Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM

ANATOMI FISIOLOGI DAN PERTOLONGAN PERTAMA


PENILAIAN DINI DAN RJP CHOCKING

Oleh :
Nina Aulya Wibowo (0521040034)
DOSEN PENGAMPU :
dr. Am Maisarah Disrinama, M.Kes

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


POLITEKNIK PERKAPALAN NEGRI SURABAYA
2021
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari, kondisi gawat darurat dapat terjadi kapan
saja, dimana saja, dan pada siapa saja. Kasus henti jantung merupakan
kegawatdaruratan dimana kondisi jantung korban kehilangan fungsi secara
mendadak yang ditandai dengan terjadinya henti nafas dan jantung.

Di Indonesia, menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) yang


dilakukan oleh Balitbangkes pada tahun 2013 menunjukkan
bahwa prevalensi prevalensi nasional nasional penyakit penyakit jantung jantung
koroner koroner sebesar sebesar 1,5%, sedangkan
sedangkan prevalensi prevalensi untuk kejadia untuk kejadian henti jantung
mendadak jantung mendadak belum didapatkan. Namun didapatkan. Namun hasil
Riset Kesehatan Dasar (2007) menunjukkan data bahwa kematian yang disebabkan
oleh penyakit jantung mendapatkan porsi 4,6% dari 4.552 mortalitas dalam 3 tahun.
Sedangkan data yang diperoleh dari WHO pada tahun 2002 di Indonesia sudah
terjadi 220 372 kasus kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung (WHO,
2014: 1). Maka dari itu, dibutuhkan upaya yang bertujuan mengurangi angka
kematian akibat henti jantung.

Untuk mengurangi angka kematian akibat henti jantung, maka dibutuhkan


penatalaksanaan yang tepat dalam penanganan penderita henti jantung. Salah satu
penanganan yang dikembangkan adalah Resusitasi Jantung Paru (RJP). Hingga saat
ini RJP merupakan penatalaksanaan yang sangat vital dalam kasus henti jantung.
Sebagai calon ahli K3, perlu dipahami bagaimana tahapan tahapan dalam
melakukan melakukan tindakan tindakan Pertolongan Pertolongan Pertama
Pertama Pada Kecelakaan Kecelakaan (P3K) yang benar dan tanggap.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana cara melakukan penilaian penderita pada korban tersedak?
b. Bagaimana cara melakuakan pertolongan pertama terhadap korban yang
tersedak?
c. Bagaimana cara melakukan Resusitasi Jantung Paru pada korban
tersedak?

1.3. Tujuan Praktikum

a. Memahami cara melakukan penilaian penderita pada korban tersedak


b. Mengetahui cara melakukan pertolongan pertama terhadap korban yang
tersedak.
c. Mengetahui pengaplikasian Resusitasi Jantung Paru pada korban tersedak.
BAB 2
DASAR TEORI

2.1 Definisi Pertolongan Pertama Pada Kecelakan (P3K)

Pertolongan pertama adalah perawatan yang diberikan segera pada orang


yang cedera atau mendadak sakit. Pertolongan pertama tidak menggantikan
perawatan medis yang tepat. Pertolongan pertama hanya memberi bantuan
sementara sampai mendapatkan perawatan medis yang kompeten. Jika perlu, atau
sampai kesempatan pulih tanpa perawatan medis terpenuhi (Alton Thygerson,
2011)

Sedangkan Shinta Margareta mengatakan (Buku Cerdas P3K: 101


Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan, 2012), “pertolongan pertama merupakan
tindakan pertama terhadap seseorang yang mengalami penderitaan atau kecelakaan.
Tindakan ini dilakukan sebelum orang yang mengalami sakit atau derita dibawa ke
dokter”

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa pertolongan


pertama pada kecelakaan adalah suatu bentuk pertolongan sementara terhadap
korban yang dilakukan secepat dan setepat mungkin sebelum mendapatkan
pertolongan dari dokter agar korban tidak menjadi lebih parah.

Menurut Sujijandoko (2000), cedera ditandai dengan adanya rasa sakit,


pembengkakan, kram, memar, kekakuan dan adanya pembatasan gerak sendi serta
berkurangnya kekuatan pada daerah yang mengalami cedera tersebut. Dalam
memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan, tindakan penilaian merupakan
urutan langkah yang harus dilakukan. Tindakan penilaian korban terdiri dari:

1. Penilaian keadaan

2. Penilaian dini

3. Pemeriksaan fisik

4. Riwayat penderita
5. Pemeriksaan berkala

6. Pelaporan

2.2 Resutasi Jantung dan Paru-Paru (RJP)

Resusitasi jantung paru-paru atau CPR adalah tindakan pertolongan pertama


pada orang yang mengalami henti napas karena sebab-sebab tertentu. Resusitasi
jantung paru (RJP) ini bertujuan untuk membuka kembali jalan napas yang
menyempit atau tertutup total. Pertolongan seperti ini sangat dibutuhkan bagi orang
tenggelam, terkena serangan jantung, sesak napas karena syok akibat kecelakaan,
terjatuh, dan sebagainya. Kematian biologis dimana kerusakan otak tak dapat
diperbaiki lagi, dapat terjadi dalam 4 menit setelah kematian klinis. Oleh Karena
itu, berhasil atau tidaknya tindakan RJP tergantung cepatnya dilakukan tindakan
dan tepatnya teknik yang dilakukan. Teknik melakukan RJP menurut AHA (2015)
sebagai berikut :

