Diajukan oleh:
KURNIA INDAH PUSPITASARI
J530155025
BAB I
PENDAHULUAN
Fraktur email
Fraktur dentin tanpa terbukanya pulpa
Fraktur mahkota dengan terbukanya pulpa
Fraktur akar
Lukasi gigi
Intrusi gigi
berbaga
bidang
horizontal
periodonsium,
sebagai
berikut
BAB II
KASUS
A. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF
1. Data Pasien
Nama Lengkap
Alamat
Colomadu
TTL
: 4 Desember 1991
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: Wiraswasta
Agama
: Islam
: Tidak Ada
Penyakit sistemik
: Tidak Ada
Dokter Gigi/Operator
3. Anamnesis
Keluhan utama (CC):
Pasien datang dengan keluhan ingin menambalkan gigi depannya yang
patah.
Riwayat perjalanan penyakit (PI):
Pasien mengaku giginya patah sejak kelas 4 SD. Pasien merasakan ngilu
sesaat setelah jatuh. Pasien saat ini tidak merasakan sakit. Pasien belum
pernah melakukan perawatan pada giginya yang dikeluhkan.
Riwayat kesehatan umum (PMH):
Pasien pernah dirawat di Rumah Sakit saat kelas 2 SD selama 4 hari
karena penyakit asma. Pasien tidak memiliki penyakit sistemik. Pasien
tidak memiliki alergi obat, makanan dan cuaca. Pasien tidak sedang
mengkonsumsi obat dan tidak sedang dalam perawatan dokter.
Riwayat kesehatan gigi (PDH):
Pasien pernah ke dokter gigi untuk membersihkan karang giginya 1 tahun
yang lalu.
Riwayat kesehatan keluarga (FH):
Umum: Ayah pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik
Ibu pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi
Gigi: Ayah pasien menggunakan gigi tiruan
Ibu pasien memiliki keluhan gigi berlubang
Riwayat Kehidupan Pribadi/Sosial (SH):
Pasien tinggal di rumah dan termasuk dalam golongan menengah. Pasien
memiliki kebiasaan menyikat gigi 2x sehari (setiap mandi pagi dan sore).
Pasien suka mengkonsumsi teh. Pasien tidak memiliki kebiasaan
mengunyah satu sisi.
B. PEMERIKSAAN OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
Kesan Umum Kesehatan Penderita:
Jasmani
Mental
2. Vital Sign
Tekanan Darah
Nadi
: 80 x/menit
Pernafasan
: 20 x/menit
Suhu
: 35oC
Berat Badan
: 70 kg
Tinggi Badan
: 170 cm
Kelenjar
Tulang
Neuromuskular
TMJ
Ludah
Limfe
Rahang
TAK
TAK
TAK
TAK
TAK
TAK
TAK
TAK
TAK
TAK
TAK
TAK
TAK
TAK
TAK
TAK
TAK
TAK
TAK
TAK
TAK
TAK
TAK
Gangguan
Fungsi
TAK
Pigmentasi
5. Odontogram
Pemeriksaan Odontogram
Ringkasan
Hasil
Elemen
11
Rencana
Diagnosis
Pemeriksaan
Perawatan
Terdapat Fraktur pada Fraktur Ellis Klas Restorasi
bagian mesial dengan II
Resin
kedalaman dentin
Sondasi : -
Komposit
Perkusi : Palpasi : CE : +
21
38
Klas IV
Resin
kedalaman dentin
Sondasi : Perkusi : Palpasi : CE : +
Terdapat kavitas pada Karies email
Impaksi klas IB
bagian oklusal dengan
Komposit
Klas IV
Observasi
kedalaman email
Terdapat bentuk gigi
yang
48
mring
kearah
mesial
Terdapat kavitas pada Karies dentin
Restorasi
Resin
kedalaman dentin
Sondasi : Perkusi : Palpasi : CE : +
Komposit
klas I
C. DIAGNOSIS
D/ Fraktur Ellis Klas II
D. RENCANA PERAWATAN
TP/ Restorasi Resin Komposit Klas IV
BAB III
DIAGNOSIS DAN RENCANA PERAWATAN
A. PEMBAHASAN
Resin komposit merupakan sebuah bahan tumpatan warna, yang
dikenal dengan tambalan putih. Resin komposit diperkenalkan pertama kali
pada tahun 1957, resin komposit dibatasi hanya digunakan pada gigi depan
karena resin komposit tidak kuat untuk menerima tekanan dari gigi posterior.
