Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN TUTORIAL

BLOK BIOMATERIAL DAN TEKNOLOGI KEDOKTERAN GIGI


SKENARIO 3 RESIN AKRILIK

Dosen Pemimbing : Prof. DR. drg. Fx. Ady S, Sp. Pros


Disusun Oleh : Kelompok Tutorial D
M. Bazlul Mujaddiduddin (171610101030)
Elindah Ayunin A. (171610101031)
Dyta Larasati W. (171610101032)
Firda Malika (171610101034)
Helmi Primanda (171610101036)
Qonitah Zain N. (171610101037)
Lusy Septia N. (171610101038)
Verayati (171610101039)
Disya Dwi M. (171610101040)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
2019

i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr Wb.

Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa
memberikan petunjuk serta melimpahkan berkah dan rahmat-Nya kepada kami, sehingga
laporan tutorial resin akrilik ini dapat diselesaikan. Dalam penyelesaian laporan tutorial resin
akrilik ini tentunya tidak dapat kami selesaikan sendiri, kami banyak memperoleh bimbingan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan syukur dan menyampaikan ucapan
terimakasih kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah dan rahmat-Nya sehingga laporan
tutorial mengenai resin akrilik ini dapat selesai.
2. Prof. DR. drg. Fx. Ady S, Sp. Pros selaku dosen pembimbing, yang telah
membimbing jalannya diskusi tutorial kelompok D Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Jember dan yang telah memberi masukan yang membantu, bagi
pengembangan ilmu yang telah didapatkan.
3. Teman-teman yang setia menemani, membantu, dalam proses penyelesaian
laporan tutorial resin akrilik.
Kami menyadari bahwa dalam menyusun laporan tutorial mengenai resin akrilik ini
masih jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan sarannya yang
sifatnya membangun guna membantu sempurnanya laporan tutorial ini. Kami berharap
semoga laporan tutorial mengenai wax ini dapat bermanfaat bagi kita semua serta untuk
menambah pengetahuan dan wawasan.

Wassalamualaikum Wr Wb.

Jember, 15 Maret 2019

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................................... i

DAFTAR ISI......................................................................................................................................... ii

BAB I. Skenario .................................................................................................................................. 1

BAB II. Step 1: Mengklarifikasi Istilah Sulit (Clarifying Infamiliar Terms) ................................. 2

2.1 Kata Sulit .......................................................................................................................................... 2


2.2 Definisi Kata Sulit ............................................................................................................................ 2

BAB III. Step 2: Rumusan Permasalahan .......................................................................................... 3

BAB IV. Step 3: Menganalisis Masalah (Brainstroming) ................................................................. 4

BAB V. Step 4: Mind Map .................................................................................................................. 8

BAB VI. Step 5: Tujuan Pembelajaran (Learning Objective) ........................................................... 9

BAB VII. Step 7: Menjawab Tujuan Pembelajaran

7.1 Mahasiswa Mampu Menjelaskan Sifat Fisik, Kimia, Biologis, dan Mekanis dari Resin
Akrilik
……………………………………………………………………………………………….10

7.2 Mahasiswa Mampu Mampu Menjelaskan Komposisi Resin Akrlilik ............................................. 13

7.3 Mahasiswa Mampu Menjelaskan Klasifikasi Resin Akrilik Berdasarkan Proses


Polimerisasi ............................................................................................................................................ 16

7.4 Mahasiswa Mampu Menjelaskan Manipulasi Resin Akrilik ........................................................... 18

7.5 Mahasiswa Mampu Menjelaskan Kegunaan Resin Akrilik pada Kedokteran Gigi ........................ 23

KESIMPULAN .................................................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 25

iii
BAB I

SKENARIO 2: WAX

Mahasiswa semester IV Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember sedang


melakukan skill lab manipulasi wax. Wax di bidang kedokteran gigi diklasifikan menjadi
beberapa jenis/tipe. Pada pelaksanaan skill lab kali ini adalah membuat lempeng gigit
menggunakan base plate wax dan membuat mahkota gigi tiruan menggunakan inlay wax.
Hasil akhir dikatakan baik bila semua wax menempel pada permukaan model kerja sesuai out
line form, halus dan mengkilat.

1
BAB II
STEP 1: MENGKLARIFIKASI ISTILAH SULIT
(CLARIFYING INFAMILIAR TERMS)
2.1. Kata Sulit
1. Wax
2. Lempeng gigit
3. Base plate wax
4. Inlay wax

