Anda di halaman 1dari 12

Kelompok 7B : Perbandingan Keberhasilan Perawatan Saluran Akar Pada Gigi Sulung Dengan Bahan Pasta

ZOE, Caoh, Dan Pasta Iodoform

PERBANDINGAN KEBERHASILAN PERAWATAN SALURAN AKAR PADA GIGI


SULUNG DENGAN BAHAN PASTA ZOE, Ca(OH)2, DAN PASTA IODOFORM

KELOMPOK 7B

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara


Jl. Alumni No. 2 Kampus USU Medan 20155

PENDAHULUAN

Perawatan endodontik pada gigi sulung bertujuan menjaga kesehatan anak dan
mempertahankan gigi sulung yang pulpanya telah terbuka sampai periode eksfoliasi normal
dan gigi permanen erupsi. Perawatan endodontik pada gigi sulung dibagi menjadi dua yaitu:
Perawatan pulpa vital dan Perawatan saluran akar. Perawatan pulpa vital terdiri dari pulp
capping indirect, pulp capping direct, dan pulpotomi. Perawatan saluran akar merupakan
perawatan pulpektomi.1

Pulpektomi adalah tindakan pengambilan seluruh jaringan pulpa dari kamar pulpa dan
saluran akar. Pulpektomi merupakan perawatan untuk jaringan pulpa yang telah mengalami
kerusakan yang bersifat irreversible. Beberapa dokter gigi anak lebih memilih perawatan
pulpektomi pada gigi sulung meskipun masih berindikasi pulpotomi (pulpitis reversibel)
karena mereka meyakini bahwa lebih baik melakukan obturasi penuh dibandingkan obturasi
sebagian.1

Indikasi pulpektomi gigi sulung yakni2 ;

1. Gigi sulung dengan pulpitis ireversibel, atau gigi yang semula akan dilakukan
pulpotomi tapi ternyata pulpa menunjukkan tanda-tanda pulpitis ireversibel.
2. Inflamasi kronis atau nekrosis pulpa.
3. Tidak ada resorpsi internal, resorpsi eksternal masih terbatas.
4. Kegoyangan gigi minimal.
5. Saluran akar dapat dimasuki instrument.

Kontraindikasi pulpektomi gigi sulung yakni3 ;

1
Kelompok 7B : Perbandingan Keberhasilan Perawatan Saluran Akar Pada Gigi Sulung Dengan Bahan Pasta
ZOE, Caoh, Dan Pasta Iodoform

1. Gigi yang sudah tidak dapat direstorasi.


2. Adanya resorpsi internal akar pada gambaran radiografi.
3. Kelainan pada pulpa yang menyebabkan dasar pulpa terbuka ke arah furkasi.
4. Adanya infeksi periapikal yang melibatkan benih gigi pengganti.
5. Kehilangan perlekatan tulang alveolar patologis.
6. Pasien dengan penyakit kronis.

Pada perawatan ini dilakukan obturasi saluran akar untuk menutup sistem saluran
akar dari kontaminasi oral dan menghalangi peerkembangan bakteri dari apikal. Bahan
obturasi saluran akar yang telah diterima sebagai gold standard adalah gutta perca, tetapi
gutta perca tidak dapat melekat pada dinding saluran akar sehingga dibutuhkan pemakaian
sealer untuk membantu menciptakan perlekatan antara gutta percha dengan dinding saluran
akar. Ada beberapa macam jenis sealer yang sekarang banyak digunakan, beberapa
diantaranya yaitu pasta zinc oxide eugenol, kalsium hidroksida dan pasta iodoform.

