Secara kontinu, pada epitel berlangsung proses pembaharuan epitel, yang dimulai dari
daerah basal menuju ke permukaan luar. Proses ini diikuti oleh deskuamasi epitel yang paling
superfisial. Di samping itu, dengan proses keratinisasi terjadi pembentukan lapisan keratin atau
parakeratin pada lapisan superfisial pada epitel gingiva. Kedua proses tersebut haruslah
seimbang.
Deskuamasi epitel dalam rangka pembaharuan sel dan pembentukan keratin tersebut
merupakan mekanisme pertahanan gingiva yang paling sederhana. Mekanisme proteksi,
tergantung pada deskuamasinya sehingga bakteri sulit melekat pada sel-sel epitel dan derajat
keratinisasinya yang mengakibatkan epitel mukosa mulut sangat efisien sebagai barier. Adanya
kontak yang rapat antara epitel kantong gusi dan permukaan gigi dapat menurunkan
kemungkinan penetrasi mikroorganisme. Antigen mikrobial yang dapat menembus epitel masuk
ke lamina propria. Akan difagositosis oleh sel-sel Langerhans yang banyak ditemukan pada
mukosa mulut.
2. Cairan Sulkular
Cairan sulkular adalah transudat plasma darah yang ditemukan di sulkus gingiva dari
kapiler-kapiler darah di gingiva bebas. Pada gingiva normal, dimana jumlah cairan yang
memasuki sulkus gingiva adalah minimal. Pada CSG dari gingival yang meradang jumlah
polimorfonuklear leukosit, makrofag, limfosit, monosit, ion elektrolit, protein plasma dan
endotoksin bakteri bertambah banyak, sedangkan jumlah urea menurun. Peningkatan jumlah
cairan gingiva dapat dipertimbangkan sebagai tanda-tanda adanya penyakit gingiva. Di sini
cairan gingiva merupakan merupakan eksudat inflamasi.
Komponen seluler dan humoral dari darah dapat melewati epitel perlekatan yang terdapat
pada celah gusi dalam bentuk CSG. Aliran cairan ini akan meningkat bila terjadi gingivitis atau
periodontitis.
Komposisi cairan eksudat:
-Elemen
seluler:
bakteri,
sel
epitel
deskuamasi,
limfosit
(leukosit
Pendarahan akan kembali terjadi apabila daerah yang telah mengalami perbaikan
mengalami iritasi. Adanya pendarahan pada probing dianggap sebagai pertanda bahwa proses
perusakan jaringan sedang aktif.
2. Perubahan Warna
Perubahan warna bermula pada papila interdental dan tepi gingiva yang kemudian meluas
ke gingiva cekat. Penyebab terjadinya perubahan warna :
Coral pink merah sampai dengan merah tua diakibatkan bertambahnya vaskularisasi dan
berkurangnya keratinasi epitel atau hilang karena tertekannya epitel oleh jaringan yang
terinflamasi.
Coral pink pucat diakibatkan berkurangnya vaskularisasi karena fibrosis yang terjadi
pada korium serta bertambahnya keratinasi epitel
Coral pink merah ke-biru-biruan disebabkan inflamasi yang bertambah kronis dan
terjadinya statis venous perubahan warna berupa daerah kecil berbentuk bulan sabit berwarna
merah kebiru-biruan yang terjadi pada tepi gingiva dinyatakan sebagai lesi inflamasi kronis yang
diakibatkan oleh iritan lokal, bukan oleh adanya trauma karena oklusi. Perubahan warna yang
dipengaruhi oleh pigmentasi logam karena meningkatnya permeabilitas kapiler darah akibat
inflamasi memungkinkan logam yang terabsorbsi secara sistemik bereaksi dengan H2S
membentuk sulfida logam yang mengendap di sekeliling pembuluh darah. Pigmentasi tergantung
pada logamnya, contoh: logam bismuth, arsen, air raksa maka akan tampak garis hitam pada
gingiva; logam tembaga tampak berwarna merah ke-biru-biruan/biru tua yang disebut Burtonian
line; dan logam perak tampak berwarna violet.
3. Perubahan Konsistensi
Perubahan menjadi lunak dan menggembung, berlekuk jika ditekan. Pada tahap
berikutnya tampak terjadi perubahan konsistensi gingiva yang menjadi sangat lunak, mudah
tercabik atau koyak, yang diakibatkan oleh degenerasi jaringan ikat dan epitel yang berkaitan
dengan substansi perusak yang memicu inflamasi dan eksudat inflamasi. Pada tahap lanjut,
perubahan konsistensi berupa kaku seperti kulit (yang telah disamak), disebabkan oleh fibrosis
dan proliferasi epitel yang terjadi pada inflamasi kronis yang sudah berlangsung lama.
Perubahan kontur/bentuk