2.2. Definisi Kata Sulit


1. Resin akrlik : Terdiri dari ikatan kimia asam akrilik, asam metil metakrilat, dan
biasanya digunakan pada basis gigi tiruan. Resin (campuran asam karboksilat mudah
terbakar dan larut dalam air, terbagi menjadi dua, sintetis dan alami). Sifat resin
akrilik termoplastik dan termosetting.
2. Heat Curing resin acrylic : Jenis Resin akrilik menggunakan pemanasan untuk
polimerisasinya, sering digunakan pada plat gigi tiruan. Terdiri dari powder dan
liquid, tersedia warna transparan sehingga bisa diwarnai.
3. Self curing resin acrylic : Jenis resin akrilik yang polimerisasinya hanya
menggunakan suhu ruang. Polimerisasi membutuhkan senyawa kimia amintersier.
Tidak membutuhkan pemanasan. Memiliki porusitas 2-5 % lebih tinggi dari pada heat
curing resin acrylic
4. Polimerisasi : Gabungan dua atau lebih monomer. Proses penggabungan monomer
satu dengan lainnya yang membentuk rantai polimer melalui reaksi kimia.
5. Packing : Salah satu tahap manipulasi resin akrilik yaitu penuangan resin akrlikik ke
dalam mould yang telah diatanam pada kuvet

2
BAB III
STEP 2: MENETAPKAN PERMASALAHAN
(PROBLEM DEFINITION)

1. Apa saja syarat yang harus dipenuhi resin akrilik?


2. Apa saja komposisi dari resin akrilik?
3. Apa saja sifat yang dimiliki resin akrilik?
4. Apa saja klasifikasi resin akrilik?
5. Bagaimana proses manipulasi resin akrlik?
6. Faktor apa saja yang perlu diperhatikan pada saat manipulasi resin akrilik?
7. Apa saja kegunaan resin akrilik pada kedokteran gigi?

3
BAB IV
STEP 3: MENGANALISIS MASALAH
(BRAINSTORMING)

1. Syarat yang harus dimiliki resin akrilik :


 Estetika, yaitu warna resin akrilik harus permanen dan sesuai jaringan di sekitar
gigi
 Odorless (Tidak berbau)
 Dimensi yang stabil
 Testeless (tidak berasa)
 Toleran terhadap suhu pada rongga mulut
 Mudah di reparasi dan di manipulasi
 Memiliki konduktivitas termal yang baik
 Ekonomis atau ramah di kantong
 Fatigue Strenght (tahan lama) terjadi ketika basis gigi tiruan tidak di desain sesuai
sehingga mudah melengkung ketika pengunyahan.
 Radiopascity bisa di deteksi dengan sinar x
 Mudah di bersihkan
 Non toxic
 Memiliki kekuatan mekanis yang cukup

2. Komposisi resin akrilik secara umum terdiri atas 2, yaitu polimer dan monomer:

o Polimer


Secara umum polimer resin akrilik terdiri dari:

 Poli (metil metakrilat), 


 Initiator (0.2-0.5% benzoil peroksida), 


 Pigmen (merkuri sulfat, cadmium selenit, ferric oxide), 


4
 Plasticizer (dibutil ptalat), 


 Opacifiers (zinc atau titanium oxide), 


 Bahan tambahan serat sintetis organik (serat nilon atau serat 
 akrilik) 


 Bahan anorganik (serat kaca, zirkonium silikat) 
 Untuk resin akrilik jenis self

cured , ada bahan tambahan aktivator berupa amin tersier, sedangkan pada light

cured terdapat aktivator berupa camphoroquinone. 


o Monomer


Monomer resin akrilik terdiri dari:

 Metil metakrilat 


 Stabilizer (0.003 – 0.1% metil ether hydroquinone) 


 Plasticizer (dibutil pthalat), 


 Bahan untuk memacu ikatan silang (cross-linking agent) 
 yaitu etilen glikol

dimetakrilat (EGDMA). 


3. Sifat yang dimiliki resin akrilik :

a. Sifat fisik :

 Warna 
 : seperti gingiva/ harmonis sebagai estetika

 Stabilitas dimensional 
 : baik, jangka watu tertentu tidak mengalami perubahan

dimensi

 Ketahanan abrasi 
 : daya tahan baik

5
 Crazing/ retak 
 
 : biasanya karena stres sehingga molekul polimer terlepas

 Konduktivitas termal 
 
 : penyaluran panas pada bahan rendah

b. Sifat mekanin 


 Kekuatan tensil 
 : kekuatan ketika direnggangkan sebelum mengalami kepatahan

sebesar 55 mPa (rendah)

 Kekuatan impact 
 : 1 cm kg/cm. Memungkinkan apabila ada impact melebihi

kekuatan itu akan terjadi fraktur.


 Fatique : pemakaian gigi tiruan yang tidak didesain dengan baik sehingga basis bisa
melengkung jika terkena mastikasi
c. Sifat kimia

 Penyerapan air 
 : selalu terjadi pada resin akrilik jika bahan lebih kasar

 Stabilitas warna 
 : nilai diskolorasi paling rendah setelah direndam pada larutan

kopi, dibandingkan dengan nilon

d. Sifat biologis

 Biokompatibel
 : baik (biomaterial),

 Akumulasi bakteri : berkaitan dengan penyerapan air 


4. Klasifikasi resin akrilik berdasarkan proses polimerisasinya


Heat Cure : Resin akrilik yang polimerisasinya dengan bantuan panas. Energi termal
menghasilkan radikal bebas dan mengawali polimerisasi. Pemanasan dengan water
bath atau direbus biasa dengan air dan kompor.
Self Cure : Resin akrilik yang terktivasi secara kimia dengan bantuan aminatersier
(merupakan turunan dari amino NH3, ada tiga yaitu amina primer, amina sekunder
dan amina tersier).

