Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRESENTASI RENCANA PERAWATAN

MODUL RESTORASI : OPERATIVE DENTISTRY


RESTORASI RESIN KOMPOSIT KLAS IV

Diajukan oleh:
KURNIA INDAH PUSPITASARI
J530155025

PROGRAM STUDI PROFESI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

BAB I
PENDAHULUAN

Berbagai jenis trauma dapat menyebabkan gigi mengalami fraktur.


Suatu fraktur akibat benturan dari luar adalah penyebab yang paling sering
terjadi. Trauma pada gigi dapat menyebabkan injuri pulpa, dengan atau tanpa
kerusakan mahkota atau akar atau pemindahan gigi dari soketnya. Bila
mahkota atau akar patah/mengalami fraktur, pulpa dapat sembuh dan hidup
terus, dapat segera mati, atau dapat mengalami degenerasi progresif dan
akhirnya mati. Sweet memeperkirakan bahwa presentase tinggi gigi-gigi
anterior yang patah terdapat di rahang atas, dan 90% dari gigi-gigi ini sangat
menonjol keluar sehingga tidak cukup tertutup oleh bibir. Bila terjadi luksasi
gigi, pulpa mungkin terus hidup, tergantung hebatnya pukulan dan tingkat
dislokasinya. Luksasi gigi terjadi tidak sesering fraktur (Grossman, et.al.
1995).
Banyak klasifikasi telah diperkenalkan untuk gigi anterior yang
mengalami fraktur. Klasifikasi Ellis terdiri dari enam kelompok dasar
(Grossman, et.al. 1995).
1)
2)
3)
4)
5)
6)

Fraktur email
Fraktur dentin tanpa terbukanya pulpa
Fraktur mahkota dengan terbukanya pulpa
Fraktur akar
Lukasi gigi
Intrusi gigi

Heithersay dan Morile menganjurkan suatu klasifikasi fraktur


subgingival berdasarkan pada tinggi fraktur gigi dalam hubungannya
terhadap

berbaga

bidang

horizontal

periodonsium,

sebagai

berikut

(Grossman, et.al. 1995).:


1) kelas 1 dengan garis fraktur tidak meluas di bawah tinggi gingival
cekat
2) kelas 2 dengan garis fraktur meluas di bawah tinggi gingival cekat
tetapi tidak di bawah tinggi Krista alveolar
3) kelas 3 dengan garis fraktur meluas di bawah tinggi Krista alveolar
4) kelas 4 garis frakturnya terdapat di dalam sepertiga koronal akar,
tetapi di bawah tinggi Krista alveolar.

Klasifikasi menurut Ellis dan Davey :


Menurut banyaknya struktur gigi yang terlibat, trauma gigi dibagi menjadi
1) Klas I
2) Klas II

: Fraktur mahkota sederhana yang melibatkan email


: Fraktur mahkota yang lebuh luas yang telah

melibatkan jaringan dentin tetapi belum melibatkan pulpa


3) Klas III
: Fraktur mahkota gigiyang melibatkan jaringan
dentin dan menyebabkan pulpa terbuka
4) Klas IV
: Trauma pada gigi yang menyebabkan gigi menjadi
nonvital dengan ataU tanpa kehilangan struktur mahkota
5) Klas V
: Trauma pada gigi yang menyebabkan gigi avulsi
6) Klas VI
: Fraktur dengan atau tanpa kehilangan gigi atau
avulsi.
7) Klas VII
8) Klas VIII
gigi yang

: Perubahan posisi atau displacement gigi


: Kerusakan gigi akibat trauma atau benturan pada

9) menyebabkan fraktur mahkota yang besar tetapi gigi tetap pada


tempatnya akar tidak mengalami perubahan.
10) Klas IX
: Kerusakan pada gigi desidui akibat trauma di gigi
anterior

Fraktur mahkota gigi umumnya diagonal, melibatkan sudut gigi,


biasanya yang mesial. Fraktur akar gigi lebih sering horizontal. Meskipun
terjadi juga fraktur diagonal dan vertical. Bila akar patah dekat dengan
sepertiga apical akar, prognosisnya lebih baik daripada bila akar patah lebih
dekat dengan sepertiga tengah atau sepertiga servikal, karena sepertiga tengah
atau sepertiga servikal mempunyai lebih sedikit dukungan alveolar untuk
fragmen fraktur dan mobilitas gigi lebih besar (Grossman, et.al. 1995).

