Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM HYGIENE INDUSTRI

PARTIKULAT

Nama : Dewi Cahya Rahmawati


NRP : 1019040014
Kelas : PL3A
Mata Kuliah : Hygiene Industri

PROGRAM STUDI TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH


JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2020
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Udara mempunyai arti yang sangat penting di dalam kehidupan makhluk hidup
dan keberadaan benda lainnya. Sehingga udara merupakan sumber daya alam yang
harus dilindungi untuk kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Pemanfaatan
harus dilakukan secara bijaksana dengan memperhitungkan kepentingan generasi
sekarang dan yang akan datang. Untuk mendapatkan udara sesuai dengan tingkat
kualitas yang diinginkan, maka pengendalian udara menjadi sangat penting untuk
dilakukan.

Pencemaran udara adalah kondisi dimana turunnya kualitas udara dan udara
terkontaminasi oleh zat-zat yang tidak baik bagi kesehatan manusia, baik dalam
ruangan (indoor) maupun luar ruangan (outdoor) dengan agen kimia, fisik, atau biologi
yang telah mengubah karakteristik alami dari atmosfer [1]. Sehingga udara mengalami
penurunan mutu dalam penggunaannya dan akhirnya tidak dapat dipergunakan lagi
sebagaimana mestinya sesuai dengan fungsinya. Adapun bahan pencemar (polutan)
utama yang dapat menimbulkan masalah kesehatan, yaitu partikulat, karbon monoksida
(CO), ozon (O₃), nitrogen dioksida (NO₂), dan sulfur dioksida (SO₂).

Pembangunan industri dengan berbagai macam jenisnya tentunya memiliki


dampak positif dan negatif. Dampak positif pembangunan industri berupa terserapnya
tenaga kerja serta meningkatnya perekonomian baik di daerah tempat industri berada
maupun nasional. Namun, pendirian industri tidak terlepas dari dampak negatif yang
mungkin dihasilkan selama proses industri tersebut. Adapun dampak negatif yang
mungkin dihasilkan dapat berupa masalah limbah (padat dan cair) serta pencemaran
lingkungan (air, udara, dan tanah) yang akan berpengaruh terhadap kesehatan pekerja
dan masyarakat yang berada disekitar indutri. Oleh karena itu, praktikum ini
dilaksanakan agar dapat mengidentifikasi berapa besar partikulat yang dihasilkan.
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara mengukur kadar partikulat personal di bengkel kayu?


2. Bagaimana konsentrasi partikulat di bengkel kayu?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui cara mengukur kadar partikulat personal di bengkel kayu.


2. Mengetahui konsentrasi partikulat di bengkel kayu.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Partikulat

Debu merupakan partikulat padat yang berukuran antara 1 mikron sampai dengan 100
mikron. Debu didefinisikan sebagai suatu sistem disperse (aerosol) dari partikulat padat
yang dihasilkan secara mekanik seperti crushing (penghancuran), handling
(penghalusan) atau grinding (penggerindaan). Berdasarkan ukurannya, partikulat debu
dibagi menjadi tiga kelompok yakni:

a. Partikulat debu inhalable, merupakan partikulat debu yang dapat terhirup ke


dalam mulut atau hidung serta berbahaya bila tertimbun dimanapun dalam
saluran pernafasan.
b. Partikulat debu thoracic, merupakan partikulat debu yang dapat masuk ke
dalam saluran pernafasan atas dan masuk ke dalam saluran udara di paru-paru.
c. Partikulat debu respirable, adalah partikulat airborne yang dapat terhirup dan
dapat mencapai daerah bronchiola sampai alveoli di dalam sistem pernafasan.
Partikulat debu jenis ini berbahaya bila tertimbun di alveoli yang merupakan
daerah pertukaran gas di dalam sistem pernafasan.