Zinc Oxide Eugenol merupakan bahan yang paling umum dan telah lama digunakan
dalam pengisian saluran akar pada gigi sulung dan hingga saat ini merupakan satu – satunya
bahan yang dianjurkan sebagai bahan pengisi saluran akar dalam pedoman klinis yang
dikembangkan oleh American Academy of Pediatric Dentistry (AAPD). zinc oxide eugenol
mempunyai efek antimikroba yang baik yang tidak tosik saat berkontak langsung dengan
saluran akar.4

Kalsium hidroksida juga direkomendasikan sebagai bahan obturasi akhir untuk terapi
saluran akar gigi sulung. Kalsium hidroksida awalnya bersifat bakterisidal kemudian
bakteriostatik. Bahan ini juga memiliki kemampuan meningkatkan penyembuhan dan
perbaikan. Pasta berbasis Iodoform sebagai bahan pengisi akar karena mereka memenuhi
sebagian besar persyaratan bahan pengisi untuk gigi sulung karena lebih mudah diresorpsi
oleh daerah periapikal, tidak menyebabkan reaksi inflamasi.5

TEKNIK PULPEKTOMI

Prosedur perawatan pulpektomi, yakni2 ;

1. Pemberian anestesi lokal lalu gigi diisolasi dengan rubber dam.


2. Membuang semua jaringan karies.

2
Kelompok 7B : Perbandingan Keberhasilan Perawatan Saluran Akar Pada Gigi Sulung Dengan Bahan Pasta
ZOE, Caoh, Dan Pasta Iodoform

3. Membuang atap kamar pulpa. Saat bur melewati atap kamar pulpa akan terasa ‘dip’.
Bila terasa maka bur tidak boleh dimasukkan lebih dalam melainkan arahkan
kesamping untuk membuang seluruh bagian atap kamar pulpa.
4. Membuang jaringan pulpa pada kamar pulpa menggunakan bur bulat besar atau
ekskavator. Penggunaan ekskavator lebih aman untuk mencegah perforasi pada kanal
furkasi.
5. Sisa jaringan diberishkan dan diirigasi lalu dikeringkan.
6. Jaringan pulpa pada saluran akar diambil menggunakan file Hedstrom yang
dimasukkan dengan perlahan sampai dirasakan adanya hambatan untuk masuk lebih
dalam.
7. Lakukan irigasi berulang ulang menggunakan larutan sodium hypochlorite 0.5% agar
sisa debris hilang.
8. Saluran akar dikeringkan menggunakan paper points.
9. Saluran akar diisi dengan bahan pengisi saluran akar menggunakan jarum lentulo,
pressure syringe, file, atau plugger amalgam.
10. Isi kamar pulpa dengan semen lalu gigi direstorasi permanen (biasanya menggunakan
stainless steel crown).

BAHAN PENGISI SALURAN AKAR


Bahan pengisi saluran akar gigi sulung idealnya harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut, yakni6;
1. Kecepatan resorpsi bahan sama dengan kecepatan resorpsi akar gigi sulung.
2. Tidak membahayakan jaringan periapikal dan benih gigi permanen penggantinya.
3. Dapat diresorbsi bila terjadi kelebihan pengisian.
4. Besifat antiseptic.
5. Proses pengisian saluran akar mudah dan memiliki perlekatan yang baik dengan dinding
saluran akar.
6. Tidak memiliki kemungkinan untuk mengkerut/ menyusut.
7. Dapat diambil dengan mudah bila diperlukan.
8. Bersifat radiopak.
9. Tidak merubah warna gigi yang dirawat.
10. Tidak menghasilkan massa yang keras sehingga dapat melukai gigi pengganti dalam
proses erupsinya.

3
Kelompok 7B : Perbandingan Keberhasilan Perawatan Saluran Akar Pada Gigi Sulung Dengan Bahan Pasta
ZOE, Caoh, Dan Pasta Iodoform