6
Light Cure : Resin akrilik yang polimerisasinya dengan bantuan cahaya sinar tampak
dan sinar UV. Penyinaran 5 menit dengan gelombang cahaya sebesar 465 nm.
Microwave : Menggunakan gelombang mikro didalam rentang megahertz untuk
polimerisasinya. Di kontrol sesuai waktu dan jumlah watt yang digunakan

5. Manipulasi base plate wax:


a. Pencampuran bubuk dan cairan

Monomer : cairan

Polimer : bubuk


Perbandingan polimer dan monomer 28:9. Dicampur didalam wadah yang tidak
transparan dan tembus cahaya, agar tidak terjadi polimerisasi terlebih dahulu.

 Sandy stage : berpasir 


 Stringy stage : berbenang 


 Dough like stage : seperti adonan. Masukkan ke da lam bahan ke 
 cetakan 


 Rubbery of elastic stage : adonan seperti karet 


 Stiff stage : adonan menjadi keras 


b. Packing/pengisian
 Tahap pengisian akrilik ke mould, dilakukan pressing dengan

kekuatan 1000 psi selama 5 menit lalu dilakukan pressing dengan kekuatan 2200
psi selama 5 menit
c. Press. Tekanan 1000 psi selama 5 menit kemudian di press lagi dengan tekanan
2200 psi.
d. Curing, Heat curing (ditempatkan pada water bath suhu 70 derajat selama 1,5 jam

kemudian dinaikkan menjadi 100 derajat C, selama satu jam)


7
e. Tahapan polimerisasi:

 Tahapan induksi : permulaan berubahnya molekul dari inisiator 
 menjadi bergerak

dan memindahkan energi pada molekul monomer 


 Propagasi : pembentukan rantai yang terjadi karena ada pengaktifan 
 monomer

sampai menjadi polimer 


 Transfer rantai : pengikatan antara antai polimer dan monomer. 
 Rantai yang

dapat diakhiri bisa diaktifkan kembali dan harus 
 berikatan 


 Terminasi : karena adanya reaksi antara radikal bebas dua rantai 
 yang sedang

tumbuh sehingga terbentuk molekul yang stabil 


BAB V
STEP 4: MIND MAP

Resin akrilik
monomer

komposisi

polimer

sifat

Fisik Kimia Mekanis Biologis

Klasifikasi
(Berdasarkan Polimerisasinya)
Heat cured Self cured light cured Microwave
Resin acrylic resin acrylic resin acrylic cure resin
Kegunaan di
acrylic 8
Kedokteran
gigi
Manipulasi
BAB VI
STEP 5: MENENTUKAN TUJUAN BELAJAR
(LEARNING OBJECTIVE)

1. Mahasiswa mampu menjelaskan sifat fisik, kimia, biologis, dan mekanis dari
resin akrilik
2. Mahasiswa mampu menjelaskan Komposisi resin akrlilik
3. Mahasiswa mampu menjelaskan Klasifikasi resin akrilik berdasarkan proses
polimerisasi
4. Mahasiswa mampu menjelaskan manipulasi resin akrilik
5. Mahasiswa mampu menjelaskan Kegunaan Resin akrilik pada kedokteran gigi.

9
BAB VII
STEP 7: PEMBAHASAN

1. Sifat Fisik, Mekanis, Kimia, dan Biologis dari Resin Akrilik


A. Sifat Fisik
a. Pengerutan polimerisasi
Pengerutan volumetrik 21% yang terjadi saat monomer metakrilat membentuk
poli (metal metakrilat) dan terjadi perubahan kepadatan massa bahan dari 0,94
menjadi 1,198 g/cm3. Pengerutan linier yang akan memberikan efek pada adaptasi
basis gigi tiruan dan interdigitasi tonjol (Annusavice, dkk., 2013).
b. Porositas
penguapan monomer yang tidak bereaksi. Temperatur resin yang melebihi titik
didih bahan yang digunakan. Akibatnya terjadi gelembung permukaaan dan dibawah
permukaan yang akan mempengaruhi dari sifat fisik, estetika, dan kebersihan basis
gigi tiruan. Tidak tepatnya pengadukan antara serbuk dengan cairan, sehingga
beberapa bagian massa resin akan mengandung monomer lebih banyak dari yang lain
dan dapat membuat pengerutan yang lebih banyak dibanding dengan daerah
sekitarnya.
c. Penyerapan air
PMMA menyerap air dalam jumlah yang relatif sedikit ketika ditempatkan
pada lingkungan basah. Penyerapan air ini akan menimbulkan efek yaitu sifat
mekanis dan dimensi polimer. Penyerapan air terjadi secara difusi yaitu
berpindahnya substansi melalui rongga atau substansi kedua. Molekul air akan
menembus massa PMMA dan menempati posisi diantara rantai polimer.
Akibatnya, rantai polimer akan terganggu dan akan memisah. Adanya molekul
air tersebut akan menimbulkan dua efek yaitu: massa terpolimerisasi akan
sedikit terjadi ekspansi dan akan mempengaruhi kekuatan rantai polimer yang
berperan sebagai bahan pembuat plastis.

