Anda di halaman 1dari 10

Modul 27

ANESTESI BEDAH DARURAT

Mengembangkan Kompetensi

Waktu (Semester 3)

Sesi di dalam kelas

2 X 1 jam (classroom session)

Sesi dengan fasilitasi Pembimbing

3 X 2 (coaching session)

Sesi praktik dan pencapaian kompetensi

4 minggu (facilitation & assessment)

PERSIAPAN SESI
Audiovisual Aid:
1. LCD Projector dan screen
2. Laptop
3. OHP
4. Flipchart
5. Video player
Materi presentasi:
CD PowerPoint
Sarana:
1. Ruang belajar
2. Ruang pemeriksaan
3. Ruang radiologi
4. Ruang ECT RS Jiwa
5. Ruang Pulih
6. Bangsal Rawat Inap/Pengamatan Lanjut
Kasus : pasien di ruang Bedah Emergensi
Alat Bantu Latih : Model anatomi /Simulator
Penuntun Belajar : lihat acuan materi
Daftar Tilik Kompetensi : lihat daftar tilik

Referensi :
1. Donegan JH. Manual of Anesthesia for Emergency Surgery. New York: Churchill
Livingstone; 1987.

TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti sesi ini peserta didik akan mampu melakukan anestesi untuk bedah darurat.

TUJUAN KHUSUS
Setelah mengikuti sesi ini peserta didik akan memiliki kompetensi dalam ranah-ranah berikut ini
:
Kognitif
2. Mengetahui alat monitoring dan obat-obatan apa yang perlu di ada di kamar operasi
bedah darurat.
3. Memahami persiapan anestesi untuk operasi bedah darurat
4. Memahami teknik anestesi untuk operasi bedah darurat baik anestesi umum atau
anestesi regional.
5. Memahami komplikasi anestesi untuk operasi bedah darurat
6. Memahami kasus-kasus yang dilakukan operasi bedah darurat.

Psikomotor
1. Mampu melakukan persiapan obat dan alat untuk melakukan anestesi operasi bedah
darurat
2. Mampu melakukan persiapan pemberian anestesi untuk operasi bedah darurat
3. Mampu memberikan anestesi untuk bedah darurat baik anestesi umum atau anestesi
regional.
4. Mampu mengatasi komplikasi anestesi untuk operasi bedah darurat
Mampu melakukan Komunikasi
1. Berkomunikasi dengan ahli bedah bila terjadi komplikasi .
Professionalisme
1. Mampu mengenali dan memahami urgensi dari komplikasiyang terjadi.
2. Memberikan pelayanan yang baik untuk pengelolaan anestesi operasi bedah darurat

KEYNOTES:
1. Operasi emergensi dapat mengenai semua kelompok umur pasien dan semua
kelompok satus fisik.
2. Tidak cukup waktu untuk mengevaluasi dan mempersiapkan pasien.
3. Lambung penuh yang memperbesar resiko terjadinya aspirasi pneumonia
4. Dapat disertai intoksikasi obat atau alkohol
5. Adanya hipoksia dan hiperkarbia prabedah
6. Adanya kemungkinan ketidak stabilan hemodinamik prabedah
7. Adanya kemungkinan cedera multiple.
8. Bedah darurarat dapat dilakukan dengan anestesi umum atau anestesi regional.
GAMBARAN UMUM
Untuk dapat mengelola pasien pembedahan gawat darurat maka para peserta didik harus
mengerti dan memahami alat monitoring dan obat-obatan apa yang perlu di ada di kamar operasi
bedah darurat, memahami persiapan anestesi untuk operasi bedah darurat, memahami teknik
anestesi untuk operasi bedah darurat, memahami komplikasi anestesi untuk operasi bedah
darurat, memahami kasus-kasus yang dilakukan operasi bedah darurat.

TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah menyelesaikan sesi ini peserta didik diharapkan mampu melakukan persiapan obat dan
alat untuk melakukan anestesi operasi bedah darurat, mampu melakukan persiapan pemberian
anestesi untuk operasi bedah darurat, mampu memberikan anestesi untuk bedah darurat, mampu
mengatasi komplikasi anestesi untuk operasi bedah darurat.