11. Bersifat bioaktif pada proses penyembuhan.

PASTA ZINC OXIDE EUGENOL

Perawatan saluran akar pada gigi sulung dengan menggunakan bahan pasta ZOE
diindikasikan untuk beberapa kasus seperti perawatan pulpa gigi sulung non vital atau
medikamen pulpektomi. Sebagai semen dan sealer sementara, zinc oxide eugenol
diindikasikan sebagai sealer sementara untuk sedasi pada kavitas setelah eliminasi karies
dental, semen untuk crown sementara, dan juga sealer sementara untuk medikamen
endodontik.7
Isi Bahan
Zinc oxide eugenol sering sekali ditemukan pada praktik dokter gigi. zinc oxide
eugenol memiliki anodyne, efek sedatif pada jaringan mulut. Semen zinc oxide eugenol
adalah sebuah kombinasi dari agen base (liquid) dengan komposisi 5-50% asam salisilat yang
mempunyai ukuran partikel utama sebesar 2 hingga 2000 mµ dan juga agen setting dengan
komposisi 0,5-15% material pengisi anorganik yang mana mempunyai kelarutan hingga 0,2g
per 100 ml air.7

Contoh umum dari komposisi zinc oxide eugenol yang banyak diketahui adalah liquid
yang terdiri dari minyak cengkeh dengan bubuk yang terdiri dari seng oksida, rosin dan seng
asetat. Terkadang juga ditambahkan materi pewarna dan pengharum juka dibutuhkan.7

Mekanisme Kerja Bahan

Mekanisme kerja zinc oxide eugenol adalah ketika zinc oxide eugenol dimasukkan
dalam rongga dentin, jumlah kecil dari eugenol menyebar melalui dentin ke pulpa.
Konsentrasi rendah eugenol memberi efek anestesi antiinflamasi dan lokal pada pulpa gigi.
Dengan demikian, pengguanaan zinc oxide eugenol dapat memfasilitasi penyembuhan pulpa.
Di sisi lain, konsentrasi eugenol yang berlebihan dan masuk ke periapkial dapat bersifat
sitotoksik.4

Keuntungan dan Kekurangan Bahan

Keuntungan dari penggunaan bahan zinc oxide eugenol yakni dalah tidak bersifat
toksik melainkan bersifat antiseptik yang memiliki sifat analgesik ringan. Bahan ZOE juga
memiliki perlekatan yang baik dengan dinding saluran akar, radiopak dan tidak menyebabkan
disokolorasi pada gigi yang dirawat.5

4
Kelompok 7B : Perbandingan Keberhasilan Perawatan Saluran Akar Pada Gigi Sulung Dengan Bahan Pasta
ZOE, Caoh, Dan Pasta Iodoform

Kerugian dari penggunaan bahan zinc oxide eugenol yakni6;

1. Adanya resiko dapat melukai benih gigi permanen pengganti yang sedang berada
dalam proses erupsi akibat kekerasan bahan pengisi ini.
2. Hanya memiliki spektrum anti bakteri yang kecil.
3. Aplikasi bahan sulit sehingga sering terjadi kekurangan pengisian.
4. Adanya perbedaan kecepatan resorpsi bahan pengisi dengan akar gigi sulung yang
dirawat, dimana akar gigi sulung resorpsinya lebih cepat daripada pasta zinc oxide
eugenol ini, sehingga partikel pasta akan tertinggal dalam tulang alveolar saat akar
sudah teresorpsi. hal tersebut dapat mengganggu erupsi gigi permanen pengganti.
5. Bila terjadi kelebihan pengisian saluran akar, menimbulkan reaksi tubuh yang tidak
diinginkan seperti misalnya terjadikeradangan. Selain itu kandungan bahan eugenol
juga dapat merusak sel.
6. Zinc Oxide eugenol dapat mengiritasi jaringan periapikal dan dapat mengakibatkan
nekrosis pada tulang dan sementum.
7. Dapat menimbulkan sitotoksik bila terjadi kontak dengan jaringan yang masih vital.

