Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peran dokter gigi anak memegang peranan penting dalam memelihara pertumbuhan dan
perkembangan gigi sulung. Kunci keberhasilan perawatan gigi anak selain ditentukan oleh
pengetahuan klinis dan keterampilan dokter gigi yaitu kemauan anak untuk bekerjasama
dengan dokter gigi selama perawatan berlangsung. Dokter gigi harus menciptakan kenyaman
anak agar anak tersebut mampu bersikap kooperatif selama perawatan. Rasa takut dan cemas
pada anak dapat mempengaruhi tingkah laku anak dan menentukan juga keberhasilan
perawatan gigi anak. Kecemasan merupakan suatu ciri kepribadian dan ketakutan terhadap
antisipasi bahaya dari sumber yang tidak dikenal, sedangkan takut merupakan respon
emosional terhadap sesuatu yang dikenal berupa ancaman eksternal (Masitahapsari et al. ,
2009).
Penyakit gigi dan mulut anak yang memiliki prevalensi tinggi yaitu karies yang mana
banyak berlanjut menjadi penyakit pulpa. Dimana penyakit pulpa tersebut perawatannya
adalah perawatan endodontic. Tujuan utama perawatan endodontik pada anak sama seperti
orang dewasa,yaitu pencegahan dan perawatan periodontitis apikalis, selain menghilangkan
rasa sakit,dan mengontrol sepsis pada pulpa dan jaringan periradikular(Mason,2004).
1.2 Deskripsi Topik
Seorang anak usia 8 tahun dibawa ibunya ke dokter gigi untuk pertama kalinya dengan
keluhan gigi belakang kanan bawah berlubang dan sering sakit sewaktu malam hari sejak 2
hari belakangan ini sehingga mengganggu tidur pasien. Hasil anamnesis diperoleh gigi
tersebut sudah sering berulang kali sakit sewaktu makan sejak beberapa minggu ini,hanya kali
ini sampai mengganggu tidur anak. Pemeriksaan klinis diperoleh :
Gigi 46 KMP di mesio-disto dan oklusal, tes vitalitas (+)
Gigi 84 KMP di disto-oklusal, tes vitalitas (-), perkusi (-)
Gigi 74 KMP di disto-oklusal , pada gingiva terdapat vistula
Gigi 75 KMP di mesio-oklusal, tes vitalitas (+)
Pemeriksaan radiografis diperoleh :
Gigi 84 KMP, resorbsi akar <1/3 akar (pd tahap 1/3 apikal), pembentukan akar benih
44 sampai 1/3 servikal akar
Gigi 74 KMP, terdapat radiolusen diffus pd tulang interradikuler meluas sampai ujung
akar mesial, resorbsi akar mesial sampai 1/3 servikal akar, resorbsi akar distal 1/3
tengah akar , pembentukan benih gigi 34 1/3 servikal akar
1

Gigi 75 KMP, resorbsi akar pada tahap 1/3 apikal, pembentukan mahkota benih 35
sampai 1/3 servikal
Pada saat akan dilakukan pemeriksaan gigi, anak merasa takut dan menolak membuka
mulut. Dokter gigi melakukan penangan tingkah laku pada pasien tersebut

BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 Penanganan Tingkah Laku Anak
Kebanyakan pasien merasa cemas pada kunjungan pertama ke dokter gigi,dan karena
itu,merupakan tujuan penting bagi dokter gigi dan stafnya untuk menghilangan perasaan
cemas ini. Pada pertemuan dengan anak dan orang tua,dokter gigi harus menciptakan
komunikasi yang bersahabat dengan mereka sambil pada waktu bersamaan mencari informasi
mengenai riwayat pasien. Idealnya,pertemuan ini tidak dilakukan di dalam ruang perawatan
tetapi di ruang lain(Swallow,Jones dan Morgan,1975), jika dalam ruang perawatan,sebaiknya
menyediakan kursi bagi anak bukan mendudukannya pada kursi perawatan gigi. Perlakuan
baik pada perawatan gigi yang diberikan akan bermanfaat untuk perawatan gigi anak untuk
waktu yang akan datang. Pendekatan dokter gigi dan anak memungkinkan dokter gigi
mengenali dan menghilangkan kecemasan anak sebelum menempatkan anak pada situasi yang
menegangkan. Untuk mendapat kerja sama dari pasien anak,dokter gigi tidak hanya
mengadakan hubungan yang baik dengan anak, tetapi juga menggunakan teknik-teknik
penatalaksanaan tingkah laku yang efektif. 1
Pada anak usia sekolah (6-12 tahun), adanya rasa ingin tahu yang besar sekali,tetapi
mereka lebih mudah diajak berkomunikasi, sehingga mereka dapat menerangkan keluhankeluhan,sedang dokter gigi dapat menjelaskan mengapa suatu tindakan itu perlu dikerjakan.
Pada usia ini, anak perlu banyak dipuji dan diberi penjelasan tentang tujuan perawatan. Anak
dibujuk dan bukan diperintahkan serta diberi kesempatan agar anak menunjukkan sikap yang
mandiri. 1
Teknik lain yang dapat dilakukan yaitu desensitisasi yaitu teknik untuk melawan rasa
takut. Teknik ini meliputi tiga tahapan yaitu melatih pasien untuk relaks, kedua membangun
hirarki stimulus, ketiga memperkenalkan tiap stimulus dalam hirarki untuk membuat relaks
pasien, dimulai dengan stimulus yang paling sedikit menyebabkan rasa takut dan maju pada
tahap selanjutnya hanya bila pasien tidak takut lagi dengan stimulus tersebut(Wolpe dan
Lazarus,1966). Teknik lain selain kedua itu yaitu reinforcement didefinisikan sebagai
motivasi atau hal memperkuat pola tingkah laku sehingga memungkinkan tingkah laku
tersebut menjadi panutan di kemudian hari. 1
2. 2 Morfologi gigi sulung
3

Penghantaran suatu impuls lebih cepat pada serabut saraf yang bermielin. Pada
morfologinya saraf dari gigi sulung tidak bermielin, sedangkan pada gigi permanen sarafnya
bermielin. Pada saraf yang bermielin mengandung serabut saraf a delta fiber dgn kecepatan
penghantaran impuls (V) 30-4m/s, sedangkan pada saraf yang tidak bermielin mwngandung
serabut saraf c fiber dgn kecepatan penghantaran impuls (V) 0,4-2m/s . 2.3
Karena pada gigi sulung (75) serabut saraf tidak bermielin ,sedangkan pada gigi
permanen muda 46 serabut sarafnya bermielin maka dari itu, intensitas nyeri gigi 75 lebih
rendah daripada gigi 46.2.3
Karies gigi merupakan penyakit pada gigi yang banyak dijumpai,terutama pada anak.
Karies gigi merupakan suatu penyakit dari jaringan kapur (kalsium gigi), yang ditandai dengan
kerusakan jaringan gigi yang dimulai dari permukaan gigi dalam area predileksinya yaitu pit
dan fissure, kontak proksimal dan secara progresif menyerang kearah pulpa. 2,3
Empat faktor utama yang mempengaruhi aktifitas karies gigi yaitu host, karbohidrat,
mikroorganisme dan waktu. Selain itu, terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan karies
pada gigi sulung Lebih sering terjadi pada permukaan tertentu. Faktor predisposisinya yaitu :2,3

Bentuk anatomis gigi sulung. Pada gigi sulung kontak yang terbentuk yaitu kontak
bidang . jadi, apabila terdapat karies pada permukaan distal gigi molar satu, maka

permukaan mesial gigi molar dua Lebih rentan terkena.