METODE PEMBELAJARAN
Peserta didik sudah harus mempelajari:
1. Bahan acuan (references)
2. Ilmu dasar yang berkaitan dengan topik pembelajaran
3. Ilmu klinis dasar
Metode pembelajaran
1.
2.
3.
4.

Small group discussion


Peer assisted learning (PAL)
Bedside teaching
Task-based medical education

MEDIA

1.
2.
3.
4.

Papan tulis
Komputer
LCD dan slide projector
Pasien di ruang diagnostik dan ECT

ALAT BANTU PEMBELAJARAN


1.
2.
3.
4.

Virtual patients
Reading assigment
Audiovisual
Perpustakaan, internet, skill lab

EVALUASI
1. Kognitif :
EMQ (Extended Medical Question)
Multiple observations and assessments
Multiple observers/raters
OSCE (Objective Structure Clinical Examination)
Minicheck
2. Skill/psikomotor :
Multiple observations and assessments
Multiple observers
OSCE
Minicheck
3. Communication and Interpersonal Skills
Multiple Observations and assessments
Multiple observers/rater
4. Professionalism
Multiple Observations and assessments
Multiple observers/rater

Pretest
1. Terangkan tentang persiapan pasien yang akan dilakukan bedah
darurat
2. Sebutkan tentang bedah darurat apa pada bedah saraf, mata, THT,
toraks, abdominal, pediatrik, Obstetri.

3. Kenapa glaukoma maligna merupakan operasi emergensi ? bagaimana


cara melakukan anestesinya?
4. Bagaimana cara persiapan dan anestesi untuk tonsil bleding?
5. bagaimana persiapan anestesi pasien dengan ileus obstruktif?
6. bagaimana cara persiapan dan teknik anestesi untuk epidural
hematoma dengan GCS <8?
7. Bagaimana persiapan dan teknik anestesi untuk operasi pediatrik
dengan gastrischizis?
8. Bagaimana persiapan dan teknik anestesi untuk Sectio Caesarea
dengan gawat janin?
9. Apakah keuntungan da kerugian anestesi regional untuk operasi
darurat?
Bentuk pretest : MCQ, ujian essay dan lisan sesuai tingkat masa pendidikan (semester).

Bentuk ujian :
-

Ujian akhir rotasi (post test tulis dan ujian pasien)


Ujian akhir profesi (lisan/ujian nasional)

Bisa dalam bentuk :


1. Kognitif
a. EMQ (Extended Medical Question)
b. Multiple observation and assessments
c. Multiple observers
d. OSCE (Objective Structure Clinical Examination)
e. Minicheck
2. Skill/psikomotor
a. Multiple observation and assessments
b. Multiple observers
c. OSCE (Objective Structure Clinical Examination)
d. Minicheck
3. Affective : Professionalism, Communication and Interpersonal Skills
a. Multiple observation and assessments
b. Multiple observers
DAFTAR CEK PENUNTUN BELAJAR PROSEDUR ANESTESIA
Tindakan / operasi :

No

Daftar cek penuntun belajar prosedur anestesia

1.

Persiapan alat dan obat

Pemasangan alat monitor

Teknik induksi

Sudah
dilakukan

Belum
dilakukan

Pemeliharaan dan pengakhiran anestesi

Pencegahan aspirasi saat induksi

Pemilihan anestesi regional

Pengaturan posisi pasien pascabedah

Pemberian oksigen pascabedah dengan kanul binasal atau


simpel mask/non rebreathing mask.

