PARTIKULAT
Pencemaran udara adalah kondisi dimana turunnya kualitas udara dan udara
terkontaminasi oleh zat-zat yang tidak baik bagi kesehatan manusia, baik dalam
ruangan (indoor) maupun luar ruangan (outdoor) dengan agen kimia, fisik, atau biologi
yang telah mengubah karakteristik alami dari atmosfer [1]. Sehingga udara mengalami
penurunan mutu dalam penggunaannya dan akhirnya tidak dapat dipergunakan lagi
sebagaimana mestinya sesuai dengan fungsinya. Adapun bahan pencemar (polutan)
utama yang dapat menimbulkan masalah kesehatan, yaitu partikulat, karbon monoksida
(CO), ozon (O₃), nitrogen dioksida (NO₂), dan sulfur dioksida (SO₂).
1.3 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Partikulat
Debu merupakan partikulat padat yang berukuran antara 1 mikron sampai dengan 100
mikron. Debu didefinisikan sebagai suatu sistem disperse (aerosol) dari partikulat padat
yang dihasilkan secara mekanik seperti crushing (penghancuran), handling
(penghalusan) atau grinding (penggerindaan). Berdasarkan ukurannya, partikulat debu
dibagi menjadi tiga kelompok yakni:
Salah satu zat pencemar yang cukup banyak dihasilkan oleh kegiatan
antropogenik adalah partikulat (Particulate Matter (PM)). Partikulat yang berukuran
kurang dari 10 μm disebut dengan PM10. Sekitar 50% dari total emisi debu di atmosfer
merupakan PM10. Emisi ini berkontribusi secara signifikan bagi pemanasan atmosfer,
tidak hanya menyebar tetapi juga menyerap radiasi surya (Haywood dan Boucher
2000). Sebaran PM10 di udara dipengaruhi oleh kondisi sumber pencemar serta oleh
proses fisik dan kimiawi pencemar tersebut di atmosfer. Bahan pencemar ini akan
terbawa oleh angin dan akan berakumulasi di tempat tujuan arah angin tersebut.
Pencemar partikulat apabila terhirup dalam jumlah banyak dalam waktu yang lama
dapat menyebabkan kerusakan fungsi organ pernapasan. Pengaruh musim juga dapat
meningkatkan konsentrasi PM10 di suatu wilayah.
Debu Partikulat adalah zat dengan diameter kurang dari 10 mikron. Berdasarkan
ukurannya partikel partikulat dibagi dua yaitu:
1. Ukuran 5-10 mikron, akan tertahan oleh saluran pernafasan bagian atas.
2. Ukuran 3-5 mikron, akan tertahan oleh saluran pernafasan bagian tengah.
METODOLOGI PERCOBAAN
Alat :
Bahan :
1. Spidol : 1 pack
2. Baterai AAA : 6 buah
d. Pilih auto zero pada menu utama, maka tampilan layar menunjukkan
auto zeroing.
e. Tunggu 50 detik, maka akan menunjukkan tahapan yang harus
dilakukan untuk mencapai baseline.
f. Hasilnya akan ditunjukkan di menu utama, yang menyatakan auto
zero is complete.
g. Sisihkan filter zero, kemudian mulai pengukuran.
I. Pengambilan Data
A. Gambaran Umum
Nama Ruang : Bengkel Kayu
Tanggal : 7 Desember 2020
Team Pengukur : Tim 4
1. Febe Yemima Henvy (1019040026)
2. Muhammad Wahyu (1018040032)
3. Dewi Cahya R. (1019040014)
4. Aulia Binta S. (1019040021)
5. Julita Sindu Tifani (1019040023)
Alat yang dipakai : Dust sampler
Nama pekerja / mahasiswa yang diukur (beserta kegiatan/ alat yang digunakan)
:
1. Mahasiswa 1 - Menggergaji kayu
2. Mahasiswa 2 - Menggerinda
3. Mahasiswa 3 - Melubangi kayu
4. Mahasiswa 4 - Mengamplas benda kerja
B. Karakteristik Kegiatan Kerja
1. Indentifikasi Mahasiswa/Pekerja
Nama : Mahasiswa 1
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 19 tahun
Berat Badan : 50 kg
Nama : Mahasiswa 2
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 19 tahun
Berat Badan : 72 kg
Nama : Mahasiswa 3
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 19 tahun
Berat Badan : 65 kg
Nama : Mahasiswa 4
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 19 tahun
Berat Badan : 68 kg
3
0
m
e
t
e Mengebor / Mengampelas
r Melubangi kayu Benda Kerja
50 meter
F. Analisa dan Pembahasan
4. 2 Analisa Data
No. Nama Kegiatan Kadar Peraturan (Pembanding)
Mahasiswa PM 2,5 Permenaker ACGIH NIOSH
terhirup No.5 Tahun (mg/m3) (mg/m3)
2018
(mg/m3)
1. Mahasiswa Menggergaji 1,3484 3 3 5
1 kayu
2. Mahasiswa Menggerinda 3,0474 3 3 5
2
3. Mahasiswa Mengebor / 5,2484 3 3 5
3 melubangi
kayu
4. Mahasiswa Mengampelas 1,0914 3 3 5
4 benda kerja
4.3 Pembahasan
d. Mahasiswa 4
Dilihat dari tabel di atas, mahasiswa 4 menghirup konsentrasi massa
partikulat sebesar 1,0914 mg/m3. Jika dibandingkan dengan Permenaker
No.5 Tahun 2018, kondisi mahasiswa 4 bisa dikatakan aman. Karena
jumlah kosentrasi massa partikulat yang dihirup mahasiwa 4 tidak melewati
batas konsentrasi partikulat yang ditentukan Permenaker No.5 Tahun 2018
(sebesar 3 mg/m3). Menurut ACGIH, jumlah konsentrasi yang
diperbolehkan terhirup sebesar 3 mg/m3 sehingga mahasiswa 4 masih
berada di dalam kondisi yang aman karena kosentrasi massa partikulatnya
tidak melewati batas. Sedangkan menurut NIOSH, jumlah konsentrasi yang
diperbolehkan terhirup sebesar 5 mg/m3 sehingga mahasiswa 4 berada di
kondisi aman.