1. Penolong diminta untuk memulai kompresi dada sebelum memberikan


napas buatan (C-A-B, bukan A-B-C) agar dapat mengurangi penundaan
kompresi pertama. Satu penolong harus memulai CPR dengan 30 kompresi
dada yang diikuti dengan 2 napas buatan.
2. Kecepatan kompresi dada yang disarankan adalah 100 hingga 120 x /min
(diperbarui dari minimum 100/min).
3. Kecepatan kompresi dada : Rekomendasi yang diklarifikasi
untukkedalaman kompresi dada pada orang dewasa adalah minimum 2 inci
(5 cm), namun tidak lebih besar dari 2,4 inci (6 cm).
4. Penolong tidak terlatih harus memberikan CPR hanya kompresi (Hands
Only) dengan atau tanpa panduan operator untuk korban serangan jantung
dewasa. Penolong harus melanjutkan CPR hanya kompresi hinggapenolong
(tim medis) tiba.
5. Semua penolong tidak terlatih, pada tingkat minimum, harus memberikan
kompresi dada untuk korban serangan jantung. Selain itu, jika penolong
terlatih mampu melakukan napas buatan, ia harus menambahkan napas
buatan dalam rasio 30 kompresi berbanding 2 napas buatan.

Langkah-langkah melakukan RJP :

1. Dimulai dari Circulation ( C ) terlebih dahulu, meskipun terlihat ada


sumbatan jalan napas. Kecuali bila dilakukan dengan 2 atau lebih penolong,
sehingga bisa simultan. Memeriksa nadi karotis dengan meraba sisi leher
korban selama 5-10 detik.
2. Bila tidak teraba denyutan, lakukan pijatan dada sebagai berikut :
a. Memposisikan penderita berbaring terlentang di atas dasar yang
keras, misalnya lantai. Jangan di atas kasur/busa.
b. Membaskan pakaian penderita di sekitar dada.
c. Memposisikan diri penolong pada salah satu sisi penderita.
Mengupayakan senyaman mungkin. Kedua lutut penolong dibuka
kira – kira selebar bahu penolong.
d. Meraba lengkung rusuk paling bawah. Tentukan pertemuan lengkung
iga kiri dan kanan.
e. Menentukan titik pijatan dari pertemuan kedua rusuk tersebut diukur
2 jari ke atas pada garis tengah tulang dada.
f. Memposisikan tangan penolong pada titik pijatan. Bagian yang
menekan adalah tumit tangan. Tangan penolong yang bebas
diletakkan di atas tangan satunya untuk menopang.
g. Memposisikan bahu penolong tegak lurus dengan tangan yang
menekan.
h. Melakukan Pijatan Jantung (PJL) atau Resusitasi Jantung dan Paru
(RJP). Jaga agar posisi tangan tetap lurus, memberikan tekanan yang
sesuai kekuatan dan kedalamannya dengan keadaan penderita.
i. Memeriksa nadi setiap menit. Melanjutkan terus tanpa berhenti,
sampai munculnya tanda – tanda kehidupan, atau adanya tanda –
tanda kematian biologis, atau penolong kecapekan, atau bantuan ahli
tiba.
Jika penderita henti nafas, tetapi nadi masih terdeteksi, maka penolong
memberikan bantuan nafas saja. Kandungan oksigen di udara bebas kurang lebih
21%. Proses bernafas manusia hanya memanfaatkan sekitar 5% saja, yang berarti
udara yang kita keluarkan masih mengandung sebanyak kira-kira 16% oksigen.
Udara ini dapat diberikan kepada penderita yang mengalami henti nafas sampai ada
sumber oksigen yang lebih tinggi kandungannya. Ada beberapa teknik yang
digunakan untuk memberikan bantuan pernafasan adalah:

a. Menggunakan mulut penolong


• Mulut ke masker RJP
• Mulut ke APD
• Mulut ke mulut / hidung
b. Menggunakan alat bantu
• Kantung bermasker berkatub (bag value mask)

Pemberian nafas bantuan tetap harus diawali penilaian penderita setelah Circulation
teratasi

1. Penilaian penderita termasuk pembukaan jalan nafas penderita


2. Pemberian 2x bantuan nafas untuk nafas untuk melihat apakah ada
sumbatan dalam jalan nafas
3. Jika nafas yang diberikan menghembus balik ke penolong, maka diduga ada
sumbatan, jika benda yang menyumbat jalan nafas terlihat, gunakan sapuan
jari. Tetapi jika tidak terlihat gunakan Heimlich Manuever.
4. Apabila benda penyumbat sudah keluar, maka beri bantuan nafas 10-12 kali
nafas (dewasa).
5. Lakukan terus, sampai muncul nafas normal.

2.3 Chocking (Tersedak)

Tersedak merupakan keadaan dimana ketika sebuah objek asing maupun


makanan yang bersarang di tenggorokan atau saluran udara yang dapat
menghalangi udara mengalir ke paru – paru dan otak yang dapat mengakibatkan
seseorang susah bernapas. Kasus seseorang yang tersedak tidak dapat dianggap
sebagai hal yang tidak membahayakan, karena jika seseorang tersedak maka benda
asing maupun makanan yang menyumbat saluran pernapasan dapat membuat
seseorang kesulitan bernapas hingga pingsan. Apabila saluran udara terhalang oleh
benda atau makanan maka aliran udara tidak bisa mengalir ke paru - paru maupun
otak. Tanpa oksigen selama 4 menit otak seseorang akan mengalami kerusakan dan
kematian.