Udara merupakan komponen penting dalam kehidupan sehingga perlu dipelihara


kualitasnya agar dapat memberikan daya dukung yang optimal bagi makhluk hidup.
Pencemaran udara saat ini semakin menunjukkan kondisi yang membahayakan.
Sumber pencemaran yang berasal dari aktivitas antropogenik antara lain industri,
transportasi, perumahan, serta perkantoran. Pertumbuhan penduduk yang turut
memicu peningkatan pembangunan seperti industri dapat memberikan dampak positif
bagi peningkatan pendapatan daerah, namun disisi lain juga akan memberikan
kontribusi negatif, salah satunya berupa pencemaran udara.
Partikulat udara halus dan partikulat terespirasi merupakan partikulat
yang ber- bahaya karena dapat secara efektif masuk ke saluran pernafasan.
Partikulat yang berukuran kurang dari 2,5 um (PM2,5) dapat berpenetrasi
menembus bagian terdalam dari paru-paru dan sistem jantung, menyebabkan
infeksi saluran pernafasan akut, kanker paru-paru, penyakit kardiovaskular
dan bahkan kematian (6-11).

Salah satu zat pencemar yang cukup banyak dihasilkan oleh kegiatan
antropogenik adalah partikulat (Particulate Matter (PM)). Partikulat yang berukuran
kurang dari 10 μm disebut dengan PM10. Sekitar 50% dari total emisi debu di atmosfer
merupakan PM10. Emisi ini berkontribusi secara signifikan bagi pemanasan atmosfer,
tidak hanya menyebar tetapi juga menyerap radiasi surya (Haywood dan Boucher
2000). Sebaran PM10 di udara dipengaruhi oleh kondisi sumber pencemar serta oleh
proses fisik dan kimiawi pencemar tersebut di atmosfer. Bahan pencemar ini akan
terbawa oleh angin dan akan berakumulasi di tempat tujuan arah angin tersebut.
Pencemar partikulat apabila terhirup dalam jumlah banyak dalam waktu yang lama
dapat menyebabkan kerusakan fungsi organ pernapasan. Pengaruh musim juga dapat
meningkatkan konsentrasi PM10 di suatu wilayah.

2.2 Ukuran Partikel

Debu Partikulat adalah zat dengan diameter kurang dari 10 mikron. Berdasarkan
ukurannya partikel partikulat dibagi dua yaitu:

a. Diameter kurang dari 1 mikron: aerosol dan fume (asap) dan

b. Diameter lebih dari 1 mikron: debu dan mists (butir cairan).

Perjalanan debu masuk saluran pernafasan dipengaruhi oleh ukuran partikel


tersebut. Ukuran partikulat debu yang membahayakan kesehatan umumnya berkisar
antara 0,1 mikron sampai 10 mikron. Partikel yang berukuran 5 mikron atau lebih akan
mengendap di hidung, nasofaring, trakea dan percabangan bronkus. Partikel yang
berukuran kurang dari 2 mikron akan berhenti di bronkiolus dan alveolus. Partikel
yang berukuran kurang dari 0,5 mikron biasanya tidak sampai mengendap disaluran
pernafasan akan tetapi dikeluarkan lagi. Partikulat bersama polutan lain seperti ozon
dan sulfurdioksida akan menimbulkan penurunan faal paru berupa penurunan VEP1
dan rasio VEP2/KVP yaitu gangguan obstruksi saluran nafas (Depkes, 2008).

Udara yang kita hirup dalam pernapasan mengandung partiketpartikel dalam


bentuk debu dimana sebagian dari debu, tergantung ukuranya, dapat tertahan atau
tertinggal didalam paru. Tubuh manusia sebenarnya sudah mempunyai mekanisme
pertahanan untuk menangkis sebagian besar debu. Mekanisme penimbunan debu
tergantung dari ukuran debu, kecepatan aliran udara dan struktur anatomi saluran
napas. Adapun ukuran debu dan hubunganya dengan struktur saluran pernapasan
adalah sebagai berikut :

1. Ukuran 5-10 mikron, akan tertahan oleh saluran pernafasan bagian atas.

2. Ukuran 3-5 mikron, akan tertahan oleh saluran pernafasan bagian tengah.

3. Ukuran 1-3 mikron, sampai dipermukaan alveoli. d. Ukuran 0,5-1 mikron,


hinggap di permukaan alveoli/selaput lender sehingga dapat menyebabkan
terjadinya fibrosis paru.