Pada gigi sulung, yang mempunyai sifat self cleansing yang baik yaitu embrasure dan
sepertiga servikal sedangkan pada pit dan fissure tidak mempunyai sifat self cleansing

yang baik. Itu sebabnya, sering terdapat karies pada pit dan fissure gig sulung
Posisi gigi pada lengkung rahang, yang berhubungan dengan kelenjar ludah, serta
berhubungan dengan pembersihan /penyikatan denga sikat gigi. Biasanya, gigi posterior
sering dilupakan oleh anak saat penyikatan gigi, sehingga masih terdapat sisa-sisa

makanan yang masih menempel pada gigi.


Kebiasaan mengunyah satu sisi. Sisi yang tidak berfungsi akan cepat mengendapkan

sisa-sisa makanan
Konfigurasi anatomis, yaitu pit dan fisur yang dalam

2. 3 Pemeriksaan Anak

Prosedur yang dianjurkan pada pemeriksaan lengkap dilakukan pada kunjungan


pertama(jika mungkin),meliputi:4,5

Pencatatan Riwayat
Riwayat ini memberikan informasi yang berguna dan merupakan dasar dari rencana
perawatan. Terdiri dari pencatatan riwayat sosial,gigi,dan medis. Pemeriksaan sosial
meliputi nama,alamat,sekolah,jenis kelamin,pekerjaan ayah dan ibu,riwayat lain bila
diperlukan seperti riwayat pre natal dan riwayat parental. Pencatatan riwayat gigi meliputi
keluhan yang dialami pasien,riwayat keluhan,riwayat kesehatan gigi,sikap anak,dan sikap

orang tua. Pencatatan riwayat medis meliputi pertanyaan mengenai penyakit sistemik.
Pemeriksaan Anak
Terdiri dari pemeriksaan ekstra oral dan intra oral. Pemeriksaan ekstra oral meliputi
penampilan umum,besar dan berat badan,perubahan atau kelainan kulit,mata,mengamati
ukuran,bibir,dan simetris wajah. Pemeriksaan intra oral terdiri dari pemeriksaan pipi dan
bibir bagian dalam,pemeriksaan ginggiva (warna,ukuran,bentuk,dan konsistensinya), lidah
dan tonsil (ukuran,bentuk,warna,dan pergerakannya), palatum (bentuk, warna, lesi pada
jaringan lunak,dan keras palatum), gigi. Pemeriksaan dilakukan dengan dengan memakai
kaca mulut,ekskavator,dan pinset.
Pemeriksaan intraoral pada anak, meliputi:
Penentuan Vitalitas
Pemeriksaan dilakukan dengan cara :
Test sonde
Test termal dingin dengan khlor etil,panas dengan gutta percha panas.
Test elektrik dengan dento test
Test palpasi menentukan apakah ada lesi periapikal atau pembengkakan jaringan
sekitar.
Test perkusi untuk melakukan test perkusi dilakukan dengan cara mengetok gigi
yang dicurigai dan mendengarkan suaranya. Gigi vital suaranya nyaring dan gigi non

vital suaranya lemah.


Ronsen Foto, digunakan untuk mendeteksi dan melihat perluasan karies,melihat
pertumbuhan dan posisi benih gigi sulung tetap,dan melihat resorbsi akar gigi

sulung,ini berhubungan dengan perawatan saluran akar.


Pemeriksaan Bakteri, dilakukan untuk mengetahui aktifitas karies

dengan

Laktobasilus test atau Snyder test,sensitivitas test untuk membantu menentukan jenis

antibiotik yang tepat,dan menilai sterilisasi saluran akar sesudah perawatan gigi tetap

non vital.
Biopsi, dilakukan bila dicurigai adanya pembengkakan yang mengarah ke kanker atau

tumor.
Studi Model, yaitu model gigi yang dibuat dari gips,digunakan untuk menjelaskan
kepada orang tua tentang rencana perawatan yang akan dilakukan,sebagai
dokumentasi,dan mengetahui serta menganalisa oklusi secara tepat.
Pemeriksaan objektif(klinis) yang dilakukan dokter gigi untuk kasus gigi 46,74,75,dan

84 beserta hasilnya adalah sebagai berikut :