BAB II
KASUS

A. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF
1. Data Pasien
Nama Lengkap

: Arrizal Teguh Pradypta

Alamat

: Perum Anggrek Chrisan 2 No. 168 Blulukan

Colomadu
TTL

: 4 Desember 1991

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Pekerjaan

: Wiraswasta

Agama

: Islam

2. Data Medik Umum


Alergi

: Tidak Ada

Penyakit sistemik

: Tidak Ada

Dokter Gigi/Operator

: drg. Verawaty Sp. KG / Kurnia Indah P.

3. Anamnesis
Keluhan utama (CC):
Pasien datang dengan keluhan ingin menambalkan gigi depannya yang
patah.
Riwayat perjalanan penyakit (PI):

Pasien mengaku giginya patah sejak kelas 4 SD. Pasien merasakan ngilu
sesaat setelah jatuh. Pasien saat ini tidak merasakan sakit. Pasien belum
pernah melakukan perawatan pada giginya yang dikeluhkan.
Riwayat kesehatan umum (PMH):
Pasien pernah dirawat di Rumah Sakit saat kelas 2 SD selama 4 hari
karena penyakit asma. Pasien tidak memiliki penyakit sistemik. Pasien
tidak memiliki alergi obat, makanan dan cuaca. Pasien tidak sedang
mengkonsumsi obat dan tidak sedang dalam perawatan dokter.
Riwayat kesehatan gigi (PDH):
Pasien pernah ke dokter gigi untuk membersihkan karang giginya 1 tahun
yang lalu.
Riwayat kesehatan keluarga (FH):
Umum: Ayah pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik
Ibu pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi
Gigi: Ayah pasien menggunakan gigi tiruan
Ibu pasien memiliki keluhan gigi berlubang
Riwayat Kehidupan Pribadi/Sosial (SH):
Pasien tinggal di rumah dan termasuk dalam golongan menengah. Pasien
memiliki kebiasaan menyikat gigi 2x sehari (setiap mandi pagi dan sore).
Pasien suka mengkonsumsi teh. Pasien tidak memiliki kebiasaan
mengunyah satu sisi.

B. PEMERIKSAAN OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
Kesan Umum Kesehatan Penderita:
Jasmani

: Sehat (tidak ada gangguan)

Mental

: Sehat (kooperatif dan komunikatif)

2. Vital Sign
Tekanan Darah

: 110/70 mmHg (Normal)

Nadi

: 80 x/menit

Pernafasan

: 20 x/menit

Suhu

: 35oC

Berat Badan

: 70 kg

Tinggi Badan

: 170 cm

3. Pemeriksaan Ekstra Oral


Kelenjar
Fasial
Deformitas
Nyeri
Tumor

Kelenjar

Tulang

Neuromuskular

TMJ
Ludah

Limfe

Rahang

TAK

TAK

TAK

TAK

TAK

TAK

TAK

TAK

TAK

TAK

TAK

TAK

TAK

TAK

TAK

TAK

TAK

TAK

TAK

TAK

TAK

TAK

TAK

Gangguan
Fungsi

TAK

4. Pemeriksaan Intra Oral


o Mukosa Bibir
o Mukosa Pipi

: Dalam Batas Normal, Tidak Ada Kelainan


: Terdapat garis keputihan setinggi oklusal

pada gigi 16-17 dan hilang apabila diusap.


o Dasar Mulut
: Dalam Batas Normal, Tidak Ada Kelainan
o Lidah
: Dalam Batas Normal, Tidak Ada Kelainan
o Gingiva
: Terdapat perubahan warna kecoklatan pada
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o

gingiva gigi 14-24, dan gigi 34-44 pada bagian labial.


