Anda di halaman 1dari 12

Evaluasi Perbandingan Compressive Strength antara Cention N dan Glass Ionomer

Cement : Penelitian in vitro

ABSTRAK

Tujuan : Tujuan dari penelitian ini untuk mengevaluasi dan membandingkan kekuatan tekan
antara Cention N dan Glass Ionomer Cement sebagai bahan restorasi.

Bahan dan Metode : Cetakan silinder disesuaikan dengan dimensi 6±1 mm (tinggi) x 4±1
mm (diameter) digunakan masing-masing 10 sampel untuk Cention N (Ivovlar Poladent) dan
Glass Ionomer Cement (GC IX restorasi posterior kekuatan tinggi). Kemudian sampel diuji
untuk mengevalusi kekuatan tekan menggunakan Universal Testing Machine (UTM).
Dihubungkan ke sel pengukur beban yang secara terus menerus mencatat beban yang
diterapkan pada sampel dengan kecepatan dari 0,75 ± 0,25 mm per 1 menit sampai sampel
retak.

Hasil : Nilai-nilai dicatat dan subjek di analisis statistik untuk membandingkan kekuatan
tekan(MPa) antara kedua bahan menggunakan perangkat lunak SPSS. Untuk membandingkan
rata-rata kedua bahan, digunakan T-Test Independent. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Cention N memiliki kekuatan tekan yang tinggi bila dibandingkan dari GIC tipe IX.

Kesimpulan : Keterbatasan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa Cention N dapat
digunakan sebagai alternatif yang unggul selain GIC tipe IX untuk restorasi gigi posterior
karena ditemukan bahwa kekuatan tekannya secara signifikan lebih tinggi. Namun, penelitian
klinis lebih lanjut diperlukan untuk menarik kesimpulan yang lebih besar.

Kata kunci : Cention N, Kekuatan Tekan, GIC Tipe IX, restorasi posterior.
1. PENDAHULUAN

Kekuatan tekan yang baik merupakan salah satu sifat utama yang harus dimiliki bahan
restorasi posterior direct untuk memastikan restorasi tahan lebih lama. Dental amalgam telah
digunakan sejak lama untuk tujuan ini tetapi kemungkinan menyebabkan toksisitas karena
pelepasan merkuri dan estetik yang buruk yang menjadi kelemahan utamanya. Glass ionomer
cement (GIC) memiliki aplikasi beragam dalam bidang kedokteran gigi. Namun kelarutannya
relatif tinggi, ketahanan abrasi yang rendah, dan kekuatan tekan yang dipertanyakan yang
menjadi masalah utamanya. Bahan restorasi untuk gigi posterior harus memiliki kekuatan
tekan yang memadai untuk menahan kekuatan intraoral. Dikatakan bahwa kekuatan tekan
merupakan sifat mekanik yang paling penting dari bahan restorasi. Bahan dengan kekuatan
tekan yang sangat rendah pada gigi cenderung patah dibawah beban oklusal dan berakhir
dengan masalah periodontal bahkan pencabutan gigi.

Bahan ideal yang digunakan untuk restorasi harus meliputi : adesif (perekat), warna
gigi, tahan aus, tidak beracun, dan biokompatibel dengan jaringan. Literatur dental
menjelaskan penelitian tentang sifat-sifat mekanik glass ionomer cement, seperti kekuatan
tarik diametral, kekuatan lentur dan kekuatan tekan. Namun sebagian besar penelitian ini
mengevaluasi glass ionomer cement konvensional dengan sedikit penekanan pada GIC tipe
IX ( yaitu bahan restorasi posterior berkekuatan tinggi). Baru-baru ini, Cention N telah
diperkenalkan dalam kedokteran gigi yang diklaim oleh produsen memiliki sifat terbaik dari
amalgam dan GIC.

Meskipun uji klinis memberikan bukti utama kinerja restorasi gigi klinis tetapi
penelitian pendahuluan dan keamanan pada bahan gigi harus dilakukan secara in vitro.

Oleh karena itu, tujuan dari penelitian in vitro ini adalah untuk mengevaluasi dan
membandingkan kekuatan tekan antara Cention N dan glass ionomer cement Tipe IX sebagai
bahan restorasi.

2. Bahan dan Metode

Dua merek bahan restorasi yang tersedia secara komersial digunakan yaitu Cention N
(Ivoclar Vivadent) dan glass ionomer cement (GIC tipe IX restorasi posterior berkekuatan
tinggi) (Gambar 1,2). Cetakan silinder disesuaikan dengan dimensi 6 ± 1mm (tinggi) × 4 ±
1mm (diameter) yang digunakan masing-masing 10 sampel untuk Cention N (Ivoclar
Vivadent) dan glass ionomer cement (GIC Tipe IX restorasi posterior berkekuatan tinggi)
[Gambar 3,4]. Kemudian sampel diuji untuk mengevaluasi kekuatan tekan dengan
menggunakan Universal Testing Machine (UTM) (Gambar 5). Dihubungkan ke sel pengukur
beban yang secara terus menerus mencatat beban yang diterapkan pada sampel dengan
kecepatan dari 0,75 ± 0,25 mm per 1 menit sampai sampel retak (Gambar 6).