Manipulasi Kerja Bahan

Manipulasi zinc oxide eugenol Semen dicampur dengan cara menambahkan sejumlah
powder ke dalam cairan sehingga diperoleh konsistensi yang kental. Perbanding jumlah
powder dan cairan disesuaikan dengan petunjuk pabrik. Pencampuran dilakukan diatas glass
lab dan diaduk menggunakan spatula semen. Rata-rata waktu yang diperlukan untuk
mencapai setting time adalah 4-10 menit.4

KALSIUM HIDROKSIDA

Kalsium hidroksida diindikasikan pada perawatan pulp capping, pulpotomi,


perawatan gigi nonvital yang akarnya masih terbuka, perawatan saluran akar sebagai obat
antar kunjungan dan sebagai semen saluran akar. Selain itu juga untuk perawatan saluran akar
pada gigi dengan kelainan periapeks luas, kelainan endo-perio, resorbsi interna dan eksterna,
perforasi akar atau fraktur akar.8

Isi Bahan

Ca(OH)2 adalah bubuk tidak berbau putih dan berat molekul 74,08 (Farhad &
Mohammadi 2005). Memiliki kelarutan rendah dalam air (sekitar 1,2 g/ L pada 25o). Bahan

5
Kelompok 7B : Perbandingan Keberhasilan Perawatan Saluran Akar Pada Gigi Sulung Dengan Bahan Pasta
ZOE, Caoh, Dan Pasta Iodoform

Ca(OH)2 terdiri dari campuran 25% Ca(OH)2 dan 75% larutan aquous dari asam poloakrilik
(cair).9

Mekanisme Kerja Bahan

Ca(OH)2 mempunyai aksi kerja melalui pelepasan ion Ca2+ yang berperan proses
mineralisasi jaringan dan ion OH- yang dapat memberikan efek antimikroba melalui
peningkatan pH, sehingga terbentuk lingkungan alkalin yang tidak sesuai untuk
perkembangan mikroorganisme. Ketika diaplikasikan dalam saluran akar, Ca(OH)2 terurai
menjadi ion Ca2+ dan ion OH- yang selanjutnya akan berdifusi melalui tubulus dentinalis.
Dengan sifat basanya menyebabkan sebagian besar mikroorganisme yang ada dalam saluran
akar yang terinfeksi tidak mampu bertahan hidup.10

Keuntungan dan Kekurangan Bahan

Kalsium Hidroksida efektif digunakan untuk berbagai macam mikroorganisme,


seperti bakteri anaerob, aerob , gram positif dan gram negaif. Kalsium hidroksida dapat
menyebabkan inaktivasi enzim yang diproduksi bakteri secara reversible maupun irreversibel.
Ditemukan bahwa kalsium hidroksida dapat menghambat fungsi makrofag dan mengurangi
reaksi inflamasi dijaringan periapikal dan pulpa gigi bila digunakan untuk perawatan saluran
akar, pulpotomi dan pulp capping. Bagian alkali dari kalsium hidroksida dapat menetralkan
proses inflamasi dengan berfungsi sebagai buffer dan mengaktifkan alkali fosfatase, yang
penting dalam pembentukan jaringan keras. Kalsium hidroksida juga mudah diaplikasikan,
tidak memiliki efek toksik terhadap gigi permanen pengganti, dan bersifat radiopak.11

Ca(OH)2 juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya kekuatan kompresif yang


rendah sehingga dapat berpengaruh pada kestabilan Ca(OH)2 terhadap cairan didalam saluran
akar yang akhirnya dapat melarutkan bahan medikamen saluran akar (Tam et al 1989). SelaIn
itu, Hapasalo et al & Porteiner et al melaporkan bahwa dentin dapat menginaktifkan aktivitas
antibakteri Ca(OH)2, hal ini berkaitan dengan kemampuan buffer yang menghambat kerja
Ca(OH)2. Kemampuan buffer dentin menghambat terjadinya kondisi alkaline yang
dibutuhkan untuk membunuh bakteri, juga menghambat penetrasi ion hidroxyl ke jaringan
pulpa. Begitu juga penelitian Peterz et al (2002) menunjukkan jumlah saluran akar yang
mengandung bakteri meningkat setelah perawatan saluran akar dengan Ca(OH)2. Ca(OH)2
menyebabkan resorpsi interna gigi mudah fraktur.12

