Anda di halaman 1dari 27

ETIOLOGI DISKOLORASI GIGI

Drg.Juwita Raditya Ningsih, MSc Universitas Muhammadiyah Surakarta


Latar Belakang
• Mengapa penting membedakan asal
diskolorasi gigi?
TOOTH STAIN
Extrinsic Stain Intrinsic Stain
Pre erupsi Post erupsi
Tembakau Alkaptonuria Age
Makanan dan minuman Amelogenesis imperfecta Dental metals
Medikasi Dentinogenesis imperfecta Foods, beverages, and habits such
as smoking
Endemic fluorosis Idiopathic pulpal recession
Erythroblastosis fetalis Non-alloy dental material
Porphyria Traumatic injury
Sickle cell anemia After endodontic therapy
Thalassemia White spot lession
Tetracycline staining
Pewarnaan Gigi secara Ekstrinsik
• Aquired pellicle pada permukaan gigi mengandung rantai
panjang polisakarida dan protein
• Pellicle memungkinkan untuk menyerap warna ekstrinsik
• Bahan yang dapat terserap: tembakau, makanan dan
minuman
Karakteristik pewarnaan ekstrinsik
• Warnanya menyerupai warna bahan yang mewarnai
• Umumnya mengenai area servikal dan permukaan palatal dan
lingual gigi
• Pewarnaan yang baru dapat dihilangkan melalui prosedur
profilaksis
• Edukasi
– Instruksi oral hygiene
– Pastagigi yang bersifat abrasif
– Sikat gigi dengan tingkat kekerasan medium-hard
Pewarnaan Gigi secara Intrinsik
• Pewarnaan terjadi karena perubahan struktur internal gigi
• Faktor pencetus dapat bersifat lokal maupun sistemik
• Dibedakan menjadi 2 secara temporal:
– ketika proses odontogenesis
• Zat warna berintegrasi dengan dentin dan enamel melalui perubahan kualitatif dan kuantitatif
pigmen warna
– setelah gigi erupsi
• Zat warna berintegrasi dengan dentin dan enamel baik dari rongga pulpa maupun dari luar gigi
Alkaptonuria
• Disebabkan kondisi genetik sehingga terjadi oksidasi yang tidak sempurna
pada tirosin dan fenilalanin
• Hal tersebut menyebabkan peningkatan kadar homogentisic acid
• Nama lain kondisi ini: phenylketonuria dan ochronosis
• Dapat menyebabkan dark brown pigmentation dari gigi permanen
• Prosedur bleaching dapat meminimalkan atau mengeliminasi diskolorasi
• Pada kasus parah dapat memerlukan prosedur restorasi estetis
Amelogenesis Imperfecta
• Merupakan gangguan genetik
• Dapat mengenai gigi desidui dan permanen
• Pola pewarisan sifat : autosomal resesif atau autosomal dominan
• Terdapat 3 kategori:
– Hipomaturasi
• Pola pewarisan: autosomal dominan
• Tampak sebagai enamel yang terkelupas dari lapisan dentin di bawahnya
– Hipokalsifikasi
• Enamel memiliki ketebalan yang normal namun lunak
• Enamel akan mengalami abrasi segera setelah erupsi
• Warna gigi tampak putih opak atau coklat
• Permukaan gigi tampak kasar dan terdapat lubang-lubang kecil berbintik
– Hipoplasi
• Enamel tipis, keras dan halus namun berbintik-bintik
Amelogenesis Imperfecta
• Perawatan tergantung pada kondisi
enamel
• Jika ketebalan enamel memadai:
topikal fluoride
• Jika ketebalan gigi tidak memadai
• Perawatan yang dapat diprediksi:
crown
Dentinogenesis Imperfecta
• Merupakan kondisi yang diwariskan yang
merupakan distrofi yang paling sering
mempengaruhi struktur gigi
• Terutama mengenai gigi desidui
• Mahkota gigi tampak berwarna coklat
kemerahan sampai keabuan
• Enamel tampak rapuh dan segera rusak setelah
gigi erupsi
• Dentin lunak yang terekspos juga akan mengami
abrasi
• Perawatan yang paling memungkinkan: Crown
Fluorosis Endemik
• Terjadi akibat intake fluor yang berlebih ketika proses
odontogenesis (> 1ppm)
• Gigi tampak bervariasi dari warna putih opak sampai
warna coklat berbintik-bintik
• Merupakan bentuk hipoplasi enamel
• Terjadi karena terjadinya perubahan metabolit
selama amelogenesis
• Terjadi ketika trimester kedua intrauterine (desidui)
sampai usia 9 tahun (permanen)
• Perawatan: bleaching, restorasi direk, crown
Erythroblastosis fetalis
• Kelainan darah pada neonatus karena inkompatibilitas Rh fetus dan ibu
• Karakteristik: aglutinasi dan hemolisis eritrosit  free blood pigment
• Mewarnai gigi saat gigi sedang terbentuk
• Gigi yang terlibat tampak coklat sampai biru kehijauan
• Umumnya kondisi ini akan berkurang ketika anak mengalami maturasi