Jenis

Gigi 46

Gigi 74

Gigi 75

Gigi 84

KMP,

KMP,

pembentukan

akar mesial 1/3

akar 1/3 apikal.

resorbsi akar

akar blm tertutup

servikal , distal

Pembentukan

<1/3

sempurna

1/3 tengah akar,

benih 35 sampai

pembentukan

pembentukan

1/3 servikal

benih

44

benih gigi 34 1/3

sampai

1/3

servikal akar

servikal akal

pemeriksaan
Radiografi

resorbsi

KMP,

resorbsi

KMP,

Tes vitalitas

Tes perkusi

+/-

Tes palpasi

akar,

2. 4 Diagnosis Dan Rencana Perawatan


Diagnosis yang tepat, merupakan kunci keberhasilan perawatan. Oleh karena itu,
dalam menentukan diagnose diperlukan serangkain pemeriksaan, baik pemeriksaan subjektif
maupun objektif.

Pada scenario ,diagnosis untuk gigi 46 yaitu pulpitis irreversible yaitu suatu kondisi
inflamasi pulpa yang persisten dapat simtomatik maupun asimtomatik yang disebabkan oleh
suatu stimuli noksius. Termasuk kelompok ini jika hasil tes sensibilitas positif , tetapi sudah
terjadi peradangan pada pulpa. Gejala pulpitis irreversible seperti: rasa sakit (kadang rasa sakit
muncul spontan) yang sering terjadi terutama pada malam hari dan berdenyut. Rencana terapi
awal yang akan dilakukan pada gigi tersebut yaitu apeksogenesis dan rencana terapi akhir
yang akan dilakukan yaitu pemasangan SSC.
Gigi 46 merupakan gigi permanen muda yang mana penutupan akarnya belum
sempurna. Oleh karena itu, pada apeksogenesis tersebut diharapkan adanya penutupan akar
oleh bahan-bahan medikamen yang juga akan dilakukan control berkala untuk melihat
penutupan akarnya. SSC diindikasikan untuk gigi sulung. Namun, pada kasus ini SSC
dipasang hanya sampai penutupan akar gigi 46 telah sempurna dan sampai pasien dewasa,
(sebagaai bahan tumpatan sementara). Setelah pasien berusia 17-20 tahun, SSC diganti dengan
tambalan tetap (crown).
Diagnosis untuk gigi 74 adalah dento alveolar abses kronik karena karies mencapai
pulpa non vital. Rencana terapi awal yang akan dilakukan yaitu drainase abses lalu dilakukan
ekstraksi dan rencana terapi akhir yang akan dilakukan yaitu pemsangan space maintainer.
Alasan dilakukannya ekstraksi pada gigi 74 tersebut yaitu dilihat pada gambaran radiografi,
dimana telah terjadi resorbsi akar distal pada 1/3 tengah akar dan pembentukan benih gigi 34
1/3 servikal akar. Selain itu, indikasi pencabutan pada gigi sulung adalah terdapatnya abses
pada gingiva. Space maintainer dipasangkan sebagai tempat untuk erupsinya gigi 34.
Diagnosis untuk gigi 75 adalah karies mencapai pulpa vital. Rencana terapi awal
yang akan dilakukan untuk gigi tersebut yaitu pulpotomi vital dan rencana terapi akhir yang
akan dilakukan yaitu pemasangan SSC. Pulputomi vital adalah tindakan pengambilan jaringan
pulpa bagian koronal yang mengalami inflamasi dengan melakukan anastesi, kemudian
memberikan bahan medikamen diatas pulpa yang diamputasi agar pulpa bagian radikular tetap
vital.
Diagnosis untuk gigi 84 adalah karies mencapai pulpa non vital . Rencana terapi
awal yang akan dilakukan yaitu pulpektomi non vital dan rencana terapi akhir yang akan
dilakukan yaitu pemasangan SSC.

