Anda di halaman 1dari 34

Diskusi Tutorial

PSA GANDA
KELOMPOK 4
PENDAHULUAN

Perawatan saluran akar (PSA) merupakan salah satu perawatan yang


dilakukan dengan cara mengambil seluruh jaringan pulpa nekrosis,
membentuk saluran akar gigi untuk mencegah infeksi berulang.

Tujuan perawatan saluran akar (PSA) adalah untuk mempertahankan


2
gigi nonvital dalam lengkung gigi agar dapat bertahan selama mungkin
1
dalam rongga mulut dengan cara membersihkan dan mendisinfeksi
sistem saluran akar sehingga mengurangi munculnya bakteri.

3
Perawatan saluran akar terdiri dari tiga tahap (triad endodontik), yaitu
preparasi biomekanis meliputi pembersihan dan pembentukan, sterilisasi
yang meliputi irigasi dan disinfeksi serta pengisian saluran akar

4
INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI
INDIKASI KONTRAINDIKASI

1) email yang tidak di dukung oleh dentin 1) fraktur akar gigi yang vertical
2) gigi sulung dengan infeksi yang melewati kamar 2) tidak dapat lagi dilakukan restorasi
pulpa, baik pada gigi vital, nekrosis sebagian 3) kerusakan jaringan periapikal melibatkan
maupun gigi sudah nonvital lebih dari sepertiga panjang akar gigi
3) kelainan jaringan periapeks pada gambaran 4) resorbsi tulang alveolar melibatkan setengah
dari permukaan akar gigi
radiografi kurang dari sepertiga apeks
5) kondisi sistemik pasien, seperti diabetes
4) mahkota gigi masih bisa direstorasi dan berguna melitus yang tidak terkontrol.
untuk keperluan prostetik (untuk pilar restorasi
jembatan)
5) gigi tidak goyang dan periodonsium normal
6) foto ronsen menunjukan resorpsi akar tidak lebih
dari sepertiga apikal, tidak ada granuloma
7) kondisi pasien baik
8) pasien ingin giginya dipertahankan dan bersedia
untuk memelihara kesehatan gigi dan mulutnya
9) keadaan ekonomi pasien memungkinkan.
SALURAN AKAR GANDA

Premolar 1 Rahang Atas

 Gigi premolar pertama maksila memiliki panjang rata-rata 21,5 mm.


 Gigi ini memiliki kamar pulpa yang sempit di bagian mesiodistal.
 Gigi ini mempunyai dua orifis saluran yang terletak di sepertiga
koronal dibawah servikal. Kamar pulpa gigi premolar pertama
maksila lebar dan berbentuk ovoid.
 Saluran palatal ukurannya lebih besar jika dibanding saluran akar
bukal. Saluran ini terletak langsung dibawah cusp palatal yang
orifisnya bisa langsung ditembus dengan mengikuti dinding palatal.
 Outline cavity entrance dari gigi premolar pertama maksila
berbentuk ovoid pada arah bukolingual dimana pada saat
pengeburan untuk preparasi cavity entrance tidak boleh meluas
melebihi separuh kecondongan fasial cusp palatal.
SALURAN AKAR GANDA

Molar 1 Rahang Atas

 Panjang rata-rata gigi ini yaitu 21,3 mm dan memiliki tiga akar dan
tiga saluran akar.
 Gigi ini memiliki empat tanduk pulpa pada mesiobukal, distobukal,
mesiopalatal, dan distopalatal.
 Dasar kamar pulpa gigi ini berbentuk segitiga dan orifisnya saluran
akar terletak pada ketiga sudut dasar. Orifis terbesar terletak pada
bagian palatal yang bentuknya bulat atau oval.
 Outline cavity entrance gigi ini berbentuk segitiga sejajar bukal.
SALURAN AKAR GANDA

Molar 2 Rahang Atas

 Panjang gigi rata-rata gigi molar kedua rahang atas yakni 21,7 mm.
 Kamar pulpa gigi molar kedua rahang atas sama dengan kamar
pulpa gigi molar pertama rahang atas kecuali arah mesiodistal
yang lebih sempit.
 Kadang-kadang ketiga orifice hampir pada garis lurus. Gigi molar
kedua rahang atas biasanya memiliki tiga akar yang berkelompok
berdekatan.
 Bentuk outline dari cavity entrance gigi molar kedua rahang atas
berbentuk triangular sejajar bukal.
SALURAN AKAR GANDA

Molar 1 Rahang Bawah

 Panjang gigi rata-rata 21,9 mm.


