Anda di halaman 1dari 11

Perawatan Diskolorisasi Gigi Vital dengan Teknik Bleaching

Treatment of vital teeth discolorations with bleaching technique


Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara
Medan, Indonesia
___________________________________________________________________________
ABSTRACT
Treatment of dental discolorations with external bleaching is becoming very common in
dentistry, and the best choice of public to eliminating teeth staining. Teeth discolorations
cause are blood effect of trauma, mistake procedure treatment of teeth, network
decomposition of pulp, influence of pasta, intrinsic factor, and influence of restoration
materials. Tooth bleaching materials are hydrogen peroxide (H2O2), carbamide peroxide
(CH6N2O3), and sodium perborate. Extracoronal bleaching is a vital tooth bleaching method,
can divided as in-office whitening (power bleaching) and home whitening. The most effective
and most peaceful treatment is power bleaching (in-office bleaching), because briefer
treatment and result of treatment earn seen during more or less one hour. The side effects can
avoid as minimum as possible with power bleaching.
Key words: dental bleaching, bleaching agents, extracoronal bleaching.

________________________________________________________________
PENDAHULUAN
Masa sekarang estetika menjadi pertimbangan utama dalam beberapa aspek
kehidupan. Perubahan warna pada gigi sering menimbulkan masalah estetika, terutama bagi
profesi yang menuntut penampilan prima, misalnya pembawa acara, peragawati, ataupun
artis. Beranjak atas dasar tersebut setiap orang berusaha untuk bisa tampil prima pada setiap
kesempatan. Warna gigi yang putih dan bersih sangat membantu seseorang untuk berani
tampil dan berkomunikasi dengan orang lain. Perubahan warna gigi dapat mengakibatkan
terjadinya kompleks psikologis dan menimbulkan rasa rendah diri atau tidak percaya diri.1,2

Beberapa kondisi fisiologis penyebab staining (bernoda) pada gigi diantaranya adalah
tetracycline staining, fluorosis, amelogenesis imperfect, reaksi kimia dari makanan, dan
hereditary opalescent dentin.1 Perubahan warna pada gigi dapat ditanggulangi dengan
pembuatan mahkota selubung, pelapisan kembali dengan resin komposit (composit
veneering), dan pemutihan kembali (teeth bleaching). Sehingga, warna gigi dapat
dikembalikan ke keadaan normal atau sesuai warna gigi aslinya.2,3 Pemutihan kembali
(bleaching) merupakan satu usaha memperbaiki warna (penghilangan stain) yang terdapat di
dalam struktur gigi (email dan dentin) dengan pemakaian bahan oksidator kuat.1,2,3 Bahan
oksidator yang dipakai adalah larutan superoksol (H2O2, 30%-35%), natrium perborat atau
karbamid peroksid.2
Prosedur bleaching dapat dilakukan secara internal (intracoronal) pada gigi vital
maupun eksternal (extracoronal) pada gigi non vital. Intracoronal bleaching merupakan
metode pemutihan gigi non vital yang sudah dilakukan perawatan saluran akar dengan
dengan meletakkan bahan oksidator kuat dalam kamar pulpa.2,3 Sedangkan, extracoronal
bleaching merupakan metode yang digunakan untuk memutihkan gigi vital yang mengalami
perubahan warna.2
Pada makalah kajian pustaka ini, akan dibahas mengenai perawatan gigi vital dengan
metode extracoronal (bleaching eksternal) teknik home bleaching dan power bleaching (inoffice bleaching).

ETIOLOGI
Penyebab perubahan warna pada gigi secara umum dibagi atas diskolorisasi ekstrinsik
dan diskolorisasi itrinsik. Diskolorisasi ekstrinsik terjadi pada permukaan luar gigi dan
biasanya disebabkan akumulasi warna makanan dan minuman pada permukaan email gigi
2