Orofaring
: Dalam Batas Normal, Tidak Ada Kelainan
Oklusi
: Normal bite, maloklusi Angle klas I
Torus Palatinus
: Tidak Ada
Torus Mandibula
: Tidak Ada
Palatum
: Sedang
Supernumery teeth : Tidak Ada
Diastema
: Tidak Ada
Gigi Anomali
: Tidak Ada
Gigi Tiruan
: Tidak Ada
Oral Hygiene
: 5,3 sedang
Lain- lain
:-

Hasil Pemeriksaan Jaringan Lunak

2 : Terdapat garis keputihan setinggi oklusal pada gigi 16-17 dan

hilang apabila diusap. D/ Linea Alba


12,15,16,18,20,23 : Terdapat perubahan warna kecoklatan pada
gingiva gigi 14-24, dan gigi 34-44 pada bagian labial. D/ Rasial

Pigmentasi
5. Odontogram

Pemeriksaan Odontogram
Ringkasan

Hasil

Elemen
11

Rencana
Diagnosis

Pemeriksaan
Perawatan
Terdapat Fraktur pada Fraktur Ellis Klas Restorasi
bagian mesial dengan II

Resin

kedalaman dentin
Sondasi : -

Komposit

Perkusi : Palpasi : CE : +
21

38

Klas IV

Terdapat Fraktur pada Fraktur Ellis Klas Restorasi


bagian mesial dengan II

Resin

kedalaman dentin
Sondasi : Perkusi : Palpasi : CE : +
Terdapat kavitas pada Karies email
Impaksi klas IB
bagian oklusal dengan

Komposit
Klas IV
Observasi

kedalaman email
Terdapat bentuk gigi
yang
48

mring

kearah

mesial
Terdapat kavitas pada Karies dentin

Restorasi

bagian oklusal dengan

Resin

kedalaman dentin
Sondasi : Perkusi : Palpasi : CE : +

Komposit

6. Oral Hygiene Index

klas I

7. Foto Pasien Awal

C. DIAGNOSIS
D/ Fraktur Ellis Klas II

D. RENCANA PERAWATAN
TP/ Restorasi Resin Komposit Klas IV

BAB III
DIAGNOSIS DAN RENCANA PERAWATAN

A. PEMBAHASAN
Resin komposit merupakan sebuah bahan tumpatan warna, yang
dikenal dengan tambalan putih. Resin komposit diperkenalkan pertama kali
pada tahun 1957, resin komposit dibatasi hanya digunakan pada gigi depan
karena resin komposit tidak kuat untuk menerima tekanan dari gigi posterior.
Sejak saat itu, resin komposit dikembangkan secara signifikan dan sukses
digunakan pada gigi posterior. Resin komposit tidak hanya digunakan untuk
menutup karies, tetapi juga digunakan sebagai bahan kosmetik untuk
memperbaiki senyum dengan mengubah warna gigi atau membentuk anatomi
gigi (Anusavice, 2003).
Keuntungan menggunakan resin komposit antara lain : estetis,
mempertahankan struktur gigi, berikatan pada struktur gigi dengan bahan
bonding, menutup margin restorasi dan memperkuat sisa struktur gigi sehat.
Kerugian menggunakan resin komposit antara lain : pengerutan saaat
polimerisasi, terjadinya lesi karies sekunder, mengabsosi air (Anusavice,
2003).
Resin komposit merupakan restorasi yang paling sering digunakan di
klinik dokter gigi. Secara umum, komposisi resin komposit terdiri dari tiga
bagian besar, yaitu :
1. Matriks resin, terdiri dari :
a. Monomer (Bis-GMA / bisphenol A-Glycidil methacrylate).

b. Urethane Dimethacrylate (UDMA)