 Atap kamar pulpa sering berbentuk persegi panjang. Dinding mesial lurus, dinding distal bulat dan
dinding bukal serta lingual berkumpul untuk bertemu dengan dinding mesial dan distal serta
membentuk suatu dasar jajaran genjang.
 Atap kamar pulpa mempunyai empat tanduk pulpa: mesiobukal, mesiolingual, distobukal dan
distolingual. Atap kamar pulpa terletak pada sepertiga servikal mahkota tepat di atas serviks gigi,
dan dasar terletak pada sepertiga servikal akar.
 Tiga orifice yang terlihat jelas terletak pada dasar pulpa: mesiobukal, mesiolingual dan distal.
 Orifice mesiobukal terletak di bawah cusp mesiobukal dan biasanya sukar untuk ditemukan dan
dimasuki bila tidak cukup struktur gigi yang diambil. Orifice mesiolingual terletak pada suatu
penurunan yang dibentuk oleh dinding mesial dan lingual, orifice ini dapat dieksplorasi dari arah
distobukal. Suatu alur biasanya menghubungkan orifice mesiobukal dan mesiolingual. Orifice
mesiobukal dan mesiolingual mungkin berdekatan di bawah cusp mesiobukal.
SALURAN AKAR GANDA

Molar 2 Rahang Bawah

 Pada umumnya memiliki 2 akar (mesial-distal). Namun, terdapat beberapa variasi


jumlah saluran akar.
 Biasanya terdapat bentukan khusus dari saluran akarnya yang disebut “C- shaped”.
MACAM PSA
PSA VITAL
• Perlu anestesi
• Pembuangan jaringan pulpa dengan ekstirpasi
• Preparasi saluran akar : pada gigi vital (pulpitis irreversible) belum ada invaksi bakteri
ke tubuli dentin dasar -> preprasasi saluran akar minimal -> naik 1-2 nomor dari file
awal
2
PSA NON VITAL 1
• Tidak perlu anestesi


3
Pembuangan jaringan pulpa cukup irigasi (jika pulpa hancur pada gigi nekrosis)
Invasi bakteri ke tubuli dentin saluran akar -> preparasi saluran akar harus maksimal
sampai irigasi terlihat white dentin
• Preparasi min naik 3 nomor dari file awal
4
ALAT DAN BAHAN
ALAT BAHAN
 Diagnostik set, bengkok  Kapas, cotton roll, cotton pellet
 Rubber dam  Lidokain/pehacain (jika butuh anestesi)
 Spuit injeksi (jika butuh anestesi)  Irigasi : NaOCl 0,5%
 HP highspeed dan lowspeed  Medikamen : Ca(OH)2
 Endo access bur  Sealer : Endometason (seng oksida,
 Smooth broaches / jarum miller bismuth subnitrat, dexamethasone,
 Barbed broaches hydrocortisone, paraformaldehida,
eugenol)
 Spuit endo
 Papper point
 K-File, H-File  Gutta percha
 Lentulo  Tumpatan sementara : cavit
 Speader, plugger  Penutupan kavitas : semen zink fosfat /
 Bunsen SIK tipe 1
 Glassplate, spatula, agate
MEDIKAMEN
Syarat bahan medikamen :
 Germisida dan fungisida yang efektif
 Tidak mengiritasi jaringan periapical
 Stabil dalam larutan
 Efek antimicrobial lama
2
 Aktif dengan adanya darah, serum dan derivate protein jaringan
 Tegangan permukaan rendah
1
 Tidak menganggu perbaikan jaringan periapical
 Tidak menodai struktur gigi
3
 Mampu dinonaktifkan dalam medium biakan
 Tidak menginduksi respon imun berantara sel

