Disusun Oleh :
Indah Puspita Suri
J530185094
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Definisi Penyakit
Karies adalah suatu penyakit progresif dari jaringan keras gigi.
Keadaan ini disebabkan oleh kerja bakteri atas karbohidrat yang dapat
difermentasikan yang terdapat dalam biofilm plak di permukaan gigi. Ulah
bakteri ini akan menyebabkan terjadinya asam dan akan
mendemineralisasikan jaringan keras gigi yang akhirnya mengakibatkan
terjadinya proteolisis dari komponen organik jaringan gigi (Banerjee dan
Watson, 2011).
B. Etiologi
Banerjee dan Watson (2011) mengatakan bahwa, karies dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
Bakteri
Dalam ekologi biofilm plak yang kompleks terdapat ratusan spesies
bakteri, tergantung lamanya plak dipermukaan gigi. Streptococus mutans
adalah spesies bakteri yang sejak dulu dianggap sebagai penyebab utama
karies. Interaksi antar spesies di dalam biofilm akan memicu
berkembangnya proses karies
Permukaan gigi yang rentan
Lesi karies terjadi di permukaan gigi yang memiliki tumpukan plak yang
melekat dalam waktu lama, pada :
Fisur dan pit yang dalam dipermukaan bukal/oklusal gigi posterior
yang tidak bisa disikat dengan bersih oleh pasien,
Permukaan aproksimal (mesial dan distal) di arah servikal dari titik
kontak gigi sebelahnya.
Permukaan halus bersebelahan dengan margin gingiva (daerah yang
sering terlewati ketika pasien menyikat giginya)
Margin restorasi yang mengemper (overhang) atau tidak baik
Karbohidrat yang dapat difermentasikan.
Bakteri plak mampu mampu memetabolisme karbohidrat diet
tertentu (termasuk sukrosa dan glukosa) yang kemudian akan
menghasilkan berbagai asam organik seperti asam laktat, asam asetat,
dan asam propionat, dipermukaan gigi. Hal ini akan menyebabkan
turunnya nilai pH dalam satu sampai tiga menit dan memicu terjadinya
demineralisasi jika pH turun sampai di bawah 5,5.
Waktu
Walaupun turunnya pH dimulai dengan cepat, hilangnya mineral yang
dapat merusak jaringan keras permukaan gigi oleh biofilm plak
memerlukan waktu.
C. Tanda-tanda klinis
Manifestasi klinis dari lesi bercak putih yang aktif adalah halus,
terlihat putih/opak dan tidak terdapat kavitas di saat awal. Lesi bercak putih di
permukaan email gigi ini akan lebih mudah dilihat jika permukaan gigi
dikeringkan dengan udara. Jika kemudian lesi berkembang, lesi akan
kelihatan seperti kapur dan akhirnya akan menjadi kasar atau akan terasa ada
lubang kecil ketika diperiksa dengan sonde. Lesi di dalam dentin sering
mengalami diskolorasi cokelat tua pada daerah zona yang terinfeksi. Etiologi
mengapa sampai terjadi perubahan warna ini masih belum jelas
kebenarannya, namun kemungkinan dapat disebabkan oleh suatu reaksi
biokimia antara protein dan karbohidrat di dalam lingkungan biologis yang
asam dan lembab (Banerjee dan Watson, 2011).
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
Karies yang terdapat pada gigi depan akan sangat mengganggu dari segi
estetik penderita. Oleh karena itu,diperlukan bahan tumpatan yang bukan hanya
kuat tetapi juga dilihat dari estetiknya terlihat baik.
Penggunaan resin komposit sebagai bahan restorasi di bidang kedokteran
gigi semakin meningkat. Bahan restorasi ini menjadi pilihan karena memiliki
warna yang hampir mirip dengan warna gigi asli dan kekuatan yang baik karena
dapat berikatan dengan gigi secara mikro mekanis (Putriyanti et al., 2012).
Keunggulan lainnya adalah dalam penggunaan resin komposit, preparasi kavitas
tidak mengurangi banyak jaringan gigi yang sehat. Sehingga resin komposit
banyak digunakan dalam berbagai perawatan, salah satunya untuk merestorasi
gigi permanen (Schneider et al., 2009).