d. Tekanan waktu pemrosesan


Jika resin akrilik diberikan tekanan dan tekanan dilepaskan, maka dapat terjadi
distorsi atau kerusakan bahan. Pada proses pengerutan seperti yang dijelaskan
sebelumnya akan terjadi kemungkinan pergesekan antara dinding mold dan
resin lunak yang menghalangi pengerutan normal. Hal tersebut mengakibatkan
rantai polimer terenggang dan resin akan mengandung tekanan bersifat
menarik. Selain itu, tekanan juga diakibatkan oleh pengerutan termal. Begitu

10
resin terpolimerisasi didinginkan, resin akan menjadi relatif kaku dan
menyebakan pengerutan termal.

e. Crazing
Relaksasi tekanan akan menimbulkan goresan permukaan atau retakan mikro
yang disebut crazing. Pada permukaan protesa crazing akan terlihat sebagai
garis retakan kecil. Crazing akan tampak ‘berkabut’ pada resin transparan dan
akan menimbulkan gambaran putih pada resin berwarna. Crazing disebabkan
oleh aplikasi tekanan atau resin yang larut sebagian.

f. Kekuatan
Resin diaktifkan secara kimia akan menghasilkan peningkatan monomer residu
dan penurun kekuatan serta nilai kekerasan dibandingkan dengan resin yang
diaktifkan panas.

g. Creep
Resin gigi tiruan mempunyai sifat viskoelastis yaitu benda padat bersifat karet.
Jika resin basis gigi tiruan diberikan beban yang tertahan makan bahan akan
menunjukakan defleksi atau deformasi awal. Apabila beban tersebut tidak
dilepaskan, deformasi tambahan akan terjadi. Deformasi tambahan disebut
dengan creep.

h. Kelarutan
Resin akrilik umumnya tidak larut dalam cairan RM meskipun basis larut
dalam berbagai pelarut dan jumlah kecil monomer dilepaskan.

i. Kekasaran permukaan
Kekasaran permukaan resin mempermudah perlekatan sisa-sisa makanan dan
bakteri serta jamur yang mengakibatkan kebersihan mulut yang kurang baik.

B. Sifat Mekanik

Resin akrilik harus kaku, nilai modulus elastisitas yang tinggi sangat dibutuhkan.
Nilai limit elastis yang tinggi dibutuhkan untuk memastikan bahwa stress yang diterima
saat menggigit dan mengunyah tidak menyebabkan deformasi permanen. Kombinasi dari
nilai modulus elastisitas yang tinggi dan nilai limit elastis yang tinggi dapat memberikan
tambahan keuntungan yaitu akan memungkinkan basis dapat dibuat tipis. kekuatan lentur
(flexural strength) yang cukup untuk menahan fraktur. Daya tahan yang cukup tehadap

11
abrasi (abrasion resistance) untuk mencegah pemakaian berlebihan (excessive wear) dari
material pembersih yang abrasif maupun dari bahan makanan.

Retak : pada permukaan resin akrilik dapat terjadi retak karena adanya tekanan tarik yang
menyebabkan terpisahnya molekul-molekul polimer.

Fraktur : gigi tiruan dapat mengalami fraktur yang disebabkan karena benturan (impact)
misalnya terjatuh pada permukaan yang kasar, fatique yang terjadi karena gigi tiruan
mengalami pembengkokan yang berulang-ulang selama pemakaian dan tekanan pada
basis gigi tiruan selama proses pengunyahan (transversal/fleksural).

C. Sifat Kimiawi

Resin akrilik bersifat lamban (inert) dalam penyerapan, tidak larut dalam cairan oral
dan tidak menyerap air atau saliva karena keadaan tersebut dapat mengubah sifat-sifat
mekanikal material dan menyebabkan gigi tiruan menjadi tidak higenis. )

D. Sifat Biologikal

Resin akrilik tidak berbahaya bagi operator berkaitan dengan pengolahannya, tidak
toksik dan tidak mengiritasi pasien.

12
2. Komposisi Resin Akrilik
Komposisi resin akrilik secara umum adalah sama, yaitu terdiri dari bubuk polimer
dan cairan monomer. Namun pada resin jenis tertentu, memiliki beberapa bahan tambahan.
Berikut adalah komposisi resin akrilik:
Bubuk, terdiri dari:
1. Polimer (polimetil metakrilat)
Poli (metil metakrilat) dapat dimodifikasi dengan etil, butil, maupun alkil metakrilat
lainnya untuk menghasilkan bubuk yang lebih tahan terhadap fraktur karen benturan.
Polimer ini sangat stabil. Ia tidak mengalami diskolorisasi dalam cahaya ultraviolet,
secara kimiawi stabil dalam panas dan melembut pada 125°C dan dapat dibentuk
seperti bahan termoplastik.