4
MEDIKAMEN

Eugenol Ca(OH)2
antiseptic (antibakteri paling baik digunakan pada
tidak banyak) & antinyeri, perawatan antar kunjungan
Content Content
antiinflamasi dengan penundaan yg lama
01 06 karena tetap manjur selama
berada di saluran akar
ChKM (Chlorphenol
Kamfer Menthol) Formokresol
spektrum antibakteri luas, Content
Content formalin -> koagulasi
efektif terhadap jamur, jaringan pulpa (nekrosis),
paliatif -> uap hilang 1-2 02 05 kresol -> antibakteri
hari -> untuk nekrosis
dengan periodontitis
apikalis kronis Content Content Cresopene
antibakteri > chkm, anti-
Cresatin 03 04 phlogisticum(peradangan yang
antiseptic <chkm rasanya terbakar, diakibatkan
trauma), kortikosteroid untuk
mengurangi inflamasi
SEALER
Endometason (seng oksida,
bismuth subnitrat,
dexamethasone, hydrocortisone,
paraformaldehida, eugenol) -> Resin -> bersifat
Content Content
antiseptic dan antiinflamasi, adhesive dan antibakteri
radiopasitas 01 06

Content
Kalsium hidroksida Content MTA
02 05

Content Content
ZnOE -> antibakteri, sitotoksik,
SIK 03 04 dapat meningkatkan radiopasitas
yang menyebabkan staining pada
dentin setelah PSA
BAHAN PENGISI
1) Gutta percha -> beradaptasi sangat baik dengan kondisi
saluran akar, memiliki stabilitas dimensi, tidak alergi,
bersifat radiopak, dapat mudah diambil
2) Silver points
3) Resilon
2
4) Coated cone
5) Semisolid/pasta
6) ZOE
1
7) Plastis
3

4
TAHAPAN PERAWATAN
Kunjungan 1 :

 Foto rontgen untuk menentukan PK estimasi


 Anestesi -> pada gigi vital
 Isolasi -> rubber dam
 Pembersihan jaringan karies -> metal round bur
 Pembukaan akses -> menggunakan endo access bur, pembukaan akses mengikuti ciri-ciri anatomik
kamar pulpa, sudut pengeburan kearah distal, dimana kamar pulpa adalah yang terbesar. Lalu dilakukan
pemotongan ke arah oklusal dari dalam kamar pulpa
 Pembukaan akses meluas kearah kusp mesiobukal, untuk menemukan saluran mesiobukal, kearah
lingual agak melebihi alur sentral, dan kearah distal agak melebihi alur bukal
 Lubang akses biasanya trapezoidal dengan sudut-sudut bulat atau persegi panjang bila terdapat saluran
distal kedua
 smooth broaches untuk eksplorasi orifice
 Pengambilan jaringan pulpa -> barbed broaches dimasukkan 2/3 PK estimasi, diputar 180° ditarik,
diulangi sampai semua pulpa terangkat
 Ekstirpasi : vital, pulp debridement : nonvital
 Irigasi menggunakan spuit endo dan NaOCl, keringkan dengan papper point
TAHAPAN PERAWATAN
 Pengukuran panjang kerja dengan bantuan radiografi & apex locator, pada masing2 saluran :

 Preparasi saluran akar (slide selanjutnya)