yang biasanya bersifat lokal, seperti teh, kopi, coca-cola, kecap atau sirup yang dapat
menyebabkan perubahan warna dari coklat sampai hitam.2,4,5 Perubahan warna pada gigi pada
perokok akibat pemakaian tembakau baik dihisap atau dikunyah dapat menyebabkan
penumpukan tar pada permukaan gigi. Terkadang dapat terjadi perubahan warna gigi yang
lebih dalam karena dapat masuk melalui retakan kecil pada email. Perubahan warna gigi juga
disebabkan penggunaan obat kumur klorheksidin, tetapi mekanisme terjadinya sangat
kompleks, bervariasi dan tergantung pada kepekaan individu dan konsentrasi klorheksidin
yang digunakan.
Diskolorisasi intrinsik merupakan perubahan warna yang mengenai bagian dalam
struktur gigi selama masa pertumbuhan gigi pada waktu dentin dibentuk maupun dentin
sudah terbentuk sehingga relatif sulit dirawat secara eksternal. Perubahan warna gigi akibat
faktor intrinsik merupakan noda-noda yang timbul akibat faktor endogen, baik yang didapat
dari sumber lokal maupun sistemik. Faktor lokal penyebab perubahan warna intrinsik sesudah
gigi erupsi dapat disebabkan karena beberapa faktor:
1. Perubahan warna gigi karena perdarahan akibat trauma.
Trauma yang mengenai struktur gigi menyebabkan pecahnya pembuluh darah
kapiler dalam kamar pulpa dan terjadi perdarahan. Darah atau komponen darah
yang menggenangi kamar pulpa akan masuk kedalam tubuli dentin secara difusi.
Kemudian sel-sel darah merah mengalami proses hemolisis dengan melepaskan
hemoglobin. Selanjutnya hemoglobin akan mengalami proses degradasi dan
melepaskan komponen besi kemudian bersenyawa dengan hydrogen sulfide
produk bakteri, menghasilkan persenyawaan iron sulfida berwarna hitam yang
kemudian mengadakan penetrasi ke dalam tubuli dentin sehingga terjadi
perubahan warna pada gigi.
2. Perubahan warna gigi karena kesalahan prosedur perawatan gigi.

Pada perawatan vital ekstirpasi sering kali terjadi perdarahan dan tidak disadari
dapat menyebabkan perubahan warna pada gigi.
3. Perubahan warna gigi karena dekomposisi jaringan pulpa.
Perubahan pada gigi non vital terjadi dalam beberapa bulan setelah gigi
mengalami kematian atau setelah perawatan saluran akar karena sisa-sisa jaringan
nekrotik pada kamar pulpa tidak dibersihkan dengan sempurna. Sisa jaringan
nekrotik yang mengalami pembusukan akan menghasilkan senyawa pewarnaan
yang memenuhi kamar pulpa dan menembus ke dalam tubuli dentin dan terjadi
perubahan warna pada gigi.
4. Perubahan warna gigi karena pengaruh obat-obatan dan pasta pengisi saluran akar.
Menurut Borer & Frank (cit Halim H. S.) menyatakan bahwa semen zinc oxide
eugenol dapat menyebabkan perubahan warna gigi dalam jangka waktu lama.
Obat-obatan yang mengandung iodine, perak nitrat, garam-garam logam, dan
beberapa minyak esensial dapat menyebabkan perubahan warna gigi. Minyak
cassia menyebabkan warna kecoklat-coklatan, iodides dan iodoform menyebabkan
warna keabu-abuan sampai coklat, perak nitrat dan Hg-chloride menyebabkan
warna abu-abu tua.
5. Perubahan warna pada gigi vital karena faktor intrinsik, dapat disebabkan oleh
keadaan sistemik.
Perubahan warna gigi karena tetrasiklin dibedakan karena kelainan-kelainan
berikut:
Eristoblastosis fetalis
Menyebabkan warna hijau kebiru-biruan, kuning coklat atau abu-abu.
Kelainan ini tidak memberikan warna fluoresensi dan mudah diidentifikasi
-

karena pigmentasi yang lebih kearah hijau.


Dentinogenesis imperfekta
Gigi kelihatan translusen berwarna coklat keabu-abuan atau abu-abu kebirubiruan. Hal ini disebabkan perubahan struktur dan tebalnya jaringan keras gigi

serta faktor keturunan.