Bis-GMA dan UDMA merupakan cairan yang memiliki kekentalan
tinggi karena

memiliki berat molekul yang tinggi. Penambahan filler dalam

jumlah kecil saja menghasilkan komposit dengan kekakuan yang dapat


digunakan secara klinis. Untuk mengatasi masalah tersebut, monomer yang
memiliki kekentalan rendah yang dikenal sebagai pengontrol kekentalan
ditambahkan seperti metil metkrilat (MMA), etilen glikol dimetakrilat
(EDMA), dan trietilen glikol dimetakrilat (TEGDMA) adalah yang paling
sering digunakan.
2. Partikel pengisi
Penambahan partikel bahan pengisi kedalam resin matriks secara
signifikan meningkatkan sifatnya. Seperti berkurangnya pengerutan karena
jumlah resin sedikit, berkurangnya penyerapan air dan ekspansi koefisien
panas, dan meningkatkan sifat mekanis seperti kekuatan, kekakuan,
kekerasan, dan ketahanan abrasi. Faktor-faktor penting lainnya yang
menentukan sifat dan aplikasi klinis komposit adalah jumlah bahan pengisi
yang ditambahkan, ukuran partikel dan distribusinya, radiopak, dan
kekerasan. Partikel pengisi terdiri dari : Kaca, quartz, Koloid silika.
3. Bahan Coupling
Seperti organo silanes yang berperan dalam pembentukan ikatan kimia
antara partikel pengisi dan matriks resin. Bahan ini berfungsi untuk
memperbaiki sifat fisik dan mekanik resin dan mempertahankan stabilitas

hidrolitik resin dengan cara mencegah air masuk ke dalam ruang yang
terdapat antara partikel pengisi dan resin.
Sejumlah sistem klasifikasi telah digunakan untuk komposit berbasis
resin. Klasifikasi didasarkan pada rata-rata partikel bahan pengisi utama.
Resin komposit berdasarkan ukuran partikel bahan pengisi utama di antaranya
:
1. Komposit Tradisional
Komposit tradisional adalah komposit yang di kembangkan selama
tahun 1970-an dan sudah mengalami sedikit modifikasi. Komposit ini disebut
juga komposit kovensional atau komposit berbahan pengisi makro, disebut
demikian karena ukuran partikel pengisi relatif besar. Bahan pengisi yang
sering digunakan untuk bahan komposit ini adalah quartz giling. Dilihat dari
foto micrograph bahan pengisi quartz giling mengalami penyebaran yang
luas dari ukuran partikel. Ukuran rata-rata komposit tradisional adalah 8-12
m, partikel sebesar 50m mungkin ada. Komposit ini lebih tahan terhadap
abrasi dibandingkan akrilik tanpa bahan pengisi. Namun, bahan ini memiliki
permukaan yang kasar sebagai akibat dari abrasi selektif pada matrik resin
yang lebih lunak, yang mengelilingi partikel pengisi yang lebih keras.
Komposit yang menggunakan quartz sebagai bahan pengisi umumnya
bersifat radioulusen.
2. Komposit bebrbahan pengisi mikro
Dalam mengatasi masalah kasarnya permukaan pada komposit
tradisional, dikembangkan suatu bahan yang menggunakan partikel silika

koloidal sebagai bahan pengisi anorganik. Partikelnya berukuran 0,04 m;


jadi partikel tersebut lebih kecil 200-300 kali di bandingkan rata-rata
partikel quartz pada komposit tradisional. Komposit ini memiliki permukaan
yang halus serupa dengan tambalan resin akrilik tanpa bahan pengisi. Dari
segi estetis resin komposit mikro filler lebih unggul, tetapi sangat mudah aus
karena partikel silika koloidal cenderung menggumpal dengan ukuran 0,04
sampai 0,4 m. Selama pengadukan sebagian gumpalan pecah, manyebabkan
bahan pengisi terdorong. Menunjukan buruknya ikatan antara partikel pengisi
dengan matriks sekitarnya. Kekuatan konfresif dan kekuatan tensil
menunjukkan nilai sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan resin komposit
konvensionl. Kelemahan dari bahan ini adalah ikatan antara partikel komposit
dan matriks yang dapat mengeras adalah lemah mempermudah pecahnya
suatu restorasi.
3. Resin komposit berbahan pengisi partikel kecil
Komposit ini dikembangkan dalam usaha memperoleh kehalusan dari
permukaan komposit berbahan pengisi mikro dengan tetap mempertahankan
atau bahkan meningkatkan sifat mekanis dan fisik komposit tradisional.
Untuk mencapai tujuan ini, bahan pengisi anorganik ditumbuk menjadi
ukuran lebih kecil dibandingkan dengan yang biasa digunakan dalam
komposit tradisional. Rata-rata ukuran bahan pengisi untuk komposit berkisar
1-5 m tetapi penyebaran ukuran amat besar. Distribusi ukuran partikel yang
luas ini memungkinkan tingginya muatan bahan pengisi, dan komposit
berbahan pengisi partikel kecil umumnya mengandung bahan pengisi