Sejak saat itu, resin komposit dikembangkan secara signifikan dan sukses
digunakan pada gigi posterior. Resin komposit tidak hanya digunakan untuk
menutup karies, tetapi juga digunakan sebagai bahan kosmetik untuk
memperbaiki senyum dengan mengubah warna gigi atau membentuk anatomi
gigi (Anusavice, 2003).
Keuntungan menggunakan resin komposit antara lain : estetis,
mempertahankan struktur gigi, berikatan pada struktur gigi dengan bahan
bonding, menutup margin restorasi dan memperkuat sisa struktur gigi sehat.
Kerugian menggunakan resin komposit antara lain : pengerutan saaat
polimerisasi, terjadinya lesi karies sekunder, mengabsosi air (Anusavice,
2003).
Resin komposit merupakan restorasi yang paling sering digunakan di
klinik dokter gigi. Secara umum, komposisi resin komposit terdiri dari tiga
bagian besar, yaitu :
1. Matriks resin, terdiri dari :
a. Monomer (Bis-GMA / bisphenol A-Glycidil methacrylate).
hidrolitik resin dengan cara mencegah air masuk ke dalam ruang yang
terdapat antara partikel pengisi dan resin.
Sejumlah sistem klasifikasi telah digunakan untuk komposit berbasis
resin. Klasifikasi didasarkan pada rata-rata partikel bahan pengisi utama.
Resin komposit berdasarkan ukuran partikel bahan pengisi utama di antaranya
:
1. Komposit Tradisional
Komposit tradisional adalah komposit yang di kembangkan selama
tahun 1970-an dan sudah mengalami sedikit modifikasi. Komposit ini disebut
juga komposit kovensional atau komposit berbahan pengisi makro, disebut
demikian karena ukuran partikel pengisi relatif besar. Bahan pengisi yang
sering digunakan untuk bahan komposit ini adalah quartz giling. Dilihat dari
foto micrograph bahan pengisi quartz giling mengalami penyebaran yang
luas dari ukuran partikel. Ukuran rata-rata komposit tradisional adalah 8-12
m, partikel sebesar 50m mungkin ada. Komposit ini lebih tahan terhadap
abrasi dibandingkan akrilik tanpa bahan pengisi. Namun, bahan ini memiliki
permukaan yang kasar sebagai akibat dari abrasi selektif pada matrik resin
yang lebih lunak, yang mengelilingi partikel pengisi yang lebih keras.
Komposit yang menggunakan quartz sebagai bahan pengisi umumnya
bersifat radioulusen.
2. Komposit bebrbahan pengisi mikro
Dalam mengatasi masalah kasarnya permukaan pada komposit
tradisional, dikembangkan suatu bahan yang menggunakan partikel silika
anorganik yang lebih banyak (80 % berat dan 60-65 % volume). Beberapa
bahan pengisi partikel kecil menggunakan quartz sebagai bahan pengisi,
tetapi kebanyakan memakai kaca yang mengandung logam berat (3).
4. Komposit Hibrid
Kategori
bahan
komposit
ini
dikembangkan
dalam
rangka
memperoleh kehalusan permukaan yang lebih baik dari pada partikel yang
lebih kecil, sementara mempertahankan sifat partikel kecil tersebut. Ukuran
partikel kacanya kira-kira 0,6- 1,0 mm, berat bahan pengisi antara 75-80%
berat. Sesuai namanya ada 2 macam partikel bahan pengisi pada komposit
hybrid. Sebagian besar hibrid yang paling baru pasinya mengandung silica
koloidal dan partikel kaca yang mengandung logam berat. Silica koloidal
jumlahnya 10-20% dari seluruh kandungan pasinya. Sifat fisik dan mekanis
dari sitem ini terletak diantara komposit konvensional dan komposit partikel
kecil, bahan ini lebih baik dibandingkan bahan pengisi pasi-mikro. Karena
permukaannya halus dan kekuatannya baik, komposit ini banyak digunakan
untuk tambalan gigi depan, termasuk kelas IV. Walaupun sifat mekanis
umumnya lebih rendah dari komposit partikel kecil, komposit hibrid ini juga
sering digunakan untuk tambalan gigi belakang.
Sebelum memasukan resin, email pada permukaan struktur gigi yang
akan ditambal diolesi etsa asam. Asam tersebut akan menyebabkan
hydroxiapatit larut dan hal tersebut berpengaruh terhadap hilangnya prisma
email dibagian tepi, inti prisma dan menghasilkan bentuk yang tidak spesifik
dari struktur prisma. Kondisi tersebut menghasilkan pori-pori kecil pada
membuat ikatan yang baik. Karena email yang dietsa meningkatkan energi
permukaan email. Teknik etsa asam menghasilkan penggunaan resin yang
sederhana.