4. Ukuran 0,1-0,5 mikron, melayang dipermukaan alveoli.


BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

Alat :

1. Dust Sampler : 1 buah


2. Meteran : 2 buah
3. Safety Helmet
4. Earplug
5. Safety shoes
6. Wearpack
7. Respirator untuk partikulat

Bahan :

1. Spidol : 1 pack
2. Baterai AAA : 6 buah

3.2 Prosedur Kerja

3.2.1 Tahap Persiapan

1. Tekan tombol I/O untuk menyalakan alat


2. Tekan enter untuk menampilkan menu utama
3. Lakukan pengaturan waktu (tanggal dan jam)
4. Lakukan pengaturan alarm jika diperlukan
5. Lakukan auto zero baseline (baterai harus kondisi penuh).
a. Pastikan sensor yang sesuai telah terpasang pada sensor head of the
Haz-Dust IV
b. Pasang sampling inlet terpasang di sensor head, sesuai dengan Tabel 4.
Tabel 4. Tipe Sampling Inlet

Tipe partikulat Sampling inlet


Partikulat thoracic Thoracic sampling inlet.
Partikulat respirable SKC IOM and IA-202 sampling inlet
Partikulat inhalable SKC GS Cyclone and GSA-202 sampling
inlet

c. Masukkan filter zero sesuai Tabel 5.

Tabel 5. Tipe Filter Zero


Jika Mengukur Aktifitas yang Dilakukan Kemudian
Partikulat thoracic Masukkan filter zero ke Thoracic sampling
inlet.
Partikulat respirable Masukkan filter zero ke (p/n ZA-202A) di
depan IOM front plate sesuai Gambar 5b.
Partikulat inhalable Masukkan filter zero dibawah GSA-202.
GS- Cyclone adapter.

d. Pilih auto zero pada menu utama, maka tampilan layar menunjukkan
auto zeroing.
e. Tunggu 50 detik, maka akan menunjukkan tahapan yang harus
dilakukan untuk mencapai baseline.
f. Hasilnya akan ditunjukkan di menu utama, yang menyatakan auto
zero is complete.
g. Sisihkan filter zero, kemudian mulai pengukuran.

3.2.2 Tahap Pengukuran


1. Tentukan pilihan partikulat yang hendak diukur (thoracic, respirable ataukah
inhalable), dan pastikan sensor yang dipasang sudah sesuai dengan partikulat
yang akan diukur.
2. Tekan special function pada menu utama
3. Tekan system option
4. Tekan extended option
5. Tekan size select
6. Pilih thoracic (jika yang hendak diukur thoracic)
7. Pilih sample rate pada special function
8. Pilih interval pengambilan data Tabel 6. Interval Pengambilan Data

Tabel 6. Interval Pengambilan Data


Interval waktu pengambilan data Maksimum Pengambilan Data
1 detik 6 jam
2 detik 12 jam
10 etik 20 jam
9. Pilih security level, gunakan security level (pilih yes), lewati security
feature (pilih no), kemudian ke tahap no 5.
10. Masukkan security code 1209, pilih angka yang sesuai dengan
menggunakan tombol naik atau turun. Jika sudah sesuai dengan angka
yang diminta, tekan enter.
11. Pasang belt clip pada pekerja/mahasiswa/teknisi yang diukur
12. Pastikan clip sensor berada di krah baju pekerja/mahasiswa/teknisi yang
diukur (merepresentasikan zona pernafasan sesuai ketentuan OSHA).
13. Pengukuran dilakukan dengan cara pilih run (jika tidak memakai alarm),
sedangkan pilih Sample/Rec-ALM (jika menggunakan alarm).
14. Tekan enter untuk berhenti dari proses pengukuran.
BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Survei Paparan Partikulat di Bengkel Kayu

