health. New Delhi: Jaypee. Hal: 120.
Manson, J. D dkk. 1993. Buku Ajar Periodonti (Outline of
Periodontics). Alih bahasa: drg. Anastasia S. Editor: drg.
Susianti K. 2nd ed. Jakarta: Hipokrates.
Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. 2000.
Jakarta: Media Aesculapius.
Suryanti. 2010. Karies Gigi. Bali: Universitas Udayana.
Kidd Edwina A M, dkk. 1992. Dasar-Dasar Karies Penyakit
dan Penaggulangannya. Alih Bahasa: Narlan Sumawita,
Faruk Safrida. Jakarta: EGC