Adhesive dentin harus bersifat hidrofilik untuk menggeser cairan
dentin dan juga membasahi permukaan, memungkinkan berpenetrasinya
menembus pori di dalam dentin dan akhirnya bereaksi dengan komponen
organik atau anorganik. Karena matriks resin bersifat hidrofobik, bahan
bonding harus mengandung hidrofilik maupun hidrofobik. Bagian hidrofilik
harus bersifat dapat berinteraksi pada permukaan yang lembab, sedangkan
bagian hidrofobik harus berikatan dengan restorasi resin. Perkembangan
bonding:
Generasi 1 : Teknik etsa email, kekuatan bonding rendah, contoh :
polyurrethanes, cyanoacrylate, NPG-GMA.
Generasi 2 : phosphate ester berdasarkan interaksi kutub negatif (fospat
pada bahan bonding ) dan kutub positif ( ion kalsium smear layer )
sehingga kekuatan bonding lebih baik daripada generasi 1. Menggunakan
smear layer sebagai substrat bonding.
Generasi 3 : menggunakan etsa asam untuk menghilangkan smear
layer.Generasi III ini dapat meningkatkan ikatan terhadap dentin 12MPa
15MPa dan dapat menurunkan kemungkinan terjadinya kegagalan batas
tepi bahan adhesif dan dentin (marginal failure). Tetapi seiring waktu tetap
terjadi juga kegagalan tersebut.
memerlukan pencampuran.
Hampir sama dengan bonding generasi 2 yang menggunakan smear
layer pada permukaan email dan dentin sebagai substrat bonding.
1. Masker
7. Shade Guide
2. Handscoon
3. Diagnostik set
4. Bur preparasi
5. Mikrobrush
6. Ligh cure
13.
14.
Bahan:
1. Handsccon
6. seluloid strip
2. Masker
7. vaselin
3. cotton roll
8. sediaan etsa+bonding
4. cotton pelet
9.
5. tisu kering
resin komposit
10.
11.Tahapan perawatannya sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Lengkap
12. Pasien dilakukan pemeriksaan subjektif dan objektif secara lengkap. Gigi
yang akan dilakukan restorasi resin komposit klas IV pada gigi 11 yang
telah didiagnosis fraktur ellis klas II.
13.
14.
2. Persiapan Pasien
15. Pasien diberi celemek pelindung agar terlindung dari kotoran kotoran sisa
preparasi gigi. Gigi pasien yang akan dilakukan tumpatan di bersihkan
(dikeringkan) dengan cotton pellet.
3. Pemilihan Warna Gigi
16. Pemilihan warna gigi pasien dilakukan dengan shade guide, yaitu dengan
lampu gigi yang off shade guide didekatkan pada gigi pasien kemudian
dilihat warna gigi mana yang sesuai.
4. Preparasi
17. Preparasi dengan menggunakan bur taperered pada permukaan labial dan
lingual sekitar 1 mm. Pembuatan bevel pada seluruh tepi email selebar 1
mm dari tepi fraktur dengan bur flamed. Pengecekan hasil preparasi
dengan menggunakan sonde, yaitu dengan menggoreskan sonde pada
preparasi dan jaringan sehat sekitarnya, dirasakan apakah terdapat step
atau tidak, jika tidak dapat dilanjutkan dengan menumpat gigi.
Mengeringkan dan mengisolasi area kerja
5. Aplikasi Pita Seluloid
18. Pita seluloid diaplikasikan pada interdental gigi yang akan dilakukan
tumpatan. Pita seluloid ini fungsinya untuk menghindari bahan etsa ,
Anusavice KJ, Phillips. Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi edisi 10. Jakarta,
Indonesia. EGC, 2004
32. Baum L, Philips RW, Lund MR. Textbook Of Operative Dentistry, 3 ed. WB
Saunders Company, Phildelpian 1995.
33. Grossman, L. I., Oliet, S., & Rio, C. E. (1995). Endodontic Practice (11 ed.). (S.
Suryo, Ed., & R. Abiyono, Trans.) Jakarta: EGC.
34. Kidd EAM, Smith BGN, dan Pickard HM. Manual Konservasi Restoratif Menurut
Pickard edisi ke 6, Alih Bahasa Oleh Sumawinara N. Jakarta; Widya Medika, 2012
35.
36.