• Tidak diperlukan perawatan khusus
Porphyria
• Merupakan gangguan metabolisme porphyrin:
meningkatkan pembentukan dan ekskresi porphyrin
• Diwariskan secara genetik
• Umumnya disertai gangguan neurologis, psikologis
dan hematologis
• Pigmen hematoporphyrin: tampak sebagai diskolorasi
coklat kemerahan
• Dapat terjadi pada gigi desidui maupun permanen
• Pewarnaan dapat menyebar di area enamel, dentin
maupun sementum
• Perawatan: bleaching atau veneer
Sickle cell anemia and thalassemia
• Keduanya merupakan gangguan menurun diskrasia
darah
• Pewarnaan gigi serupa dengan penyebab
eritroblastosis fetalis
Tetracycline staining
• Tingkat keberhasilan tergantung keparahan
• Warna kuning kecoklatan sampai coklat merespon perawatan
bleaching lebih baik dibandingkan warna biru sampai biru
keabuan
• Warna yang merata merespon lebih baik dibandingkan yang
berbentuk pita
• Klasifikasi tingkat keparahan tetracycline staining: mild,
moderate, severe
Mild tetracycline staining
• Berwarna kuning
terang, coklat terang,
atau abu-abu terang,
pewarnaan merata,
tidak terdapat pita
• Perawatan: bleaching
Moderate tetracycline staining
• Warnanya lebih gelap
dibandingkan mild
staining
• Perawatan: veneer
Severe tetracycline staining
• Secara klinis tampak
terdapat pita
horizontal pada
mahkota gigi
• Perawatan: veneer
Faktor usia
• Penuaan dapat menyebabkan diskolorasi
• Prosesnya bertahap seiring proses penuaan
• Proses natural pembentukan dentin sekunder  gigi tampak
berwarna coklat kekuningan
• Indikasi yang paling umum untuk perawata bleaching
ekstrakoronal gigi vital
• Hasil perawatan cepat dan terprediksi
Dental metals
• Bahan metal kedokteran gigi dapat
menyebabkan pewarnaan pada gigi
• Contohnya pada restorasi amalgam,
pin retentif maupun alloy
• Perawatan:
– Mengganti restorasi kemudian bleaching
– Jika pewarnaan terlalu gelap : prognosis
meragukan  restorasi
Idiopathic pulpal recession
• Gigi secara bertahap mengalami perubahan warna menjadi berwanra kuning
sampai kecoklatan
• Tampilannya serupa dengan gigi yang non vital
• Gigi mengalami penyempitan rongga pulpa pada pemeriksaan radiografis
• Perawatan : bleaching
• Restorasi tidak dapat menjadi cerah karena prosedur bleaching sehingga pasca
bleaching sebaiknya dilakukan penggantian restorasi
Traumatic injury
• Trauma dapat menyebabkan
perdarahan pada rongga pulpa
• Sel darah merah yang
terdegradasi melepaskan billirubin
 difusi ke jaringan keras gigi
• Warna awal: diskolorasi merah muda
 semakin gelap seiring
bertambahnya waktu : coklat karena
pelepasan Fe
Traumatic injury: treatment
• Bleaching harus memperhatikan hal berikut
– Memastikan gigi bebas dari trauma
– Memastikan vitalitas gigi dan pemeriksaan
radiograf
– Jika non vital : PSA  bleaching intrakoronal
– Jika vital : memastikan resorbsi internal maupun
eksternal
– Jika terdapat resorbsi internal : PSA 
bleaching intrakoronal
White Spot Lesions
• Dapat terjadi akibat gangguan perkembangan, dapatan maupun kombinasi
keduanya
• Gangguan perkembangan
– Terjadi saat pembentukan matriks jaringan keras gigi atau tahap kalsifikasi
sehingga terjadi porositas permukaan gigi maupun perubahan fisik dan optik
dari gigi
– Penyebab paling sering: fluorosis endemik dan trauma
• Gangguan pasca erupsi: demineralisasi gigi akibat
– Penggunaan alat orthodontik
– Oral hygiene kurang terjaga
White Spot Lesions
• Lesi putih yang terjadi karena proses hipomineralisasi akibat
produksi asam  memicu pelepasan ion kalsium (Ca2+) dan
fosfat (PO42-)
• Gigi kehilangan translusensi pada tepi incisal gigi anterior
• Opasitas berwarna putih dengan batas yang tegas
• Area demineralisasi disebut dengan Striae of Retzius
• Apabila terjadi pada dentin disebu contour lines of Owen
• Perawatan: mikroabrasi dan infiltrasi resin, bleaching
A, Congenital white spot lesions. B, Central incisors exhibit both brown and
white developmental discolorations. C, Same patient after bleaching with 35% hydrogen peroxide
and a bleaching light and (D) after cosmetic recontouring.
SELAMAT BELAJAR

Anda mungkin juga menyukai