Secara umum jika seseorang mengalami tersedak maka dapat dilihat dari
tangan yang memegangi tenggorokan, namun jika seseorang tersebut tidak
memberikan tanda ketika tersedak maka dapat dilihat dari gejala lainnya, yaitu :

1. Kesulitan dalam berbicara


2. Susah bernapas
3. Kesulitan dalam batuk
4. Kulit, bibir dan kuku yang berubah warna menjadi biru kehitaman
5. Kehilangan kesadaran

2.3.1 Macam-Macam Penanganan Chocking (Tersedak)


A. Tepukan di Punggung (Back Blow)
1. Berdiri di belakang korban dan sedikit bergeser kesamping
2. Miringkan korban sedikit ke depan dan sangga dada korban
dengan salah satu tangan
3. Berikan lima kali tepukan di punggung bagian atas di antara
tulang belikat menggunakan tangan bagian bawah
B. Hentakan Pada Perut (Heimlich Manuver)
1. Miringkan korban sedikit ke depan dan berdiri di belakang
korban dan letakkan salah satu kaki di sela kedua kaki korban.
2. Buat kepalan pada satu tangan dengan tangan lain
menggenggam kepalan tangan tersebut. Lingkarkan tubuh
korban dengan kedua lengan kita.
3. Letakkan kepalan tangan pada garis tengah tubuh korban
tepat di bawah tulang dada atau di ulu hati.
4. Buat gerakan ke dalam dan ke atas secara cepat dan kuat
untuk membantu korban membatukkan benda yang
menyumbat saluran napasnya. Manuver ini terus diulang
hingga korban dapat kembali bernapas atau hingga korban
kehilangan kesadaran

Gambar 2.1 Hentakan Pada Perut (Heimlich Manuver)


(Sumber: Modul Bantuan Hidup Dasar dan Penanganan Tersedak,
2015)

Jika korban jatuh pingsan tahan badan korban dan


baringkan korban ke bawah. Posisikan punggung korban ke
permukaan yang rata. Teriaklah meminta bantuan, minta
seseorang untuk menelpon ambulance. Mulai tekan dada
korban 30x. Angkat dagu korban untuk masuknya udara.
Turunkan dagu korban dan periksa untuk setiap benda asing
yang ada di mulut korban. Hilangkan benda yang terlihat
dengan kaitan jari telunjuk tangan lainnya. Periksa
pernafasan. Jika pernafasan masih terasa, pantau pernafasan
korban sampai ambulan datang. Jika tidak, beri nafas buatan
melalui mulut. Jika dada tidak naik, saluran udara korban
masih tertutup (Singapore Civil Defence, 2012). Ulangi
langkah diatas mulai dari dorong dadanya sampai kam bisa
memberi 2x pernafasan buatan yang berhasil melalui mulut
2x dengan dada yang naik atau korban menandakan kalau dia
masih hidup. Periksa pernafasannya. Jika dia bernafas,
pantau pernafasan korban secara konsta sampai ambulan
datang. Jika dia tidak bernafas ,lakukan CardioPulmonary
Resuscitation (CPR) dan gunakan AED ketika ambulan
datang.

C. Hentakan Pada Dada (Chest Thrust) untuk Ibu Hamil / Orang


yang Obesitas
1. Letakkan tangan di bawah ketiak Letakkan tangan di bawah
ketiak korban
2. Lingkari dada korban dengan lengan kita
3. Letakkan bagian ibu jari pada kepalan di tengah-tengah
tulang dada korban (sama seperti tempat melakukan
penekanan dada pada RJP)
4. Genggam kepalan tangan tersebut dengan tangan satunya
dan hentakan ke dalam dan ke atas

Gambar 2.2 Chest Trust pada Ibu Hamil


(Sumber: Modul Bantuan Hidup Dasar dan Penanganan Tersedak,
2015)
D. Tepukan Punggung dan Hentakan Dada pada Bayi
1. Posisikan bayi menelungkup seperti pada gambar disamping
dan lakukan tepukan di punggung dengan menggunakan
pangkal telapak tangan sebanyak lima kali.
2. Kemudian, dari posisi menelungkup, telapak tangan kita
yang bebas menopang bagian belakang kepala bayi sehingga
bayi berada di antara kedua tangan kita (tangan satu di antara
kedua tangan kita (tangan satu menopang b menopang bagian
belakang agian belakang kepala bayi, dan satunya menopang
mulut dan kepala bayi, dan satunya menopang mulut dan
wajah b wajah bayi).

