3. DPKKT turut serta berperan aktif selama proses pelatihan keterampilan klinik
berlangsung.
7. DPKKT wajib mengisi rubrik keterampilan klinik yang telah disediakan dengan
benar dan obyektif.
8. DPKKT wajib memperlihatkan nilai rubrik dan memberikan feed back kepada
mahasiswa pada setiap sesi pelatihan keterampilan selesai.
Nama Blok : DS 3
Semester :6
Kompetensi Utama:
Kompetensi Penunjang :
1. Mengetahui cara melakukan penilaian kondisi henti jantung dan henti nafas
dengan tepat dan sigap.
2. Mengetahui cara menghubungi call center untuk meminta bantuan dalam
keadaan gawat darurat .
Bahan Kajian :
Tujuan Umum :
Setelah menyelesaikan pelatihan keterampilan klinik ini mahasiswa mampu
melaksanakan Bantuan Hidup Dasar dengan baik dan benar.
Tujuan Khusus :
Setelah menyelesaikan pelatihan keterampilan klinik ini mahasiswa diharapkan:
1. Mampu melakukan penilaian pada pasien henti jantung dan henti nafas.
2. Mampu melakukan kompresi dada pada pasien henti jantung.
3. Mampu melakukan bantuan nafas pada pasien henti nafas.
4. Mampu bersikap sigap dan siap saat dihadapkan pada keadaan henti jantung dan
henti nafas.
5. Memiliki pengetahuan dan kepercayaan diri yang cukup dalam menangani kasus
kegawatdaruratan henti jantung dan henti nafas.
Saat menunggu akan dirawat di lobi Rumah Sakit Gigi dan Mulut, tiba-tiba
seorang pasien laki-laki berusia sekitar 40 tahun terjatuh tidak sadarkan diri. Pasien
terjatuh ke lantai dari posisi duduk dengan mekanisme jatuh badan membentur lantai
terlebih dahulu. Pasien saat itu tidak ada yang mendampingi. Dokter A yang sedang
berada di tempat yang sama langsung menghampiri pasien dan melakukan pemeriksaan.
Kegunaan Kasus :
Kasus ini digunakan agar mahasiswa dapat mengidentifikasi pasien tidak sadarkan diri
dengan henti jantung dan henti nafas serta mampu melakukan prosedur bantuan hidup
dasar.
Metode pelatihan:
1. Demonstrasi/modelling (15 menit) :
DPKKT melakukan demonstrasi menggunakan alat dan bahan yang tersedia
sesuai topik pelatihan yang terdapat pada pemandu DPKKT
2. Simulasi masing-masing mahasiswa menggunakan alat dan bahan yang tersedia
sesuai topik pelatihan.
1. Pastikan pasien berada pada area yang aman baik bagi pasien maupun bagi
operator. Letakkan pasien pada tempat yang memiliki dasar yang rata dan keras.
4. Circulation.
4.1 Memeriksa denyut nadi pasien dengan meletakkan paling sedikit dua jari
pada arteri karotid.
4.2 Rasakan denyut nadi selama 5-10 detik. Tidak dilakukan lebih dari 10 detik.
4.3 Apabila tidak dirasakan adanya denyut nadi lakukan kompresi dada.
4.4 Letakkan pangkal telapak tangan dengan jari-jemari saling berkaitan pada
sepertiga bawah sternum atau 2-3 jari di atas processus xyphoideus.
4.5 Posisikan lengan lurus dan beban bertumpu pada badan operator.
6. Breathing.
5.1 Pertahankan posisi head tilt-chin lift.
5.2 Tutup lubang hidung pasien dengan jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri.
5.3 Tutup seluruh bagian mulut pasien dengan mulut operator sehingga tidak ada
udara yang dapat keluar.
5.4 Tiupkan udara ke pasien selama 1 detik (jangan berikan udara terlalu
berlebihan ke paru-paru)
5.5. Lihat ke arah dada pasien untuk memeriksa apakah dada pasien
mengembang dengan baik.
5.6 Lepaskan mulut operator dari mulut pasien untuk memberikan kesempatan
bagi pasien untuk ekspirasi.
7. Siklus
Lakukan siklus tersebut sebanyak 5 kali (setiap siklus terdiri dari 30x kompresi
dada dan 2x ventilasi) secara langsung tanpa terinterupsi.
8. Evaluasi ulang.
7.1 Setelah 5 siklus selesai dilakukan, maka evaluasi ulang denyut nadi , jalur
nafas, dan pernafasan pasien.
7.2 Jika denyut nadi masih tidak teraba, lakukan 5 siklus kembali.
7.3 jika denyut nadi teraba namun pasien masih belum bernafas, berikan
ventilasi mouth to mouth kembali sebanyak 10-12 kali per menit selama dua
menit.
7.4 Jika pasien sudah bernafas maka tempatkan pasien pada posisi pemulihan.