 Tes perhidrol, jika negative dilakukan obturasi, jika positif diberi medikamen
 Medikamen -> CaOH diletakkan di kamar pulpa, ditutup kapas
 Tumpatan sementara -> cavit
 Kontrol 1 minggu setelah
PREPARASI STEPBACK
Fase I -> Preparasi Apikal Fase IIA -> Preparasi Fase IIB -> Finshing
• Penentuan IAF (Initial Badan
 Menghaluskan saluran
Apical File) -> k-file  Dimulai dari MAF sesuai akar menggunakan H-file
terbesar yang bisa PK
masuk sesuai PK  Dimulai dari file nomor
 Setiap peningkatan file terakhir, gerakan vertical
tanpa hambatan (tug
PK dikurangi 1 mm dan pull-push stroke, sampai
back)
direkapitulasi file MAF naik 2 nomor
• Gerakan pull stroke dengan PK awal
 Finishing selesai ketika file
• Setiap peningkatan file
 Preparasi dilakukan masuk sudah tidak ada
dilakukan rekapitulasi
sampai tercipta white hambatan
dengan file nomor dentin -> jika diirigasi
sebelumnya dan PK pada kassa tidak terlihat
sama, irigasi min 2 ml debris/kotor
• Setiap pergantian file
harus diirigasi
• Preparasi berakhir min
3 nomor diatas IAF ->
tercipta white dentin
• File nomor terakhir
menjadi MAF (Master
Apical File)
PREPARASI CROWNDOWN
1) Perhitungan panjang kerja yang sebenarnya dilakukan dengan memasukkan K-File #15 pada saluran
akar kemudian dikonfirmasi dengan menggunakan apex locator dan diperiksa ulang dengan
observasi langsung dengan pengambilan foto rontgen.
2) Diawali dengan file terbesar , preparasi di awali bagian koronal menggunakan file ProTaper dengan
urutan sebagai berikut,
i. Shaping file S1 (warna ungu) : melebarkan dan membentuk 1/3 koronal saluran akar = PK
ii. S1 dimasukkan ke dalam saluran akar dan digerakan perlahan searah jarum jam, lalu putar
berlawanan jarum jam, kemudian irigasi.
iii. S2 (warna putih) : melebarkan dan membentuk 1/3 apikal dengan gerakan yang sama = PK
iv. F1 (kuning) = finishing saluran akar = PK
v. Periksa ukuran foramen apikal dg K-File 20 = PK, jika sudah pas, siap untuk dilakukan obturasi,
jika belum dilanjutkan dengan
vi. F2 (merah) = finishing saluran akar PK
vii. F3 (biru) = finisihing = PK
Setiap pergantian alat , saluran akar diirigasi dengan NaOCL 2,5 %
TAHAPAN PERAWATAN
Kunjungan 2 :

 Pemeriksaan subjektif dan objektif -> jika pasien tidak ada keluhan, tumpatan sementara tidak
terlepas (tidak terdapat kontaminasi)
 Pembukaan tumpatan sementara
 Irigasi dan keringkan
 Tes perhidrol -> paper point dimasukkan ke saluran akar, direndam di larutan perhidrol untuk tes
adanya bakteri -> jika negative (tidak terdapat gelembung udara)
 Pengisian saluran akar. Jika tidak memenuhi syarat, dilakukan medikamen ulang dan dicek tiap
minggu
PENGISIAN SALURAN AKAR

Syarat : Teknik pengisian saluran akar :


1. Tidak ada rasa sakit dan pembengkakan • Kondensasi lateral
2. Tidak ada nyeri tekan pada perkusi • Kondensasi vertical
3. Tidak terdapat sinus tract • Continuous wave -> mirip vertical, menggunakan
4. Saluran kering alat panas
5. Saluran tidak berbau • Warm lateral -> menggunakan spreader hangat
6. Saluran akar telah dibersihkan dan dibentuk serta diberi • Injeksi
medikamen min 1 minggu • Termomekanis
• Carrier based
Jika tidak memenuhi syarat, dilakukan medikamen ulang • Kemoplastis
dan dicek tiap minggu • Custom cone
• Pasta
• Apical barrier
PENGISIAN SALURAN AKAR
TEKNIK KONDENSASI LATERAL
Teknik kondensasi lateral :