2. Inisiator : 0,5 – 1,5 % benzoil peroksida atau diisobutilazonitril


Initiator merupakan suatu bahan yang berfungsi untuk mengaktifkan reaksi
polimerisasi resin akrilik. Bahan initiator yang biasa ditemukan adalah berupa 0.5 –
1.5% benzoil peroksida. Substansi ini akan mengalami pemutusan ikatan oleh karena
adanya pemicu seperti panas pada heat-cured, kimia pada self-cured, dan cahaya pada
light-cured. Pemutusan ikatan satu benzoil peroksida akan menghasilkan dua buah
radikal bebas. Radikal bebas inilah yang nantinya akan mengikat monomer-monomer
sehingga terjadilah reaksi polimerisasi.

3. Plasticizer
Plasticizer merupakan bahan kimia yang ditambahkan pada polimer untuk membuat
resin akrilik lebih fleksibel sehingga lebih mudah dicetak. Hal ini menyebabkan
kekuatan dan kekerasan resin akrilik berkurang. Resin akrilik biasanya mengandung
2-7% dibutyl phthalate sebagai plasticizer.

4. Pigmen
Polimer murni seperti poli (metil metakrilat) merupakan senyawa bening dan dapat
beradaptasi dengan banyak pewarnaan (pigmentasi). Pigmen berfungsi untuk
memberi warna seperti jaringan rongga mulut. Senyawa-senyawa yang digunakan

13
seperti merkuri sulfid, cadmium sulfid, cadmium selenida, feri oksida, atau karbon
hitam dengan kadar sekitar 1%. Pigmen harus stabil selama pemrosesan dan
pemakaian.

5. Opacifiers
Tujuan bagi penambahan opacifiers adalah untuk memastikan resin akrilik terlihat di
dalam sinar-X apabila tertelan. Opacifiers yang biasa digunakan adalah zinc atau
titanium oxide.

6. Bahan tambahan
Bahan yang umumnya ditambahkan pada resin akrilik adalah serat sintetis/organik
(serat nilon atau serat akrilik) dan partikel inorganik, seperti serat kaca, zirkonium
silikat. Adanya penambahan bahan-bahan ini biasanya dilakukan untuk merubah sifat
fisik dan mekanik, seperti penambahan serat kaca akan menyebabkan densitas resin
akan akrilik semakin meningkat.

Liquid (Cairan) terdiri dari:

1. Monomer (metil-metakrilat)
Merupakan cairan yang jernih dan tidak berwarna pada temperatur ruang, mempunyai
titik didih 100,3oC, mudah menguap, dan terbakar. Monomer memiliki viskositas
yang rendah dan berbau sangat tajam yang dilepaskan oleh tekanan penguapan yang
relatif tinggi pada temperatur kamar.

2. Stabilizer atau inhibitor


Stabilizer/inhibitor berupa 0,06% hidroquinon yang berfungsi untuk mencegah
terjadinya polimerisasi selama penyimpanan atau perpanjangan waktu penyimpanan.
Bila resin akrilik tidak mengandung inhibitor maka polimerisasi monomer dan cross-
linking agent akan terjadi secara perlahan, bahkan pada atau di bawah suhu kamar
tergantung munculnya radikal bebas pada monomer. Sumber radikal bebas ini masih
belum dapat ditentukan, akan tetapi bila terbentuk radikal bebas, maka akan
meningkatkan viskositas cairan (monomer) dan dapat pula mengakibatkan monomer
menjadi solid (padat). Inhibitor bekerja secara cepat pada radikal yang terbentuk pada
cairan (monomer) untuk membentuk radikal yang stabil dan tidak berpotensi untuk
memulai proses polimerisasi. Cara lain untuk mengurangi radikal yang tidak
diinginkan yaitu dengan menyimpan monomer dalam kaleng atau botol berwarna
coklat gelap.

14
3. Cross-linking agent: glikol dimetakrilat
Bahan ini ditambahkan ke dalam cairan resin akrilik untuk mendapatkan ikatan silang
pada polimer. Ciri khas cross-linking agent adalah gugus reaktif - CR = CH- yang
terletak pada ujung yang berlawanan dari molekul dan berfungsi untu
menghubungkan molekul-molekul polimer yang panjang. Penggunaan cross linking
agent dapat meningkatkan ketahanan resin akrilik terhadap keretakan permukaan dan
dapat menurunkan solubilitas dan penyerapan air.

15
3. Klasifikasi Resin Akrilik Berdasarkan Proses Polimerisasi
A. Heat Cured (Resin Akrilik Polimerisasi Panas)

Merupakan resin akrilik yang polimerisasinya dengan bantuan pemanasan. Energi


termal yang diperlukan dalam polimerisasi dapat diperoleh dengan menggunakan
perendaman air atau microwave. Penggunaan energy termal menyebabkan
dekomposisi peroksida dan terbentuknya radikal bebas. Radikal bebas yang terbentuk
akan mengawali proses polimerisasi ( Ecket, dkk., 2004).