I. Pengambilan Data

Survei Paparan Partikulat di Bengkel Kayu

A. Gambaran Umum
Nama Ruang : Bengkel Kayu
Tanggal : 7 Desember 2020
Team Pengukur : Tim 4
1. Febe Yemima Henvy (1019040026)
2. Muhammad Wahyu (1018040032)
3. Dewi Cahya R. (1019040014)
4. Aulia Binta S. (1019040021)
5. Julita Sindu Tifani (1019040023)
Alat yang dipakai : Dust sampler
Nama pekerja / mahasiswa yang diukur (beserta kegiatan/ alat yang digunakan)
:
1. Mahasiswa 1 - Menggergaji kayu
2. Mahasiswa 2 - Menggerinda
3. Mahasiswa 3 - Melubangi kayu
4. Mahasiswa 4 - Mengamplas benda kerja
B. Karakteristik Kegiatan Kerja
1. Indentifikasi Mahasiswa/Pekerja
Nama : Mahasiswa 1
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 19 tahun
Berat Badan : 50 kg
Nama : Mahasiswa 2
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 19 tahun
Berat Badan : 72 kg

Nama : Mahasiswa 3
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 19 tahun
Berat Badan : 65 kg

Nama : Mahasiswa 4
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 19 tahun
Berat Badan : 68 kg

2. Gambaran kegiatan kerja


No. Kegiatan Kerja Peralatan yang Durasi Kerja
digunakan (menit)
1. Menggergaji kayu gergaji 45
2. Menggerinda gerinda 30
3. Mengebor / melubangi bor 30
kayu
4. Mengampelas benda ampelas 60
kerja

C. Informasi Penting Lainnya


1. Apakah alat dalam keadaan baik / rusak? Baik
2. Apakah alat sudah terkalibrasi ? Ya
D. Tabel Data Hasil Pengukuran
Kode Lokasi Tipe Partikulat Ukuran Konsentrasi
Pengukuran Partikulat (mg/m3)
A Partikel < 2,5 1,3484
(menggergaji) Respirabel
B Partikel < 2,5 3,0474
(menggerinda) Respirabel
C Partikel < 2,5 5,2484
(Mengebor) Respirabel
D Partikel < 2,5 1,0914
(mengampelas) Respirabel

E. Gambar Layout Ruangan

Menggergaji kayu Menggerinda

3
0
m
e
t
e Mengebor / Mengampelas
r Melubangi kayu Benda Kerja

50 meter
F. Analisa dan Pembahasan

4. 2 Analisa Data
No. Nama Kegiatan Kadar Peraturan (Pembanding)
Mahasiswa PM 2,5 Permenaker ACGIH NIOSH
terhirup No.5 Tahun (mg/m3) (mg/m3)
2018
(mg/m3)
1. Mahasiswa Menggergaji 1,3484 3 3 5
1 kayu
2. Mahasiswa Menggerinda 3,0474 3 3 5
2
3. Mahasiswa Mengebor / 5,2484 3 3 5
3 melubangi
kayu
4. Mahasiswa Mengampelas 1,0914 3 3 5
4 benda kerja