anorganik yang lebih banyak (80 % berat dan 60-65 % volume). Beberapa
bahan pengisi partikel kecil menggunakan quartz sebagai bahan pengisi,
tetapi kebanyakan memakai kaca yang mengandung logam berat (3).
4. Komposit Hibrid
Kategori

bahan

komposit

ini

dikembangkan

dalam

rangka

memperoleh kehalusan permukaan yang lebih baik dari pada partikel yang
lebih kecil, sementara mempertahankan sifat partikel kecil tersebut. Ukuran
partikel kacanya kira-kira 0,6- 1,0 mm, berat bahan pengisi antara 75-80%
berat. Sesuai namanya ada 2 macam partikel bahan pengisi pada komposit
hybrid. Sebagian besar hibrid yang paling baru pasinya mengandung silica
koloidal dan partikel kaca yang mengandung logam berat. Silica koloidal
jumlahnya 10-20% dari seluruh kandungan pasinya. Sifat fisik dan mekanis
dari sitem ini terletak diantara komposit konvensional dan komposit partikel
kecil, bahan ini lebih baik dibandingkan bahan pengisi pasi-mikro. Karena
permukaannya halus dan kekuatannya baik, komposit ini banyak digunakan
untuk tambalan gigi depan, termasuk kelas IV. Walaupun sifat mekanis
umumnya lebih rendah dari komposit partikel kecil, komposit hibrid ini juga
sering digunakan untuk tambalan gigi belakang.
Sebelum memasukan resin, email pada permukaan struktur gigi yang
akan ditambal diolesi etsa asam. Asam tersebut akan menyebabkan
hydroxiapatit larut dan hal tersebut berpengaruh terhadap hilangnya prisma
email dibagian tepi, inti prisma dan menghasilkan bentuk yang tidak spesifik
dari struktur prisma. Kondisi tersebut menghasilkan pori-pori kecil pada

permukaan email, tempat kemana resin akan mengalir bila ditempatkan


kedalam kavitas.
Bahan etsa yang diaplikasikan pada email menghasilkan perbaikan
ikatan antara permukaan email-resin dengan meningkatkan energi permukaan
email. Kekuatan ikatan terhadap email teretsa sebesar 15-25 MPa. Salah satu
alasannya adalah bahwa asam meninggalkan permukaan email yang bersih,
yang memungkinkan resin membasahi permukaan dengan lebih baik. Proses
pengasaman pada permukaan email akan meninggalkan permukaan yang
secara mikroskopis tidak teratur atau kasar. Jadi bahan etsa membentuk
lembah dan puncak pada email, yang memungkinkan resin terkunci secara
mekanis pada permukaan yang tidak teratur tersebut. Resin tag kemudian
menghasilkan suatu perbaikan ikatan resin pada gigi. Panjang tag yang efektif
sebagai suatu hasil etsa pada gigi anterior adalah 7-25 m. Asam fosfor
adalah bahan etsa yang digunakan. Konsentrasi 35 %-50 % adalah tepat,
konsentrasi lebih dari 50 % menyebabkan pembentukan monokalsium fosfat
monohidrat pada permukaan teretsa yang menghambat kelarutan lebih lanjut.
Asam ini dipasok dalam bentuk cair dan gel dan umumnya dalam bentuk gel
agar lebih mudah dikendalikan. Asam diaplikasikan dan dibiarkan tanpa
diganggu kontaknya dengan email minimal selama 15-20 detik.
Begitu dietsa, asam harus dibilas dengan air selama 20 detik dan
dikeringkan dengan baik. Bila email sudah kering, harus terlihat permukaan
berwarna putih seperti bersalju menunjukan bahwa etsa berhasil. Permukaan
ini harus terjaga tetap bersih dan kering sampai resin diletakan untuk