Gambar 2.3 Posisi Menelungkup


(Sumber: Modul Bantuan Hidup Dasar dan Penanganan Tersedak, 2015)

3. Lalu, balikan bayi sehingga bayi berada pada posisi


menengadah dengan telapak tangan yang berada di atas paha
menopang belakang kepala bayi dan tangan lainnya
b belakang kepala bayi dan tangan lainnya bebas.
4. Lakukan manuver hentakan pada dada sebanyak lima kali
dengan menggunakan jari tengah dan telunjuk tangan yang
bebas di tempat yang sama dilakukan penekanan dada saat
RJP pada bayi
5. Jika korban menjadi tidak sadar, lakukan RJP.
Gambar 2.4 RJP pada Bayi
(Sumber: Modul Bantuan Hidup Dasar dan Penanganan Tersedak, 2015)

2.4 Penilaian Keadaan

Saat sampai di lokasi kejadian, hal yang pertama kali harus dilakukan adalah
menilai keadaan sekitar, aman atau tidak bagi korban. Penilaian keadaan dilakukan
untuk memperoleh gambaran umum mengenai apa yang sedang dihadapi, faktor
pendukung dan penghambat pertolongan yang ada di tempat kejadian. Dalam fase
ini penolong terlebih dulu harus memastikan situasi aman untuk “penolong, orang
sekitar/lingkungan dan korban” dengan cara :

a) Bagaimana kondisi saat itu

Apa yang terjadi, mekanisme kejadian, berapa jumlah korban, amankah


lingkungan, perencanaan pertolongan, sesuatu yang bisa dimanfaatkan
untuk pertolongan (improfisasi)

b) Kemungkinan yang dapat terjadi

Bahaya susulan apa yang akan terjadi dari kejadian tersebut

c) Bagaimana mengatasinya

Rencanakan dan lakukan langkah-langkah untuk mengamankan keadaan


atau bahaya yang akan timbul (safety plan).
Saat di lokasi kejadian, penolong harus :

a. Memastikan keselamatan diri, orang sekitar dan penderita (korban)


b. Penolong memperkenalkan diri
c. Menentukan keadaan umum dan mulai melakukan penilaian dini
d. Mengenali dan mengatasi gangguan yang mengancam jiwa
e. Stabilkan penderita dan teruskan pemantauan
f. Minta bantuan

2.5 Penilaian Dini


Penilaian dini dimulai dengan membedakan kasus, apakah termasuk kasus
trauma atau kasus medis. Kasus trauma adalah kasus yang disebabkan oleh
suatu ruda-paksa yang memiliki tanda yang jelas dan terlihat atau teraba,
contohnya luka terbakar, memar, patah tulang, dan lain-lain. Kasus medis yaitu
kasus yang diderita seseorang tanpa riwayat ruda-paksa, contohnya sesak nafas,
pingsan, dan lain-lain (PMI, 2008).
Selanjutnya dilakukan penilaian respon atau kesadaran. Respon penderita
adalah suatu cara sederhana untuk mendapatkan gambaran berat ringannya
gangguan yang terjadi dalam otak. Ada 4 tingkatan respon yang dapat disingkat
dengan ASNT atau AVPU, yaitu:
1. Respon Awas/Alert (penderita sadar sepenuhnya)
2. Respon Suara/Voice (penderita hanya menjawab jika mendengar suara)
3. Respon Nyeri/Pain (penderita hanya bereaksi jika ada rangsang nyeri
yang diberikan penolong)
4. Tidak respon/Un-respon (penderita tidak bereaksi terhadap rangsang
apapun)

Setelah dilakukan penilaian respon, selanjutnya melakukan teknik C-A-B, yaitu:

1. Circulation (peredaran darah)


Jika korban sadar, cara yang digunakan adalah dengan meraba nadi
pergelangan tangan (radial). Sedangkan bagi korban yang tidak sadar, nadi
yang diperiksa adalah di bagian leher (carotis).
2. Airway (jalan nafas)
Memastikan jalan nafas korban terbuka dengan baik. Jika tidak ada dugaan
cedera kepala/leher/tulang belakang, gunakan teknik angkat dagu tekan dahi
(head tilt-chin lift). Jika ada dugaan cedera kepala/leher/tulang belakang,
gunakan teknik Jaw Thrust Manuever.
3. Breathing (nafas)
Setelah jalan nafas berjalan dengan baik, dilakukan pemeriksaan pernafasan
dengan teknik LDR (Lihat, Dengar, Rasakan) adanya pernafasan pada
korban selama 5-10 detik.

2.6 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik merupakan pemeriksaan seluruh anggota badan penderita


yang dilakukan berurutan mulai dari ujung rambut sampai dengan ujung kaki.
pemeriksaan fisik meliputi 4 teknik dasar, yaitu inspeksi (penglihatan), palpasi
(sentuhan), perkusi (ketukan), dan auskultasi (pendengaran). Tanda-tanda yang
perlu ditemukan penolong dapat disingkat dengan PLNB (Perubahan bentuk,
Luka terbuka, Nyeri, dan Bengkak), yaitu:

1. Adanya perubahan bentuk pada bagian tubuh korban


2. Adanya luka terbuka pada tubuh korban
3. Perasaan nyeri saat bagian tubuh korban diraba atau ditekan
4. Adanya bengkak pada tubuh korban

Tanda-tanda vital pada manusia yang menunjukkan adanya kehidupan dapat dilihat
pada :