Pemberian cairan pascabedah

10

Pemberian analgetik pascabedah

Catatan: Sudah / Belum dikerjakan beri tanda ( )

DAFTAR TILIK

Berikan tanda dalam kotak yang tersedia bila keterampilan/tugas telah dikerjakan dengan
memuaskan, dan berikan tanda bila tidak dikerjakan dengan memuaskan serta T/D bila tidak
dilakukan pengamatan

Memuaskan
Langkah/ tugas dikerjakan sesuai dengan prosedur standar atau penuntun

Tidak
memuaskan

Tidak mampu untuk mengerjakan langkah/ tugas sesuai dengan prosedur


standar atau penuntun

T/D

Tidak diamati

Langkah, tugas atau ketrampilan tidak dilakukan oleh peserta latih selama
penilaian oleh pelatih

Nama peserta didik

Tanggal

Nama pasien

No Rekam Medis

DAFTAR TILIK
No

Kegiatan / langkah klinik

Kesempatan ke
1

DAFTAR TILIK
No

Kesempatan ke

Kegiatan / langkah klinik

Peserta dinyatakan :
Layak
Tidak layak
melakukan prosedur
Tanda tangan dan nama terang

Tanda tangan pelatih

MATERI ACUAN

Pendahuluan:
Rentang pasien yang memerlukan anestesi untuk operasi bedah atau obstetri
emergensi mengenai semua kelompok umur dan berbagai status fisisk. Sejumlah
masalah terdapat dalam setting emergensi yang memerlukan pertimbangan khusus
bila dilakukan anestesi untuk pasien-pasien ini. Tidak adekuatnya waktu untuk
melakukan evaluasi prabedah dan mengoptimalkan masalah medik prabedah.
Kekurangan pengendalian masalah medik prabedah merupakan faktor utama untuk
tingginya mortalitas pada operasi emergensi dibandingkan dengan operasi terencana.
Adanya lambung penuh karena faktor-faktor yang memperlambat pengosongan
lambung umumnya terdapat pada situasi emergensi seperti nyeri, sedasi, cemas, syok,
persalinan. Problem medis lain yang memperlambat pengosongan lambung adalah
diabetes, obesitas, hiatal hernia, dan baru dilakukan dialisa.
Masalah lain adalah pasien mungkin sedang dalam intoksikasi obat atau alkohol.
Hipoksia sering terjadi pada pasien dengan kecelakaan lalu lintas, dan penyebab
hipoksia adalah cedera jalan nafas atas dan muka, cedera kardiotorasik, syok, aspirasi
paru, cedera kepala, cedera medulla spinalis, luka bakar pada saluran nafas dan
smoke inhalasi, sepsis, overload cairan, emboli paru. Pasien mungkin mengalami
instabilitas hemodinamik, atau cedera di berbagai tempat (multiple injury).
Persiapan:
Kesiapsiagaan untuk operasi emergensi adalah persiapan kamar bedah dan alat-alat
anestesi yang siap pakai misalnya:
1) mesin anestesi yang telah disiapkan, 2) alat-alat untuk ventilasi, oksigensi,
intubasi, dan suction, 3) alat monitor, 4) set untuk infus dan transfusi, 5) pompa untuk
pemberian darah dan penghangat darah, 6) selimut pemanas, 7) label untuk obat dan
8) defibrilator.
Penilaian Pasien:
Evaluasi prabedah dilakukan segera sebeleum pembedahan dan kadang-kadang saat
pasien didorong kemeja operasi. Penilaian harus mengikuti prinsip triage yaitu
Airway control and cervical spine control, oksigenasi dan ventilasi, pertahankan
stabilitas hemodinamik termasuk pengendalian aritmia jantung dan perdarahan,
evaluasi problem medis dan cedera lain, lakukan observasi dan monitoring terus
menerus. Anamnesa tentang penyakit yang menyertai, riwayat alergi, komplikasi
yang terjadi bila telah mengalami anestesi dan tranfusi, obat yang dmakan, riwayat
pengalam keluarga yang telah mengalami pembedahan/anestesi, makan-minum
terakhir.
Persiapan Pasien:
Perbaikan kondisi pasien dilakukan semampu mungkin karena kita berkejaran dengan
waktu bahwa pasien harus segera dilakukan tindakan pembedahan. Persiapan ini,
yang walaupun hanya tersedia waktu yang singkat, misalnya pembedahan darurat
untuk bedah sesar, harus dilakukan untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas.