Manipulasi Kerja Bahan

6
Kelompok 7B : Perbandingan Keberhasilan Perawatan Saluran Akar Pada Gigi Sulung Dengan Bahan Pasta
ZOE, Caoh, Dan Pasta Iodoform

Bubuk Ca(OH)2 tidak dapat diaplikasikan ke dalam saluran akar dalam keadaan kering.
Oleh sebab itu bubuk Ca(OH)2 harus dicampur dengan likuid untuk mempermudah
pengaplikasiannya. Karena Ca(OH)2 tidak mengandung aqua sehingga tidak dapat
menghidrasi maka sebelum diaplikasikan harus ditambahkan aqua. Aqua yang diinginkan
adalah yang bersifat kompatibel, tidak menyebabkan iritasi pada periapikal/ jaringan
periodontal dan tidak mengganggu mekanisme kerja Ca(OH)2. Berbagai bahan lain yang
dapat dicampur dengan Ca(OH)2 juga telah ditemukan sebagai obat intrakanal termasuk air
suling, gliserin, larutan saline normal, larutan ringer, anestesi dental, metacresyl asetat
(cresatin), camphorated monochloropenol, dan lain-lain.13

PASTA IODOFORM

Iodoform adalah senyawa yang secara tradisional telah digunakan sebagai bahan
intervisit atau pengisi saluran akar, terutama pada gigi sulung. Indikasi pasta iodoform adalah
Pada kasus- kasus lesi yang refraktori dan lesi periapikal dengan resorpsi yang luas. Bahan
ini juga digunakan dalam obat-obatan sebagai bahan pengisi saluran akar untuk reaksi
penyembuhan luka pada sekitar awal abad kedua puluh, tetapi sejak itu telah digantikan oleh
bahan antiseptic yang lebih kuat. Namun demikian, berdasarkan biokompatibilitas bahan ini,
resorbabilitas, dan efek antimikrobanya yang tahan lama, pasta iodoform masih berhasil
digunakan untuk perawatan setelah pulpektomi pada gigi sulung.14

Pasta berbasis Iodoform telah diadvokasi sebagai bahan pengisi akar karena mereka
memenuhi sebagian besar persyaratan bahan pengisi untuk gigi sulung karena lebih mudah
diserap dari area periapikal, tidak menyebabkan reaksi benda asing dan tampilan kuat
terhadap kuman. Selain itu, tidak memiliki efek yang tidak diinginkan pada gigi-gigi yang
sudah ada.15

Isi Bahan

Isi bahan pasta iodoform terdiri dari: 60% iodoform, 40% parachlorophenol (45%
parachlorophenol, 49% camphor, 6% menthol).16

Mekanisme Kerja Bahan

Senyawa yang mengandung Iodin sangat berguna dalam pengendalian infeksi


dalamkedokteran gigi. Iodin mempunyai reaktivitas yang tinggi dengan mengendapkan
protein dan oksidasi enzim penting. Iodin dapat larut dalam cairan kalium iodida, alkohol,

7
Kelompok 7B : Perbandingan Keberhasilan Perawatan Saluran Akar Pada Gigi Sulung Dengan Bahan Pasta
ZOE, Caoh, Dan Pasta Iodoform

atau membuat ikatan dengan transporter (diketahui sebagai iodofore). Iodofore adalah
senyawa Iodin.Iodofore diklasifikasikan sebagai desinfektan tingkat menengah (senyawa ini
juga digunakan sebagai antiseptik).14

Keuntungan dan Kekurangan Bahan

Keuntungan penggunaan pasta iodoform adalah pasta bersifat bakterisidal, mudah


diaplikasikan dan diambil kembali bila diperlukan, dan radiopak.11

Kekurangan penggunaan pasta iodoform yakni16:

1. Bersifat mengiritasi jaringan periapikal dan menyebabkan sementum menjadi


nekrosis.11
2. Dapat menyebabkan diskolorasi,
3. Menyebabkan peningkatan kadar iodin dalam darah, maka kontraindikasi pada pasien
yang sensitif iodin
4. 45% Acqeous parachloraphenol solution menyebabkan respon inflamasi ringan pada
jaringan ikat.