1. Denyut Nadi
Nadi adalah gelombang tekanan yang dihasilkan oleh denyut jantung.
Denyut nadi normal manusia adalah:
• Bayi : 120 – 150 kali/menit
• Anak-anak : 80 – 150 kali/menit
• Dewasa : 60 – 90 kali/menit
2. Frekuensi Pernafasan
Satu pernafasan adalah satu kali menghirup nafas dan satu kali
mengeluarkan nafas (satu kali gerakan naik dan turun). Frekuensi
pernafasan normal manusia adalah:
• Bayi : 25 – 50 kali/menit
• Anak-anak : 15 – 30 kali/menit
• Dewasa : 12 – 20 kali/menit
3. Tekanan Darah
Tekanan darah normal pada manusia adalah:
• Sistolik : 100 – 140 mmHg
• Diastolik : 60 – 90 mmHg
4. Suhu Tubuh
Suhu tubuh normal manusia adalah 36 - 37.5°C
5. Keadaan Kulit
Keadaan kulit yang normal adalah jika diraba terasa hangat dan warnanya
kemerah-merahan

2.7 Riwayat Penderita


Riwayat penderita yang perlu diketahui sering disingkat sebagai KOMPAK
yaitu :
1. Keluhan Utama
Tanyakan sesuatu yang sangat dikeluhkan penderita. Gejala adalah hal-hal
yang hanya dapat dirasakan oleh penderita misalnya nyeri, pusing. Jika
penderita dalam keadaan tidak sadar, dapat ditanyakan kepada saksi di
tempat kejadian.
2. Obat-obatan yang diminum
Tanyakan apakah penderita sedang dalam proses pengobatan. Gangguan
yang dialami mungkin akibat lupa minum atau menelan obat tertentu
contohnya seorang penderita kencing manis mengalami masalah kadar gula
derah yang tinggi karena lupa minum obat sebelum makan.
3. Makanan/minuman terakhir
Hal ini dapat dijadikan dasar terjadinya kehilangan kesadaran pada
penderita. Selain itu, data ini juga penting untuk diketahui bila ternyata
penderita harus menjalai pembedahan di RS.
4. Penyakit yang diderita
Riwayat penyakit yang sedang diderita atau pernah diderita yang mungkin
berhubungan dengan keadaan yang dialami penderita saat ini. Contohnya
asma dan jantung.
5. Alergi yang dialami
Perlu dicari apakah penyebab pada penderita ini mungkin merupakan suatu
bentuk alergi terhadap bahan-bahan tertentu. Umumnya penderita atau
keluarga sudah mengetahuinya dan sudah memahami mengatasi keadaan
itu.
6. Kejadian
Kejadian yang dialami penderita sebelum kecelakaan atau sebelum
timbulnya penyakit yang diderita saat ini.

2.8 Pemeriksaan Berkala


Setelah melakukan penilaian keadaan, penilaian dini, pemeriksaan fisik dan
riwayat penderita tugas penolong tidak berakhir begitu saja. Penolong harus
terus melakukan pemeriksaan berkala sehingga jika terjadi perubahan hasil pada
pemeriksaan di awal penolong bisa segera mengetahuinya. Selain itu,
pemeriksaan berkala juga dilakukan dengan tujuan agar tidak ada pemeriksaan
yang terlewat. Pemeriksaan harus diteruskan secara berkala sampai bantuan
medis datang.
2.9 Pelaporan

Pelaporan dilakukan oleh penolong pertama kepada penolong selanjutnya


agar memudahkan penanganan korban. Laporan dilakukan secara singkat namun
tepat. Beberapa hal yang perlu dilaporkan antara lain:

1. Umur dan jenis kelamin penderita


2. Keluhan utama
3. Tingkat respon
4. Keadaan jalan nafas
5. Pernafasan
6. Sirkulasi
7. Pemeriksaan fisik yang penting Wawancara yang penting
8. Penatalaksanaan
9. Perkembangan lain yang dianggap penting
BAB 3
METODE PERCOBAAN

3.1 Peralatan Yang Digunakan


Dalam melakukan percobaan ini peralatan yang dibutuhkan antara lain:
1. Stetoskop
2. Tensimeter
3. Termometer badan
4. Stopwatch (stopwatch hp)
5. Kasa
6. Alat tulis

3.2 Langkah Percobaan


3.2.1 Penilaian Keadaan

Penolong harus melakukan pengamatan pada lokasi kejadian. Hal utama


yang perlu diperhatikan yaitu keadaan saat ini, kemungkinan yang bisa terjadi,
dan cara mengatasinya.

3.2.2 Penilaian Dini

Di tahap ini penolong harus menenali dan mengatasi keadaan yang


mengancam nyawa penderita dengan tepat, cepat dan sederhana. Langkah-
langkah penilaian dini :

1. Kesan Umum
Identifikasi kasus apa yang dihadapi, apakah kasus trauma atau
medis.
2. Memeriksa Respon
Pada langkah ini untuk mengetahui berat atau ringannya gangguan
pasda otak penderita. Ada empat tingkatan respon (ASNT), yaitu :
a. Awas
b. Suara
c. Nyeri
d. Tidak respon
3. Memeriksa peredaran darah (circulation), jalan nafas (airway) dan
pernafasan (breathing).
CIRCULATION
Pada langkah ini penolong menilai apakah jantung dapat bekerja
dengan baik atau tidak, serta untuk melihat ada/tidaknya peredaran
darah adalah :
a. Penderita respon baik
Periksa nadi radial (pergelangan tangan), brakial (bagian dalam
lengan) dan karotis (leher) untuk melihat ada/tidaknya kerja
jantung.
b. Penderita tidak respon Periksa nadi seperti pada penderita respon
baik. Jika tidak ada nadi maka lakukan RJP/CPR.