membuat ikatan yang baik. Karena email yang dietsa meningkatkan energi
permukaan email. Teknik etsa asam menghasilkan penggunaan resin yang
sederhana.
Adhesive dentin harus bersifat hidrofilik untuk menggeser cairan
dentin dan juga membasahi permukaan, memungkinkan berpenetrasinya
menembus pori di dalam dentin dan akhirnya bereaksi dengan komponen
organik atau anorganik. Karena matriks resin bersifat hidrofobik, bahan
bonding harus mengandung hidrofilik maupun hidrofobik. Bagian hidrofilik
harus bersifat dapat berinteraksi pada permukaan yang lembab, sedangkan
bagian hidrofobik harus berikatan dengan restorasi resin. Perkembangan
bonding:
Generasi 1 : Teknik etsa email, kekuatan bonding rendah, contoh :
polyurrethanes, cyanoacrylate, NPG-GMA.
Generasi 2 : phosphate ester berdasarkan interaksi kutub negatif (fospat
pada bahan bonding ) dan kutub positif ( ion kalsium smear layer )
sehingga kekuatan bonding lebih baik daripada generasi 1. Menggunakan
smear layer sebagai substrat bonding.
Generasi 3 : menggunakan etsa asam untuk menghilangkan smear
layer.Generasi III ini dapat meningkatkan ikatan terhadap dentin 12MPa
15MPa dan dapat menurunkan kemungkinan terjadinya kegagalan batas
tepi bahan adhesif dan dentin (marginal failure). Tetapi seiring waktu tetap
terjadi juga kegagalan tersebut.

Generasi 4 : merupakan three-step etch & rinse adhessive yaitu aplikasi


conditioner, primer dan adhesive resin sehingga kekuatan bonding baik.
Generasi 5 : menyederhanakan penggunaan bahan bonding generasi 4
teknik etch rinse: aplikasi conditioner/etsa, aplikasi primer dan adhessive
yang terdapat dalam satu botol (one bottle system) dan kekuatan bonding
sama baik dengan generasi 4. Contoh : optibond solo, excite.
Generasi 6 :
-

Self-etch adhesive : self-etching primer (dalam sate paket) dan

adhesive resin (paket lain).


Mengkombinasikan conditioner, primer dan adhesive resin tetapi

memerlukan pencampuran.
Hampir sama dengan bonding generasi 2 yang menggunakan smear
layer pada permukaan email dan dentin sebagai substrat bonding.

Perbedaannya terdapat pada keasaman bahan primer.


Generasi 6 mengandung acidic monomer (4-MET & 1MDP), lebih
hidrofilik.
Contoh : Prompt L-pop. Xeno III

Generasi 7 : single componen:ine step self-etch adhesivE.


-

Mengkombinasikan conditioner, primer dan resin adhesif dalam satu

botol dan tidak memerlukan pencampuran (truly one bottle system).


Campuran komponen hidrofilik dan hidrofobik.
Lapisan adhesif sebagai membran permiabel.

Contoh : G Bond, Bond Force


B. TAHAPAN PERAWATAN
Alat:

1. Masker

7. Shade Guide

2. Handscoon

8. Handpiece low speed

3. Diagnostik set

9. Handpiece high speed

4. Bur preparasi

10. Bur finishing

5. Mikrobrush

11. Bur polishing

6. Ligh cure

12. Saliva ejector

13.
14.

Bahan:

1. Handsccon

6. seluloid strip

2. Masker

7. vaselin

3. cotton roll

8. sediaan etsa+bonding

4. cotton pelet

9.

5. tisu kering

resin komposit

10.
11.Tahapan perawatannya sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Lengkap
12. Pasien dilakukan pemeriksaan subjektif dan objektif secara lengkap. Gigi
yang akan dilakukan restorasi resin komposit klas IV pada gigi 11 yang
telah didiagnosis fraktur ellis klas II.
13.
14.
2. Persiapan Pasien
15. Pasien diberi celemek pelindung agar terlindung dari kotoran kotoran sisa
preparasi gigi. Gigi pasien yang akan dilakukan tumpatan di bersihkan
(dikeringkan) dengan cotton pellet.
3. Pemilihan Warna Gigi
16. Pemilihan warna gigi pasien dilakukan dengan shade guide, yaitu dengan
lampu gigi yang off shade guide didekatkan pada gigi pasien kemudian
dilihat warna gigi mana yang sesuai.
4. Preparasi
17. Preparasi dengan menggunakan bur taperered pada permukaan labial dan
lingual sekitar 1 mm. Pembuatan bevel pada seluruh tepi email selebar 1
mm dari tepi fraktur dengan bur flamed. Pengecekan hasil preparasi
dengan menggunakan sonde, yaitu dengan menggoreskan sonde pada
preparasi dan jaringan sehat sekitarnya, dirasakan apakah terdapat step
atau tidak, jika tidak dapat dilanjutkan dengan menumpat gigi.
Mengeringkan dan mengisolasi area kerja
5. Aplikasi Pita Seluloid
18. Pita seluloid diaplikasikan pada interdental gigi yang akan dilakukan
tumpatan. Pita seluloid ini fungsinya untuk menghindari bahan etsa ,