Resin ini polimerisasinya memanfaatkan energi termal dan tekanan yang


dipertahankan hingga polimerisasi sempurna. Energi termal yang diperlukan untuk
polimerisasi bahan tersebut dapat diperoleh lewat pemanasan air.

B. Resin Akrilik Swapolimerisasi ( Self- Cured) Autopolymerizing

Merupakan resin akrilik yang teraktivasi secara kimia. Resin yang teraktivasi
secara kimia tidak memerlukan penggunaan energy termal dan dapat dilakukan pada
suhu kamar. Aktivasi kimia dapat dicapai melalui penambahan amintersier terhadap
monomer. Bila komponen powder dan liquid diaduk, amintersier akan menyebabkan
terpisahnya benzoil peroksida sehingga dihasilkan radikal bebas dan polimerisasi
dimulai (Ecket, dkk., 2004).

C. Resin Akrilik Polimerisasi Microwave

Gelombang mikro adalah gelombang elektromagnetik dalam rentang frekuensi


megahertz untuk mengaktifkan proses polimerisasi basis resin akrilik. Prosedur ini
sangat disederhanakan pada tahun 1983, dengan pengenalan serat kaca khusus, cocok
untuk digunakan dalam oven microwave. Resin akrilik dicampur dalam bubuk yang
tepat, dalam waktu yang sangat singkat sekitar 3 menit. Kontrol yang cermat dari
waktu dan jumlah watt dari oven adalah penting untuk menghasilkan resin bebas pori
dan memastikan polimerisasi lengkap (Ecket, dkk., 2004).

Resin akrilik microwave polymerized-polymer yaitu resin yang terdiri dari bubuk
dan cairan poli(metil-metakrilat), dan penambahan komposisi bahan berupa fiber glass
reinforced resin. Proses polimerisasi menggunakan energi microwave dengan kuvet
polikarbonat khusus (bukan logam). (Jagger D dkk,1999 dan Khasawneh SF,2000)

16
D. Resin Akrilik Polimerisasi Cahaya

Resin akrilik light cured adalah resin yang diaktivasi menggunakan sinar yang
terlihat oleh mata, menggunakan empat buah lampu halogen tungsten yang
menghasilkan gelombang cahaya sebesar 400-500 nm. Bahan ini digambarkan sebagai
suatu komposit yang memiliki matriks uretan dimetakrilat, silica ukuran mikro, dan
monomer resin akrilik berberat molekul tinggi. Butir-butir resin akrilik dimasukkan
sebagai bahan pengisi organic. Sinar yang terlihat oleh mata adalah aktivator,
sementara camphoroquinone bertindak sebagai aktivator polimerisasi.

Resin akrilik diaktifkan cahaya, yang juga disebut resin VLC, adalah kopolimer
dari dimetakrilat uretan dan resin akrilik kopolimer bersama dengan silika microfine.
Proses polimerisasi diaktifkan dengan menempatkan resin akrilik yang telah dicampur
dalam moldable di model master pada sebuah meja berputar, dalam ruang cahaya
dengan intensitas cahaya yang tinggi dari 400-500 nm, untuk periode sekitar 10 menit
(Ecket, dkk., 2004).

17
4. Manipulasi Resin Akrilik

A. Manipulasi Heat Cured Resin Acrylic


1. Perbandingan bubuk dan cairan
Perbandingan yang umum digunakan adalah 3,5 : 1 satuan volume atau 2,5: 1 satuan
berat. Bila cairan terlalu sedikit maka tidak semua bubuk sanggup dibasahi oleh
cairan akibatnya akrilik yang telah selesai berpolimerisasi akan bergranul dan adonan
tidak akan mengalir saat dipress ke dalam mold . Sebaliknya, cairan juga tidak boleh
terlalu banyak karena dapat menyebabkan terjadinya kontraksi pada adonan akrilik ,
maka pengerutan selama polimerisasi akan lebih besar (dari 7% menjadi 21 % satuan
volume ) dan membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai konsistensi dough dan
dapat menimbulkan porositas pada bahan gingiva tiruan (Anusavice ,2003).

2. Pencampuran
Setelah perbandingan tepat, maka bubuk dan cairan dicampur dalam tempat yang
tertutup lalu dibiarkan beberapa menit hingga mencapai fase dough. Adonan atau
campuran akrilik ini akan mengalami empat fase, yaitu :
a. Sandy stage
Mula – mula terbentuk campuran yang menyerupai pasir basah.
b. Sticky stage
Bahan menjadi merekat ketika bubuk mulai larut dalam cairan.
c. Dough stage
Terbentuknya adonan yang halus, homogen dan konsistensinya tidak melekat
lagi dan mudah diangkat, dimana tahap ini merupakan saat yang tepat untuk
memasukkan adonan ke dalam mold dalam waktu 10 menit.
d. Rubbery stage
Bila adonan dibiarkan terlalu lama , maka akan terbentuk adonan menyerupai
karet dan menjadi kaku (rubbery – hard ) sehingga tidak dapat dimasukkan ke
dalam mould (Anusavice ,2003).
3. Pengisian
Sebelum pengisian dinding mould diberi bahan separator untuk mencegah
merembesnya cairan ke bahan mould dan berpolimerisasi sehingga menghasilkan
permukaan yang kasar, merekatnya dengan bahan tanam gips dan mencegah air dari
gips masuk ke dalam resin akrilik (Anusavice ,2003).

