________________________________________________________________
PENDAHULUAN
Masa sekarang estetika menjadi pertimbangan utama dalam beberapa aspek
kehidupan. Perubahan warna pada gigi sering menimbulkan masalah estetika, terutama bagi
profesi yang menuntut penampilan prima, misalnya pembawa acara, peragawati, ataupun
artis. Beranjak atas dasar tersebut setiap orang berusaha untuk bisa tampil prima pada setiap
kesempatan. Warna gigi yang putih dan bersih sangat membantu seseorang untuk berani
tampil dan berkomunikasi dengan orang lain. Perubahan warna gigi dapat mengakibatkan
terjadinya kompleks psikologis dan menimbulkan rasa rendah diri atau tidak percaya diri.1,2
Beberapa kondisi fisiologis penyebab staining (bernoda) pada gigi diantaranya adalah
tetracycline staining, fluorosis, amelogenesis imperfect, reaksi kimia dari makanan, dan
hereditary opalescent dentin.1 Perubahan warna pada gigi dapat ditanggulangi dengan
pembuatan mahkota selubung, pelapisan kembali dengan resin komposit (composit
veneering), dan pemutihan kembali (teeth bleaching). Sehingga, warna gigi dapat
dikembalikan ke keadaan normal atau sesuai warna gigi aslinya.2,3 Pemutihan kembali
(bleaching) merupakan satu usaha memperbaiki warna (penghilangan stain) yang terdapat di
dalam struktur gigi (email dan dentin) dengan pemakaian bahan oksidator kuat.1,2,3 Bahan
oksidator yang dipakai adalah larutan superoksol (H2O2, 30%-35%), natrium perborat atau
karbamid peroksid.2
Prosedur bleaching dapat dilakukan secara internal (intracoronal) pada gigi vital
maupun eksternal (extracoronal) pada gigi non vital. Intracoronal bleaching merupakan
metode pemutihan gigi non vital yang sudah dilakukan perawatan saluran akar dengan
dengan meletakkan bahan oksidator kuat dalam kamar pulpa.2,3 Sedangkan, extracoronal
bleaching merupakan metode yang digunakan untuk memutihkan gigi vital yang mengalami
perubahan warna.2
Pada makalah kajian pustaka ini, akan dibahas mengenai perawatan gigi vital dengan
metode extracoronal (bleaching eksternal) teknik home bleaching dan power bleaching (inoffice bleaching).
ETIOLOGI
Penyebab perubahan warna pada gigi secara umum dibagi atas diskolorisasi ekstrinsik
dan diskolorisasi itrinsik. Diskolorisasi ekstrinsik terjadi pada permukaan luar gigi dan
biasanya disebabkan akumulasi warna makanan dan minuman pada permukaan email gigi
2
yang biasanya bersifat lokal, seperti teh, kopi, coca-cola, kecap atau sirup yang dapat
menyebabkan perubahan warna dari coklat sampai hitam.2,4,5 Perubahan warna pada gigi pada
perokok akibat pemakaian tembakau baik dihisap atau dikunyah dapat menyebabkan
penumpukan tar pada permukaan gigi. Terkadang dapat terjadi perubahan warna gigi yang
lebih dalam karena dapat masuk melalui retakan kecil pada email. Perubahan warna gigi juga
disebabkan penggunaan obat kumur klorheksidin, tetapi mekanisme terjadinya sangat
kompleks, bervariasi dan tergantung pada kepekaan individu dan konsentrasi klorheksidin
yang digunakan.
Diskolorisasi intrinsik merupakan perubahan warna yang mengenai bagian dalam
struktur gigi selama masa pertumbuhan gigi pada waktu dentin dibentuk maupun dentin
sudah terbentuk sehingga relatif sulit dirawat secara eksternal. Perubahan warna gigi akibat
faktor intrinsik merupakan noda-noda yang timbul akibat faktor endogen, baik yang didapat
dari sumber lokal maupun sistemik. Faktor lokal penyebab perubahan warna intrinsik sesudah
gigi erupsi dapat disebabkan karena beberapa faktor:
1. Perubahan warna gigi karena perdarahan akibat trauma.
Trauma yang mengenai struktur gigi menyebabkan pecahnya pembuluh darah
kapiler dalam kamar pulpa dan terjadi perdarahan. Darah atau komponen darah
yang menggenangi kamar pulpa akan masuk kedalam tubuli dentin secara difusi.
Kemudian sel-sel darah merah mengalami proses hemolisis dengan melepaskan
hemoglobin. Selanjutnya hemoglobin akan mengalami proses degradasi dan
melepaskan komponen besi kemudian bersenyawa dengan hydrogen sulfide
produk bakteri, menghasilkan persenyawaan iron sulfida berwarna hitam yang
kemudian mengadakan penetrasi ke dalam tubuli dentin sehingga terjadi
perubahan warna pada gigi.
2. Perubahan warna gigi karena kesalahan prosedur perawatan gigi.
Pada perawatan vital ekstirpasi sering kali terjadi perdarahan dan tidak disadari
dapat menyebabkan perubahan warna pada gigi.
