Anda di halaman 1dari 6

OPTIMALISASI KETERAMPILAN BHD (BANTUAN HIDUP DASAR)

PETUGAS NON MEDIS DI LINGKUNGAN RSUD dr. ZAINAL UMAR


SIDIKI KABUPATEN GORONTALO UTARA MELALUI KEGIATAN
ON THE JOB TRAINING

Triaji Baskoro Alam Rivai


RSUD dr. Zainal Umar Sidiki Kabupaten Gorontalo Utara

PENDAHULUAN
Henti jantung adalah penghentian mendadak aktivitas pemompaan
jantung yang efektif, yang menimbulkan berhentinya sirkulasi. Penyebab henti
jantung yaitu infak miokardium, gagal jantung, dan disritmia. Pertolongan yang
tepat dalam kasus henti jantung adalah Basic Life Support (BLS), dalam
bahasa Indonesia dikenal dengan Bantuan Hidup Dasar (BHD). Hal ini sesuai
dengan data dari American Heart Association (2015) korban Out of Heart
Cardiac Arrest (OHCA) dapat terselamatkan setelah mendapatkan Resusitasi
Jantung Paru (RJP) oleh bystander (orang awam) sebesar 40,1%, sehingga
sangatlah penting peran dari bystander dalam memberikan RJP secepat mungkin
terhadap korban OHCA
Studi pendahuluan yang dilakukan penulis di RSUD Zainal Umar Sidiki
Kabupaten Gorontalo Utara, didapatkan kasus kematian karena cardiac arrest
sepanjang tahun 2020 sebanyak 43 kasus. Hasil wawancara dengan petugas non
medis rumah sakit (petugas cleaning service dan Security) sebagian menyatakan
sudah pernah mengikuti pelatihan BHD dan sebagian menyatakan belum pernah
mengikuti. Atas dasar ini, kemudian penulis berinovasi untuk melakukan kegiatan
OJT (On the Job Training) berkala tentang BHD kepada petugas non medis di
lingkungan RSUD Zainal Umar Sidiki.

LANDASAN TEORI
Bantuan hidup dasar atau Basic Life Support merupakan sekumpulan
intervensi yang bertujuan untuk mengembalikan dan mempertahankan fungsi vital
organ pada korban henti jantung dan henti nafas. Intervensi ini terdiri dari

1
pemberian kompresi dada dan bantuan nafas. Langkah-langkah Bantuan Hidup
Dasar (BHD) yaitu:
1. Identifikasi korban henti jantung dengan Melakukan 3A (Aman diri, Aman
lingkungan dan Aman penderita), kemudian Memastikan kesadaran korban
dengan cara memanggil korban dengan lantang, lalu menepuk-nepuk korban
atau menggoyang-goyangkan bahu korban. Jika korban tidak sadarkan diri
segeralah Meminta Pertolongan ke orang sekitar tempat kejadian.
2. Penilaian Awal
a. Circulation. Periksa nadi karotis (nadi leber) korban selama 10 detik
dengan meraba arteri karotis yang ada di leher dengan 2 jari, bersamaan
dengan pengecekan nafas dengan melihat naik- turunnya dada korban.
Dari penilaian awal ini, dapat diperoleh apakah si korban hanya
mengalami pingsan, henti napas atau bahkan henti jantung. Jika korban
tidak bernapas, nadi tidak ada dan tidak ada respon, maka pasien dapat
dikatakan mengalami henti jantung. Pada keadaan ini, segera melakukan
RJP yang benar dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Letakkan korban pada permukaan datar dan keras untuk memastikan
bahwa korban mendapat penekanan yang adekuat.
2) Pastikan bagian dada korban terbuka untuk meyakinkan penempatan
tangan yang benar dan untuk melihat rekoil dada.
3) Letakkan tangan di tengah dada korban, tumpukan salah satu pangkal
tangan pada daerah separuh bawah tulang dada dan tangan yang lain
di atas tangan yang bertumpu tersebut.
4) Lengan harus lurus 90 derajat terhadap dada korban, dengan bahu
penolong sebagai tumpuan atas.
5) Lakukan penekanan dada sebanyak 30 kali dengan kecepatan 100-120
kali per menit, dan kedalaman minimal 5 – 6 cm.
6) Selama melakukan penekanan, pastikan bahwa dinding dada diberikan
kesempatan untuk mengembang kembali ke bentuknya semula (rekoil
penuh).
7) Penolong harus meminimalkan intrupsi saat kompresi.
b. Airway. Setiap korban yang tak sadarkan diri, jalan nafasnya akan