Jadwal kunjungan pada anak tersebut terdiri dari beberapa kunjungan, untuk kinjungan
pertama, anak dilakukan restorasi sementara menggunakan ZOE untuk meredakan nyeri anak,
dan memberikan rasa relaks anak pada kkunjungna pertama. Kunjungan kedua, dilakukan
ekstraksi gigi 74. Kunjungan ketiga preparasi kavitas gigi 75, karena preparasi menggunakan
anestesi local sehingga area kerja harus pada satu rahang yang sama, berbeda dengan gigi 84
dan 46,

sekaligus pemberian medikamen dan restorasi sementara. Kunjungan keempat

preparasi gigi 46 dan 84, karena menggunakan anestesi local dan region yang berbeda sama
seperti sebelumnya, sekaligus pemberian medikamen dan restorasi sementara. Kunjungan
kelima restorasi akhir.
2. 5 Mekanisme Karies Hingga Abses
Berawal dari sisa makanan yang berampur dengan hasil metabolisme bakteri
Staphylococcus aureus, Streptococcus mutans, Lactobacillus, dll yang berupa asam akan
mengakibatkan proses demineralisasi pada email sehingga terbentuk karies. Proses karies ini
mengakibatkan radang pada pulpa yang dikenal sebagai Pulpitis Reversibel dan akan berlanjut
menjadi Pulpitis Irreversibel. Bila infeksi dibiarkan jaringan pulpa akan menjadi nekrosis
sehingga infeksinya dapat masuk kejaringan interradikuler melalui kanal accessory, ataupun
masuk ke pembuluh darah menuju jaringan periapikal melalui apeks. Literature mengatakan
bahwa pada gigi sulung pada bagian furkasi banyak terdapat kanal accessory .6
Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi,
bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah memfagosit bakteri, sel darah putih akan mati.
Sel darah putih yang mati inilah yang membentuk nanah yang mengisi rongga tersebut. Akibat
penimbunan nanah ini maka jaringan sekitarnya akan terdorong dan menjadi dinding pembatas
abses. Hal ini merupakan mekanisme pertahanan tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi
lebih lanjut.6
2.6 Tahapan Kerja Pulpektomi Dan Apeksogenesis
Pada bagian subbab ini akan dijelaskan bagaimana tahapan kerja untuk perawatan gigi
84 dan 46.
Seperti yang dijelaskan pada paparan sebelumnya untuk gigi 84 dilakukan

pulpektomi

non vital (2 kali kunjungan). 4,5


Kunjungan I:
8

1. Ro foto
2. Isolasi daerah kerja
3. Buka atap pulpa dan setelah ruang pulpa terbuka, jar.pulpa diangkat dengan file
hedstorm
4. Irigasi saluran akar dgn H2O2 3%, keringkan dengan gulungan kapas kecil
5. Obat anti bakteri diletakkan pd kamar pulpa (formokresol atau CHKM)
6. Tumpat dengan tambalan sementara;GIC
Kunjungan ke II:
7. Buka tambalan sementara
8. Jika saluran akar sudah kering, dapat diisi dengan ZnO dan eugenol formokresol (1:1)
9. Restorasi akhir dengan SSC
Sedangkan pada gigi 46 dilakukan apeksogenesis, berikut tahapan kerjanya; 4,5

Anastesi

Isolasi daerah kerja

Pembuangan jaringan karies

Pembukaan kavitas dengan bur kecepatan tinggi

Buka atap pulpa

Pemotonga jaringan yang terinfeksi koronal pada daerah servikal dengan ekskavator
tajam atu bur bulat steril

Perdarahan pulpa yang terpotong dihentikan dengan larutan anastetik lokal/saline dengan
kapas bulat steril

CaOH diletakkan pada permukaan orifisi dengan ketebalan 1-2mm

Selapis ZOE semen diletakkan diatas CaOH

Tambalan dengan menggunakan RK

Dilakukan kontrol 3-6 bulan untuk melihat perkembangan apikal sampai menutup

2.7 Keberhasilan Dan Kegagalan Perawatan


Ada banyak hal yang dapat menyebabkan keberhasilan dan kegagalan dalam
perawatan endodontic. Pada Washington study yang dipublikasikan oleh Ingle dan
Beveriage (1976), dari 1229 kasus yang dirawat secara endodontic, ditemukan 91,5% berhasil
tanpa keluhan dan 8,5% kegagalan. 6
9