AIRWAY

a. Penderita dengan respon


Memastikan jalan nafas dengan memperhatikan ada tidaknya
suara atau gangguan bicara.
b. Penderita dengan tidak respon
1. Tekan dahi penderita
2. Angkat dagu penderita (kecuali kalau dicurigai cedera tulang
belakang dan tulang leher)

BREATHING

Untuk mengetahui ada/tidaknya nafas pada penderita, dapat


dilakukan dengan Teknik LDR (Lihat, Dengar, Rasakan)

• Lihat naik turunnya dada penderita


• Dengar ada / tidaknya hembusan dan tarikan nafas
• Rasakan ada/tidaknya hembusan nafas
Jika penderita tidak ada nafas maka perlu resusitasi jantung paru
(RJP)/CPR. Pada penanganan nadi henti dan tidak ada nafas maka
hal yang harus dilakukan adalah:

1. Mencari orang lain untuk mendampingi dan menjadi saksi saat


melakukan pertolongan dan memperkenalkan diri dan instansi
atau universitas.
2. Izin pada menderita.
3. Menyingkirkan benda-benda yang memungkinkan
mengakibatkan cedera lainnya saat terjadi kecelakaan, namun
pada kasus ini tidak ada benda yang mengganggu.
4. Menelfon bantuan.
5. Mencek respon.
6. Mencek nadi carotis.
7. Posisi penolong di samping penderita dan menentukan titik
kompresi dada yang berada di pertemuan tulang rusuk bawah
dengan mengukur dua jari ke atas dan di sinilah titik untuk
dilakuakan kompresi dada pada korban.
8. Kompresi dada dilakukan sebanyak 30x (kecepatan pijatan 100
– 120 per menit) dan disertai 2x nafas buatan (kurang dari 5
detik) untuk satu siklus. Lakukan sebanyak 5x siklus, namum
pada penderita yang ditangani hanya perlu dilakuan dua kali
siklus lalu korban spontan batuksehingga RJP dihentikan dan
memeriksa kembali pentol yang berada di dalam tenggorokan
dan ternyata pentol sudah berada di mulut korban maka langsung
melakukan angkat dagu tekan dahi kembali dan dilanjutkan
untuk melakukan sapuan jari untuk mengambil pentol agar
menghilangkan sumbatan yang mengganggu jalan nafasnya, lalu
memeriksa nadi (karotis) penderita dan nafas penderita yang
mulai kembali. - Membuka jalan pernapasan (angkat dagu tekan
dahi)
9. Memberikan bantuan pernafasan awal sebanyak 2x dan jika
terdapat benda asing singkirkan dengan sapuan jari
menggunakan jari kelingking. Pada kasus ini ditemukan terdapat
pentol yang masih terdapat di tenggorokan korban sehingga
dilakukan RJP agar pentol sedikit keluar di area mulut dan
penderita dapat bernafas kembali
10. Ketika denyut nadi berdenyut dan nafas ada, maka monitor terus
kondisi C-A-B penderita hingga bantuan datang dan dilanjutkan
diperiksa di poliklinik.

3.2.3 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik merupakan pemeriksaa seluruh anggota badan penderita


yang dilakukan berurutan mulai dari ujung rambut s/d ujung kaki. Pemeriksaan
fisik ini dilakukan dengan pengelihattan (inspeksi), perabaan (palpasi) dan
pendengaran (aukultasi). Pada penderita trauma harus dicari :

i. Perubahan bentuk (P)


ii. Luka terbuka (L)
iii. Nyeri tekan (N)
iv. Bengkak (B)
H. Pengukuran Tanda Vital

1. Denyut nadi : 90 kali/menit


2. Frekuensi nafas : 18 kali/menit
3. Suhu badan : 35℃

Tekanan darah
Sistolik : 100 mmHg
Diastolik : 60 mmHg

3.2.4 Riwayat Penderita

Mencari tahu riwayat penderita dilakukan saat atau setelah korban sadar
(jika pingsan). Tahap ini dilakukan dengan cara wawancara dimana pertanyaannya
meliputi KOMPAK (Keluhan utama, Obatobatan yang dikonsumsi, Makanan
atauminuman yang terakhir dikonsumsi, penyakit yang diderita, alergi yang
diderita, kejadian).

1. K = Keluhan Utama (gejala dan tanda)


Gejala adalah hal – hal yang dapat dirasakan penderita. Tanda adalah hal-
hal yang diamati oleh orang lain, baik dilihat, didengar maupun diraba.
Gunakan pertanyaan yang terbuka untuk mewawancarai korban.
2. O = Obat – obatan yang diminum
Tanyakan apakah pada saat ini penderita sedang menjalani suatu
pengobatan. Mungkin gangguan yang dialami adalah akibat lupa minum
atau menelan obat tertentu. Ini sering menjadi petunjuk dalam menghadapi
kasus medis.
3. M = makanan / minuman terakhir
Informasi dari makanan/minuman yang terkahir diminum bermanfaat dalam
menangani kasus keracunan yang terjadi pada saluran pencernaan.
4. P = Penyakit yang diderita
Kasus yang dialami korban mungkin berhubungan dengan riwayat penyakit
yang dideritanya sehingga sangat penting untuk menanyakan hal ini.
5. A = alergi yang dialami
Alergi terhadap bahan-bahan tertentu juga bisa menjadi kemungkinan kasus
yang dialami korban
6. K = Kejadian
Pertanyaan ini dapat membantu menentukan apakah suatu kasus yang kita
hadapi murni trauma atau medis atau gabungan dari keduanya.