3. Hasil

Nilai-nilai dicatat dan subjek di analisis statistik untuk membandingkan kekuatan


tekan (Mpa) antara dua bahan menggunakan perangkat lunak SPSS (Tabel 1,2). Hipotesis nul
1 menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam kekuatan tekan(Mpa) dari
dua bahan. Hipotesis alternatif menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam
kekuatan tekan (Mpa) dari dua bahan. Untuk membandingkan rata-rata dari kedua bahan
digunakan T-Test Independent. Nilai P dibandingkan dengan tingkat signifikansi. Jika P
<0.05, hipotesis alternatif diterima dan menyimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan
dalam kekuatan tekan bahan. Perbedaan kekuatan tekan antara kedua bahan itu ditemukan
signifikan secara statistik (P<0.001) (Gambar 7).

4. Pembahasan

Glass ionomer cement mengikat gigi secara kimiawi yang dicapai melalui ikatan
silang ion-ion Ca dengan pembentukan asam poliakrilat dengan rantai kalsium poliakrilat.
Pengaturan akhir melibatkan ikatan silang ion Al trivalen dengan asam poliakrilat yang
membentuk rantai aluminium poliakrilat. Ikatan silang rantai poliakrilat Ca dan Al seiring
waktu akan terhidrasi dengan adanya air dalam cairan. Proses ini dikenal dengan maturasi
(pematangan). Dengan demikian, mikrostruktur dari kumpulan semen terdiri dari gumpalan
partikel kaca yang tidak bereaksi (inti gelas yang berfungsi sebagai pengisi matriks semen)
yang dikelilingi oleh gel silika yang tertanam dalam matriks amorfus Ca dan Al polysalt yang
terhidrasi. Air memainkan peran penting dalam pengaturan rekais GIC yang awalnya sebagai
reaksi medium dan kemudian secara perlahan melembabkan matriks. Selama pengaturan
awal, air kehilangan ikatan pada rantai Ca poliakrilat dan pada tahap ini, setiap kehilangan air
dari sekitar paparan udara dan pengambilan air dar kontamnasi kelembaban akan
mengasilkan permukaan yang pucat, retak dan menghancurkan ion dari masing-masing
matriks.baik serapan maupun hilangnya air akan menghasilkan semen yang rapuh dan lebih
mudah larut dengan mengurangi cahaya tembus. Oleh karena itu, ini dapat dicegah dengan
segera memberikan varnish setelah menempatkan restorasi.
Glass ionomer cement sangat sensitif terhadap teknik dan metodologi dan bahkan
dapat mengalami kegagalan selama manipulasi, aspek yang sangat penting yaitu dimana
material membutuhkan pencampuran manual ketika diuji. Untuk alasan ini, telah disarankan
untuk menggunakan dimensi spesimen yang lebih kecil (6mm x 4mm) untuk menyelidiki
sifat mekanik glass ionomer cement sesuai dengan standar ISO 7489:1986.

Cention N merupakan restorasi “alkasite”. Alkasite mengacu pada kategori baru untuk
bahan pengisi yang menggunakan bahan pengisi alkaline yang mampu melepaskan ion
penetral asam. Cention N sewarna gigi, berbasis resin, self curing, bahan pengisi dasar
(alkaline) untuk restorasi direk dengan tambahan opsional sifat light suring. Cention N
tersedia dalam shade gigi A2.

Filler Fungsi
Barium aluminium silicate glass Kekuatan
Ytterbium trifluoride Radiopasitas
Isofiller (tetric N-Ceram teknologi) Pengurangan pelepasan penyusutan
Calcium barium aluminium fluorosilicate glass Kekuatan, pelepasan fluoride
Calcium fluoro silicate glass Pelepasan ion F-, OH-, Ca2+

Komposisi Cention N : tersedia powder dan liquid.

Powder : terdiri dari partikel pengisi dan komponen iosinator lainnya.

Liquid : terdiri dari empat monomer dimetakrilat yang berbeda dan inisiator.

1. Uretan dimetakrilat (UDMA) : komponen utama dari matriks monomer dan tidak memiliki
gugus samping hidroksil yaitu hidrofobik dan menunjukkan penyerapan air yang rendah.