3. Perubahan warna gigi karena dekomposisi jaringan pulpa.
Perubahan pada gigi non vital terjadi dalam beberapa bulan setelah gigi
mengalami kematian atau setelah perawatan saluran akar karena sisa-sisa jaringan
nekrotik pada kamar pulpa tidak dibersihkan dengan sempurna. Sisa jaringan
nekrotik yang mengalami pembusukan akan menghasilkan senyawa pewarnaan
yang memenuhi kamar pulpa dan menembus ke dalam tubuli dentin dan terjadi
perubahan warna pada gigi.
4. Perubahan warna gigi karena pengaruh obat-obatan dan pasta pengisi saluran akar.
Menurut Borer & Frank (cit Halim H. S.) menyatakan bahwa semen zinc oxide
eugenol dapat menyebabkan perubahan warna gigi dalam jangka waktu lama.
Obat-obatan yang mengandung iodine, perak nitrat, garam-garam logam, dan
beberapa minyak esensial dapat menyebabkan perubahan warna gigi. Minyak
cassia menyebabkan warna kecoklat-coklatan, iodides dan iodoform menyebabkan
warna keabu-abuan sampai coklat, perak nitrat dan Hg-chloride menyebabkan
warna abu-abu tua.
5. Perubahan warna pada gigi vital karena faktor intrinsik, dapat disebabkan oleh
keadaan sistemik.
Perubahan warna gigi karena tetrasiklin dibedakan karena kelainan-kelainan
berikut:
Eristoblastosis fetalis
Menyebabkan warna hijau kebiru-biruan, kuning coklat atau abu-abu.
Kelainan ini tidak memberikan warna fluoresensi dan mudah diidentifikasi
-
Na BO2 + H2O2
H2O + On
lebih dari 10%, menyebabkan peningkatan sensitifitas gigi, iritasi ginggiva, bahkan
kerusakan jaringan email gigi.4 karbamid peroksid 10% sama efektifnya dengan hidrogen
peroksid.
Efek bahan karbamid peroksid antara lain:
-
Pemeriksaan yang terdiri atas tes vitalis, radiografik, karies, dan tumpatan
Aplikasi orabase atau oraseal pada daerah ginggiva bagian labial maupun
platal
Proteksi untuk mata dan ginggiva pasien, isolasi gigi juga ditambah kain kasa
basah di bawah rubber dam untuk melindungi bibir. Sebaiknya digunakan pula
PEMBAHASAN
Telah ditemukan beberapa cara pemutihan gigi, baik untuk gigi vital maupun gigi non
vital. Cara nightguard bleaching dan home bleaching kurang aman terutama efeknya
terhadap jaringan pulpa yang masih vital. Hasil yang didapatkan juga kurang memuaskan
karena tetrasiklin lebih banyak bergabung dengan Kristal-kristal pembentuk dentin, penetrasi
9
larutan onasen sulit mencapai dentin yang lebih dalam dan email tidak mempunyai
permeabilitas tinggi sehingga larutan sulit memasuki dentin.5
Perawatan yang paling efektif dan paling aman adalah pemutihan gigi dengan teknik
power bleaching (in-office bleaching), Karena perawatan yang lebih singkat dan hasil
perawatan dapat terlihat dalam waktu kurang lebih 1 jam. Efek samping juga dapat dihindari
seminimal mungkin karena langsung dilakukan oleh dokter gigi, sehingga tingkat kesalahan
dari prosedur pemutihan sangatlah minim dibandingkan dengan perawatan yang dilakukan
sendiri dirumah, walaupun atas panduan dokter gigi.
10
DAFTAR PUSTAKA
1. Jakfar Subhaini. Pengaruh agen aktif bleaching terhadap jaringan keras dan lunak
mulut serta bahan restorasi kedokteran gigi. Cakradonya Dent.J. 2009; 2(1):63-64.
2. Halim H. S. Perawatan diskolorisasi gigi dengan teknik bleaching. Jakarta:
Universitas Trisakti, 2006: 3-11, 19-25, 43, 46-47, 51-60.
3. Dianty Firsta, Endang Sukartini, Milly Armilia. Bleaching internal untuk merawat
perubahan warna gigi insisivus sentralis kanan atas. Dentofasial 2011; 10 (2): 101104.
4. Indra Y. K. Pemutihan gigi non vital dengan open chamber. M. I. Kedokteran gigi
2007; 22 (3): 110-114.
5. Sundoro E. H. Pemutihan gigi: sebuah tinjauan tentang prosedur, keberhasilan, dan
dampak perawatannya. Dalam: Serba-serbi ilmu konservasi gigi. Jakarta: Universitas
Indonesia (UI-press), 2005: 175-176, 183-186.
6. Marcia Gladwin, Michael Bagby. Ed. Clinical aspects of dental materials: Theory,
7.
practice, and cases. Edisi 4. Kentucky: Western Kentucky university, 2009: 215-216.
Kamizar, Yusi Heptorina. The effect of free radicals after application of H2O2 on
composite resin polymerization. Dalam: Sagung Seto. KPPIKG2009 15th scientific
meeting & refresher course in dentistry faculty of dentistry universitas Indonesia,
2009: 267.
considerations for dentists and their patient. September 2009. American dental
association. September 27th, 2012.
11