Amelogenesis imperfekta

Kelainan perkembangan gigi yang terjadi pada struktur email berupa


hipoplasia email dengan warna bervariasi, gigi berwarna kecoklatan dengan
batas putih tipis dipermukaan labial. Kelainan ini dapat terjadi baik pada gigi
susu maupun pada gigi permanen.
6. Perubahan warna gigi karena pengaruh bahan-bahan restorasi.
Menurut Borer & Frank (cit Halim H. S.) bahan tumpatan amalgam yang
mengandung perak nitrat bila kontak dengan dinding kavitas, lambat laun
menyebabkan warna gigi menjadi abu-abu gelap. Perubahan warna gigi akibat
tumpatan amalgam umumnya disebabkan dinding kavitas yang tipis dan
berkurangnya lapisan dentin, sehingga tumpatan amalgam terlihat pada email
gigi.2,4
Faktor lain penyebab perubahan warna intrinsik pada gigi adalah masuknya fluor
berlebih pada periode pembentukan gigi. Pemberian fluor berlebihan melalui tablet fluoride,
pasta gigi atau air minum lebih dari 1 ppm dapat menyebabkan kerusakan struktur gigi,
terutama matriks email. Semakin banyak fluor yang masuk semakin besar kerusakan yang
terjadi. Keadaan ini disebut fluorosis endemic, gigi tampak keputih-putihan seperti kapur dan
lebih rentan terhadap karies. Karies juga merupakan salah satu faktor penyebab perubahan
warna intrinsik. Gigi tampak putih opak sampai abu-abu bervariasi tergantung luasnya lesi
karies. Penetrasi bakteri dari debris makanan menyebabkan warna gigi lebih gelap.4
Diskolorisasi karena penuaan merupakan diskolorisasi ekstrinsik yang terjadi
bersamaan dengan perubahan fisiologis intrinsik. Dengan bertambahnya umur, email menjadi
lebih tipis karena abrasi/erosi dan dentin lebih tebal karena deposisi dentin sekunder dan
dentin reparatif, yang menghasilkan perubahan warna pada gigi selama hidup seseorang. Gigi
orang tua biasanya lebih kuning keabu-abuan atau abu-abu kekuningan dari pada gigi orang
muda.2

BAHAN PEMUTIH GIGI


Hidrogen peroksid (H2O2)
Hidrogen peroksid merupakan senyawa kimia reakif yang mengandung unsur
hidrogen dan oksigen, berbentuk cairan jernih, sangat tidak stabil, tidak berbau, dan bersifat
asam.1 Bahan pemutih ini merupakan oksidator kuat, mudah dicampur dengan air, alkohol
atau eter. Hidrogen peroksid cenderung melepaskan onasen atau menangkap elektron
sehingga berfungsi sebagai oksidator. Bahan ini harus digunakan secara hati-hati karena
mudah meledak bila kena panas. Oleh karena itu, hydrogen peroksida harus disimpan dalam
botol warna kedap cahaya, agar kekuatan bahan dapat bertahan lama 3 sampai 4 bulan.2,4,6
Natrium perborat atau sodium perborat
Sodium perborat atau natrium perborat merupakan bahan oksidator bersifat alkali,
berupa bubuk putih berbentuk granular dan harus digerus menjadi bubuk sebelum digunakan.
Pada keadaan kering, sodium perborat bersifat stabil tetapi bila dicampur dengan asam atau
air akan berubah menjadi natrium metaborat, hidrogen peroksid, dan oksigen bentuk onasen.
Na BO3 4H2O2

Na BO2 + H2O2

H2O + On

Karbamid peroksid (CH6N2O3)


Karbamid peroksid dikenal sebagai urea hidrogen peroksida, bila digunakan akan
terurai menjadi 7% - 10% urea, 3% - 5% hydrogen peroksida, amonia, dan karbon dioksida.
Bahan ini tersedia dengan konsentrasi 3% sampai 15%, akan tetapi konsentrasi 10% sering
digunakan sebagai bahan pemutih gigi ekstrakorona dengan pH 5 sampai 6,5. Karbamid
peroksid ditambah karbopol, suatu resin yang larut dalam air, untuk memperlambat terjadinya
proses oksidasi dan meningkatkan masa penyimpanan. Bila konsentrasi karbamid peroksid
6

lebih dari 10%, menyebabkan peningkatan sensitifitas gigi, iritasi ginggiva, bahkan
kerusakan jaringan email gigi.4 karbamid peroksid 10% sama efektifnya dengan hidrogen
peroksid.
Efek bahan karbamid peroksid antara lain:
-

Dapat menghilangkan stain ekstrinsik dan intrinsik pada gigi


Bahan restorasi gigi resin komposit jadi lebih putih, kadang-kadang

permukaan restorasi menjadi lebih kasar.