 Pemilihan MAC (Master Apical Cone) -> ukuran sama dengan MAF, dicoba sampai terasa tug back,
dipastikan dengan radiografi
 Saluran akar harus kering
 Aplikasikan sealer (endometason) menggunakan lentulo
 Gutap sesuai MAC diberi sedikit sealer di ujung, dimasukkan ke saluran akar, kondensasi ke lateral
menggunakan spreader yang ukurannya sesuai
 Masukkan gutap dengan ukuran yang sesuai sambil di kondensasi sampai penuh -> speader nomor
terkecil sudah tidak bisa masuk -> radiograf untuk memastikan pengisian hermetis
 Potong kelebilan gutap pada orifis dengan ekskavator panas
 Penutupan kavitas -> semen zink fosfat / SIK tipe 1
KEBERHASILAN PERAWATAN
 Pemeriksaan subjektif : tidak ada keluhan / rasa sakit
 Pemeriksaan objektif : perkusi palpasi negative
 Evaluasi klinis : 1 minggu, 6 bulan
 Keberhasilan : tidak ada rasa sakit, kegoyahan gigi, fistula / pembengkakan di jaringan
sekitar gigi
 Evaluasi radiografis : 12-18 bulan setelah perawatan
 Keberhasilan : terlihat penyembuhan tulang, tidak ada pembesaran area radiolusen dan
resorpsi internal / eksternal
KEGAGALAN PERAWATAN
 Kegagalan perawatan saluran akar meliputi tahap pra perawatan, selama perawatan dan
pasca perawatan.
 Kegagalan tahap pra perawatan yaitu kesalahan diagnosis. Kesalahan diagnosis bisa
terjadi disebabkan oleh anamnesis tidak lengkap, kurangnya pengetahuan operator dan
pemeriksaan klinis tidak lengkap.
 Kegagalan selama perawatan disebabkan oleh tahap pembersihan saluran akar yang tidak
sempurna, kegagalan preparasi mengikuti bentuk saluran akar, fraktur akar vertikal dan
underfilling.
 Kegagalan pasca perawatan dapat disebabkan oleh penutupan bagian korona gigi yang
tidak baik karena restorasi yang tidak adekuat. Gigi pasca perawatan saluran akar
mempunyai sifat fisik yang berbeda dengan gigi vital, yaitu rentan terhadap fraktur karena
struktur gigi yang hilang akibat karies atau prosedur perawatan. Restorasi pasca
perawatan saluran akar harus mempunyai retensi dan berfungsi, serta dapat melindungi
sisa jaringan gigi terhadap fraktur dan mempunyai kerapatan yang baik
LAPORAN KASUS
 Pasien perempuan berusia 20 tahun datang ke klinik Konservasi Gigi RSGM Prof.
Soedomo FKG UGM, untuk melakukan perawatan gigi geraham belakang kanan bawah
dimana ada pembengkakan pada gusi disekitar gigi tersebut sudah berlangsung sekitar 1
minggu dan pasien mengeluh sakit pada waktu mengunyah. Pembengkakan hilang timbul
sejak 5 bulan yang lalu. Pasien ingin merawat gigi tersebut agar dapat digunakan seperti
semula dengan nyaman.
 Pada pemeriksaan obyektif gigi 46 (Gambar 1A, terlihat tumpatan resin komposit kavitas
kelas II pada permukaan distal gigi disertai karies sekunder dengan parulis pada mukosa
bagian bukal. Pemeriksaan perkusi dan palpasi positif, tes termal negatif dan mobilitas
dalam keadaan normal. Kebersihan mulut pasien baik dengan skor OHI-S 1.
LAPORAN KASUS
 Diagnosis pada kasus ini adalah karies profunda dengan nekrosis pulpa disertai lesi
bifurkasi dan periapikal.
 Rencana perawatan yaitu:
1) dental health education (DHE),
2) perawatan saluran akar,
3) restorasi komposit kelas II dengan desain preparasi onlai diperkuat pita fiber.
 Prognosis pada kasus ini adalah baik.
TAHAPAN PERAWATAN
 Kunjungan I pada tanggal 1 Oktober 2014, dilakukan pemeriksaan subjektif,pemeriksaan objektif
dan radiografis kemudian ditentukan diagnosis dan rencana perawatan serta dokumentasi sebelum
perawatan.Dilakukan isolasi daerah kerja dengan pemasangan rubber dam. Restorasi resin komposit
dihilangkan dengan menggunakan bur intan bulat (Mani, Mani Inc., Japan). Jaringan karies
dibersihkan dengan menggunakan bur metal dan ekskavator. Pembukaan akses dengan bur
Endoaccess pada permukaan oklusal sampai mencapai ruang pulpa, dilanjutkandengan bur
Diamendo sampai akses masuk ke orifis melebar dan terbuka sempurna. Dilakukan irigasi dengan
NaOCl 2,5% sebanyak 2,5 ml pada kavitas dan orifis yang sudah terbuka (mesiobukal, mesiolingual,
distal). Dilakukan pengukuran panjang kerja estimasi dari radiograf yaitu saluran akar distal 16 mm,
mesiobukal 17 mm, mesiolingual 16,5 mm.Dilakukan eksplorasi dan negosiasi saluran akar
menggunakan K-file#6,#8, #10, #15, dimasukkan ke dalam saluran akar sepanjang panjang kerja
estimasi.Preparasi saluran akar menggunakan teknik crown downdan memakai protaper hand use
(dentsply).
TAHAPAN PERAWATAN
 Preparasi saluran akar menggunakan S1 dilanjutkan S2: distal (10,5 mm), mesiobukal dan
mesiolingual (11 mm). Pengukuran panjang kerja dengan menggunakan apex locatordan
radiografi, diperoleh panjang kerja untuk akar distal 17,5mm, mesiobukal18 mm,
mesiolingual17,5mm (Gambar 2).

