Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN

PENGUKURAN LINGKUNGAN KERJA

KEBISINGAN

Disusun Oleh:

Nama : Zalfaa Farahdiva

Kelas : K3-2B

NRP : 0519040033

Kelompok : 1

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

2020
1 BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan perkembangan teknologi industri di Indonesia,
menimbulkan peningkatan pada penggunaan tenaga mesin, sehingga para
pekerja terpaksa harus berhadapan langsung dengan mesin-mesin
tersebut setiap hari. Terutama apabila mesin tersebut memiliki tingkat
kebisingan yang tinggi, maka akan mampu membuat pekerja menderita
PAK (penyakit akibat kerja) bila terlalu lama terpapar tanpa
mempertimbangkan nilai ambang batas atau standar kebisingan.
Menurut WHO dalam Halil, dkk. (2015) Kebisingan merupakan
semua bunyi yang tidak diinginkan dan berdampak buruk pada kualitas
kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan. Kebisingan adalah faktor
lingkungan fisik yang berpotensi mempengaruhi kesehatan dan
kenyamanan kerja seseorang. Kebisingan juga mampu menimbulkan
gangguan psikologis seseorang, seperti perasaan cemas, jengkel, dan
ketakutan. Gangguan psikologis yang timbul akibat kebisingan dapat
ditinjau dari intensitas, frekuensi, perioda, lama kejadian, dan
kompleksitas spektrum (Fithri, 2015).
Selain gangguan psikologis, kebisingan dapat menimbulkan
dampak negatif yang berbahaya untuk pendengaran. Kondisi tersebut
dapat mengakibatkan gangguan indera pendengaran yaitu Noice Induce
Hearing Loss (NIHL). NIHL sendiri merupakan gangguan pendengaran
yang terjadi akibat intensitas kebisingan yang berulang dan lama, yang
biasanya setelah sepuluh sampai lima belas tahun bekerja. Pendengaran
salah satu indera yang penting bagi manusia, bila terdapat gangguan pada
pendengaran, maka proses komunikasi dengan orang lain akan sulit dan
terhambat (Addina, 2014 dalam Dewanty, 2015).
Oleh karena itu, perlu dilakukannya pengukuran tingkat kebisingan
pada suatu tempat kerja. Praktikum kali ini akan mengukur tingkat
kebisingan di Bengkel Las 1 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
Praktikum ini dilakukan agar dapat mengetahui tingkat kebisingan pada
bengkel tersebut dan mengetahui cara penanggulangan kebisingan agar
tidak terjadi PAK (penyakit akibat kerja).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada
praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana menerapkan/ mengaplikasikan teori keselamatan dan
kesehatan kerja?
2. Bagaimana cara melakukan pengukuran kebisingan dengan
menggunakan Sound Level Meter?
3. Bagaimana cara membuatan pemetaan ruangan (mapping)?
4. Bagaimana cara membuat peta kebisingan (noise mapping)?

1.3 Tujuan
Dari perumusan masalah diatas, maka tujuan dari praktikum ini
adalah sebagai berikut:
1. Mampu menerapkan/ mengaplikasikan teori keselamatan dan
kesehatan kerja.
2. Mampu melakukan pengukuran kebisingan dengan
menggunakan Sound Level Meter.
3. Mampu membuat pemetaan ruangan (mapping).
4. Mampu membuat peta kebisingan (noise mapping).

1.4 Ruang Lingkup


Ruang lingkup pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Tempat : Praktikum kali ini dilakukan di Bengkel Las 1
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
2. Waktu : Praktikum ini dilakukan pada hari Selasa, 31
Maret 2020. Pukul 08.00-selesai.
3. Alat : Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah
Sound Level Meter.
4. Parameter : Kebisingan individu dan lingkungan.
5. Standar : Permenaker No. 5 Tahun 2018 dan NIOSH.
6. Praktikan : Zalfaa Farahdiva (0519040033)
Arum Puspa Dhinar (0519040036)
Fajrina Anggani (0519040039)
Zumrotin Nur Afifah (0519040045)
Indis Dwi Agustin (0519040046)
Ilham Bima Bachtiar (0519040060)
2 BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kebisingan


Kebisingan didefinisikan sebagai suatu bunyi dengan intensitas
yang tinggi, dan merupakan suatu pencemaran yang dapat mengganggu
percakapan dan merusak alat pendengaran. Dalam KEP-
48/MENLH/11/1996 definisi kebisingan adalah suara yang tak
diinginkan dari usaha atau kegiatan pada tingkat dan waktu tertentu
yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan kenyamanan
lingkungan. Dari kedua definisi tersebut, kebisingan dapat diartikan
semua bunyi atau suara yang tak diinginkan yang mampu mengganggu
kesehatan dan keselamatan (Zulkipli, 2017). Dalam mempelajari
mengenai bunyi, ada 2 hal yang berkaitan dengan kesehatan
pendengaran:
1. Frekuensi bunyi menentukan tinggi rendahnya bunyi.
2. Amplitudo mempengaruhi instensitas bunyi.
Telinga manusia dapat menjangkau gelombang bunyi atau Audible
Range dari 20 - 20.000 Hz yang disebut gelombang Audiosonic.
Gelombang bunyi dengan frekuensi <20 Hz disebut gelombang
Infrasonic dan gelombang bunyi yang frekuensinya <20.000 Hz disebut
gelombang Ultrasonic (Halliday&Resnick, 1985: 656 dalam Malau,
2018).

2.2 Jenis-jenis Kebisingan


Menurut Zulkarnaen, dkk (2015) Berdasarkan sifat dan
spektrum frekuensi bunyi, kebisingan dapat diklasifikasikan menjadi tiga
jenis, yaitu:
a. Bising kontinu berspektrum luas dan menetap (steady wide band
noise)
Bising ini relatif tetap dalam batas 5 dBA untuk periode 0,5
detik berturut-turut, misalnya suara mesin dan suara kipas angin.
Bising kontinu, juga berspektrum sempit dan menetap (steady
narrow band noise), bising ini juga relatif tetap, tetapi hanya
pada frekuensi 500, 1000, dan 4000 Hz, misalnya bunyi gergaji
sirkuler dan bunyi katup gas.

Gambar 2.2.1 Contoh Grafik Steady State Wide-Band Noise


Sumber: (Zulkarnaen. dkk, 2015)
b. Bising terputus-putus (intermitten noise)
Bising yang tak terjadi secara terus menerus, melainkan ada
periode relatif tenang, misalnya kebisingan di lapangan terbang.

Gambar 2.2.2 Contoh Grafik Intermitten Noise


Sumber: (Zulkarnaen. dkk, 2015)
c. Bising berasal dari ledakan tunggal (explosive noise)
Bising yang memiliki perubahan tekanan bunyi dalam waktu yang
cepat dan biasanya mengejutkan pendengar. Contohnya bunyi
tembakan senapan atau meriam.
Gambar 2.2.3 Contoh Grafik Explosive Noise
Sumber: (Zulkarnaen. dkk, 2015)
Sedangkan Menurut Buchori (2007) dalam Fanny (2015) Kebisingan
berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia ada 3 jenis, yaitu:
a. Bising yang mengganggu (Irritating Noise)
Bising dengan intensitas yang tidak terlalu tinggi, seperti
mendengkur.
b. Bising yang menutupi (Masking Noise)
Bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas. Secara tidak
langsung, bunyi ini akan membahayakan kesehatan dan
keselamatan tenaga kerja yang disebabkan teriakan, isyarat atau
segala tanda bahaya tenggelam oleh bising.
c. Bising yang merusak (Damaging/Injurious Noise)
Bising dengan intensitas yang melampaui Nilai Ambang Batas
(NAB). Bunyi jenis ini dapat merusak fungsi pendengaran.
Menurut Setyawan. dkk (2015) Jenis kebisingan berdasarkan
mekanisme penyebaran dan perambatan energi bunyi ada 3 jenis, yaitu:
a. Struktur-Borne Noise
Kebisingan yang dihasilkan oleh rambatan getaran struktur
komponen dari bagian yang bergetar, lalu merambatkan energi
akustik dalam bentuk gelombang longitudinal. Sumber energi
didapat dari tidakseimbangnya gerakan bolak-balik dari sistem.
b. Liquid-Borne Noise
Kebisingan yang dihasilkan oleh rambatan fluktuasi tekanan
fluida, sehingga terjadi getaran kolom fluida, pusaran fluida,
bunyi aliran dan kavitasi.
c. Air-Borne Noise
Kebisingan yang merambat melalui fluktuasi tekanan yang
timbul di udara rambatan kebisingan melalui dua media yang
saling berkaitan. Bila terjadi rambatan bunyi yang berasal dari
struktur, maka getaran struktur dapat menggetarkan udara
disekelilingnya.

2.3 Sumber dan Tingkatan Kebisingan


Menurut Setyawan. dkk (2015) Bila ditinjau dari sifatnya, sumber
kebisingan dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
1. Sumber kebisingan statis, seperti pabrik, mesin, tape, dan
lainnya.
2. Sumber kebisingan dinamis, seperti mobil, pesawat terbang,
kapal laut, dan lainnya.
Sedangkan sumber bising yang ditinjau dari bentuk sumber suara
yang dikeluarkannya dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
1. Sumber bising yang berbentuk sebagai suatu
titik/bola/lingkaran. Contohnya sumber bising dari mesin-mesin
industri/mesin yang tidak bergerak.
2. Sumber bising yang berbentuk sebagai suatu garis. Contohnya
kebisingan yang timbul karena kendaraan-kendaraan yang
bergerak di jalan.
Berdasarkan letak sumber suaranya, dikelompokkan menjadi 2
yaitu:
1. Bising interior ialah bising yang bersumber dari manusia, alat-
alat rumah tangga atau mesin-mesin gedung yang antara lain
disebabkan oleh televisi, alat-alat musik, dan juga bising yang
ditimbulkan oleh mesin yang ada digedung tersebut, dan lain-
lain.
2. Bising eksterior ialah bising yang dikeluarkan oleh kendaraan
transportasi darat, laut, maupun udara, dan alat-alat konstruksi.
Berdasarkan Lampiran I Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor : KEP-48/MENLH/11/1996 baku tingkatan kebisingan dibedakan
berdasarkan setiap fungsi kawasan dan/atau penggunaan lahan, untuk
tingkatan baku kebisingannya sebagai berikut:

Peruntukan Kawasan / Lingkungan Kesehatan Tingkat Kebisingan dB (A)


a. Peruntukan Kawasan
1. Perumahan dan pemukiman 55
2. Perdagangan dan Jasa 70
3. Perkantoran dan Perdagangan 65
4. Ruang Terbuka Hijau 50
5. Industri 70
6. Pemerintah dan Fasilitas Umum 60
7. Rekreasi 70
8. Khusus:
- Bandar Udara *)
- Stasiun Kereta Api *)
- Pelabuhan Laut 70
- Cagar Budaya 60

Peruntukan Kawasan / Lingkungan Kesehatan Tingkat Kebisingan dB (A)


b. Lingkungan Kegiatan
1. Rumah Sakit atau sejenisnya 55
2. Sekolah atau sejenisnya 55
3. Tempat Ibadah atau sejenisnya 55
Keterangan:
*) disesuaikan dengan ketentuan Menteri
Perhubungan
Tabel 2.3 Tingkat baku kebisingan
Sumber : Lampiran KEPMEN LH No. 48/ 1996
2.4 Pengaruh Kebisingan terhadap Kesehatan
Kebisingan dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada
manusia yang terpapar dan dapat diklasifikasikan sebagai berikut
(Rimantho, 2015):
a. Gangguan Fisiologis
Seseorang yang terpapar bising dapat menyebabkan gangguan
fisiologis seperti, meningkatnya tekanan darah, denyut nadi,
kontriksi pembuluh darah perifer terutama pada tangan, wajah
menjadi pucat dan gangguan sensoris, serta dapat menurunkan
kinerja otot.
b. Gangguan Psikologis
Seseorang yang terpapar bising kejiwaanya bisa terganggu,
seperti stres, rasa tidak nyaman, susah tidur, cepat tersulut
emosi, dan sulit berkonsentrasi.
c. Gangguan Komunikasi
Gangguan komunikasi biasanya disebabkan (masking effect)
yaitu bunyi yang menutupi pendengaran yang kurang jelas.
Gangguan percakapan akibat kebisingan, mengakibatkan
lawan bicara tidak dapat mendengar dengan jelas apa yang kita
bicarakan.
d. Gangguan Keseimbangan
Kebisingan dengan intensitas yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan gangguan keseimbangan seperti, kesan seakan-
akan berjalan di ruang angkasa dan vertigo.
e. Ketulian
Dari semua gangguan yang disebabkan oleh kebisingan,
gangguan yang paling serius adalah ketulian. Ketulian akibat
bising ada tiga macam yaitu, tuli sementara, tuli menetap dan
trauma akustik.
2.5 Nilai Ambang Batas (NAB) Kebisingan
Menurut Permenaker Nomor 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja, nilai ambang batas merupakan
standar faktor bahaya di tempat kerja sebagai intensitas rata-rata yang
masih bisa diterima tenaga kerja tanpa menimbulkan gangguan
kesehatan. NAB kebisingan yaitu sebesar 85 dBA sebagai intensitas yang
masih dapat diterima oleh pekerja untuk waktu tidak melebihi 8 jam
sehari atau 40 jam seminggu tanpa mengakibatkan gangguan kesehatan
(Ramadhan, 2019). Berikut tabel NAB kebisingan:

Tabel 2.4.1. Nilai Ambang Batas Kebisingan Permenaker 05/2018


Sumber: Permenaker No. 5 Tahun 2018

Tabel 2.4.2 Standar Kebisingan NIOSH


Sumber: Buku Occupational Noise Exposure revised criteria 1998.
2.6 Metode Pengukuran Kebisingan
Sound Level Meter merupakan alat pengukur suara, dengan
mekanisme kerja apabila ada benda bergetar, maka akan menyebabkan
terjadinya perubahan tekanan udara yang dapat ditangkap oleh SLM,
selanjutnya akan menggerakan meter petunjuk.
Metode pengukuran tingkat kebisingan diatur dalam Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996. Pengukuran dilakukan
oleh dua orang, dimana satu orang bertugas melihat waktu dan
memberikan aba-aba pembacaan tingkat kebisingan sesaat setiap lima
detik dalam interval sepuluh menit. Orang kedua mencatat pembacaan
tingkat kebisingan sesaat dari alat Sound Level Meter (SLM). Berikut
langkah yang dijelaskan dalam surat keputusan tersebut:
a. Waktu pengukuran adalah 10 menit tiap jam (dalam 1 hari ada
24 data).
b. Pencuplikan data adalah tiap 5 detik (10 menit ada 120 data).
c. Ketinggian microphone adalah 1,2 m dari permukaan tanah.
Noise mapping atau pemetaan kebisingan merupakan suatu
metode pemetaan dengan sketsa yang teliti dengan letak yang dilihat dari
semua titik sampling kebisingan. Dalam sketsa ditambahkan data tingkat
kebisingan di sekitar titik sampling kebisingan. Cara
membuat noise mapping ini adalah dengan melakukan pengukuran
intensitas suara atau tingkat kebisingan pada beberapa titik pengukuran
sekitar sumber bising, dimana ada pekerja yang terpapar bising dan titik-
titik yang mempunyai tingkat kebisingan yang sama tersebut
dihubungkan sehingga terbentuk suatu garis pada peta menunjukan
tempat yang memiliki intensitas suara yang sama. (Rifani. dkk, 2017).
Gambar 2.6 Contoh Noise Mapping.
Sumber: http://www.occmatters.com.au/noise-mapping/ diakses
pada 19 Maret 2020.

Pengukuran kebisingan lingkungan bertujuan untuk mengetahui


seberapa besar tingkat kebisingan di suatu area. Menurut Harahap (2016)
Dalam pengukuran tingkat kebisingan di lingkungan kerja ada tiga
metode yang dapat dilakukan dengan alat Sound Level Meter (SLM)
diantaranya:
1. Pengukuran dengan titik sampling
Pengukuran yang dilakukan jika tingkat kebisingan diduga
melampaui nilai ambang batas dan hanya di berapa titik saja,
pengukuran ini juga dapat dilakukan untuk mengevaluasi
kebisingan peralatan sederhana, seperti generator. Hal yang
harus diperhatikan dalam pengukuran yaitu arah mikrofon
dan letaknya yang harus dicantumkan.
2. Pengukuran dengan peta kontur
Pengukuran dengan peta kontur dapat menentukan gambar
mengenai kebisingan dalam cakupan sebuah area. Gambar
yang dibuat memiliki kode warna untuk mengetahui keadaan
kebisingan yang terjadi.
3. Pengukuran dengan Grid
Untuk pengukuran ini, awalnya harus membuat contoh data
kebisingan terlebih dahulu pada lokasi yang diinginkan.
Pengambilan titik sampling dilokasi semua harus memiliki
jarak interval yang sama. Jadi dalam pengukuran lokasi
dibagi menjadi beberpa kotak yang berukuran dan jarak yang
sama, misalnya 10 x 10 m. Kotak tersebut ditandai dengan
baris dan kolom untuk memudahkan identitas.

2.7 Perhitungan Kebisingan


Tingkat pemaparan bising terhadap pekerja selama 8 jam kerja (1
shift) secara akumulatif dapat dihitung sebagai berikut:
Rumus Daily Noise Dose (DND):
C1 C2 Cn
DND = + +…+
TI T 2 Tn
DND ≤ 1
Dengan: Cn = Waktu pemaparan dilokasi n.
Tn = Waktu pemaparan yang diperkenankan di lokasi n (sesuai
dengan standar yang digunakan).
Jika hasilnya = 1atau < 1 dianggap aman (dibawah NAB).
Jika hasilnya > 1 dianggap tidak aman (diatas NAB).
Kebisingan kombinasi adalah kebisingan yang diterima oleh
pekerja yang disebabkan 2 atau lebih peralatan dan menimbulkan
kebisingan.Untuk kebisingan kombinasi dapat dilakukan dengan cara
perhitungan tabel yaitu dengan ukuran desibel dari 2 suara yang berasal
dari 2 atau lebih mesin tersebut ditambahkan desibel sesuai dengan tabel
penambahan desibel yang tersedia. Berikut tabel penambahan desibel
pada Sound Level Meter (SLM) dari sumber yang beragam:
Perbedaan desibel (dB) Penambahan pada level tertinggi
Tabel 2.7 Penambahan
0 desibel pada SLM 3
1 2.6
2 2.1
3 1.8
4 1.4
5 1.2
6 1
7 0.8
8 0.6
9 0.5
10 0.4
11 0.3
12 0.2
More 0

2.8 Pengendalian Kebisingan


Dari banyaknya permasalahan yang disebabkan oleh
kebisingan, maka perlu adanya upaya pengendalian bahaya agar dapat
mencegah terjadinya gangguan-gangguan akibat lingkungan yang bising,
baik gangguan pendengaran maupun gangguan lainnya. Berikut
merupakan beberapa upaya pengendalian kebisingan yang dapat
dilakukan (Amalia, 2015):
1. Pengendalian Eliminasi
Eliminasi yaitu menghilangkan sumber kebisingan yang
ada. Apabila secara teknis dan tujuan memungkinkan, maka
eliminasi adalah tindakan pengendalian yang paling aman.
Namun, menghilangkan sumber kebisingan tidak selalu
praktis dan ekonomis, karena akan membutuhkan dana
untuk penggantian alat-alat kerja.
2. Pengendalian Substitusi
Substitusi berarti mengganti peralatan yang dapat menjadi
sumber kebisingan dengan peralatan lain yang memiliki
tingkat kebisingan yang lebih rendah, misalnya palu untuk
membentuk plat diganti dengan mesin press yang suaranya
senyap, sehingga dapat mengurangi tingkat bising di area
tersebut.
3. Pengendalian Engineering
Melakukan pengendalian berupa kegiatan teknis terhadap
sumber kebisingan maupun area kebisingan, misalnya
pemberian barrier pada mesin diesel, memberi penghalang
yang berupa tembok dan seng berukuran tinggi mengelilingi
area body minibus untuk meminimalisir penyebaran
kebisingan menuju lingkungan sekitar.
4. Pengendalian Administrasi
Mengurangi waktu pemajanan tenaga kerja dengan cara
mengatur jam kerja, sehingga masih dalam batas aman,
serta adanya informasi keselamatan dan kesehatan kerja
terkait kebisingan.
5. Pengendalian Secara Medis
Pengendalian ini berupa pemeriksaan pendengaran dengan
tes audiometri, tes rinne atau tes weber pada pekerja secara
periodik.
6. Alat Pelindung Diri
Pengendalian kebisingan dengan alat pelindung diri sudah
banyak ditemukan dalam perusahaan-perusahaan, karena
lebih praktis dan ekonomis. Misalnya penggunaan ear plug
dan ear muff.
Dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja
No.KEP/51/MEN/1999 zona kebisingan diklasifikasikan
menjadi tiga:
a. Zona aman tanpa pelindung : < 85 dBA.
b. Zona dengan pelindung ear plug : 85-95 dBA.
c. Zona dengan pelindung ear muff : > 95 dBA.
3 BAB 3
METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


1. Sound Level Meter
2. Ballpoint : 1 buah
3. Baterai 9V : 1 buah
4. Kertas : 5 lembar
5. Meteran
Perlengkapan APD yang digunakan dalam praktikum, antara lain:
1. Safety helmet
2. Safety shoes
3. Ear plug
4. Wearpack

3.2 Tata Cara Pengoperasian Alat


Prosedur penggunaan Sound Level Meter (SLM) adalah sebagai berikut :
1. Mengaktifkan SLM, memilih respon time (pilih F atau S) dan
weighting (function switch) yang diinginkan. Untuk respon time
agar dapat menangkap tinggi suara tertinggi memilih F, dan untuk
tinggi suara rata – rata memilih S. Untuk weighting, memilih A
untuk general sound, dan C untuk suara dari material akustik.
2. Memilih level yang diinginkan.
3. Memegang SLM dengan stabil dan mengarahkan microphone ke
sumber suara.
4. Jika MAX yang dipilih, hasil yang tertera adalah level kebisingan
maksimum.
5. Jika HOLD yang dipilih, maka hasil tertera akan ditahan agar
tidak berubah. Untuk keluar dari mode ini, menekan HOLD sekali
lagi.
6. Mematikan alat jika sudah selesai.
3.3 Diagram Alir Penelitian
Adapun diagram alir dari langkah – langkah praktikum ini sebagai
berikut:
LINGKUNGAN KERJA KEBISINGAN
SURVEI NOISE DI LABORATORIUM / BENGKEL

A. Gambaran Umum
Nama Ruang : Bengkel Las
Tanggal : 19 April 2019
Team Pengukur : Tim PLK
Alat yang dipakai : Sound Level Meter
Layout Ruangan:
Peralatan yang terdapat dalam ruangan :
1. Las OAW (16 meja kerja)
2. Las SMAW (16 bilik kerja)
3. Las GTAW (8 bilik kerja)
4. Pengikiran (1 meja kerja)
5. Penggerindaan (1 bilik)

B. Data hasil pengukuran


Lokasi
Pengukuran (dB)
Pengukuran

X Y 1 2 3 Max
1 1 64 66 65  
1 2 66 68 67  
1 3 67 69 68  
1 4 66 68 67  
1 5 73 75 74  
1 6 74 76 75  
1 7 87 88 89  
1 8 75 77 76  
1 9 74 76 75  
1 10 73 75 74  
1 11 73 75 74  
2 1 65 67 66  
2 2 65 67 66  
2 3 66 68 67  
2 4 65 67 66  
2 5 70 70 70  
2 6 70 70 70  
2 7 70 70 70  
2 8 70 70 70  
2 9 70 70 70  
2 10 70 70 70  
2 11 74 76 75  
3 1 66 68 67  
3 2 90 85 87  
3 3 65 67 66  
3 4 90 85 87  
3 5 75 77 76  
3 6 76 78 77  
3 7 85 87 86  
3 8 85 87 86  
3 9 85 87 86  
3 10 70 70 70  
3 11 79 81 80  
4 1 66 68 67  
4 2 87 89 91  
4 3 66 68 67  
4 4 87 89 91  
4 5 72 74 73  
4 6 72 74 73  
4 7 85 87 86  
4 8 87 89 88  
4 9 88 90 89  
4 10 70 70 70  
4 11 82 84 83  
5 1 68 70 69  
5 2 87 90 91  
5 3 67 69 68  
5 4 87 89 91  
5 5 73 75 74  
5 6 74 76 75  
5 7 85 87 86  
5 8 89 91 90  
5 9 88 90 89  
5 10 70 70 70  
5 11 82 84 83  
6 1 68 70 69  
6 2 87 89 91  
6 3 67 69 68  
6 4 87 89 91  
6 5 74 76 75  
6 6 75 77 76  
6 7 85 87 86  
6 8 85 87 86  
6 9 86 88 87  
6 10 70 70 70  
6 11 64 66 65  
7 1 69 71 70  
7 2 75 77 76  
7 3 72 74 73  
7 4 76 78 77  
7 5 76 78 77  
7 6 76 78 77  
7 7 79 81 80  
7 8 82 84 83  
7 9 81 83 82  
7 10 70 70 70  
7 11 79 81 80  
8 1 69 71 70  
8 2 72 74 73  
8 3 76 78 77  
8 4 72 74 73  
8 5 72 74 73  
8 6 72 74 73  
8 7 76 78 77  
8 8 75 77 76  
8 9 75 77 76  
8 10 70 70 70  
8 11 74 76 75  
9 1 70 72 71  
9 2 73 75 74  
9 3 76 78 77  
9 4 76 78 77  
9 5 76 78 77  
9 6 76 78 77  
9 7 87 89 91  
9 8 74 76 75  
9 9 72 74 73  
9 10 70 70 70  
9 11 75 77 76  
10 1 69 71 70  
10 2 75 77 76  
10 3 74 76 75  
10 4 73 75 74  
10 5 73 75 74  
10 6 76 78 77  
10 7 87 89 91  
10 8 73 75 74  
10 9 73 75 74  
10 10 87 89 91  
10 11 87 89 91  
11 1 71 73 72  
11 2 76 78 77  
11 3 75 77 76  
11 4 74 76 75  
11 5 75 77 76  
11 6 79 81 80  
11 7 91 87 85  
11 8 74 76 75  
11 9 74 76 75  
11 10 91 87 85  
11 11 91 87 85  
12 1 69 71 70  
12 2 72 74 73  
12 3 74 76 75  
12 4 73 75 74  
12 5 73 75 74  
12 6 76 78 77  
12 7 76 78 77  
12 8 75 77 76  
12 9 75 77 76  
12 10 91 87 85  
12 11 91 87 85  
13 1 73 75 74  
13 2 75 77 76  
13 3 74 76 75  
13 4 73 75 74  
13 5 73 75 74  
13 6 76 78 77  
13 7 76 78 77  
13 8 76 78 77  
13 9 76 78 77  
13 10 91 87 85  
13 11 91 87 85  
14 1 72 74 73  
14 2 74 76 75  
14 3 75 77 76  
14 4 74 76 75  
14 5 75 77 76  
14 6 74 76 75  
14 7 73 75 74  
14 8 72 74 73  
14 9 72 74 73  
14 10 91 87 85  
14 11 91 87 85  
15 1 74 76 75  
15 2 77 79 78  
15 3 79 81 80  
15 4 80 82 81  
15 5 79 81 80  
15 6 79 81 80  
15 7 74 76 75  
15 8 76 78 77  
15 9 76 78 77  
15 10 91 87 85  
15 11 91 87 85  

Keterangan Data :
Kelompok 1, mesin OAW tidak menyala, kebisingan di lokasi mesin OAW
diganti 70 dB
Kelompok 2, mesin GTAW tidak menyala, kebisingan di lokasi mesin GTAW
diganti 70 dB
Kelompok 3, mesin SMAW tidak menyala, kebisingan di lokasi mesin SMAW
diganti 70 dB
Kelompok 4, mesin OAW tidak menyala, kebisingan di lokasi mesin OAW
diganti 65 dB
Kelompok 5, mesin GTAW tidak menyala, kebisingan di lokasi mesin GTAW
diganti 65 Db
C. Data hasil pengukuran kebisingan kombinasi
Nama Mesin Hasil Selisih Kebisingan
N Penambahan
pengukuran kebisingan kombinasi
o kebisingan
(dB) (dB)
Mesin OAW 1
. (titik 2,5)
Mesin OAW 2
. (titik 2,6)

st.
Kebisingan kombinasi ……………………………….. dB

Keterangan:
Mesin yang tidak menyala tidak dianggap sebagai sumber
kebisingan, tidak dimasukkan ke perhitungan kebisingan kombinasi

D. Peta Kebisingan
PEMBAHASAN HASIL KERJA
Laporan resmi yang dikumpulkan harus memuat tentang hasil
pengukuran, analisis dan pembahasan, tentang :
1. Perhitungan kebisingan kombinasi dari laboratorium / bengkel yang
diukur.
2. Kondisi laboratorium/bengkel aman atau tidak.
3. Gambar layout ruangan yang diukur dan juga noise mapping
menggunakan surfer, beserta analisisnya.
4. Analisis menggunakan AREP.
BAB 4

PERHITUNGAN DAN ANALISA


4.1

4.1.1 K
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, R. D., Jayanti, S., & Kurniawan, B. (2017). Analisis Pengendalian


Kebisingan di Area Body Minibus Perusahaan Karoseri Tahun
2015. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e Journal), 3(3), 621-624.
Dewanty, R. A., & Sudarmaji, S. (2016). ANALISIS DAMPAK INTENSITAS
KEBISINGAN TERHADAP GANGGUAN PENDENGARAN
PETUGAS LAUNDRY. JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN, 8(2),
229.
Fanny, N. (2015). Analisis Pengaruh Kebisingan Terhadap Tingkat Konsentrasi
Kerja Pada Tenaga Kerja di Bagian Proses PT. Iskandar Indah Printing
Textile Surakarta. Jurnal INFOKES Universitas Duta Bangsa
Surakarta, 5(1), 53-54.
Fithri, P. (2015). Analisis Intensitas Kebisingan Lingkungan Kerja pada Area
Utilities Unit PLTD dan Boiler (Studi Kasus PT. Pertamina RU II
Dumai). Jurnal Sains dan Teknologi Industri, 12(2), 279.
Halil, A., Yanis, A., & Noer, M. (2015). Pengaruh Kebisingan Lalulintas terhadap
Konsentrasi Belajar Siswa SMP N 1 Padang. Jurnal Kesehatan
Andalas, 4(1), 54.
Harahap, J. (2016). Penentuan Tingkat Kebisingan Pada Area Pengolahan Sekam
Padi, Siltstone Crusher, Cooler Dan Power Plant Pada PT Lafarge Cement
Indonesia-Lhoknga Plant. Elkawnie, 2(2), 132.
Keputusan Menteri Ketenagakerjaan No. 5 Tahun 2018 Tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.KEP/51/MEN/1999 Tahun 1999, Tentang
Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja.
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 Tentang, Baku Tingkat
Kebisingan.
Malau, N. D., & Jehadun, A. D. (2018). Analisa Tingkat Kebisingan Taman
Bermain Anak di Timezone Mall. EduMatSains: Jurnal Pendidikan,
Matematika dan Sains, 3(1), 48.
National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH). 1998.
Occupational Noise Exposure revised criteria 1998. Cincinnati, Ohio.
Rifani, U., Sasmita, A., & Edward, E. (2017). Pemetaan Tingkat Kebisingan di
PKS Terantam PT. Perkebunan Nusantara V dengan Metode Noise
Mapping (Doctoral dissertation, Riau University). JOM FTEKNIK
Volume 4 No.2, 3.
Setyawan, O., Zakki, A. F., & Iqbal, M. (2015). Analisa Estimasi Tingkat
Kebisingan di Kamar Mesin dan Ruang Akomodasi pada Kapal Riset
dengan Penggerak Motor Listrik. Jurnal Teknik Perkapalan, 3(1), 64-
65.
Ramadhan, Ario. (2019). ANALISIS INTENSITAS KEBISINGAN PENYEBAB
RISIKO NOISE INDUCED HEARING LOSS DI BANDAR UDARA
INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA. Journal of Industrial
Hygiene and Occupational Health Vol. 3, No. 2, 168.
Rimantho, D., & Cahyadi, B. (2015). Analisis kebisingan terhadap karyawan di
lingkungan kerja pada beberapa jenis perusahaan. Jurnal
Teknologi, 7(1), 23.
Zulkarnaen, M. I., Rusdinar, A., & Ramatryana, I. N. A. (2015). Desain Dan
Implementasi Sistem Deteksi Kebisingan. eProceedings of
Engineering, 2(2), 2-3.
Zulkipli, S., & YULFADLI, Z. (2017). Pengaruh Volume Lalu Lintas Terhadap
Tingkat Kebisingan pada Jalan Bung Tomo Samarinda
Seberang. KURVA S, 4(1), 133.
TUGAS PENDAHULUAN

1. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis kebisingan !


 Berdasarkan sifat dan spektrum frekuensi bunyi, kebisingan dapat
diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Bising kontinu berspektrum luas dan menetap (steady wide band
noise)
Bising ini relatif tetap dalam batas 5 dBA untuk periode
0,5 detik berturut-turut, misalnya suara mesin dan suara kipas
angin.
b. Bising kontinu berspektrum sempit dan menetap (steady narrow
band noise)
Bising ini juga relatif tetap, tetapi hanya pada frekuensi
500, 1000, dan 4000 Hz, misalnya bunyi gergaji sirkuler dan bunyi
katup gas.
c. Bising terputus-putus (intermitten noise)
Bising yang tak terjadi secara terus menerus, melainkan
ada periode relatif tenang, misalnya kebisingan di lapangan
terbang.
d. Bising berasal dari ledakan tunggal (explosive noise)
Bising yang memiliki perubahan tekanan bunyi dalam
waktu yang cepat dan biasanya mengejutkan pendengar. Contohnya
bunyi tembakan senapan atau meriam.
e. Bising berasal dari ledakan tunggal yang berulang
Bising jenis ini sama dengan explosive noise, hanya saja
disini terjadi secara berulang-ulang, misalnya mesin.
 Kebisingan berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia ada 3 jenis,
yaitu:
a. Bising yang mengganggu (Irritating Noise)
Bising dengan intensitas yang tidak terlalu tinggi, seperti
mendengkur.
b. Bising yang menutupi (Masking Noise)
Bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas. Secara
tidak langsung, bunyi ini akan membahayakan kesehatan dan
keselamatan tenaga kerja yang disebabkan teriakan, isyarat atau
segala tanda bahaya tenggelam oleh bising.
c. Bising yang merusak (Damaging/Injurious Noise)
Bising dengan intensitas yang melampaui Nilai
Ambang Batas (NAB). Bunyi jenis ini dapat merusak fungsi
pendengaran.
2. Mengapa kebisingan harus dikendalikan ?
 Agar dapat mencegah atau meminimalisir terjadinya gangguan-
gangguan akibat lingkungan yang bising, baik gangguan secara fisik
maupun psikologi.
3. Bagaimana cara mengendalikan kebisingan ? Jelaskan !
 Berikut merupakan beberapa upaya pengendalian kebisingan yang
dapat dilakukan:
a. Pengendalian Eliminasi
Eliminasi yaitu menghilangkan sumber kebisingan yang
ada. Apabila secara teknis dan tujuan memungkinkan, maka
eliminasi adalah tindakan pengendalian yang paling aman. Namun,
menghilangkan sumber kebisingan tidak selalu praktis dan
ekonomis, karena akan membutuhkan dana untuk penggantian alat-
alat kerja.
b. Pengendalian Substitusi
Substitusi berarti mengganti peralatan yang dapat menjadi
sumber kebisingan dengan peralatan lain yang memiliki tingkat
kebisingan yang lebih rendah, misalnya palu untuk membentuk plat
diganti dengan mesin press yang suaranya senyap, sehingga dapat
mengurangi tingkat bising di area tersebut.
c. Pengendalian Engineering
Melakukan pengendalian berupa kegiatan teknis terhadap
sumber kebisingan maupun area kebisingan, misalnya pemberian
barrier pada mesin diesel, memberi penghalang yang berupa
tembok dan seng berukuran tinggi mengelilingi area body minibus
untuk meminimalisir penyebaran kebisingan menuju lingkungan
sekitar.
d. Pengendalian Administrasi
Mengurangi waktu pemajanan tenaga kerja dengan cara
mengatur jam kerja, sehingga masih dalam batas aman, serta adanya
informasi keselamatan dan kesehatan kerja terkait kebisingan.
e. Pengendalian Secara Medis
Pengendalian ini berupa pemeriksaan pendengaran dengan tes
audiometri, tes rinne atau tes weber pada pekerja secara periodik.
f. Alat Pelindung Diri
Pengendalian kebisingan dengan alat pelindung diri sudah
banyak ditemukan dalam perusahaan-perusahaan, karena lebih praktis
dan ekonomis. Misalnya penggunaan ear plug dan ear muff.
4. Bagaimana cara membuat peta kebisingan (noise mapping) ?
 Cara membuat noise mapping yaitu dengan melakukan pengukuran
intensitas suara atau tingkat kebisingan pada beberapa titik pengukuran
sekitar sumber bising, dimana ada pekerja yang terpapar bising dan
titik-titik yang mempunyai tingkat kebisingan yang sama tersebut
dihubungkan sehingga terbentuk suatu garis pada peta menunjukan
tempat yang memiliki intensitas suara yang sama.
5. Apa perbedaan fungsi Sound Level Meter dan Noise Dosimeter ?
 Sound Level Meter berfungsi untuk mengukur kebisingan lingkungan
dan/ atau di tempat kerja, sedangkan Noise Dosimeter berfungsi untuk
mengukur tingkat kebisingan tiap individu.
6. Mengapa seorang pekerja harus memperhatikan NAB kebisingan ?
 Agar pekerja dapat bekerja dengan nyaman dan tidak terkena gangguan
kesehatan yang dapat berpengaruh pada kinerjanya. Karena jika pekerja
tidak memperhatikan NAB kebisingan di lingkungan kerjanya, maka
akan berdampak buruk baik bagi pekerjanya maupun perusahaannya.
Lingkungan kerja menjadi tidak nyaman sehingga kinerja para pekerja
akan menurun yang dapat berpengaruh pada pekerjaannya dan kualitas
perusahaan menurun serta dapat mengakibatkan para pekerja terkena
penyakit akibat kerja atau gangguan kesehatan.
7. Apa langkah yang harus dilakukan jika ruang kerja terdapat sumber bunyi
bising dan tidak dapat dimatikan/dihentikan ?
 Langkah yang dapat dilakukan yaitu dengan menerapkan beberapa
pengendalian sebagai berikut:
a. Pengendalian Engineering
Melakukan pengendalian dengan kegiatan teknis terhadap
sumber kebisingan maupun area kebisingan, misalnya pemberian
barrier pada mesin diesel, memberi penghalang yang berupa
tembok dan seng berukuran tinggi mengelilingi area body minibus
untuk meminimalisir penyebaran kebisingan menuju lingkungan
sekitar.
b. Pengendalian Administrasi
Mengurangi waktu pemajanan tenaga kerja dengan cara
mengatur jam kerja (pembagian shift kerja), sehingga masih dalam
batas aman, serta adanya informasi keselamatan dan kesehatan
kerja terkait kebisingan.
c. Alat Pelindung Diri
Pengendalian kebisingan dengan alat pelindung diri sudah
banyak ditemukan dalam perusahaan-perusahaan, karena lebih
praktis dan ekonomis. Misalnya penggunaan ear plug dan ear muff.
DENAH BENGKEL LAS 1

Anda mungkin juga menyukai