2. Trycyclodecane – dimetanol dimetakrilat (DCP) : viskositas rendah, monomer


disfungsional yang memulai pencampuran tangan dari cention N.

3. Tetrametil xylilen diurathine dimetakrilat (aromatic alifatik-UDMA) : sebagian aromatik


urethan dimetakrilat hidrofobik, ikatan silang dengan viskositas tinggi yang menggabungkan
sifat dari alifatik (kecenderungan rendah untuk berubah warna) dan aromatik (kekakuan)
diisocyanat.

4. Polietilen glycol 400 dimetakrilat (PEG 400 DMA) : meningkatkan flowabilitas cention N.
Gambar 1 : Cention N (Ivoclar Vivadent)

Gambar 2 : Glass Ionomer Cement (GC Tipe IX restorasi posterior berkekuatan tinggi)

Gambar 3 : masing-masing 10 sampel cention N (Ivoclar Vivadent)


Gambar 4 : masing-masing 10 sampel glass ionomer cement (GC Tipe IX restorasi posterior berkekuatan tinggi)

Gambar 5 : Universal Testing Machine (UTM)


Gambar 6 : sampel yang dimasukkan untuk dimuat dalam UTM

Teknologi polimerisasi pada cention N

Mekanisme self cure : bagian liquid dari cention N memiliki hidroperokside dan pengisi
standar dalam powder yang dilapisi dengan komponen inisiator lainnya. Hidroperoksida
dibandingkan benzoil peroksida konvensional memberikan ketahanan suhu yang lebih besar
yaitu kurang sensitif terhadap panas dimana faktor terpenting yaitu mengenai stabilitas
penyimpanan. Thiocarbamide dibandingkan amine juga dapat meningkatkan stabilitas warna
produk sebagai berkurangnya suatu bahan stabilitas warna dengan meningkatkan bahan
amine.

Mekanisme light cure (dual cure) : memiliki fotoinisiator ivocerin dan inisiator asil fosfin
oksida untuk pilihan light-curing. Ivocerin merupakan turunan dibenzoil germanium
merupakan inisiator bebas amina.

Penelitian in vitro dilakukan untuk mengevaluasi kekuatan tekan GIC tipe IX dan
bahan yang lebih baru yaitu cention N. Kedua bahan tersebut secara estetik menarik secara
alami dengan pabrikan cention N memiliki kekuatan tekan yang tinggi sehingga dapat
digunakan sebagai bahan restorasi posterior. Inilah alasan yang ditunjukan bahwa GIC Tipe
IX diindikasikan untuk digunakan restorasi posterior bila dibandingkan dengan cention N
pada penelitian ini.
Gambar 7 : perbandingan kekuatan tekan (MPa) diantara dua bahan

Tabel 1. Rata-rata kekuatan tekan dari dua bahan

Tabel 2. Perbedaan rata-rata kekuatan tekan antara dua bahan

Hasil penelitian in vitro ini mengungkapkan bahwa kekuatan tekan cention N lebih
tinggi dibandingkan GIC tipe IX. Alasannya bisa disebabkan oleh ikatan silang tunggal
monomer metakrilat dengan kombinasi yang stabil, menghasilkan inisiator self cure. Cention
N menunjukkan kepadatan jaringan polimer tinggi dan tingkat kedalaman polimerisasi
restorasi yang lengkap. Ini merupakan dasar yang baik untuk restorasi jangka panjang. Alasan
lain kekuatan tekan cention N lebih tinggi dapat dikaitkan dengan isofiller khusus yang
dipatenkan (sebagian difungsikan oleh silan) yang digunakan pada tetric N-ceram bulk fill.
Ini bertindak sebagai pelepasan penyusutan stress ang meminimalkan kekuatan penyusutan ,
dimana rasio organik/ inorganik serta komposisi bahan monomer yang bertanggung jawab
atas penyusutan volumetrik yang rendah.

6. Kesimpulan

Keterbatasan dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa cention N dapat


digunakan sebagai alternatif yang unggul untuk GIC tipe IX yang digunakan untuk restorasi
posterior karena memiliki kekuatan tekan yang lebih tinggi secara signifikan. Namun,
penelitian klinis jangka panjang diperlukan untuk menarik kesimpulan yang substansial.
Daftar Pustaka

1. Jayanthi N, Vinod V. Comparative evaluation of compressive strength and flexural


strength of conventional core materials with nanohybrid composite resin core material an in
vitro study. The Journal of Indian Prosthodontic Society. 2013; 13(3):281-9.

2. Sharma A, Mishra P, Mishra SK. Time-dependent Variation in Compressive Strengths of


Three Posterior Esthetic Restorative Materials: An in vitro Study. International Journal of
Prosthodontics and Restorative Dentistry. 2016; 6(3):63-65.