Manipulasi Kerja Bahan

Syringe dilengkapi dengan rubber indikator yang dapat menyesuaikan panjang saluran
akar.Sebelum dan setelah digunakan, permukaan syringe harus diulas dengan kapas yang
dibasahi dengan 0,5 % larutan NaOCl atau 70 % alkohol. Setelah itu, ujung syringe ditutup
kembali dengan protective cap dan disimpan pada tempat yang terlindung dari sinar
matahari.17

PEMBAHASAN

Keberhasilan perawatan endodontik pada gigi dapat diketahui jika tidak ada rasa
sakit, tidak ada pembengkakan, tidak ada kehilangan fungsi, dan bukti radiografi dari ruang
ligamen periodontal normal di sekitar akar.18
Ketika radiografi mengungkapkan lesi yang tetap sama atau hanya berkurang
ukurannya tanpa adanya gejala dan tanda, kasus tersebut dianggap masih dalam proses
penyembuhan daripada sukses. Kegagalan perawatan endodontik pada gigi dapat diketahui
jika radiografi mengungkapkan bahwa lesi muncul setelah perawatan endodontik atau lesi
yang sudah ada dan ukurannya membesar setelah dilakukan perawatan endodontik, dan ada
tanda-tanda resorpsi saluran akar yang berkelanjutan.18

8
Kelompok 7B : Perbandingan Keberhasilan Perawatan Saluran Akar Pada Gigi Sulung Dengan Bahan Pasta
ZOE, Caoh, Dan Pasta Iodoform

Zinc oxide eugenol adalah satu dari sekian banyak bahan yang biasa digunakan pada
pengisian saluran akar gigi anak. Bahan ini diperkenalkam oleh Bonastre. Eugenol adalah
minyak essensial pertama yang digunakan sebagai bahan antimikroba dan pertama kali
digunakan pada tahun 1876 oleh Chisholm ketika ia menambahakan zinc oxide ke eugenol
untuk membuat zinc oxide eugenol (ZOE).1
Dari Fraitz dkk, berdasarkan 87 pulpektomi pada gigi insisivus sulung yang
diobturasikan dengan zinc oxide eugenol dan rentang waktu 37.4 bulan. Mereka menemukan
tingkat keberhasilan sebesar 84%. Dalam studi lanjutan dari 62 pasien dengan rentang waktu
12 hingga 72 bulan, mereka juga mengemukakan tingkat keberhasilan hingga 82.3% pada
pulpektomi dengan bahan pengisian zinc oxide eugenol pada molar sulung.1
Dari Yacobi dkk, yang melakukan pulpektomi menggunakan zinc oxide eugenol pada
gigi insisivus dan molar sulung pada 51 anak dengan jangka waktu lebih dari 12 bulan dan
menemukan tingkat keberhasilan pada gigi anterior sebesar 76% dan tingkat keberhasilan
pada gigi posterior mencapai 84%.1
Dari Coll dkk, berdasarkan 65 pulpektomi yang dilakukan dengan rentang waktu 90.8
bulan. Jumlah keseluruhan tingkat keberhasilan sebesar 77.7%. Dua studi tambahan
menghasilkan tingkat keberhasilan sebesar 76% dan 78.5% untuk pulpektomi dengan bahan
ZOE.1
Pada evaluasi keberhasilan perawatan saluran secara klinis terhadap bahan pengisi
saluran akar zinc oxide eugenol, dapat diketahui dengan tanda klinis berupa tidak adanya
mobiliti yang abnormal, lalu tidak adanya sensitivitas pada saat tes perkusi, dan tidak adanya
pembengkakan pada jaringan pendukung. Selain itu pada evaluasi secara radiografis dapat
diketahui dengan berhentinya perkembangan radiolusensi patologis hingga hilangnya
gambaran radiolusen patologis pada bagian interradikular ataupun periapikal gigi dan tidak
adanya gambaran resorpsi akar yang patologis secara internal ataupun eksternal.1
Kalsium hidroksida diperkenalkan pertama kali oleh Hermann pada tahun 1930 dan
menjadi bahan kedokteran gigi yang serbaguna. Bahan ini juga digunakan sebagai
medikamen perawatan saluran akar.11 Tingkat evaluasi keberhasilan dari kalsium hidroksida
dilaporkan rendah. Hal ini terjadi karena kalsium hidroksida memiliki tingkat resorpsi
internalnya yang tinggi. Penelitian menunjukkan tingkat keberhasilan mencapai 80-90 %.9
Kemudian kalsium hidroksida mempunyai radiopasitas yang sama dengan dentin. Hal
tersebut mengakibatkan pada saat bahan ini digunakan sebagai pengisi saluran akar menjadi
tidak jelas terlihat.11