 Dilanjutkan preparasi saluran akar distal dengan ProTaper hand use sampai dengan F4 dan
diakhiri K-file #40 sesuai panjang kerja yaitu 17,5 mm. Preparasi mesiobukal dan mesiolingual
sampai dengan F2 dan diakhir dengan K-file #25 sesuai panjang kerja, mesiobukal 18 mm dan
mesiolingual 17,5 mm. Setiap pergantian alat, saluran akar diirigasi larutan NaOCl 2,5% dan file
ProTaper dilumasi dengan EDTA gel 15% (Well-prep, Vericom Dental Material) saat digunakan.
 Setelah preparasi saluran akar selesai, saluran akar diirigasi dengan klorheksidin 2% selama 30
detik. Seluruh saluran akar kemudian dikeringkan dengan paper point. Saluran akar di dressing
dengan Ca(OH)2 yang dicampur dengan gliserin dengan menggunakan lentulo dan ditumpat
sementara dengan cavit (Caviton, GC).
TAHAPAN PERAWATAN
 Kunjungan II 14 Oktober 2014, dilakukan pemeriksaan subjektif: tidak ada keluhan dari pasien
(tidak ada rasa sakit diantara waktu kunjungan). Pemeriksaan objektif: tumpatan sementara masih
baik, parulis menghilang, tes perkusi negatif, palpasi negatif dan mobilitas negatif. Dilakukan
tindakan pemasangan rubber dam dan pembukaan tumpatan sementara menggunakan bur
diamond bulat. Irigasi dengan NaOCl 2,5% untuk menghilangkan Ca(OH)2 kemudian dikeringkan
dengan paper point. Pengepasan guta perca (Protaper, Dentsply) sesuai dengan panjang kerja, F2
untuk saluran mesiobukal dan mesiolingual, F4 untuk saluran distal. Setelah itu dilakukan
pengambilan foto radiograf. Pada saat pengepasan guta perca dihasilkan spreader diantara guta
perca dan dinding saluran akar ternyata tidak mencapai lebih dari setengah panjang kerja maka
dapat dilakukan pengisian dengan teknik single cone (Gambar 3).
TAHAPAN PERAWATAN
 Saluran akar kembali diirigasi menggunakan larutan NaOCl 2,5% bilas dengan larutan saline dan
digenangi larutan Klorheksidin glukonat 2% (Bisco) selama ± 1 menit. Semua saluran akar
dikeringkan dengan paper point.Point guta perca disterilkan dengan direndam pada larutan NaOCl
2,5% selama 1 menit kemudian dibilas dengan alkohol 70% dan dikeringkan.Dilakukan obturasi
menggunakan teknik single cone.Guta perca sesuai file terakhir yang digunakan #F2, #F4 dan siler
top seal. Mula-mula lentulo yang telah diolesi dengan pasta siler dimasukkan dan diputar dengan
handpiece lowspeeddalam saluran akar, kemudian sepertiga apikal guta perca diolesi siler dan
dimasukkan ke dalam saluran akar. Obturasi dilakukan pada saluran akar satu persatu.Potong
kelebihan guta perca menggunakan plugger endodonticyang sudah dipanaskan sebatas orifisdan
dikondensasi dengan tekanan ringan. Hasil pengisian saluran akar diperiksa dengan melakukan
pengambilan foto radiografis. Hasil obturasi menunjukkan hermetis (Gambar 4).