bonding dan bahan tumpatan berkontak dengan gigi tetangganya dan


nantinya dapat digunakan untuk membentuk tumpatan.
19.
20.
6. Etsa dan Bonding
21. Aplikasi etsa dengan mikrobrush selama 15 detik cuci dan keringkan.
Aplikasi bonding selama 10 detik dan sinar dengan light cured 20 detik.
7. Aplikasi Tumpatan Resin Komposit
22. Resin komposit diambil dengan plastis instrument dimasukkan kedalam
matriks sedikit demi sedikit dibagian palatal terlebih dahulu secara lapis
demi selapis (teknik layering). Setiap lapisnya dilakukan penyinaran
selama 20 detik. Insersikan resin komposit pada posisi yang tepat sampai
diperoleh bentuk anatomi yang baik. Kelebihan massa komposit
diusahakan keluar melalui lubang pada sudut insisal. Polimerisasi selama
20 detik, selama polimerisasi matriks dipegang dengan mantap dan stabil.
23. Pegangan jari pada matriks dikendorkan ketika polimerisasi selesai.
Matriks dilepas pada gigi 42 dengan menggunakan ujung sonde yang
dimasuukkan diantara tepi matriks dan permukaan gigi. Apabila
pembentukan matriks dan teknik insersinya memadai, maka setelah
matriks dilepas akan diperoleh hasil yang bagus, bentuk anatomi dan
persyaratan yang berhubungan dengan faal gigi terpenuhi.
8. Finishing Dan Polishing
24. Finishing dilakukan dengan membuang kelebihan massa komposit di tepitepi matriks atau margin kavitas dengan menggunakan finishing bur pita
kuning, jangan sampai merusak kontur restorasi yang telah terbentuk.
25. Untuk mengecek bagian mana saja yang berlebihan tumpatan
kompositnya, digunakan articulating paper. Articulating paper digigit
dengan gigi yang direstorasi tersebut kemudian pasien diinstruksikan

untuk melakukan gerakan pengunyahan, setelah itu dilihat pada gigi


apakah ada sisa warna articulating paper pada gigi, warna itulah yang
akan dibuang kelebihan-kelebihan massa kompositnya dengan bur
finishing agar terbentuk tumpatan yang nyaman bagi pasien saat
mengunyah ataupun berbicara.
26. Pengontrolan oklusi dengan meninstrusikan pasien meneguk air liur terus
mengatupkan giginya. Tidak boleh terjadi traumatik oklusi. Diakhiri
dengan penggunaan rubber silicon cups supaya diperoleh permukaan yang
licin dan halus.
27.

28. DAFTAR PUSTAKA


29.
30.
31.

Anusavice KJ, Phillips. Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi edisi 10. Jakarta,
Indonesia. EGC, 2004
32. Baum L, Philips RW, Lund MR. Textbook Of Operative Dentistry, 3 ed. WB
Saunders Company, Phildelpian 1995.
33. Grossman, L. I., Oliet, S., & Rio, C. E. (1995). Endodontic Practice (11 ed.). (S.
Suryo, Ed., & R. Abiyono, Trans.) Jakarta: EGC.
34. Kidd EAM, Smith BGN, dan Pickard HM. Manual Konservasi Restoratif Menurut
Pickard edisi ke 6, Alih Bahasa Oleh Sumawinara N. Jakarta; Widya Medika, 2012
35.
36.

Anda mungkin juga menyukai