Ada 3 faktor penting dalam bahan komposit resin yaitu, filer anorganik,
matriks resin, coupling agent. Filler dalam komposit ditambahkan untuk
mengkontrol karakteristik, mengurangi pengerutan, meningkatkan kualitas
kekuatan dan mengurangi keausan
Restorasi dengan bahan resin komposit sering ditemukan memiliki
beberapa kelemahan. Resin komposit akan mengalami pengerutan saat
polimerisasi. Menurut Poggio et al. (2013), pengerutan akibat polimerisasi dapat
menyebabkan kehilangan kontak antara resin komposit dan dinding kavitas yang
kemudian akan membentuk celah. Celah dari hasil pengerutan saat polimerisasi
akan menjadi jalan masuk cairan dan bakteri dari rongga mulut, sehingga sering
ditemui adanya kebocoran mikro pada tepi restorasi. Sehingga dibutuhkan teknik
layering dalam aplikasi resin komposit untuk meminimalisir pengerutan saat
polimerisasi.
BAB II
PEMBAHASAN KASUS
A. Data Pasien
1. IDENTITAS
Nama Pasien : KL
Tanggal Lahir : 06-12-1996
Usia : 22 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Klaten
Pekerjaan : Pegawai
Agama : Kristen
B. Pemeriksaan Objektif
Pemeriksaan Ekstraoral
Kesan Umum Kesehatan Penderita
Jasmani : Sehat.
Mental : Sehat (komunikatif dan kooperatif)
Vital Sign
Pemeriksaan Intraoral
- Mukosa bibir : Normal, TAK
- Mukosa Pipi : Normal, TAK
- Dasar Mulut : Normal, TAK
- Gingiva : Terdapat perubahan warna kecoklatan,
konsistensi kenyal, asimptomatik pada gingiva cekat anterior rahang
bawah
- Orofaring : Normal, TAK
- Oklusi : Normal bite
- Torus Palatinus : Tidak Ada
- Torus mandibula : Tidah ada
- Bentuk palatum : U, normal
- Frenulum
Frenulum Labialis RA : Sedang
Frenuum Labialis RB : Rendah
Frenulum Lingualis RB : Sedang
Frenulum Bukalis RA : Sedang
Frenulum Bukalis RB : Sedang
- Lidah : Normal
- Alveolus
Rahang Atas : Tinggi
Rahang Bawah : Tinggi
- Supernumerary teeth : Tidak Ada
- Diastema : Tidak Ada
- Gigi Anomali : Tidak Ada
- Gigi Tiruan : Tidak Ada
Pemeriksaan Jaringan Lunak
- 17: Terdapat pewarnaan berwarna coklat pada daerah gingiva cekat gigi
anterior rahang bawah
D/ Rasial pigmentasi
B. Foto Klinis
C. Diagnosis
Gigi 21 : Terdapat kavitas pada bagian mesio-incisal dan distal dengan
kedalaman dentin.
Sondasi : (-)
Perkusi : (-)
Palpasi : (-)
Tes vitalitas : (+)
D. Rencana Perawatan
Tp/ Restorasi klas IV GV Black dengan menggunakan resin komposit
BAB IV
DISKUSI DAN CARA KERJA
A. Kunjungan
Kunjungan I :
Melakukan pemeriksaan lengkap, meliputi :
Pemeriksaan subjektif
Pemeriksaan objektif
Diagnosis
Rencana Perawatan
Kunjungan II :
Informed Consent
Restorasi resin komposit kavitas klas IV pada gigi 21
Kunjungan III :
Kontrol
Kontrol dilakukan 1 minggu setelah tindakan
Dilihat kondisi tumpatan terdapat step atau tidak, serta dilihat kondisi
tumpatan
C. Alat
- Diagnostic set
- Plastis instrument
- Flamed bur
- Round bur metal
- Round bur diamond
- Tapered finishing bur pita kuning
- Pear shape finishing bur pita kuning
- Polishing disk
- Light cure
- Shade guide
D. Bahan
- Resin komposit A3, A2 dan UD
- Etsa
- Bonding
- Cotton pellet
- Matriks seluloid strips
- Articulating paper
- Microbrush
E. Cara Kerja
1. Persiapan pasien
2. Preparasi gigi dan pembuatan bevel
Pembuangan jaringan karies dengan menggunakan round bur metal dan
pembuatan long bevel di bagian labial dan palatal menggunakan flamed bur
3. Pemilihan warna dengan shade guide
Sesuaikan warna sesuai shade guide yang tersedia, kemudian pilihlah warna
komposit yang sesuai.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemeriksaan, diagnosis gigi 21 adalah Karies dentin
sehingga akan diberikan perawatan dengan restorasi kavitas klas IV GV. Black
dengan menggunakan resin komposit. Restorasi resin komposit menggunakan
teknik layering untuk menghasilkan hasil yang baik dan estetik untuk gigi
anterior
DAFTAR PUSTAKA
Banerjee, A., Watson, T.F. 2012. Pickard Manual Konservasi Restoratif. 9th ed.
EGC: Jakarta.