3. Klapdohr S, Moszner N. New inorganic components for dental filling composites.


Monatshefte für Chemie/Chemical Monthly. 2005; 136(1):21-45.

4. Chen MH. Update on dental nanocomposites. Journal of Dental Research. 2010;


89(6):549-60.

5. Jandt KD, Sigusch BW. Future perspectives of resinbased dental materials. Dental
materials. 2009; 25(8):1001-6.

6. Matis BA, Cochran MJ, Carlson TJ, Guba C, Eckert GJ. A three-year clinical evaluation of
two dentin bonding agents. The Journal of the American Dental Association. 2004;
135(4):451-7.

7. Bernabé PF, Holland R, Morandi R, Souza VD, Nery MJ, Otoboni Filho JA et al.
Comparative study of MTA and other materials in retrofilling of pulpless dogs' teeth.
Brazilian dental Journal. 2005; 16(2):149-55.

8. Gerdullo ML, Nakamura SC, Suga RS, Navarro MF. Resistência à compressäo e à traçäo
diametral de cimentos de ionômero de vidro indicados para cimentaçäo. Rev. odontol. Univ.
Sao Paulo. 1995; 9(1):17-22.

9. Xie D, Brantley WA, Culbertson BM, Wang G. Mechanical properties and microstructures
of glass ionomer cements. Dental Materials. 2000; 16(2):129-38.

10. Busanello L, Telles M, Junior WG, Imparato JC, Jacques LB, Mallmann A. Compressive
strength of glass ionomer cements used for atraumatic restorative treatment. Revista Odonto
Ciência. 2009; 24(3):295-8.

11. Mallmann A, Ataíde JC, Amoedo R, Rocha PV, Jacques LB. Compressive strength of
glass ionomer cements using different specimen dimensions. Brazilian oral research. 2007;
21(3):204-8

12. Algera TJ, Kleverlaan CJ, Prahl-Andersen B, Feilzer AJ. The influence of environmental
conditions on the material properties of setting glass-ionomer cements. dental materials.
2006;22(9):852-6.

13. Aratani M, Pereira AC, Correr-Sobrinho L, Sinhoreti MA, Consani S. Compressive


strength of resin-modified glass ionomer restorative material: effect of P/L ratio and storage
time. Journal of Applied Oral Science. 2005; 13(4):356-9.

14. Cildir SK, Sandalli N. Compressive strength, surface roughness, fluoride release and
recharge of four new fluoride-releasing fissure sealants. Dental materials journal. 2007;
26(3):335-41.

15. Sudsangiam S, van Noort R. Do dentin bond strength tests serve a useful purpose. J
Adhes Dent. 1999; 1(1):57-67.

16. Shebl EA, Etman WM, Genaid TM, Shalaby ME. Durability of bond strength of glass-
ionomers to enamel. Tanta Dental Journal. 2015; 12(1):16-27.

17. Mitra SB, Wu D, Holmes BN. An application of a notechnology in advanced dental


materials. The journal of the American Dental Association. 2003; 134(10):1382-90.

18. Monteiro GQ, Montes MA. Evaluation of linear polymerization shrinkage, flexural
strength and modulus of elasticity of dental composites. Materials Research. 2010; 13(1):51-
5.

19. Smith DC. Polyacrylic acid-based cements: adhesion to enamel and dentin. Oper Dent.
1992;5:177-83.

20. Samanta S, Das UK, Mitra A. Comparison of Microleakage In Class V Cavity Restored
with Flowable Composite resin, Glass Ionomer Cement and Cention N. Imperial Journal of
Interdisciplinary Research. 2017; 3(8).
21. Mallmann A, Ataíde JC, Amoedo R, Rocha PV, Jacques LB. Compressive strength of
glass ionomer cements using different specimen dimensions. Brazilian oral research. 2007;
21(3) :204-8

22. International Organization for Standardization. ISO 7489. Dental glass polyalkenoate
cements. Genebra, 1986.

23. Moszner N, Fischer UK, Angermann J, Rheinberger V. A partially aromatic urethane


dimethacrylate as a new substitute for Bis-GMA in restorative composites. Dental materials.
2008; 24(5):694-9.

24. Moszner N, Fischer UK, Ganster B, Liska R, Rheinberger V. Benzoyl germanium


derivatives as novel visible light photoinitiators for dental materials. Dental Materials. 2008;
24(7):901-7

25. Schenck L, Burtscher P, Vogel K, Weinhold HC. Major breakthrough in the field of
direct posterior composite resins-thanks to the combined use of Tetric Evo Ceram Blk Fill
and Bluephase Style. Die Zahnarzt Woche. 2011;38 (3-15):6.

Anda mungkin juga menyukai