9
Kelompok 7B : Perbandingan Keberhasilan Perawatan Saluran Akar Pada Gigi Sulung Dengan Bahan Pasta
ZOE, Caoh, Dan Pasta Iodoform

Iodoform terbuat dari bubuk dengan kristal heksagonal berwarna kuning, sedikit larut
dengan air (1:10.000), larut dengan alkohol (1:60), dan larut dengan eter (1:75). Selama
bertahun-tahun pasta yang mengandung iodoform digunakan sebagai antiseptik, karena
pelepasan iodine bila berkontak dengan sekresi atau infeksi endodontik.11
Dr. Garcia-Godoy melakukan penelitian dengan sampel terdiri dari lima puluh lima
anak pada usia 2,5 sampai 9 tahun dengan lima puluh lima gigi sulung yang terinfeksi
(sepuluh rahang atas, tiga puluh lima rahang bawah). Bahan pengisi saluran akar yang
digunakan adalah pasta KRI 1.19
Pada rentang waktu 6 bulan setelah perawatan saluran akar, pemeriksaan klinis dan
radiografi dilakukan. Perawatan itu dianggap berhasil jika secara klinis gigi itu tidak
menimbulkan rasa sakit tanpa mobilitas patologis dan gingiva sehat dan tanpa fistula. Secara
radiografi, radiolusen yang sudah ada sebelumnya harus diselesaikan dalam waktu 6 bulan.
Tindak lanjut klinis dan radiografi bervariasi dari 6-24 bulan.19
Dari lima puluh lima gigi yang dirawat, sepuluh tidak datang untuk 6-24 bulan
kunjungan, karena pasien telah pindah atau tidak bisa hadir pada pemeriksaan ulang. Tabel
menunjukkan tingkat keberhasilan klinis dan radiografi pada saat gigi terakhir diperiksa. Dua
gigi dianggap gagal, yg satu karena tidak ada pengurangan ukuran radiolusensi yang sudah
ada sebelumnya dan yang lain karena persistensi saluran fistula setelah 15 hari pasca operasi.
Tidak ada tanda-tanda klinis atau radiografi atau gejala kegagalan yang diamati pada 95,6%
gigi yang dirawat (43 dari 45 gigi).19

Time in months after Clinical status at the last examination


treatment Success Failure Total
1-6 1 1 2
7-12 2 1 3
13-18 8 0 8
19-24 32 0 32
Total 43 2 45
Tabel 1. Evaluasi keberhasilan iodoform.19

KESIMPULAN

Perbandingan evaluasi keberhasilan dari bahan-bahan yang digunakan pada perawatan


saluran akar pada gigi sulung dapat diketahui bahwa bahan iodoform merupakan bahan

10
Kelompok 7B : Perbandingan Keberhasilan Perawatan Saluran Akar Pada Gigi Sulung Dengan Bahan Pasta
ZOE, Caoh, Dan Pasta Iodoform

terbaik karena memiliki tingkat evaluasi keberhasilan paling tinggi dari bahan-bahan yang
lain yaitu 95,6%.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ingle. Ingle’s Endodontics 6th ed., Hamilton: BC Decker Inc, 2008:1400-24.