4.3 Pembahasan

A. Sumber yang Menghasilkan Partikulat


Dari data yang telah didapatkan, dapat disimpulkan bahwa semua kegiatan
yaitu menggergaji kayu, menggerinda, mengebor atau melubangi kayu, serta
mengampelas benda kerja menghasilkan partikulat. Tetapi sumber yang
menghasilkan partikulat terbanyak berasal dari mengebor atau melubangi kayu.
Dilihat dari tabel di atas, mengebor atau melubangi kayu memiliki konsentrasi
massa partikulat sebesar 5,2484 mg/m3. Sedangkan kegiatan yang
menghasilkan sedikit partikulat dibanding kegiatan lainnya adalah
mengampelas benda kerja. Kegiatan ini memiliki konsentrasi massa partikulat
sebesar 1,0914 mg/m3.
B. Menentukan apakah kondisi tersebut aman sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
a. Mahasiswa 1
Dilihat dari tabel di atas, mahasiswa 1 menghirup konsentrasi massa
partikulat sebesar 1,3484 mg/m3. Jika dibandingkan dengan Permenaker
No.5 Tahun 2018, kondisi mahasiswa 1 bisa dikatakan aman. Karena
jumlah kosentrasi massa partikulat yang dihirup mahasiwa 1 tidak melewati
batas konsentrasi partikulat yang ditentukan Permenaker No.5 Tahun 2018
(sebesar 3 mg/m3). Menurut ACGIH, jumlah konsentrasi yang
diperbolehkan terhirup sebesar 3 mg/m3 sehingga mahasiswa 1 masih
berada di dalam kondisi yang aman karena kosentrasi massa partikulatnya
tidak melewati batas. Sedangkan menurut NIOSH, jumlah konsentrasi yang
diperbolehkan terhirup sebesar 5 mg/m3 sehingga mahasiswa 1 berada di
kondisi aman.
b. Mahasiswa 2
Dilihat dari tabel di atas, mahasiswa 2 menghirup konsentrasi massa
partikulat sebesar 3,0474 mg/m3. Jika dibandingkan dengan Permenaker
No.5 Tahun 2018, kondisi mahasiswa 2 bisa dikatakan tidak aman. Karena
jumlah konsentrasi massa partikulat yang dihirup mahasiswa 2 melewati
batas konsentrasi partikulat yang ditentukan Permenaker No.5 Tahun 2018
yang sebesar 3 mg/m3. Menurut ACGIH, jumlah konsentrasi yang
diperbolehkan terhirup sebesar 3 mg/m3 sehingga mahasiswa 2 berada di
kondisi yang tidak aman karena konsentrasi massa partikulatnya melewati
batas (sebesar 3 mg/m3). Sedangkan menurut NIOSH, jumlah konsentrasi
yang diperbolehkan terhirup sebesar 5 mg/m3 sehingga mahasiswa 2 berada
di kondisi aman.
c. Mahasiswa 3
Dilihat dari tabel di atas, mahasiswa 3 menghirup konsentrasi massa
partikulat sebesar 5,2484 mg/m3. Jika dibandingkan dengan Permenaker
No.5 Tahun 2018, kondisi mahasiswa 3 bisa dikatakan tidak aman. Karena
jumlah konsentrasi massa partikulat yang dihirup mahasiswa 3 melewati
batas konsentrasi partikulat yang ditentukan Permenaker No.5 Tahun 2018
yang sebesar 3 mg/m3. Menurut ACGIH, jumlah konsentrasi yang
diperbolehkan terhirup sebesar 3 mg/m3 sehingga mahasiswa 3 berada di
kondisi yang tidak aman karena konsentrasi massa partikulatnya melewati
batas (sebesar 3 mg/m3). Sedangkan menurut NIOSH, jumlah konsentrasi
yang diperbolehkan terhirup sebesar 5 mg/m3 sehingga mahasiswa 3 berada
di kondisi yang tidak aman.

d. Mahasiswa 4
Dilihat dari tabel di atas, mahasiswa 4 menghirup konsentrasi massa
partikulat sebesar 1,0914 mg/m3. Jika dibandingkan dengan Permenaker
No.5 Tahun 2018, kondisi mahasiswa 4 bisa dikatakan aman. Karena
jumlah kosentrasi massa partikulat yang dihirup mahasiwa 4 tidak melewati
batas konsentrasi partikulat yang ditentukan Permenaker No.5 Tahun 2018
(sebesar 3 mg/m3). Menurut ACGIH, jumlah konsentrasi yang
diperbolehkan terhirup sebesar 3 mg/m3 sehingga mahasiswa 4 masih
berada di dalam kondisi yang aman karena kosentrasi massa partikulatnya
tidak melewati batas. Sedangkan menurut NIOSH, jumlah konsentrasi yang
diperbolehkan terhirup sebesar 5 mg/m3 sehingga mahasiswa 4 berada di
kondisi aman.