e) APD
Langkah terakhir yang digunakan bila memang cara-cara di atas
tidak bisa dilakukan adalah dengan memakai APD ( alat pelindung
diri ) seperti topi keselamatan, kacamata keselamatan, masker,
sarung tangan, earplug, baju bengkel dan sepatu keselamatan. Topi
keselamatan berfungsi melindungi kepala dari benturan. Kacamata
keselamatan berfungsi melindungi mata agar tidak iritasi. Sarung
tangan melindungi tangan dari benda tajam juga paparan zat asing.
Earplug berfungsi melindungi telinga dari bunyi yang berisik /
bising. Baju bengkel melindungi tubuh dari paparan partikulat.
Masker melindungi hidung dan mulut dari paparan partikulat.
Sepatu keselamatan melindungi kaki dari benturan juga zat asing.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pratikum yang telah didapat, bisa disimpulkan :
a. Partikulat adalah bentuk dari padatan atau cairan dengan ukuran molekul
tunggal yang lebih besar dari 0.002 µm tetapi lebih kecil dari 500 µm yang
tersuspensi di atmosfer dalam keadaan normal. Partikulat menimbulkan
dampak negatif kepada lingkungan dan manusia. Maka dari itu, penting untuk
mengetahui konsentrasi massa partikulat. Konsentrasi massa partikulat bisa
diukur dengan alat yang bernama dust sampler. Cara penggunakan dust sampler
sebagai berikut. Pertama, menyiapkan alat dengan menyalakannya, mengatur
waktu dan alarm, serta melakukan auto zero baseline. Kedua, mengukur dengan
cara menentukan partikulat, menekan tombol (special function, extended
option, size select), memilih tipe partikulat (contoh : thoraric), memilih sample
rate, memilih interval pengambilan data, memilih security level, memasukan
kode security, memasang belt clip, serta menyelesaikan pengukuran.
b. Pada bengkel kayu, terdapat berbagai macam aktivitas dan memiliki
konsentrasi massa partikulat yang berbeda. mahasiswa 1 yang menggergaji
kayu dapat menghasilkan konsentrasi massa partikel sebesar 1,3484 mg/m3.
Mahasiswa 2 yang menggerinda dapat menghasilkan konsentrasi massa partikel
sebesar 3,0474 mg/m3. Mahasiswa 3 yang mengebor / melubangi kayu dapat
menghasilkan konsentrasi massa partikel sebesar 5,2484 mg/m3. Dan
mahasiswa 4 yang mengampelas benda kerja dapat menghasilkan konsentrasi
massa partikel sebesar 1,0914 mg/m3. Untuk perbandingan, digunakan
peraturan nasional yaitu Permenaker No.5 Tahun 2018 ( 3 mg/m3) dan
peraturan internasional yaitu ACGIH ( 3 mg/m3) dan NIOSH ( 5 mg/m3).
c. Mahasiswa 1 dan mahasiswa berada di kondisi yang aman karena tidak
melebihi nilai ambang batas Permenaker No.5 Tahun 2018, ACGIH, maupun
NIOSH. Jika dibandingkan dengan Permenaker No.5 Tahun 2018 dan ACGIH,
mahasiswa 2 dan mahasiswa 3 berada kondisi tidak aman karena melebihi
NAB. Berdasarkan NIOSH, mahasiswa 3 berada kondisi tidak aman namun
mahasiswa 2 berada di kondisi aman. Mahasiswa 3 berada di kondisi tidak
aman karena melebihi nilai ambang batas sedangkan mahasiswa 2 tidak
melebihi.
d. Pengendalian bahaya di bengkel kayu bisa dengan menggunakan APD saat
berada di bengkel, membuat ventilasi untuk mengurangi paparan partikulat,
serta mengatur pembagian jam kerja dengan shift kerja.
5.2 Saran
a. Memahami prosedur pratikum sebelum memulai kegiatan pratikum.
b. Menggunakan APD seperti masker, sepatu keselamatan, baju bengkel, dan lain-
lain saat melakukan pratikum.
A. TugasPendahuluan
1. Mengapa standar NAB menggunakan konsentrasi massa partikulat?
Jawab :
Karena Nilai Ambang Batas (NAB) itu batas maksimum kita dalam
terpapar partikulat tersebut. Kemudian dimana massa menunjukkan
seberapa banyak jumlah partikulat yang mengenai kita atau yang kita
papar.
Jawab :
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1157/3/4%20BAB%20II.pdf