3.2.5 Pemeriksaan Berkala

Pemeriksaan berkala wajib dilakukan penolong agar tidak terjadi adanya


luka atau gangguan yang terlewat serta mengetahui jika terjadi perkembangan pada
tubuh korban.

3.2.6 Pelaporan
Pelaporan dilakukan secara singkat dan tepat dari penolong pertama pada
penolong selanjutnya agar memudahkan dalam penanganan selanjutnya.
Dalam laporan sebaiknya dicantumkan:
1. Umur dan jenis kelamin penderita
2. Keluhan utama
3. Tingkat respon
4. Keadaan jalan napas
5. Pernapasan
6. Sirkulasi
7. Pemeriksaan fisik yang penting
8. Wawancara yang penting
9. Penatalaksanaan
10. Perkembangan lain yang dianggap penting
3.3 Diagram Alir
BAB 4
ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Studi Kasus


Di hari sabtu pukul 20.00, seorang anak Bernama Milea sedang
duduk di ruang tamu. Rencana nya hari itu ia dan temannya akan
menonton film yang baru rilis di Netflix. Sambil menunggu temannya,
Milea memutuskan untuk menonton film horror sambil makan permen
karet. Teman Milea pun akhirnya datang dan ingin mengejutkan Milea
tanpa ia tau kalau Milea sedang mengunyah permen karet. Akibat
suasana tegang dari film horror dan dikejutkan oleh temannya, Milea
pun sangat kaget dan tidak sengaja menelan permen karetnya. Setelah
itu Milea memegangi lehernya karena mengalami kesulitan bernafas.

4.2 Hasil Praktikum


4.2.1 Penilaian Keadaan
Pada tahap ini penolong mengamankan kondisi sekitar sehingga
ketika dilakukan pertolongan pertama tidak mengganggu dan
membahayakan korban atau penolong. Kemudian, penanganan
awal dilakukan oleh teman korban dengan cara melakukan
teknik Heimlich Manouver. Namun cara itu belum berhasil
sehingga korban pingsan.
4.2.2 Penilaian Dini
1. Kesan Umum

Alasan : korban tersedak permen karet lalu pingsan


2. Memeriksa Respon

A : Awas

S : Suara
N : Nyeri
T : Tidak respon ✔

Alasan : karena tidak memberi respon apapun

3. Memeriksa CAB atau peredaran darah (circulation),


jalan napas (airway), pernafasan (breathing)
Circulation

a. Penderita respon baik

Nadi penderita : Ada Tidak

b. Penderita tidak respon

Nadi penderita : Ada ✔ Tidak


Kesimpulan : penderita tidak respon sehingga
perlu dilakukan RJP
Airway
a. Penderita respon baik

b. Penderita tidak respon

Cara:

1. Tekan dahi penderita


2. Angkat dagu penderita (kecuali kalau dicurigai
cedera tulang belakang dan tulang leher)
Breathing

Cara melihat ada/tidaknya nafas :

• Lihat naik turunnya dada penderita


• Dengar ada / tidaknya hembusan dan tarikan nafas
• Rasakan ada/tidaknya hembusan nafas

Nadi penderita : Ada ✔ Tidak

4.2.3 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan dengam memeriksa seluruh anggota


badan penderita yang dilakukan berurutan mulai dari ujung rambut sampai
dengan ujung kaki. Pemeriksaan fisik ini dilakukan dengan pengelihatan
(inspeksi), perabaan (palpasi) dan pendengaran (aukultasi). Pada penderita
trauma harus dicari:

1. Perubahan bentuk (P)


2. Luka terbuka (L)
3. Nyeri tekan (N)
4. Bengkak (B)
Pengukuran Tanda Vital

• Denyut nadi : 62 kali/menit


• Frekuensi napas : 19 kali/menit
• Suhu badan : 37,2 °C
• Tekanan darah :
o Sistolik : 105 mmHg
o Diastolik : 65 mmHg
4.2.4 Riwayat Penderita
1. K = Keluhan Utama
Pertanyaan : Apakah ada rasa sakit di anggota tubuh yang
lain dan bagaimana rasanya?

Jawaban : Saat saya tersedak permen karert, saya


merasakan sesak di bagian dada karena tidak
bida bernafas. Kemudian saya merasa pusing
dan kemudian pingsan

2. O = Obat-obatan yang dikonsumsi

Pertanyaan : Apakah sebelum kecelakaan ini Anda


mengkonsumsi obat-obatan tertentu?

Jawaban : Tidak, saya tidak mengkonsumsi obat


apapun.

3. M = Makanan/minuman terakhir
Pertanyaan : Makanan/minuman apa yang terakhir anda
konsumsi?
Jawaban : Makanan yang saya makan terakhir kali
Permen karet.

4. P = Penyakit yang di derita


Pertanyaan : Apakah ada penyakit yang sedang diderita?
Jawaban : Saya tidak tidak menderita penyakit apapun

5. A = Alergi yang dimiliki


Pertanyaan : Apakah anda memiliki alergi tetrentu?