C. Menentukan rekomendasi perbaikan jika kondisi tersebut tidak aman sesuai


dengan hirarki pengendalian bahaya.
Partikulat bisa menyebabkan gangguan kesehatan terutama bagian saluran
pernapasan seperti batuk, asma, penyakit paru kerja, gangguan pada alveoulus,
iritasi saluran pernapasan, dan lain-lain sehingga diperlukan pengendalian
bahaya di bengkel kayu agar tercipta lingkungan kerja yang aman. Maka dari
itu, diberikan rekomendasi sebagai berikut :
1. Antisipasi
Antisipasi adalah memprediksi potensi bahaya dan risiko yang ada di
tempat kerja. Pada bengkel kayu, terdapat kegiatan seperti menggergaji,
melubangi kayu, dan lain-lain yang menghasilkan banyak partikel. Partikel
pada bengkel kayu seperti debu kayu bisa masuk ke dalam tubuh dan
menimbulkan gangguan kesehatan. Gangguan kesehatannya seperti batuk,
asma, iritasi saluran pernapasan, dan lain-lain.
2. Rekognisi
Rekognisi adalah suatu kegiatan mengindentifikasi dan mengukur bahaya
untuk mengetahui tingkat konsentrasi, jenis, kandungan dan sifat dari
bahaya tersebut. Bisa dengan membuat metode job safety analysis, HIRA,
Preliminary Hazard Analysis dan lain-lain. Dengan metode ini, bisa melihat
sebuah proses kerja dan menganalisa seberapa besar tingkat bahaya yang
ditimbulkan dari pekerjaan tersebut secara detail.
3. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu kegiatan sampling dan mengukur bahaya dengan
metode yang lebih spesifik. Karena di bengkel kayu terdapat banyak
partikulat, maka diperlukan pengukuran konsentrasi massa partikulat
dengan alat dust sampler. Pada pengukuran ini, mahasiswa 1 yang
menggergaji kayu dapat menghasilkan konsentrasi massa partikel sebesar
1,3484 mg/m3. Mahasiswa 2 yang menggerinda dapat menghasilkan
konsentrasi massa partikel sebesar 3,0474 mg/m3. Mahasiswa 3 yang
mengebor / melubangi kayu dapat menghasilkan konsentrasi massa partikel
sebesar 5,2484 mg/m3. Dan mahasiswa 4 yang mengampelas benda kerja
dapat menghasilkan konsentrasi massa partikel sebesar 1,0914 mg/m3.
Pada Permenaker No.5 Tahun 2018
dan ACGIH memiliki jumlah konsentrasi massa partikel yang
diperbolehkan terhirup sebesar 3 mg/m3. Dari perbandingan di atas,
mahasiswa 2 dan mahasiswa 3 berada di kondisi tidak aman karena
melebihi batas Permenaker No.5 Tahun 2018 dan ACGIH. Sedangkan
mahasiswa 1 dan mahasiswa 4 berada di kondisi aman karena tidak
melebihi nilai ambang batas. Untuk NIOSH, memiliki jumlah konsentrasi
massa partikel yang diperbolehkan terhirup sebesar 5 mg/m3. Sehingga
mahasiswa 3 berada di kondisi tidak aman karena melebihi batas NIOSH.
Sedangkan mahasiswa 1, mahasiswa 2, dan mahasiswa 4 berada di kondisi
aman karena tidak melebihi nilai ambang batas.
4. Pengendalian
Dari hasil evaluasi, kemudian bisa dilakukan pengendalian jika terdapat
hasil pengukuran yang melebihi ambang batas. Contohnya pengendalian
menggunakan metode hirarki pengendalian atau piramida terbalik yaitu:
a) Eliminasi
Eliminasi adalah menghilangkan bahaya. Seperti di bengkel kayu
menghilangkan kegiatan yang berbahaya dan dapat menghasilkan
banyak partikel seperti menggergaji, melubangi kayu, dan lain-lain.
Tetapi kegiatan ini tidak bisa dihilangkan karena masih dibutuhkan
untuk memproduksi suatu barang.
b) Subtitusi
Mengganti bahan, proses, operasi ataupun peralatan dari yang
berbahaya menjadi lebih tidak berbahaya. Contohnya pada bengkel
kayu, bisa mengganti alat yang berbahaya dan menghasilkan banyak
partikulat dengan alat yang tidak berbahaya dan kualitas bagus.
Karena alat masih dibutuhkan juga keperluan menyesuaikan kondisi
keuangan pekerja, subtitusi kurang efektif
c) Rekayasa Teknik
Suatu langkah memodifikasi bahaya, baik memodifikasi lingkungan
kerja, ataupun memodifikasi alat-alat kerja. Contohnya, pada
bengkel kayu diberi ventilasi untuk mengurangi paparan partikulat.
d) Administrasi
Mengatur interaksi antara si pekerja dengan alat-alat atau
lingkungan kerja. Pada bengkel kayu, diperlukan pembatasan jam
kerja melalui pembagian shift kerja. Selain itu, bisa dilakukan
briefing sebelum pratikum dimulai dan perawatan alat-alat di
bengkel kayu.