18
Pengisian adonan ke dalam mould harus diperhatikan agar terisi penuh dan saat
dipress terdapat tekanan yang cukup pada mould. Setelah pengisian adonan ke dalam
mould penuh kemudian dilakukan press pertama sebesar 1000 psi ditunggu selama 5
menit agar mould terisi padat dan kelebihan resin dibuang kemudian dilakukan press
terakhir dengan tekanan 2200 psi ditunggu selama 5 menit . Selanjutnya kuvet
dipasang mur dan dilakukan proses kuring (O’Brien dkk, 1985)
4. Kuring
Salah satu tehnik kuring mencakup proses pembuatan bahan tiruan dalam water bath
bertemperatur konstan yaitu 70 C selama 8 jam atau dengan cara dipanaskan pada
suhu 70 C selama 1 jam 30 menit kemudian meningkatkan temperatur smapai 100 C
dipertahankan selama 1 jam (Anusavice, 2003). Pemanasan pada suhu 100 C penting
dilakukan untuk mendapatkan kekuatan dan derajat polimerisasi resin akrilik yang
tinggi dan juga akan mengurangi sisa monomeryang tertinggal. (Anusavice ,2003).
Kuvet yang didalamnya terdapat mold yang telah diisi resin akrilik kemudian
dipanaskan di dalam water bath . Suhu dan lamanya pemanasan harus dikontrol
(Anusavice ,2003).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan selama proses kuring , yaitu :
a. Bila bahan mengalami kuring yang tidak sempurna , memungkinkan mengandung
monomer sisa tinggi.
b. Kecepatan peningkatan suhu tidak boleh terlalu besar. Monomer mendidih pada suhu
100,3 C . Resin hendaknya tidak mencapai suhu ini sewaktu masih terdapat sejumlah
bagian monomer yang belum bereaksi . Reaksi polimerisasi adalah bersifat
eksotermis. Maka apabila sejumlah besar massa akrilik yang belum dikuring tiba –
tiba dimasukkan ke dalam air mendidih , suhu resin bisa naik di atas 100,3 C sehingga
menyebabkan monomer menguap . Hal ini menyebabkan gaseous porosity.
Polimerisasi pada Resin Akrilik

Polimerisasi merupakan persamaan senyawa berat molekul rendah yang disebut


monomer ke senyawa berat molekul besar yang disebut polimer (Craig, dkk., 2004).

1. Reaksi Kondensasi
Reaksi yang menghasilkan polimerisasi pertumbuhan bertahap atau kondensasi
berlangsung dalam mekanisme yang sama seperti reaksi kimia antara 2 atau lebih molekul-
molekul sederhana. Senyawa untama bereaksi, seringkali dengan pembentukan produk
sampingan seperti air, asam halogen, dan ammonia. Pembentukan produk sampingan ini

19
adalah alasan mengapa polimerisasi pertumbuhan bertahap, seringkali disebut polimerisasi
kondensasi. (Craig, dkk., 2004)

2. Reaksi Adisi
Tidak seperti polimerisasi kondensasi, tidak ada perubahan komposisi selama
polimerisasi tambahan/adisi. Makromolekul dibentuk dari unit-unit yang kecil, atau
monomer, tanpa perubahan dalam komposisi, karena monomer dan polimer memiliki rumus
empiris yang sama. Dengan kata lain struktur monomer diulangi berkali-kali dalam polimer
(Anusavice, 2004).

Pada proses polimerisasi polimetil metakrilat terjadi reaksi kimia berupa reaksi adisi.
Reaksi yang terjadi sewaktu polimerisasi polimetil metakrilat berlangsung dengan tahap
sebagai berikut :

 Aktivasi dan Inisiasi


Untuk berlangsungnya polimerisasi dibutuhkan radikal bebas, yaitu senyawa kimia yang
sangat mudah bereaksi karena memiliki elektron ganjil (tidak mempunyai pasangan). Radikal
bebas tersebut dibentuk misalnya, dalam penguraian peroksida, dimana satu molekul benzoil
peroksida dapat membentuk dua radikal bebas. Radikal bebas inilah yang menggerakkan
terjadinya polimerisasi dan disebut inisiator. Sebelum terjadi inisiasi, inisiatornya perlu
diaktifkan dengan penguraian peroksida baik dengan sinar, ultraviolet, panas atau dengan
bahan kimia lain seperti tertian amina. (Umriati, 2000).
Masa inisiasi merupakan masa permulaan berubahnya molekul dari inisiator menjadi
bertenaga atau bergerak dan memulai memindahkan energy pada molekul monomer. Tinggi
rendahnya suhu mempengaruhi masa inisiasi. Reaksi yang terjadi selama tahap ini
ditunjukkan pada gambar.