Adapun gambaran dari keberhasilan perawatan apeksogenesis (gigi 46) adalah :4,5,6
1. Tidak

ada

tanda-tanda

/gejala

penyakit

pulpa/periapikal,

dan

tidak

ada

nyeri/pembengkakan
2. Terjadi pembentukan dentin. Terdapatnya pertumbuhan akar yang berlanjut dan saluran
akarnya menjadi menyempit yang menandakan adanya pembentukan dentin
3. Bridge of calcification. Terdapatnya suatu jembatan kalsifikasi mungkin tdk terlihat
secara radiografi, dibawah material pengisi.
Menurut Frank (1966) ada 4 tipe hasil perawatan, yaitu :6
1. Terjadi penutupan saluran akar dan apeks gigi secara normal
2. Penutupan apeks gigi tsnps terjadinya perubahan ruang saluran akar
3. Terlihat gambaran secara rontgen foto pada apeks dan saluran akar berupa calcific
bridge yang letaknya Lebih ke korona
4. Tidak ada perubahan secara rontgen foto pada apeks tetapi dengan memakai alat terasa
ada sumbatan
Faktor- faktor yang menyebabkan kegagalan 6
1.
2.
3.
4.

Ada kontaminasi bakteri


Tumpatan yang lepas
Debridement kurang adekuat
Dinding dentin yang tipis

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penanganan tingkah laku yang tepat untuk anak usia 8 tahun pada kasus ada
komunikasi, yang disertai dengan teknik desensitisasi dan reinforcement, sesuai dengan
perkembangan psikologi anak usia tersebut. Intensitas nyeri gigi pada anak dipengaruhi oleh
10

morfologi gigi anak, apakah gigi sulung atau desidui. Selain itu juga kecenderungan karies
pada anak sering terjadi pada permukaan tertentu disebabkan karena morfologi yang berbeda.
Dalam melakukan pemeriksaan, harus dilakukan pemeriksaan yang lengkap terhadap anak
untuk mendapatkan diagnose yang tepat, mulai dari test vitalitas, perkusi , palpasi dan
sebagainya.
Pada kasus yang telah dipaparkan anak mengalami masalah yang cukup kompleks.
Oleh karena itu, perawatannya membutuhkan rencana terapi yang tepat. Selain itu, paska
terapi anak juga harus melakukan control dan evaluasi untuk melihat apakah perawatan yang
dilakukan berhasil atau tidak dan juga untuk menjadi pantauan perawatan selanjutnya. Seperti
yang sudah dijelaskan pada uraian sebelumnya.
3.2 Saran
Semoga dengan penyusunan makalah pemicu 3 ini dapat memenuhi tugas kelompok
pemicu 3. Penulisan ini tidak luput dari kesalahan baik cara penulisan,kata-kata,dan penjelasan
yang mungkin kurang dimengerti sehingga saran dan kritik pembaca yang bersifat
membangun sangat membantu kami. Sekian dan terimakasih.

11

DAFTAR PUSTAKA
1. Sariningsih E. Merawat gigi anak sejak usia dini. Jakarta: Elex Media
2.
3.
4.
5.
6.

Komputindo,2012.
Nasution M. Pengenalan gigi. Medan:USU Press,2012.
Scheid RC,Gabriella,ed 8. Woelfel Anatomi Gigi. Jakarta:EGC,2011.
Budiyanti EA. Perawatan endodontik pada anak. Jakarta:EGC,2005.
Andlaw RJ,WP Rock. Perawatan Gigi Anak. Jakarta:Widya Medika,1992.
Tarigan R. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Ed 3. Jakarta : EGC,2012.

12

Anda mungkin juga menyukai