Keadaan ini terutama untuk pasien dengan gagal jantung, penyakit jantung iskemik,
dan gagal ginjal.
Premedikasi:
Premedikasi sering tidak dilakukan pada bedah emergensi disebabkan karena tidak
adanya waktu atau karena kondisi pasien yang buruk. Akan tetapi, premedikasi tetap
diberikan jika pasien tidak sakit kritis, operasi tidak betul-betul emergensi, dan pasien
memerlukan dukungan psikologis. Hal ini sering terlupakan oleh personail yang
bekerja di kamar bedah emergensi. Dokter anestesi dapat memberikan keterangan
kepada pasien dengan hati-hati, pelahan dan tenang kenapa dan bagaimana proses
anestesi akan dilakukan.
Pemberian obat untuk menaikkan pH gaster, menurunkan volume gaster,
meningkatkan tonus sphincter gastroesofageal digunakan sebagai usaha untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya aspirasi cairan gaster. Obat yang diberikan
antara lain antasid, anticholinergik, H2 reseptor antagonis, dan metoclopramid. Obat
tersebut mempunyai keuntungan dan kerugian tertentu, tapi tidak 100% efektif, jadi
tetap diperlukan tindakan untuk mencegah regurgitasi dan aspirasi selama induksi
anestesi.
Obat

Keuntungan

Kerugian

Antasid

pH gaster meningkat

Volume gaster meningkat


Beberapa
jenis
partikulate
menyebabkan sekuele pulmonal bila
teraspirasi

Antikholinergik

Mungkin meningkatkan pH Menurunkan


tonus
gaster
gastroeosophageal

shincter

Memperlambat pengosongan lambung


H2-reseptor
blocker

Menurunkan produksi cairan Tidak mempengaruhi volume atau pH


lambung
:
menurunkan isi gaster
volume gaster, meningkatkan
Efeknya baru ada bila diberikan 60-90
pH gaster.
menit bila diberikan peroral atau IM.
Tidak menurunkan tonus
Cimetidin dapat menyebabkan aritmia
sphincter gastrooesofageal
jantung bila diberikan intravena.
Dapat menimbulkan bronkhopasme
pada pasien asthma

Metoclopramid

Menurunkan volume gaster

Tidak meningkatkan pH gaster

Meningkatkan
tonus Dapat menimbulkan sedasi dan gejala
sphincter gastroosophageal.
ekstrapiramidal.

Operasi emergensi untuk bedah saraf adalah untuk memindahkan space occupying
lesion dalam rangka untuk menghilangkan tekanan pada otak atau medulla spinalis.
Penting untuk diingat bahwa pasien dengan lesi massa intrakranial melebihi 100 ml
beresiko untuk terjadi hipertensi intrakranial bila mengalami stres. Sasaran dokter
anestesi adalah mencegah terjadinya stress yang mempresipitasi atau memperburuk
hipertensi intrakranial.
Kondisi yang memerukan opearsi emergensi mata adalah glaukoma malignan, ablasi

retina, trauma, dan transplantasi kornea.


Trauma pada muka dapat berupa kombinasi dari kontusio jaringan lunak,laserasi,
fraktur maksilofasial, dan kerusakan gigi. Bergantung pada penyebab trauma,
mungkin dihubungkan dengan terjadinya trauma pada mata, laringotrakheal, atau
serebrospinal. Disebabkan karena > 50% semua trauma maksilofasial akibat
kecelakaan lalau lintas, maka dapat juga diserta dengan trauma dada, abdomen,
tulang panjang sehngga pertimbangan umumnya adalah pemeliharaan jalan nafas
yang adekuat, pengendalian perdarahan, dan lambung penuh. Operasi emergensi
akibat tonsil bleeding memerlukan perhatian pada masih adanya efek anestesi,
hipovolemia akibat perdarahan, dan lambung penuh darah yang tertelan sehingga ada
bahaya aspirasi saat induksi anestesi.
Referensi:
1. Donegan JH. Manual of Anesthesia for Emergency Surgery. New York: Churchill
Livingstone; 1987.

Anda mungkin juga menyukai