 Dasar kavitas ditutup semen ionomer kaca dan ditumpat sementara dengan Cavit(Cavitron, GC).
TAHAPAN PERAWATAN
 Kunjungan III tanggal 21 Oktober 2014, kontrol saluran akar, tidak ada keluhan dari pasien (tidak
ada rasa sakit di antara waktu kunjungan).Tumpatan sementara masih baik, parulis(-), tes perkusi:
negatif (-), palpasi:negatif(-), mobilitas (-).pemeriksaan radiografis masih terlihat gambaran
radiolusen pada daerah bifurkasi (Gambar 5).

 Dilanjutkan penumpatan restorasi resin komposit kls II desain preparasi onlai dengan penguat pita
fiber. Tumpatan sementara dan artificial wall dihilangkan (Gambar 6A).
TAHAPAN PERAWATAN
 Pengurangan kontak oklusi ± 2 mmmengikuti lereng tonjol menggunakan bur intan bentuk wheel
dilanjutkan denganpreparasi dinding-dinding tegak dengan bur intan bentuk round end fissure,
paralel antar dinding berhadapan.Preparasi dasar kavitas dibuat datar dengan bur fisura silinder
ujung datar.Pembuatan counter bevelmenggunakan bur torpedo pada seluruh
cavosurfacemargindengan sudut 45 derjat ke arah permukaan luar gigi. Cek oklusi dengan gigi
antagonis (ruang oklusal ± 2 mm)(Gambar 6B).

 Matriks (Greater Curve band) dipasangkan menggunakan matriks holder, untuk membentuk
dinding bagian distobukal.Dioleskan bahan etsa yang mengandung asam fosfat 37,5%pada email
selama 20 detik dan dentin selama 15 detik. Bilas dengan air dan keringkan dengan menggunakan
kapas basah yang telah diperas kering. Setelah itu aplikasi bahan bonding generasi V (XP Bond,
Dentsply) diaplikasikan menggunakan microbrushpada seluruh kavitas dan dibiarkan sekitar 20
detik kemudian dihembuskan udara secara tidak langsung dan perlahan-lahanselama 2 detik
setelah itu diaktivasi dengan sinar(light cure unit) selama 10 detik.
TAHAPAN PERAWATAN
 Siapkan pita polyethylene fiber (Construct, Kerr) dengan panjang pita 10 mm, lapisi seluruh
permukaan pita fiber dengan unfilled resin(Construct,Kerr) sampai fiber terlihat bening(Gambar
7A). Aplikasikan komposit packable(P60, 3M ESPE)untuk membentuk dinding distal,selanjutnya
diaplikasikan pada dasar kavitas lalu letakan pita fiber pada dasar kavitas dengan arah bukal dan
lingual sehingga membentuk huruf U, kondensasi ringan dengan plastis instrumen agar adaptasi
fiber baik lalu sinar LC selama 20 detik (Gambar 7B).

 Tumpat per kuspa sekaligus membentuk anatomi gigi 46 dengan resin komposit posterior (P60,
3M ESPE) lalu sinar LC 20 detik.Lepaskan matriks band. Finishing dengan menggunakan
finediamond finishing burpita kuningdan Pemolesan restorasi resin komposit dengan
menggunakanbur enhance (Gambar 8A). Pasien diinstruksikan untuk kontrol 1 minggu kemudian.
TAHAPAN PERAWATAN
 Kunjungan IV 28 Oktober 2014, kontrol restorasi secara klinis dan radiografis,pasien sudah dapat
menggunakan gigi 46 dengan nyaman pada saat digunakan untuk mengunyah
makanan.Pemeriksaan objektif: restorasi masih dalam keadaan utuh, kerapatan dan adaptasi
dengan gigi baik, oklusi baik dan tidak ada traumatik oklusi, test perkusi vertikal dan horizontal (-),
palpasi (-) dan mobilitas (-). Pemeriksaan radiografis, radiolusen pada area bifurkasi nampak
mengecil (Gambar 8B).

 Pasien disarankan untuk selalu menjaga kesehatan gigi dan mulutnya. Untuk selanjutnya agar
dilakukan kontrol secara berkala ke doktergigi setiap 6 bulan.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai