Anda di halaman 1dari 42

PRAKTIKUM PENGUKURAN LINGKUNGAN KERJA

KEBISINGAN

Disusun oleh:
Wimboro Galasakti Prabowo
6513040034

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


POLITENIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2015
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Pada

saat

ini

penerapan

sistem

Kesehatan

dan

Keselamatan Kerja (K3) di setiap tempat kerja sangat


dibutuhkan. Adanya pengembangan dan peningkatan K3
adalah untuk meminimalisir kemungkinan risiko kecelakaan
dan penyakit yang timbul akibat hubungan kerja, serta
meningkatkan produktivitas dan efesiensi.
Saat ini industri di Indonesia semakin berkembang
cepat, begitu juga dengan masalah yang timbul juga
semakin banyak salah satunya adalah adanya faktor-faktor
bahaya yang ditimbulkan oleh mesin yang ada di suatu
industri. Faktor bahaya tersebut ada berbagai macam
jenisnya bisa berupa faktor bahaya fisik, faktor bahaya
kimia, faktor bahaya biologi, faktor bahaya ergonomi, dan
faktor bahaya psikologi. Salah satu potensi bahaya dari
faktor-faktor tersebut adalah kebisingan.
Kebisingan merupakan salah satu masalah kesehatan
lingkungan di dalam suatu industri. Bising adalah bunyi
yang tidak dikehendaki yang dapat mengganggu atau
membahayakan kesehatan para pekerja. Setiap aktifitas
manusia yang disadari atau tidak maupun mesin yang
beroperasi,

dapat

menjadi

sumber

bising.

Pengaruh

khusus akibat kebisingan berupa gangguan pendengaran,


gangguan kehamilan untuk pekerja wanita, gangguan
komunikasi, gangguan istirahat, gangguan tidur, psikologis,
gangguan mental, ketidak nyamanan pada masyarakat
sekitar

perindustrian,

dan

juga

gangguan

berbagai

aktivitas sehari-hari.
Oleh sebab itu, praktikum pengukuran lingkungan
kerja tentang kebisingan pada salah satu bengkel di PPNS
penting

untuk

dilakukan,

agar

kita

bisa

mengetahui

seberapa besar kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin


Kebisingan

sehingga kita bisa meminimalisir potensi bahaya apapun.


Adapun alat yang digunakan untuk mengukur kebisingan
adalah Sound Level Meter dan untuk itu dibutuhkan
ketelitian dalam melakukan pengukuran ini.
1.2

Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada praktikum ini adalah :
1 Bagaimana

cara

mengukur

kebisingan

menggunakan Sound Level Meter ?


2 Bagaimana
cara
membuat
pemetaan
(mapping)?
3 Bagaimana cara

membuat

peta

dengan
ruangan

kebisingan

(noise

mapping) ?
1.3. Tujuan
Tujuan praktikum kebisingan ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Umum :
Dapat

mengaplikasikan

teori

Keselamatan

dan

Kesehatan Kerja.
2. Tujuan Khusus :
a. Dapat melakukan pengukuran dengan Sound Level
Meter.
b. Dapat membuat pemetaan ruangan (mapping)
c. Dapat membuat peta kebisingan (noise mapping)

Kebisingan

BAB II
DASAR TEORI
2.1. Bunyi
Bunyi merupakan energi berbentuk gelombang yang
berasal dari getaran suatu benda yang dapat merambat
melalui media baik itu padat, cair, maupun gas, tetapi
bunyi tidak dapat merambat pada ruang hampa udara
(Santiasih & Handoko , 2012). Bunyi atau suara didefinisikan

sebagai serangkaian gelombang yang merambat dari suatu


sumber getar sebagai akibat perubahan kerapatan dan
juga

tekanan

diterima

oleh

suara.
telinga

Bunyi
karena

adalah

rangsangan

yang

getaran-getaran melalui

media elastis. Bunyi terjadi bila sumber bunyi merambat.


Gerakan rambatannya menjauhi sumber bunyi. Bunyi
bergerak di udara dengan kecepatan 340 m/s. Kecepatan
akan bertambah besar apabila bunyi bergerak di dalam air
= 1500 m/s, sedang di dalam baja kecepatan bunyi = 5000
m/s (Soeripto, 2008:323).
Dalam mempelajari bunyi khususnya yang berkaitan
dengan kesehatan pendengaran ada dua (2) hal yang perlu
diketahui :
1. Frekuensi
Frekuensi adalah jumlah gelombang lengkap yang
merambat per satuan waktu yang dinyatakan dalam
getaran per detik (cps) atau dalam Hertz (Hz).
Besarnya frekuensi akan menentukan nada suara.
Bunyi yang dapat didengar oleh manusia (orang
muda) sangat terbatas yaitu terletak pada kisaran
frekuensi antara 20-20.000 Hz. Frekuensi yang
penting adalah Center Band Frequency adalah 250,
500, 1000, 2000, 4000 dan 5000 Hz (naik 1 oktaf).
Kebisingan

Frekuensi antara 250-3000 Hz adalah frekuensi yang


penting
adalah

untuk

percakapan.

frekuensi

yang

Frekuensi

paling

4000

peka

Hz

ditangkap

telinga, sangat penting untuk diketahui bahwa


ketulian yang disebabkan oleh kebisingan ialah
adanya

pengurangan

(penurunan)

pendengaran

pada frekuensi ini. Bunyi dapat terdiri dari nada


tunggal, tetapi umumnya terdiri dari beberapa
variasi intensitas nada. Di alam jarang didapat suara
yang bersifat nada tunggal (Moeljoso, 2008:324).

Gambar 2.1. Gelombang dengan berbegai macam


frekuensi
Sumber: Wikipedia, 2015
2. Ampitudo
Amplitudo adalah jarak antara puncak gelombang
bunyi dan titik rata-rata. Selisih suhu tahunan atau
suhu

harian.

Simpangan

terbesar

pada suatu

getaran, dihitung dari titik kesetimbangan.

Gambar 2.2. Amplitudo gelombang bunyi


Sumber: Wikipedia, 2015
2.2. Kebisingan
Bising merupakan bunyi yang tidak dikehendaki, baik
yang berasal dari buatan manusia maupun kegiatan alam,
sehingga dapat mengurangi kenyaman dalam bekerja.
Bising selain dapat mengganggu komunikasi juga dapat
menimbulkan gangguan kesehatan pendengaran, yang
Kebisingan

pada akhirnya akan menyebabkan penyakit akibat kerja


yaitu

Noise

Induced

Hearing

Loss

(NIHL).

Pengaruh

gangguan kebisingan tergantung pada intensitas dan


frekuensi nada.
Jenis-jenis kebisingan yang sering ditemukan berdasarkan
spektrum frekuensi dan sifat sumber bunyi terdiri dari :
1. Bising yang terus menerus (continuous/steady
noise).
Bising terus menerus dihasilkan oleh mesin yang
beroperasi tanpa henti, misalnya

blower, pompa,

kipas angin, gergaji sirkuler, dapur pijar,


peralatan

pemprosesan.Bising

dan

terus-menerus

adalah bising dimana fluktuasi dari intensitasnya


tidak lebih dari 6 dB dan tidak putus-putus. Bising
kontinyu dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:
1. Wide Spectrum adalah bising dengan spektrum
frekuensi yang luas. bising ini relatif tetap
dalam batas kurang dari 5 dB untuk periode
0,5 detik berturut-turut, seperti suara kipas
angin, dan suara mesin tenun.
2. Norrow Spectrum adalah bising ini juga relatif
tetap, akan tetapi hanya mempunyai frekuensi
tertentu saja (frekuensi 500, 1.000, 4.000)
misalnya gergaji sirkuler, dan katup gas.
2. Bising yang terputus-putus (Intermittent Noise)
Bising terputus-putus adalah kebisingan saat tingkat
kebisingan naik dan turun dengan cepat, seperti lalu
lintas dan suara kapal terbang di lapangan udara.
Bising jenis ini sering disebut juga intermittent
noise, yaitu bising yang berlangsung secara tidak
terus-menerus,
tenang,

melainkan

misalnya

lalu

ada

lintas,

periode

relatif

kendaraan,

kapal

terbang, kereta api.


Kebisingan

3. Bising yang menghentak (Impulsif Noise)


Bising yang menghentak merupakan kebisingan
dengan kejadian yang singkat dan tiba-tiba. Efek
awalnya menyebabkan gangguan yang lebih besar,
seperti

akibat

ledakan,

misalnya

dari

mesin

pemancang, pukulan, tembakan bedil atau meriam,


ledakan dan dari suara tembakan senjata api.
4. Bising berpola (Tones in Noise)
Bising berpola merupakan bising yang disebabkan
oleh ketidakseimbangan atau pengulangan yang
ditransmisikan melalui permukaan ke udara. Pola
gangguan misalnya disebabkan oleh putaran bagian
mesin seperti motor, kipas, dan pompa. Pola dapat
diidentifikasi secara subjektif dengan mendengarkan
atau secara objektif dengan analisis frekuensi.

5. Bising impulsif berulang


Bising impulsif

berulang sama dengan bising

impulsif, hanya bising ini terjadi berulang-ulang,


misalnya mesin tempa.
Sumber kebisingan dibedakan bentuknya atas dua jeni
s sumber, yaitu :
a. Sumber titik (berasal dari sumber diam) yang
penyebaran

kebisingannya

dalam bentuk bola-

bola konsentris dengan sumber kebisingan sebagai


pusatnya

dan

menyebar

di

udara

dengan

kecepatan sekitar 360 m/detik.


b. Sumber garis berasal dari sumber bergerak dan
penyebaran kebisingannya dalam bentuk silindersilinder

konsentris

dengan

sumber

kebisingan

sebagai sumbunya dan menyebar di udara dengan

Kebisingan

kecepatan sekitar 360 m/detik, sumber kebisingan


ini umumnya berasal dari kegiatan transportasi
(Sasongko, 2000)

Intensitas kebisingan yang tinggi dan melebihi NAB


mempunyai efek yang merugikan pada tenaga kerja di
tempat kerja mereka, antara lain meliputi :
a. Gangguan komunikasi
Kebisingan dapat menggangu

percakapan

sehingga akan mempengaruhi komunikasi yang


sedang berlangsung (tatap muka/via telepon).
Risiko

potensial

kepada

pendengaran

terjadi

apabila komunikasi pembicaraan harus dijalankan


dengan

berteriak.

menyebabkan
mungkin

Gangguan

terganggunya

terjadi

komunikasi

pekerjaan

kelelahan,

ini

bahkan

terutama

pada

peristiwa penggunaan tenaga baru.


b. Gangguan Tidur
Kualitas tidur seseorang dapat dibagi menjadi
beberapa tahap mulai dari tahap terjaga sampai
tidur

lelap.

Kebisingan

bisa

menyebabkan

gangguan dalam bentuk perubahan tahap tidur,


gangguan yang terjadi dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain motivasi bangun, kenyaringan,
lama

kebisingan,

fluktuasi

kebisingan

dan

umur manusia.
c. Gangguan Psikologis
Kebisingan bisa menimbulkan gangguan psikologis
seperti kejengkelan, kecemasan dan ketakutan.
Tergantung pada intensitas, frekuensi, periode,
saat

dan

lama

spektrum/kegaduhan

kejadian,
dan

kompleksitas
ketidakteraturan

kebisingan.
d. Gangguan Produktifitas Kerja

Kebisingan

Kebisingan
terhadap
seseorang
gangguan

dapat
pekerjaan
melalui

menimbulkan

gangguan

yang

dilakukan

sedang

gangguan

konsentrasi

psikologis

dan

sehingga menurunkan

produktifitas kerja.
e. Gangguan Mental Emosional
Gangguan ini berupa terganggunya kenyamanan
hidup, mudah marah dan menjadi lebih peka atau
mudah tersinggung.
f. Gangguan Kesehatan
Kebisingan
berpotensi

untuk

mengganggu

kesehatan manusia apabila manusia terpapar aras


suara dalam suatu periode yang lama dan terus
menerus.
g. Gangguan Fisiologi
Kebisingan
dapat

menimbulkan

gangguan

terhadap sistim jantung dan peredaran darah


melalui mekanisme hormonal yaitu diproduksinya
hormon adrenalin, dapat meningkatkan frekuensi
detak jantung dan tekanan darah. Kejadian ini
termasuk gangguan kardiovaskuler.
Pengendalian terhadap kebisingan dilaksanakan dalam
rangka perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatan
tenaga kerja melauli upaya pencegahan, yang dapat
dilaksanakan dengan:
Pengendalian secara teknis (Engineering Control)
Contoh: Eliminasi, Substitusi, dan Isolasi.
Pengendalian secara administrative (Administratif
Control)
Contoh: Pengaturan jam kerja disesuaikan dengan

NAB yang ada.


Pengendalian secara medis (Medical Control)
Contoh: Pemeriksaan audiometric pada pekerja
secara periodik
Penggunaan
Alat

Pelindung

Diri

(Personal

Protective Equipment)

Kebisingan

Penggunaan

Alat

Pelindung

merupakan

alternatif

terakhir bila pengendalian yang lain telah dilakukan.


Tenaga kerja dilengkapi dengan sumbat telinga (ear plug)
atau tutup telinga (ear muf) disesuaikan dengan jenis
pekerjaan, kondisi, dan penurunan intensitas kebisingan
yang diharapkan.
2.3. Noise Mapping
Peta Kebisingan adalah peta wilayah yang berwarna
sesuai dengan tingkat kebisingan di daerah tersebut.
Kadang-kadang, tingkat kebisingan dapat ditunjukkan oleh
garis kontur yang menunjukkan batas-batas antara tingkat
kebisingan yang berbeda di suatu daerah.

Gambar 2.3. Noise Mapping


Sumber : http://www.google.com/images/noise mapping, 2015

Kebisingan yang disebabkan karena dua atau lebih


peralatan, tidak berlaku penambahan matematis (karena
merupakan

fungsi

logaritma),

maka

digunakan

tabel

sebagai berikut:

Tabel 2.1 Penambahan Decibel untuk Sound Level Meter


dari Sumber Beragam
Perbedaan Decibel (dB)
Penambahan pada level

Kebisingan

tertinggi
0

2,6

2,1

1,8

1,4

1,2

0,8

0,6

0,5

10

0,4

11

0,3

12

0,2

more

(Sumber : Wentz, 1999)

Melakukan analisis apakah kebisingan tersebut dapat


diterima oleh telinga atau tidak setelah pengukuran
kebisingan dilakukan. Berikut ini standar atau kriteria
kebisingan yang ditetapkan oleh berbagai pihak.
1. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan
Koperasi No.SE 01/MEN/1978
2. Department of Labor (DOL) OSHA CFR 1910.95

Kebisingan

10

Tabel 2.2 Kriteria Kebisingan Menurut DOL OSHA


Waktu (jam/hari)

Tingkat Kebisingan
(dBA)

8
6
4
3
2
1,5
1
0,5
<0,25

90
92
95
97
100
102
105
110
115

Sumber : Kartowitz, 2005

3. ACGIH dan NIOSH

Kebisingan

11

Tabel 2.3 Kriteria Kebisingan Menurut ACGIH dan NIOSH

Hours

Minutes

Seconds

Seconds

Duration per
Day
24.00
16.00
8.00
4.00
2.00
1.00
30.00
15.00
7.50
3.75
1.88
0.94
28.12
14.06
7.03
3.52
1.76
0.88
0.44
Duration per
Day
0.22
0.11
0

Sound Level
(dB)
80
82
85
88
91
94
97
100
103
106
109
112
115
118
121
124
127
130
133
Sound Level
(dB)
136
139
140

Sumber: ACGIH, 2005


2.4

Kebisingan Kombinasi
Kebisingan kombinasi adalah kebisingan total yang
diterima oleh pekerja yang disebabkan oleh dua atau
lebih

peralatan

yang menimbulkan suara yang tidak

dikehendaki.
Ketika dua sumber suara, misalnya dua mesin yang
berdekatan berada pada satu area kerja yang sama, di
ruang tersebut timbul efek aditif untuk level kebisingan
Kebisingan

12

kombinasi dua suara yang lebih besar daripada satu suara


sumber

suara.

ditentukan

Efek

dengan

kombinaasi
Tabel

2.4.

dua

level kebisingan

Perbedaan

kebisingan

menunjukkan penjumlahan desibel utuk ditambahkan ke


dua sumber bising yang lebih tinggi.
Kadang akan ada lebih dari dua perbedaan sumber
bising di area kerja. Ketika kejadian ini terjadi, efek tiga
suara atau lebih dikombinasikan seharusnya juga dihitung
dengan bantuan Tabel 2.4 Pertama, pada tempat tersebut
semua sumber bising diurutkan desibelnya dari

yang

terkecil sampai yang terbesar. Kemudian kombinasikan


dua sumber decibel terendah, lalu kombinasikan hasilnya
dengan sumber desibel yang lebih tinggi. Lanjutkan level
decibel sampai semua telah dikombinasikan sampai level
terakhir
Tabel 2.4 Penambahan Desibel untuk Sound Level Meter (SLM)
dari Sumber yang Beragam
Perbedaan desibel (db)

Penambahan pada level


tertinggi

2.6

2.1

1.8

1.4

1.2
Lanjutan Tabel 2.4

Perbedaan desibel (db)

Penambahan pada level


tertinggi

0.8

0.6

0.5

10

0.4

11

0.3

Kebisingan

13

12

0.2

More

(Sumber: Wentz, 1999)

2.5

Daily Noise Dose


Dosis kebisingan / dosis paparan harian (D) atau
daily noise dose adalah dosis kebisingan harian yang
diterima pekerja di mana D harus kurang dari atau sama
dengan 1. Rumusnya adalah sebagai berikut (Tambunan,
2005) :
C1
T1

D =

dimana :
D
=
C
=

C2
T2

+ .............. +

Cn
Tn

..............(2.1)

dosis harian
waktu kontak aktual pada tingkat suara

tertentu
T
=
waktu kontak acuan maksimum
NIOSH telah menetapkan waktu maksimum(T) yang
diperkenankan bagi pekerja untuk berada di sebuah
lokasi dengan tingkat (intensitas) kebisingan tertentu.
Rumus untuk menghitung waktu maksimum adalah
sebagai berikut:

T
2

(L -85)

..............(2.2)
3

Kebisingan

14

di mana:

waktu maksimum di mana pekerja boleh


berhadapan dengan tingkat kebisingan

L
3

(dalam menit)
tingkat kebisingan (dB) yang dianggap

berbahaya
exchange

rateyang

digunakan

di

Indonesia, standar OSHA digunakan nilai


sebesar 5.
2.6

Nilai Ambang Batas (NAB) Kebisingan


NAB adalah standar faktor tempat kerja yang dapat
diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit
atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari
untuk

waktu

tidak

melebihi

8 jam sehari atau 40 jam

seminggu. Menurut Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja


PER.13 MEN X 2011 tentang NAB Faktor Fisika dan kimia di
tempat

kerja,

NAB

kebisingan yang diperkenankan diIndonesia adalah 85 dB


(Sumamur, 1996). Akan tetapi NAB bukan merupakan
jaminan sepenuhnya bahwa tenaga kerja

tidak

akan

terkena risiko akibat bising tetapi hanya mengurangi risiko


yang ada (Budiono, 2003).
Tabel

2.5

Waktu

Pemajanan

yang

diperkenankan

Berdasarkan Intensitas Kebisingan Tertentu.


Waktu pemajanan per hari

Intensitas
dalam dBA

Kebisingan

Kebisingan

15

8
4

85
Jam

88

91

94

Lanjutan Tabel 2.5


Waktu pemajanan per hari

Intensitas
dalam dBA

30

97

15

100

7,5

Menit

103

3,75

106

1,88

109

0,94

112

28,12

115

14,06

118

7,03

121

3,52

124

1,76

Detik

Kebisingan

127

0,88

130

0,44

133

0,22

136

0,11

139

Sumber : PER.13 MEN X 2011.


Kebisingan

16

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1

Peralatan
Cara pengukuran

kebisingan,

biasanya

dilakukan

sesuai dengan tujuan daripada pengukuran itu sendiri,


antara lain:
1.
Pengukuran yang ditujukan hanya sekedar uintuk
2.

pengendalian terhadap lingkungan kerja.


Pengukuran yang ditujukan untuk mengetahui
pengaruhnya

terhadap

tenaga

kerja

yang

bersangkutan.
Alat yang digunakan untuk mengukur kebisingan
adalah Sound Level Meter (SLM) dan satuan kebisingan
sebagai hasil pengukuran adalah decibel (dB). Selain itu,
Sound Level Meter (SLM) juga bisa dilengkapi dengan alat
penganalisa frekuensi dalam tingkat oktaf, setengah oktaf,
dan sepertiga oktaf. Setiap akan digunakan Sound Level
Meter harus dikalibrasi terlebih dahulu atau tiap tiga bulan
sekali, agar dalam pengukuran diperoleh hasil dengan
ketelitian yang maksimal.
3.2

Bagian - bagian
Kebisingan

17

Alat yang digunakan untuk mengukur kebisingan


adalah Sound Level Meter (SLM). Berikut adalah bagianbagian dari Sound Level Meter (SLM) :

Microphone
Pengatur Intensitas (dB range)
Range mulai dari 20-80 dB, 40-100 db, 60-120 db,

80-140 dB

Tombol HOLD
Tombol HOLD jika ditekan akan menampilkan dan
menahan

angka

terakhir

yang

terekam

pada

tampilan SPL maupun MAX. Dengan menekan HOLD

tidak akan menghentikan update nilai MAX.


Tombol RESET
Tombol RESET jika ditekan akan menghapus nilai
MAX dari hasil pembacaan, dan kemudian akan
melakukan pembacaan baru

Tombol BATERRY
Tombol BATERRY jika ditekan akan menunjukan
kekuatan dari baterai dan selama ditekan tidak akan

mempengaruhi pengukuran.
Tombol RESPON
Tombol ini akan mengontrol angka respon meter
yang

dapat

Pengukuran
SLOW

mengubah
kebisingan

respon.

digunakan

signal
biasanya

Sedangkan

untuk

yang

menggunakan

untuk

mengukur

masuk.

FAST

kebisingan

respon
yang

durasinya pendek seperti gerakan dari kendaraan.


PEAK respon biasanya digunakan untuk menangkap
gerakan yang sangat cepat dengan durasi yang
sangat pendek misal suara tembakan.
SLOW
FAST
PEAK :

: durasi 1 detik
: durasi 125 milidetik
durasi 50 mikrodetik

dan

dapat

menangkap puncak sound level

Kebisingan

18

meterdan

akan

tetap

terekam

sampai tombol RESET ditekan.


IMPULSE: durasi 35 milidetik dengan angka

kesalahan 2,9 dB/detik


Tombol WEIGHTING
Tombol ini mengontrol frekuensi respon meter. Ada
WEIGHTING A, B, C, dan LIN (linier)
1. Respon WEIGHTING A : respon yang sesuai /
mendekati kepekaan telinga manusia
2. Respon WEIGHTING B : jarang digunakan
3. Respon WEIGHTING C : sering digunakan pada
pengukuran terhadap pengurangan kebisingan
pada pemakaian pelindung telinga
4. Respon WEIGHTING LINIER : merupakan respon
dengan

frekuensi

yang

melebihi

kemampuan

dengar manusia. Biasa dipakai untuk analisa

audiometric.
Tombol MODE
Tombol ini digunakan untuk memilih Sound Pressure
Level yang spontan (SPL) atau untuk memilih MAX

dari Sound Pressure Level.


Tombol POWER
Tombol untuk menyalakan (ON) dan mematikan
(OFF).

Overload Detection (OL)


Overload detection akan terlihat dengan tampilan OL,
bila respon disetting pada SPL, pada saat signal
masuk

dengan

level

yang

terlalu

tinggi

untuk

pengukuran tersebut

Output Jacks
Bola Gabus
Bola Gabus digunakan untuk mengurangi pengaruh
dari aliran udara dan untuk melindungi MICROPHONE

dari debu.
Meteran
Kebisingan

19

3.3

Prosedur kerja
Prosedur penggunaan Sound Level Meter (SLM) adalah
sebagai berikut:

Memasang microphone pada tempat yang tersedia.


Memasang bola gabus di ujung microphone.
Menekan
tombol
power
pada
on
untuk

menghidupkan.
Menekan battery untuk melihat kekuatan baterai.
Menekan respon pada skala yang slow.
Menekan weighting pada skala A.
Menekan mode ke SPL untuk melakukan pembacaan

spontan atau MAX untuk melihat nilai tertinggi.


Menekan dB range mulai dari yang terendah. Bila ada

tampilan OL, maka naikkan dB Range.


Menekan hold untuk menahan nilai.
Menghapus data yang sudah terbaca maka menekan
reset kemudian dapat

dilakukan pembacaan data

baru.
Menekan power (off) untuk mematikan, setelah

mendapatkan data yang diinginkan,


Melepaskan Microphone dan bola
tempatnya,

penyimpanan.
Mengeluarkan

kemudian
baterai

gabus

menempatkan
dari

tempatnya

dari
pada

sebelum

disimpan.
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

IV.1. Pengambilan Data


Berdasarkan hasil praktikum yang telah kami lakukan
tentang kebisingan pada salah satu bengkel di PPNS maka
didapatkan hasil sebagai berikut :

Nama ruang
Tanggal pengukuran

: Bengkel Perkakas PPNS


: 04 Mei 2015
Kebisingan

20

Team pengukur : 1. Muh. Alifian Rahman


(6512040033)
2. Wimboro Galasakti P.
(6512040034)
3. Wahyu Febrianto
(6512040041)
Pada

praktikum

pengukuran

kebisingan

di

Bengkel

Perkakas PPNS diperoleh data dari bengkel tersebut ada 434


titik yang sudah ditentukan dengan cara menghitung luas
ruangan Bengkel Perkakas tersebut dengan jarak masingmasing titik 1 meter. Berikut adalah data hasil dari pengukuran
kebisingan.
Tabel 4.1 Data Hasil Pengukuran Kebisingan di
Bengkel Perkakas
No
.

Line 1

Line 2

Line 3

Line 4

Line 5

Line 6

Line 7

Line 8

69.1

71.4

72.6

74.6

74.5

72

72.4

71.5

73.2

75.8

70.6

75.4

73.9

76

73.8

76.9

7.1

71.3

73.6

70.6

72

71.5

72.4

75.9

73.1

72.8

70

70.8

69.3

73.5

10

70.1

71.7

72.6

69.4

72.7

11

68.6

71.5

66.2

70.7

Lanjutan Tabel 4.1 Data Hasil Pengukuran Kebisingan di


Bengkel Perkakas

12

69.1

66.4

74.7

71

Kebisingan

73.5

21

68.5

13

69.8

71.8

70.8

76.8

73.7

14
67.5
0
64
74.9
(sumber : Hasil Pengukuran, 2015)

69.1

67.3

Lanjutan Tabel 4.1 Data Hasil Pengukuran Kebisingan di


Bengkel Perkakas
Y/X

Line 9

Line
10

Line
11

Line
12

Line
13

Line
14

Line
15

Line
16

75.9

73

70.2

72.6

79.9

74.5

78.1

72.7

69.1

70.6

74.6

72.7

73.5

75.2

81.8

72.4

76

74.6

71.2

71.8

72.4

72.8

73.2

75.6

70.5

73.4

74.5

74.6

72.6

72.9

79

73.7

71.7

70.6

76.6

74.9

70.7

70.5

70.2

70

73.7

72.3

70.9

74.2

10

73.3

73

74.7

74.6

74.3

76.5

11

68.6

68.1

67.8

65.4

67.7

12

75.8

66.4

73.3

69.9

13

65.6

68.8

68.6

79

71.1

14
66.1
0
70.1
0
(Sumber : Hasil Pengukuran, 2015)

71.5

72.3

74.3

Lanjutan Tabel 4.1 Data Hasil Pengukuran Kebisingan di


Bengkel Perkakas
Y/X

Line
17

Line
18

Line
19

Line
20

Line
21

Line
22

Line
23

Line
24

74.6

74.6

74.6

74.6

73.4

71.5

71.8

72.2

73.7

74.9

71.9

73.9

72.6

72.6

72.6

72.6

77.6

74.7

71

75.4

75.4

75.4

75.4

73.8

72.9

74.7

74.4

73.4

73.4

73.4

73.4

77

74.7

76.5

70.5

70.5

70.5

70.5

74

75.9

76.2

77.4

74.8

74.8

74.8

74.8

71.7

76.1

84.6

80.7

72.4

72.4

72.4

72.4

75.3

84.8

75.8

76.5

70

70

70

70

72.3

70.8

70.6

77.2

10

73.1

73.1

73.1

73.1

70.4

72.2

73.7

77.1

11

71.2

71.2

71.2

71.2

71.4

70.5

69.9

70.6

Kebisingan

22

12

73.3

73.3

73.3

73.3

78

71.2

74.4

76.6

13

68

68

68

68

73.5

72.9

77.9

78

14
72.6
72.6
72.6
72.6
(Sumber : Hasil Pengukuran, 2015)

78.5

86

88.2

74.2

Lanjutan Tabel 4.1 Data Hasil Pengukuran Kebisingan di


Bengkel Perkakas
Y/X
Line 25 Line 26 Line 27 Line 28
1
70.6
72.2
69.9
72.3
2
72.9
72
73
75.3
3
72.6
78.2
0
70.6
4
74.9
82.3
81.9
74.8
5
74.4
78.2
76.6
72.6
6
74.8
76.8
76.5
79.3
7
86.6
79.5
77.9
83.6
8
77.8
76.6
76.9
74.1
9
76.2
76.3
75.2
75.1
10
73.8
75.2
72.4
75.7
11
71.7
73.3
74.9
72.5
12
74.9
80.2
74.4
82.3
13
80.7
75.1
77.4
71.9
14
76.1
77.1
73
74.8
(Sumber : Hasil Pengukuran, 2015)

Line 29
76.4
76.6
71.2
82.1
77
74.9
75.2
73.4
73.7
70.1
75.4
80.8
83.3
79.1

Line 30
76.4
83
70.5
74
75.5
75.4
77.7
84.3
74.6
73.9
77.4
63.5
75.3
76.6

IV.2. Layout Ruangan


Gambar 4.1 Layout Ruangan Bengkel Perkakas PPNS
Sumber : Hasil Pengukuran, 2015

Keterangan Gambar 4.1 :


Mesin Scrap
Mesin Freis
Mesin Bubut
Kebisingan

23

Line 31
73.5
72.7
72.4
73.6
73.5
74.4
77
72.9
0
73.9
75.2
74.9
79.6
75.2

Meja Kerja
Mesin Gerinda
Meja Perkakas
Lemari Penyimpanan
Mesin Bor
Mesin Rol
Tabung Gas Oksigen/Asetilen
Mesin Cutting
Mesin Bending
Tempat Sampah

IV.3. Peta Kebisingan (Noise Mapping)

Kebisingan

Sumber : Hasil Analisis dari Perhitungan, 2011

24

Tabel

tersebut

menunjukkan

hasil

dari

pengukuran

kebisingan di bengkel perkakas. Bengkel perkakas mempunyai


panjang 21 meter dan lebar 16 meter. Pengambilan titik
pengukuran tersebut dengan cara setiap titik diukur dengan
panjang 1 meter. Pengukurannya dengan menggunakan alat
Sound Level Meter dan didapatkan data sebanyak 244 titik.
Saat

telah

mendapatkan

data

pengukuran

intensitas

kebisingan, maka selanjutnya membuat peta kebisingan (noise


mapping) agar bisa menentukan tingkat kebisingan serta
memudahkan pembaca untuk melihat daerah mana yang
memiliki tingkat kebisingan dengan frekuensi rendah atau
frekuensi tinggi. Penentuan frekuensi rendah atau tinggi bisa
ditentukan dengan membuat kombinasi warna yang tepat
pada bengkel perkakas tersebut.
Peta Kebisingan tidak bisa dibuat, sebelum menentukan
titik koordinat pengukuran intensitas kebisingan pada Bengkel
Perkakas PPNS. Berikut adalah titik koordinat pengukuran
intensitas kebisingan dari hasil data di atas.
Tabel 4.2. Titik Koordinat Pengukuran Intensitas
Kebisingan
x
1
1
1
1
1
1
1

y
1
2
3
4
5
6
7

z
0
0
0
0
69.1
71.5
0

x
3
3
3
3
3
3
3

y
1
2
3
4
5
6
7

z
0
0
0
0
72.6
75.8
0

Lanjutan Tabel 4.2. Titik Koordinat Pengukuran


Intensitas Kebisingan
x
1
1
1
1
1

y
8
9
10
11
12

z
73.6
70
70.1
68.6
69.1

x
3
3
3
3
3

y
8
9
10
11
12

z
72
70.8
0
71.5
0

Kebisingan

25

1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

13
14
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

69.8
67.5
0
0
0
0
71.4
73.2
0
70.6
0
71.7
0
66.4
71.8
0

3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4

13
14
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

0
64
0
0
0
0
74.6
70.6
76
71.5
0
72.6
0
74.7
70.8
74.9

Lanjutan Tabel 4.2. Titik Koordinat Pengukuran Intensitas


Kebisingan
x
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
6
6
6
6
6
6
6
6
6

y
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
1
2
3
4
5
6
7
8
9

z
0
0
0
0
74.5
75.4
73.8
72.4
69.3
0
66.2
71
76.8
69.1
0
0
0
0
72
73.9
76.9
75.9
0

x
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
9
9
9
9
9
9
9
9
9

y
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Kebisingan

z
0
0
0
0
0
0
71.3
72.8
0
72.7
0
68.5
0
0
0
0
0
0
0
0
73.2
79
70.2

26

6
6
6
6
6
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7

10
11
12
13
14
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

69.4
0
0
0
0
0
0
0
0
72.4
0
7.1
73.1
73.5
0
70.7
73.5
73.7
67.3

9
9
9
9
9
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10

10
11
12
13
14
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

0
0
0
0
66.1
0
0
0
0
0
0
75.6
73.7
0
73.3
68.6
0
65.6
0

Lanjutan Tabel 4.2. Titik Koordinat Pengukuran Intensitas


Kebisingan
x
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11

y
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

z
0
0
0
0
0
0
70.5
71.7
70
0
68.1
75.8
0

x
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14

y
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

z
0
72.6
72.7
72.7
72.4
71.8
74.6
74.9
72.3
74.6
65.4
66.4
68.6

Lanjutan Tabel 4.2. Titik Koordinat Pengukuran


Intensitas Kebisingan
x
11
12
12
12
12

y
14
1
2
3
4

z
70.1
0
0
0
0

x
14
15
15
15
15

y
14
1
2
3
4

Kebisingan

Z
0
0
79.9
69.1
73.5

27

12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13

5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

0
0
73.4
70.6
0
73
0
0
68.8
0
75.9
70.2
78.1
74.6
81.8
71.2
74.5
76.6
73.7
74.7
67.8
0
0
71.5

15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16

5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

76
72.4
72.6
70.7
70.9
74.3
67.7
73.3
79
72.3
73
74.5
70.6
75.2
74.6
72.8
72.9
70.5
74.2
76.5
0
69.9
71.1
74.3

Lanjutan Tabel 4.2. Titik Koordinat Pengukuran Intensitas


Kebisingan
x
17
17
17
17

y
1
2
3
4

z
73.4
73.6
0
73.1

x
20
20
20
20

y
1
2
3
4
Kebisingan

z
74.6
0
72.6
75.4
28

17
17
17
17
17
17
17
17
17
17
18
18
18
18
18
18
18
18
18
18
18
18
18
18
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19

5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

0
74.8
86.1
74.7
69.5
74.6
72.4
79.9
70.6
70.5
72.1
70.1
686
76.9
77.5
75.6
74.3
78.4
71.8
67.3
70.5
68.1
65.2
70.9
74.5
74.1
70.6
74.1
75.2
74.6
74.5
71.4
69
73.4
69.5
71.5
74.9
71.4

20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
21
21
21
21
21
21
21
21
21
21
21
21
21
21
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22

5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

73.4
70.5
74.8
72.4
70
73.1
71.2
73.3
68
72.6
73.4
73.7
77.6
73.8
77
74
71.7
75.3
72.3
70.4
71.4
78
73.5
78.5
71.5
74.9
0
72.9
0
75.9
76.1
84.8
70.8
72.2
70.5
71.2
72.9
86

Lanjutan Tabel 4.2. Titik Koordinat Pengukuran Intensitas


Kebisingan
x
23
23

y
1
2

z
71.8
71.9

x
26
26

y
1
2

Kebisingan

z
72.2
72

29

23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25

3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

74.7
74.7
74.7
76.2
84.6
75.8
70.6
73.7
69.9
74.4
77.9
88.2
72.2
73.9
71
74.4
76.5
77.4
80.7
76.5
77.2
77.1
70.6
76.6
78
74.2
70.6
72.9
72.6
74.9
74.4
74.8
86.6
77.8
76.2
73.8
71.7
74.9
80.7
76.1

26
26
26
26
26
26
26
26
26
26
26
26
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
27
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28

3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

78.2
82.3
78.2
76.8
79.5
76.6
76.3
75.2
73.3
80.2
75.1
77.1
69.9
73
0
81.9
76.6
76.5
77.9
76.9
75.2
72.4
74.9
74.4
77.4
73
72.3
75.3
70.6
74.8
72.6
79.3
83.6
74.1
75.1
75.7
72.5
82.3
71.9
74.8

Lanjutan Tabel 4.2. Titik Koordinat Pengukuran Intensitas


Kebisingan
x

y
Kebisingan

z
30

29

76.4

31

73.5

29

76.6

31

72.7

29

71.2

31

72.4

29

82.1

31

73.6

29

77

31

73.5

29

74.9

31

74.4

29

75.2

31

77

29

73.4

31

72.9

29

73.7

31

29

10

70.1

31

10

73.9

29

11

75.4

31

11

75.2

29

12

80.8

31

12

74.9

29

13

83.3

31

13

79.6

29

14

79.1

31

14

75.2

30

76.4

30

83

30

70.5

30

74

30

75.5

30

75.4

30

77.7

30
8
84.3
30
9
74.6
30
10
73.9
30
11
77.4
30
12
63.5
30
13
75.3
30
14
76.6
(Sumber: Pengukuran Intensitas Kebisingan, 2015).

Berdasarkan titik koordinat yang telah disebutkan diatas, maka


kita dapat membuat peta kebisingan (Noise Mapping) yang
memperlihatkan intensitas kebisingan pada Bengkel Perkakas
PPNS. Berikut adalah gambar dari Noise Mapping.

Kebisingan

31

Gambar 4.2 Peta Kebisingan di Bengkel Perkakas


Sumber : Hasil Pengukuran,2015.
IV.4. Kebisingan Kombinasi
Dalam menentukan kebisingan kombinasi, kita harus
mengetahui letak mesin yang merupakan sumber kebisingan.
Letak mesin yang menjadi sumber bising digambarkan dalam
gambar 4.1. Dari gambar tersebut dapat diketahui intensitas
bising yang besar yang terletak di antara sumber bunyi, yang
kemudian digunakan untuk menghitung range kebisingan
kombinasi.
Kebisingan kombinasi = 10 log ( 10P1/10 + 10 P2/10 + 10 P3/10
)
Tabel 4.3 Tabel Kebisingan Kombinasi
Mesin
1
2
3
4
5
6
7

Kebisingan
73.8
74
74.2
74.5
75.2
76.5
76.6

76.6

77.1

10

77.1

Selisih
0
0.2
2.252
3.979
4.6874
4.64392
5.815136
6.852108
8
7.181687
04
7.945687
04

0
2.452
2.027
1.4084
1.25652
1.271216
1.0369728

Kebisingan
Kombinasi
73.8
76.452
78.479
79.8874
81.14392
82.415136
83.4521088

0.82957824

84.28168704

0.764

85.04568704

0.612

85.65768704

Penambahan

Kebisingan

32

(Sumber : Hasil Pengukuran, 2015).

Lanjutan Tabel 4.3 Tabel Kebisingan Kombinasi


Mesin

Kebisingan

Selisih
8.257687
11
77.4
04
8.232687
12
78
04
8.209687
13
78.6
04
8.288687
14
79.1
04
8.360687
15
79.6
04
7.824687
16
80.7
04
6.864687
17
82.3
04
6.492687
18
83.5
04
4.894687
19
86
04
3.916687
20
88.2
04
(Sumber : Hasil Pengukuran, 2015).

Penambahan

Kebisingan
Kombinasi

0.575

86.23268704

0.577

86.80968704

0.579

87.38868704

0.572

87.96068704

0.564

88.52468704

0.64

89.16468704

0.828

89.99268704

0.902

90.89468704

1.222

92.11668704

1.436

93.55268704

Kebisingan kombinasi
= 10 log ( 10

81,14/10

+ 10 82,41/10 + 10 83,45/10 +10 84,28/10 + 10

85,04/10

+10 85,65/10 + 10 86,23/10 +10 86,80/10 + 10 87,38/10 +10

87,96/10

+ 10 88,52/10 +10 89,16/10 + 10 89,99/10 +10 90,89/10 + 10

92,11/10

+10 93,55/10 )

= 100,49 dB
IV.5. Perhitungan Waktu Paparan
NIOSH telah menetapkan waktu maksimum (T) yang
diperkenankan bagi pekerja untuk berada di sebuah lokasi
dengan

tingkat

(intensitas)

kebisingan

tertentu.

Untuk

menghitung waktu maksimum tersebut digunakan rumus


sebagai berikut:

Kebisingan

33

T
2

(L -85)

di mana:

T = waktu maksimum di mana pekerja boleh berhadapan


dengan tingkat kebisingan (dalam menit)
L = tingkat kebisingan (dB) yang dianggap berbahaya
3 = exchange rate yang digunakan di Indonesia, standar
OSHA digunakan sebesar 5

IV.5.1.

Perhitungan

Waktu

Paparan

menurut

Kepmenakertrans PER.13/MEN/X/2011
Dalam praktikum yang telah dilakukan, diperoleh data
sebagai berikut:
Diketahui:
L

= 104,22 dB

NAB Kebisingan

= 85 dB (Menurut Kepmenaker)

Exchange Rate

=3

Waktu Pemajanan

= 8 jam (maksimum)

Maka:
T=
T=

8
(L85)/ 3

T=

8
2

(100,4985)/3

8
5,16

= 0,223 jam
= 13,42 menit
Jadi, waktu pemajanan maksimum dari praktikum ini
menurut

Kepmenakertrans

PER.13/MEN/X/2011

adalah 13,42 menit.


IV.5.2. Perhitungan Waktu Paparan menurut OSHA

Kebisingan

34

Dalam praktikum yang telah dilakukan, diperoleh data


sebagai berikut:
Diketahui:
L

= 100,49 dB

NAB Kebisingan

= 85 dB (Menurut OSHA)

Exchange Rate

=5

Waktu Pemajanan

= 8 jam (maksimum)

Maka:
T=

T=

8
2

(L85)/ 5

T=

8
(100,4985)/5

8
3,098

= 0.934 jam
= 56,05 menit
Jadi, waktu pemajanan maksimum dari praktikum ini
menurut OSHA adalah 56,05 menit.
IV.5.3. Perhitungan Waktu Paparan menurut ACGIH
Dalam praktikum yang telah dilakukan, diperoleh data
sebagai berikut:
Diketahui:
L

= 100,49 dB

NAB Kebisingan

= 90 dB (Menurut ACGIH)

Exchange Rate

=5

Waktu Pemajanan

= 8 jam (maksimum)

Maka :
8

T=
2

L90
5

T=
2

100,4990
5

= 2,26 jam
Kebisingan

35

= 112,11 menit
Jadi, waktu pemajanan maksimum dari praktikum ini
menurut ACGIH adalah 112,11 menit.
IV.6. Perhitungan Daily Noise Dose (DND)
IV.6.1. Daily Noise Dose menurut Kepmenakertrans
PER.13/MEN/X/2011
Diketahui:
Kebisingan Kombinasi = 100,49 dB
C1 = 180 menit = 3 jam [asumsi: (2 SKS = 200
menit) persiapan 20 menit]
T1 = 0,223 jam (Perhitungan berdasarkan
Kepmenakertrans)
C2 = 8 jam 3 jam = 5 jam
T2 = ~ (asumsi: menerima kebisingan kurang dari 85
dB)
Ditanya : DND = ??
Jawab :
C 1 C2
DND = T 1 + T 2

3,5 jam 4,5 jam


+
1,481 jam

3 jam
5 jam
+
0,223 jam

= 13,45 > 1 (TIDAK DIPERKENANKAN)


Karena hasil perhitungan DND berdasarkan data
perhitungan menurut Kepmenakertrans
PER.13/MEN/X/2011 diperoleh lebih besar dari 1, yaitu
senilai 13,45 maka kebisingan di Bengkel Perkakas
tergolong tidak aman.
IV.6.2. Daily Noise Dose menurut OSHA
Diketahui :
Kebisingan Kombinasi = 104,22 dB
C1 = 180 menit = 3 jam [asumsi: (2 SKS = 200
menit) persiapan 20 menit]
T1 = 0,934 jam (Perhitungan berdasarkan OSHA)
C2 = 8 jam 3 jam = 5 jam
Kebisingan

36

T2 = ~ (asumsi: menerima kebisingan kurang dari 85


dB)
Ditanya : DND = ??
Jawab :
C 1 C2
DND = T 1 + T 2

3,5 jam 4,5 jam


+
1,481 jam

3 jam
5 jam
+
0,356 jam

3 jam
5 jam
+
0,934 jam
= 3,211 > 1 (TIDAK DIPERKENANKAN)
Karena

hasil

perhitungan

DND

berdasarkan

data

perhitungan menurut OSHA diperoleh lebih besar dari 1,


yaitu senilai 3,211 maka kebisingan di Bengkel Perkakas
tergolong tidak aman.
IV.6.3. Daily Noise Dose menurut ACGIH
Diketahui :
Kebisingan Kombinasi = 104,22 dB
C1 = 180 menit = 3 jam [asumsi: (2 SKS = 200
menit) persiapan 20 menit]
T1 = 1,114 jam (Perhitungan berdasarkan ACGIH)
C2 = 8 jam 3 jam = 5 jam
T2 = ~ (asumsi: menerima kebisingan kurang dari 85
dB)
Ditanya : DND = ??
Jawab :
C 1 C2
DND = T 1 + T 2

3 jam
5 jam
+
1,24 jam

3,5 jam 4,5 jam


+
1,481 jam

3 jam
5 jam
+
0,356 jam

3 jam
5 jam
+
2,26 jam

Kebisingan

37

= 1,327 > 1 (TIDAK DIPERKENANKAN)


Karena

hasil

perhitungan

DND

berdasarkan

data

perhitungan menurut ACGIH diperoleh lebih besar dari 1,


yaitu senilai 1,327 maka kebisingan di Bengkel Perkakas
tergolong tidak aman.

IV.7 Rekomendasi
Dari praktikum yang telah kami laksanakan, adapun
rekomendasi yang dapat kami berikan untuk mengurangi
dampak kebisingan pada bengkel perkakas PPNS yaitu:
1. Mengurangi tingkat kebisingan yang dihasilkan oleh
suatu
mesin

mesin

(Engineering

dengan

mengatur

tingkat

peletakkan

Control).

kebisingan
antar

Menggunakan
rendah

mesin.

atau

Sehingga

kebisingan yang dihasilkan cukup rendah.


2. Pengendalian pada medium, yaitu yang menjadi
perantara kebisingan. Misalnya merancang peredam
suara, atau memutus jalur getaran melalui struktur
dengan memasang vibration absorber.
3. Pengendalian pada penerima, yaitu dengan
menggunakan alat pelindung diri (APD) untuk
mengurangi dampak kebisingan secara langsung. Alat
pelindung diri yang dapat digunakan untuk
mengurangi dampak kebisingan antara
lain earplug atau earmuf.
4. Pengendalian operasional waktu, yaitu mematikan
mesin saat tidak digunakan atau membatasi waktu
pemakaian mesin.

Kebisingan

38

5. Pemeriksaan secara rutin kepada para pekerja yang


berhubungan langsung dengan penggunaan mesin
untuk mengurangi dampak dari kebisingan.
Maintenance pada mesin tiap berkala agar mengurangi
kebisingan yang timbul pada mesin. Jika terjadi ke ausan pada
mesin maka suara yang di timbulkan tidak terlalu bising dan
mengganggu pendengaran. Selain itu maintenance sebagai
upaya untuk mengurangi resiko ke aussan mesin yang dapat
menimbulkan kebisingan.

Kebisingan

39

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1.
5.2 Saran

Kebisingan

40

DAFTAR PUSTAKA
Santiasih., Lukman, Handoko,. (2012). Modul
Lingkungan Kerja, Surabaya: Indonesia.

Praktikum

Pengukuran

Soeripto. 2008. Higiene Industri. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.


Tambunan, Sihat Tigor Benjamin, 2005. Kebisingan di Tempat Kerja. Andi,
Yogyakarta.
Wentz Charles, A. 1999. Penambahan untuk Sound Level Pressure dari Sumber
Beragamam. England.
Zulmiar Yanri, 1999. Pengendalian Bahaya Kebisingan di Tempat Kerja. Jakarta

Kebisingan

41

Anda mungkin juga menyukai