2. Welbury R. Paediatric Dentistry 5th ed., UK: Oxford University Press, 2018: 129-52.
3. Hargreaves K.M., Berman LH. Cohen’s Pathway of the pulp 11th ed., Canada:
Elsevier Inc, 2016: e2-e24.
4. Damayanti A, Kaswindiarti S. Perawatan pulpektomi non vital pada gigi sulung
anterior maksila. JIKG 2017; 1(1): 58-63.
5. Chonat A, Rajamani T, Ephralm R. Obturating material in primary teeth.
Research&Reviews: J of Dent Sciences 2018; 6(1): 20-5.
6. Rahaswanti L.W.A. Evaluasi keberhasilan pengisian saluran akar dengan sediaan zinc
oxide eugenol dan campuran calcium hydroxide dengan pasta iodoform. Intisari Sains
Medis 2017; 8(1): 1-7.
7. Dhole V. Zinc Oxide Eugenol Cement. J Cont Med A Dent 2013; 1(1): 4-7.
8. Sidharta W. Penggunaan kalsium hidroksida di bidang konservasi gigi. JKGUI
2000;7: 436.
9. Praveen P, Anantharaj A, Venkataragahavan K, et al. A review of obturating materials
for primary teeth. SRM Univ J of Dent Sciences. 2011;20(20):1-4
10. Ni Gusti AA, Wignyo H. Perawatan saluran akar insisivus lateralis kiri maksila
dengan medikamen kalsium hidroksida-chlorhexidine. Maj Ked Gi 2013; 20(11):56.
11. Wibowo YI. Campuran kalsium hidroksida-iodoform sebagai bahan pengisi saluran
akar untuk perawatan saluran akar gigi sulung. MIKGI. 2009;11(1):39-42
12. Mohammadi Z, Dummer PMH. Properties and applications of calcium hidroxide in
endodontics and dental traumatology. Int Endo J. 2011;4:697-730.
13. Gaikwad B, Banga KS, Thakore AJ. Effect of calcium hydroxyde as an intracanal
dressing on apical seal : An in vitro study. J of Endodontoloy 2000; 12: 7-12.
14. Jha Mihir. Pediatric Obturating Materials and Techniques. Journal of Contemporary
Dentistry. 2011; 1(2): 27-32.
15. Chawla HS. Evaluation of a mixture of zinc oxide, calcium hydroxide and sodium
fluoride as a new root canal filling material for primary teeth. J Indian Soc Pedo Prev
Dent. 2008;26:53-58.

11
Kelompok 7B : Perbandingan Keberhasilan Perawatan Saluran Akar Pada Gigi Sulung Dengan Bahan Pasta
ZOE, Caoh, Dan Pasta Iodoform

16. Prashanth DM. Recent Advancements in medicated root canal sealers: An advanced
step in creating bacteria free obturation. IJADS. 2017; 3(3): 37-41.
17. Trairatvorakul C, Chunlasikaiwan S. Success of Pulpectomy with Zinc Oxide-
Eugenol vs Calcium Hydroxide/Iodoform Paste in Primary Molars: A Clinical Study.
J of Pediatric dentistry. 30(4): 303-8.
18. Quadros ID, Gomes BPFA, Zaia AA, Ferraz CCR, Filho FJS. Evaluation of
endodontic treatments performed by students in a Brazilian Dental School. J Dent
Educ 2005; 69(10): 1161-70.
19. Garcia-Godoy F. Evaluation of an iodoform paste in root canal therapy for infected
primary teeth. J Dent Child.1987; 54: 30-34.

12

Anda mungkin juga menyukai