Rasa yang tidak enak pada jaringan lunak mulut
Penurunan jumlah plak karena dapat berfungsi sebagai antiseptic
Keracunan sel yang tingkatnya minimal.2

PEMUTIHAN GIGI EKSTRAKORONAL


Extracoronal bleaching merupakan metode yang digunakan untuk memutihkan gigi
vital yang mengalami perubahan warna. Secara umum, teknik pemutihan gigi vital dibedakan
menjadi teknik pemutihan gigi yang dilakukan dokter gigi di tempat praktek atau disebut inoffice bleaching/power bleaching dan pemutihan gigi yang dilakukan oleh pasien sendiri di
rumah dibawah pengawasan dokter gigi (home bleaching/nightguard vital bleaching).2,8
Teknik Power Bleaching (in office bleaching)
Bahan yang digunakan superoksol dan alat pemanasnya bisa digunakan dengan alat
yang sama seperti yang digunakan pada pemutihaan gigi intrakorona. Namun perlu diingat
bahwa pemutihan gigi dengan alat pemanas Union Broach yang digunakan untuk gigi satu
per satu akan membutuhkan waktu yang lama.5 Tahapan pemutihan gigi vital dengan teknik
power bleaching umumnya antara lain:

Pemeriksaan yang terdiri atas tes vitalis, radiografik, karies, dan tumpatan
Aplikasi orabase atau oraseal pada daerah ginggiva bagian labial maupun

platal
Proteksi untuk mata dan ginggiva pasien, isolasi gigi juga ditambah kain kasa
basah di bawah rubber dam untuk melindungi bibir. Sebaiknya digunakan pula

celemek plastik dan anastesi tidak dianjurkan


Pemolesan dengan pasta tanpa fluor atau pumis
Etsa dengan asam fosfor 35% selama 5-10 detik dan dibilas air
Gigi ditutup kain kasa yang dibasahi dengan hidrogen peroksid 35% dan
dipanaskan dengan lampu pemutih selama 30 menit yang diletakkan sejauh 13
inci dari gigi. Pemanasan dilakukan secara bertahap mulai dengan 115 o F dan
dinaikkan perlahan-lahan, jika pasien merasa ngilu atau terlalu panas

temperatur diturunkan. Pemanasan dilakukan maksimal 20 menit.


Gigi dibilas dengan air hangat dan lepaskan rubber dam
Untuk mengurangi rasa sensitivitas, gigi diaplikasikan dengan 1,1% sodium

fluorid berbentuk gel.


Rasa sensitif pada gigi yang diputihkan akan terasa selama 1 sampai 2 hari dan
dianjurkan tidak minum minuman yang terlalu dingin untuk beberapa hari.2,5

Teknik Home Bleaching dan Night Guard Bleaching


Bahan yang digunakan untuk teknik nightguard bleaching adalah karbamid peroksid
10% yang akan terurai menjadi hidrogen peroksid dan urea.5 Karbamid peroksid yang
digunakan diletakkan pada suatu alat yang menyerupai protesa yang disebut tray atau
nightguard, yang dapat menahan karbamid peroksid tersebut agar tetap berkontak dengan gigi
yang diputihkan. Batas tepi nightguard harus mengikuti garis gusi sampai ke papilla
interdental untuk mencegah terbukanya tepi nightguard. Bila terbuka maka pada waktu pasien
menggigit dan karena tekanan oklusal, bahan pemutih akan keluar dari tray dan ludah akan
masuk di antara gigi, serta dapat mengiritasi jaringan lunak.2
Kunjungan I
8