Proses yang terjadi pada tahap inisiasi adalah:

- Benzoil peroksida menghasilkan dua radikal bebas


- Radikal bebas dapat terurai dan menghasilkan radikal bebas lain.

20
 Propagasi
Propagasi merupakan tahap pembentukan rantai yang terjadi karena monomer yang
diaktifkan, kemudian terjadi reaksi antara radikal bebas dengan monomer. Proses yang terjadi
pada tahap ini adalah:
 Radikal bebas bereaksi dengan monomer menjadi radikal bebas sehingga monomer
teraktifkan.
 Monomer teraktifkan dapat bereaksi dengan molekul monomer lain dan seterusnya
menjadi pertumbuhan rantai. (Umriati, 2000).
Reaksi yang terjadi pada tahap ini dapat dilihat pada gambar.

 Terminasi
Terminasi terjadi karena adanya reaksi pada radikal bebas 2 rantai yang sedang tumbuh
sehingga terbentuk molekul stabil (Combe, 1992). Pertumbuhan rantai polimer merupakan
suatu proses random yaitu sebagian rantai tumbuh lebih cepat dan sebagian terminasi
sebelum yang lainnya sehingga tidak semua rantai mempunyai panjang yang sama. Terjadi
pergerakan rantai polimer dari rantai yang satu ke rantai lainnya sewaktu menerima beban
stress, sehingga semakin panjang rantai polimer semakin sedikit monomer sisa pada basis
gigi tiruan dan proses polimerisadi lebih sempurna (Umriati, 2000).
Berikut ini reaksi yang terjadi selama tahap terminasi berlangsung yaitu:

21
Setelah proses kuring, kuvet dibiarkan dingin secara perlahan . Pendinginan dilakukan
hingga suhu mencapai suhu kamar . Selama proses ini, harus dihindari pendinginan secara
tiba-tiba karena semalaman pendinginan terdapat perbedaan kontrasksi antara gips dan akrilik
yang menyebabkan timbulnya stress di dalam polimer. Bila pendinginan dilakukan secara
perlahan, maka stress diberi kesempatan keluar akrilik oleh karena plastic deformation.
Selanjutnya resin dikeluarkan dari cetakan dengan hati – hati untuk mencegah patahnya
gingiva tiruan, kemudian dilakukan pemolesan resin akrilik (Mc Cabe JF, 2008)

22
5. Kegunaan Resin Akrilik pada Kedokteran Gigi

Aplikasi resin akrilik dalam kedokteran gigi antara lain (Annusavice, 2003):

a. Pembuatan basis gigi tiruan 
 Resin akrilik digunakan karena memiliki sifat yang

menguntungkan yaitu estetik, warna dan tekstur mirip dengan gingiva sehinggga
estetik di dalam mulut baik, daya serap air relatif rendah dan perubahan dimensi kecil.

b. Bahan restorasi 


c. Post-Dam pada full denture 


d. Splint 


e. Stents 


f. Sebagai individual tray atau sendok cetak perorangan 
 Sendok cetak resin dibuat

untuk menyesuaikan lengkung tertentu sehingga 
 sering disebut sendok cetak

individual 


g. Relining 


h. Rebasing 


23
KESIMPULAN

Resin akrilik adalah jenis resin termoplastik, di mana merupakan senyawa komponen
non metalik yang dibuat secara sintesis dari bahan bahan organik. Resin akrilik dapat
dibentuk selama masih dalam keadaan plastis. Resin akrilik tidak boleh menyebabkan iritasi
atau bersifat toksik pada lingkungan sehingga biokompatibilitasnya harus tinggi. Kelebihan
dan kekurangan setiap resin berbeda tergantung tipe resin. Pada bidang kedokteran gigi resin
akrilik digunakan untuk Pembuatan basis gigi tiruan, bahan restorasi, bahan penambah post
dan full denture, Restorasi gigi tambalan, inlay dan laminate resin komposit, dan sebagai
individual tray atau sendok cetak perorangan, dan peralatan ortodonsi.

24
DAFTAR PUSTAKA

Anusavice, Kenneth J. 1996. Phillips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC

O’Brien, W., 2002, Dental Materials and Their Selection, QuintessencePublishing, Hanover
Park, pp. 163-178.

Combe, E.C., 1992, Sari Dental Material (terj.), Balai Pustaka, Jakarta

Tamin HZ. Pengaruh Ketebalan dan Jenis Resin Akrilik Heat Cured Basis Gigitiruan
Terhadap Jumlah Monomer Sisa, Porositas dan Kekuatan Transversa. M.S.Tesis.
Surabaya: Universitas Airlangga,1996:59-60.

th
Phillips, R.W. 1991. Science of Dental Material 9 Ed. W.B. Sounders Co., Philadelphia.

Jagger D, Harrison A. Complete denture-problem solving. London: British Dental


Association; [serial online] 1999: 9-10.

Khasawneh SF, Arab JM. A Clinical Study of Complete Denture Fractures at Four Military
Hospitals in Jordan. Amman-Jordan: Dental Department King Husein Medical Center
(KHMC), 2002.

25

Anda mungkin juga menyukai