2
terganggu sehingga aliran udara ke paru-paru akan terhambat. Tindakan
yang harus kita lakukan pada saat itu adalah dengan melakukan Teknik :
Head-tilt/chin-lift technique (Teknik tekan dahi/angkat dagu), Jaw-thrust
maneuver (manuver dorongan rahang) yang dilakukan bila dicurigai terjadi
cedera pada kepala, leher atau tulang belakang pada korban,
Membersihkan jalan nafas dengan melakukan finger swab, jika terdapat
benda asing di jalan nafas
c. Breathing. Berikan 2 kali napas bantuan setiap selesai melakukan 30 kali
penekanan dada, dengan durasi selama 1 detik untuk tiap pemberian napas.
Pastikan dada mengembang untuk tiap pemberian bantuan napas.
d. Evaluasi dan posisi pemulihan (recorvery position). Setelah pemberian 5
siklus RJP (2 menit) penolong kemudian melakukan evaluasi dengan
ketentuan: Jika tidak teraba nadi karotis, penolong kembali melanjutkan
RJP, jika ada nadi dan napas belum ada, korban/ pasien diberikan bantuan
napas sebanyak 10-12 x/menit. Lakukan pemeriksaan ulang nadi korban
tiap 2 menit. Berikan korban posisi recovery jika nadi ada, pernapasan ada,
korban tidak sadar dan tidak ada trauma
e. Langkah-langkah pemberian posisi pemulihan.
1) Lengan yang dekat penolong diluruskan kearah kepala
2) Lengan yang satunya menyilang dada, kemudian tekankan tangan
tersebut ke pipi korban.
3) Tangan penolong yang lain raih tungkai di atas lutut dan angkat.
4) Tarik tungkai hingga tubuh pasien terguling kearah penolong.
Baringkan miring dengan tungkai atas membentuk sudut dan menahan
tubuh dengan stabil agar tidak menelungkup.

PEMBAHASAN
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, kegiatan OJT BHD ini bertujuan
untuk menambah pengetahuan dan keterampilan BHD petugas non medis di
lingkungan rumah sakit. Hasil yang didapatkan dari pelaksanaan kegiatan ini
berupa terlaksananya kegiatan OJT Bantuan Hidup Dasar (BHD) kepada petugas
non medis di lingkungan RSUD Zainal Umar Sidiki sebanyak 2 tahap. Tahap