Jawaban : Saya tidak punya alergi apapun


6. K = Kejadian
Pertanyaan : Bagaimana kronologi kejadiannya hingga
sampai pingsan?

Jawaban : Tadi saya sedang makan permen karet sambil


menonton film. Lalu teman saya tiba-tiba dating
dan mengejutkan saya sehingga permen karet
yang saya kunyah tidak sengaja tertelan. Saya
pun akhirnya tersedak dan tidak bisa bernafas
hingga akhirnya merasa pusing lalu saya
pingsan.

4.2.5 Pemeriksaan Berkala


Pemeriksaan ulang dilakukan tiap 5-10 menit sekali secara teratur
untuk memastikan tidak ada perkembangan atau luka penting yang
tertinggal.

4.2.6 Pelaporan
1. Umur dan jenis kelamin penderita
Umur : 18 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
2. Keluhan utama
Tersedak hingga menyebabkan pingsan
3. Tingkat respon
Tidak respon karena korban pingsan
4. Keadaan jalan napas
Tersumbat makanan
5. Pernapasan
Tidak normal
6. Sirkulasi
Tidak ada denyut nadi
7. Pemeriksaan Fisik yang penting
• Denyut nadi : 65 kali/menit
• Frekuensi napas : 19 kali/menit
• Suhu badan : 37,2 °C
• Tekanan darah :
o Sistolik : 105 mmHg
o Diastolik : 65 mmHg
8. Wawancara penting

Pertanyaan : Makanan/minuman apa yang terakhir anda


konsumsi?
Jawaban : Makanan yang saya makan terakhir kali
Permen karet.
9. Penatalaksanaan

Pertolongan pertama pada korban dilakukan


dengan Teknik Heimlich Manouver. Selanjutnya
dilakukan pengecekan CAB. Hasilnya, nadi karotis
tidak teraba, airway tersumbat, dan nafasnya hilang.
Penolong membungkus jarinya menggunakan kasa
untuk melakukan sapuan jari ke dalam mulut korban
guna mengambil sumbatan jalan pernafasan. Setelah itu,
penolongmelakukan RJP sebanyak 2 siklus.

10. Perkembangan Penting

Setelah dilakukan RJP sebanyak 2 siklus, korban


sadarkan diri.
BAB 5
KESIMPULAN

Pertolongan pertama dilakukan dengan Langkah sebagai berikut.

1. Penilaian keadaan
2. Penilaian dini,
3. Penilaian dini, terdiri dari kesan umum, pemeriksaan respon,
dan pemeriksaan CAB (Circulation, Airway, Breathing). Pada
tahap ini jika tidak ditemukan nadi karotis maka harus segera
dilakukan RJP. RJP dilakukan sebayak 5 siklus dimana setiap
siklus terdiri dari 30 pijatan diselingi 2 bantuan napas. Apabila
terdapat sumbatan pada jalan nafas korban, sumbatan bisa
disingkirkan dengan teknik sapuan jari (pada korban tidak sadar)
atau dapat menggunakan teknik Heimlich Maneuver (pada
korban sadar). Pastikan korban bernafas spontan, jika belum ada
gerakan nafas maka segera memberikan bantuan nafas
4. Pemeriksaan fisik yang dilakukan mulai dari ujung rambut hingga
ujung kaki. Pemeriksaan dilakukan untuk melihat apakah ada
PLNB (Perubahan bentuk, Luka terbuka, Nyeri, Bengkak) serta
pemeriksaan vital.
5. Riwayat penderita yang ditanyakan adalah KOMPAK (Keluhan
utama, Obatyang diminum, Makanan/minuman terakhir dikonsumsi,
Penyakit yang diderita, Alergi, dan Kejadian). Hal ini ditanyakan
untuk memperbanyak data sehingga membantu penanganan
selanjutnya untuk korban.
6. Pemeriksaan berkala dilakukan untuk memastikan tidak ada
pemeriksaan yang tertinggal serta mengetahui jika terjadi
perkembangan pada korban.
7. Pelaporan dilakukan secara tepat dan singkat.
DAFTAR PUSTAKA

American Health Association. 2015. ”Fokus Utama Pedoman”. Amerika: AHA

Andun, Sujijandoko. (2000). Perawatan dan Pencegahan Cedera. Yogyakarta:


Departemen Pendidikan Nasional
Drs. Buntarto MP. Panduan Praktis Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Untuk
Industri. 1st ed. Yogyakarta: Pustaka Baru Press; 2015. Peraturan Menteri
Tenaga Kerja Dan Transmigrasi RI,
Maisara, Am, Dewi Kurniasih, dan Yusuf Santosa. 2009. Jobsheet 2 Praktikum
Resusitasi Jantung Paru. Surabaya:Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
Maisara, Am, Dewi Kurniasih, dan Yusuf Santosa. 2009. Jobsheet 1 Praktikum
Penilaian Penderita. Surabaya:Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Margareta, S. (2012) Buku Cerdas P3K: 101 Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan, 2012. Yogyakarta: Niaga Swadaya
PER.15/MEN/VIII/2008 N: Tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Di
Tempat Kerja.; 2008
Santiasih, Indri. 2014. “Modul Pertolongan Pertama pada Kecelakaan”. Surabaya:
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
Thygerson, Alton. (2011). First Aid. Jakarta: Erlangga.
Diterjemahkan oleh Huriawati.
Tim bantuan Medis BEM IKM FKUI. 2015. “Modul Bantuan Hidup Dasar dan
Penanganan Tersedak”. Jakarta: BEM IKM FKUI.

Anda mungkin juga menyukai