a. Membuat rekam medik gigi yang lengkap


b. Karang gigi dibersihkan, karies ditumpat. Jika ada gingivitis atau periodontitis
sebaiknya dilakukan perawatan dulu.
c. Pemotretan dan penentuan warna gigi (shade guide)
d. Percetakan rahang gigi yang akan diputihkan, pembuatan tray sesuai dengan
rahang pasien
Kunjungan II
Tray dicoba pada rahang pasien, untuk melihat apakah tepi nightguard sudah
mengikuti garis gusi (servikal gigi). Kemudian pasien diinstruksikan untuk
meletakkan bahan pemutih pada bagian labial, tray-nya ditempatkan di rahang dan
ditekan secara lembut agar bahan pemutih merata pada gigi. Jika kelebihan bahan
pemutih, dibersihkan dengan sikat gigi yang lembut.
Kunjungan III
Setelah pemakaian satu minggu, dokter gigi dapat mengontrol untuk melihat
hasil yang dicapai. Memeriksa kemungkinan adanya efek samping, kadang-kadang
terjadi peningkatan sensitivitas gigi sehingga perlu perlu dilakukan fluoridasi. Bila
terjadi iritasi dan terus beerlangsung, sebaiknya perawatan dihentikan sementara.
Perawatan dapat dilanjutkan bila keluhan sudah hilang ataupun dapat diteruskan tetapi
dengan dosis yang lebih rendah.2

PEMBAHASAN
Telah ditemukan beberapa cara pemutihan gigi, baik untuk gigi vital maupun gigi non
vital. Cara nightguard bleaching dan home bleaching kurang aman terutama efeknya
terhadap jaringan pulpa yang masih vital. Hasil yang didapatkan juga kurang memuaskan
karena tetrasiklin lebih banyak bergabung dengan Kristal-kristal pembentuk dentin, penetrasi
9

larutan onasen sulit mencapai dentin yang lebih dalam dan email tidak mempunyai
permeabilitas tinggi sehingga larutan sulit memasuki dentin.5
Perawatan yang paling efektif dan paling aman adalah pemutihan gigi dengan teknik
power bleaching (in-office bleaching), Karena perawatan yang lebih singkat dan hasil
perawatan dapat terlihat dalam waktu kurang lebih 1 jam. Efek samping juga dapat dihindari
seminimal mungkin karena langsung dilakukan oleh dokter gigi, sehingga tingkat kesalahan
dari prosedur pemutihan sangatlah minim dibandingkan dengan perawatan yang dilakukan
sendiri dirumah, walaupun atas panduan dokter gigi.

10

DAFTAR PUSTAKA
1. Jakfar Subhaini. Pengaruh agen aktif bleaching terhadap jaringan keras dan lunak
mulut serta bahan restorasi kedokteran gigi. Cakradonya Dent.J. 2009; 2(1):63-64.
2. Halim H. S. Perawatan diskolorisasi gigi dengan teknik bleaching. Jakarta:
Universitas Trisakti, 2006: 3-11, 19-25, 43, 46-47, 51-60.
3. Dianty Firsta, Endang Sukartini, Milly Armilia. Bleaching internal untuk merawat
perubahan warna gigi insisivus sentralis kanan atas. Dentofasial 2011; 10 (2): 101104.
4. Indra Y. K. Pemutihan gigi non vital dengan open chamber. M. I. Kedokteran gigi
2007; 22 (3): 110-114.
5. Sundoro E. H. Pemutihan gigi: sebuah tinjauan tentang prosedur, keberhasilan, dan
dampak perawatannya. Dalam: Serba-serbi ilmu konservasi gigi. Jakarta: Universitas
Indonesia (UI-press), 2005: 175-176, 183-186.
6. Marcia Gladwin, Michael Bagby. Ed. Clinical aspects of dental materials: Theory,
7.

practice, and cases. Edisi 4. Kentucky: Western Kentucky university, 2009: 215-216.
Kamizar, Yusi Heptorina. The effect of free radicals after application of H2O2 on
composite resin polymerization. Dalam: Sagung Seto. KPPIKG2009 15th scientific
meeting & refresher course in dentistry faculty of dentistry universitas Indonesia,
2009: 267.

8. ADA council on scientific affairs. Tooth whitening/bleaching: treatment

considerations for dentists and their patient. September 2009. American dental
association. September 27th, 2012.

11

Anda mungkin juga menyukai