3
pertama telah dilaksanakan pada bulan April 2021 dengan dihadiri oleh 8 peserta
terdiri dari 3 petugas cleaning service, 2 petugas loundry, 2 pramusaji dan 1
tenaga administrasi. Tahap 2 telah dilaksanakan pada bulan maret 2022 dengan
dihadiri oleh 23 peserta yang terdiri dari 2 security, 1 petugas laundry dan 20
petugas cleaning service.
Pelaksanaan OJT ini, dengan rincian kegiatan sebagai berikut :
1. Pengenalan pemateri (dalam hal ini penulis sendiri) dan pengenalan peserta.
Dalam sesi ini juga dijelaskan tujuan dan hasil yang diharapkan dari kegiatan
yang akan dilaksanakan,
2. Setelah itu dilanjutkan dengan pemberian materi Henti Nafas dan Henti
Jantung yang berlangsung kurang lebih 20 menit. Pada sesi pemberian materi,
para peserta sangat antusias, terlihat dari beberapa peserta mengajukkan
pertanyaan terkait materi yang diberikan,
3. Setelah pemberian materi dan tanya jawab bersama para peserta, kegiatan
dilanjutkan dengan demonstrasi cara pemberian Resusitasi Jantung Paru
dengan bantuan alat manikin untuk mempermudah para peserta memahami
tehnik dengan baik, sesuai dengan alur atau algoritma Resusitasi Jantung
Paru. Demonstrasi ini menghabiskan waktu sekitar 30 menit,
4. Setelah demonstrasi selesai, maka para peserta diminta melakukan latihan
kompresi secara bergiliran. Setelah semua peserta melakukan latihan
kompresi, kemudian dilanjutkan evaluasi masing masing peserta dalam
melakukan tehnik kompresi. Pelaksanaan latihan dan evaluasi ini
menghabiskan waktu yang berbeda- beda tergantung jumlah peserta yang
mengikuti kegiatan tersebut.
Rangkaian tahapan Bantuan Hidup Dasar dapat dengan mudah dipahami
oleh peserta, dan seluruh peserta dapat melakukannya dengan baik. Mulai dari
mengenali tanda dan gejala korban yang mengalami henti jantung dan henti nafas,
penanganan yang diberikan, evaluasi tindakan yang diberikan sampai dengan
posisi korban setelah dilakukan tindakan BHD.
Kegiatan OJT BHD kepada petugas non medis RSUD Zainal Umar
Sidiki tetap akan dilaksanakan pada tahun 2022 dengan beberapa rencana tindak
lanjut sesuai dengan analisis permasalahan yang didapat. Beberapa tindak lanjut

4
untuk kegiatan ini yaitu:
1. Melaksanakan kegiatan OJT BHD kepada petugas Non medis secara rutin,
dengan rentan waktu minimal setiap 3-6 bulan sekali.
2. Selalu menekankan pentingnya keterampilan BHD serta kehadiran dan peran
aktif peserta dalam seluruh rangkaian kegiatan OJT ini.
3. Melakukan pendataan kasus-kasus henti jantung dan/atau henti nafas yang
terjadi baik di dalam maupun di luar unit gawat darurat/ruang perawatan di
lingkungan RSUD Zainal Umar Sidiki.

PENUTUP
Bantuan Hidup Dasar (BHD) adalah tindakan darurat untuk
membebaskan jalan napas, membantu pernapasan dan mempertahankan sirkulasi
darah tanpa menggunakan alat bantu. Seluruh pegawai Rumah Sakit baik tenaga
medis maupun non medis harus memiliki kempampuan untuk mengenali tanda
dan gejala korban yang mengalami henti jantung/henti nafas, dan memiliki
keterampilan untuk melakukan BHD.
Kegiatan OJT BHD yang berfokus kepada petugas non medis telah
dilaksanakan di lingkungan RSUD Zainal Umar Sidiki sejak tahun lalu yang
berlangsung sebanyak 2 tahap, tahap pertama di bulan April 2021 yang dihadiri
oleh 8 peserta dan tahap selanjutnya di bulan maret 2022 yang dihadiri oleh 23
peserta. Rangkaian tahapan Bantuan Hidup Dasar dapat dengan mudah dipahami
oleh peserta, dan seluruh peserta dapat melakukannya dengan baik. Diharapkan
peserta dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat di kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA
American Heart Association. AHA. (2015). Guideline update for CPR and
ECC.Circulation Col. 132
Fajarwaty, H. 2012. Bacis Life Support Tim Bantuan Medis FK.UI
Kleinman M, Brennan E, Goldberger Z, Swor R, Terry M, Bobrow B et al.
Part 5: Adult Basic Life Support and Cardiopulmonary Resuscitation
Quality. Circulation. 2015;132(18 suppl 2):S414-S435.
Irfani, Q. (2019). Bantuan Hidup Dasar. CDK-277, Vol 46 (6), 458-461.

5
6

Anda mungkin juga menyukai