e) APD
Langkah terakhir yang digunakan bila memang cara-cara di atas
tidak bisa dilakukan adalah dengan memakai APD ( alat pelindung
diri ) seperti topi keselamatan, kacamata keselamatan, masker,
sarung tangan, earplug, baju bengkel dan sepatu keselamatan. Topi
keselamatan berfungsi melindungi kepala dari benturan. Kacamata
keselamatan berfungsi melindungi mata agar tidak iritasi. Sarung
tangan melindungi tangan dari benda tajam juga paparan zat asing.
Earplug berfungsi melindungi telinga dari bunyi yang berisik /
bising. Baju bengkel melindungi tubuh dari paparan partikulat.
Masker melindungi hidung dan mulut dari paparan partikulat.
Sepatu keselamatan melindungi kaki dari benturan juga zat asing.
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pratikum yang telah didapat, bisa disimpulkan :
a. Partikulat adalah bentuk dari padatan atau cairan dengan ukuran molekul
tunggal yang lebih besar dari 0.002 µm tetapi lebih kecil dari 500 µm yang
tersuspensi di atmosfer dalam keadaan normal. Partikulat menimbulkan
dampak negatif kepada lingkungan dan manusia. Maka dari itu, penting untuk
mengetahui konsentrasi massa partikulat. Konsentrasi massa partikulat bisa
diukur dengan alat yang bernama dust sampler. Cara penggunakan dust sampler
sebagai berikut. Pertama, menyiapkan alat dengan menyalakannya, mengatur
waktu dan alarm, serta melakukan auto zero baseline. Kedua, mengukur dengan
cara menentukan partikulat, menekan tombol (special function, extended
option, size select), memilih tipe partikulat (contoh : thoraric), memilih sample
rate, memilih interval pengambilan data, memilih security level, memasukan
kode security, memasang belt clip, serta menyelesaikan pengukuran.
b. Pada bengkel kayu, terdapat berbagai macam aktivitas dan memiliki
konsentrasi massa partikulat yang berbeda. mahasiswa 1 yang menggergaji
kayu dapat menghasilkan konsentrasi massa partikel sebesar 1,3484 mg/m3.
Mahasiswa 2 yang menggerinda dapat menghasilkan konsentrasi massa partikel
sebesar 3,0474 mg/m3. Mahasiswa 3 yang mengebor / melubangi kayu dapat
menghasilkan konsentrasi massa partikel sebesar 5,2484 mg/m3. Dan
mahasiswa 4 yang mengampelas benda kerja dapat menghasilkan konsentrasi
massa partikel sebesar 1,0914 mg/m3. Untuk perbandingan, digunakan
peraturan nasional yaitu Permenaker No.5 Tahun 2018 ( 3 mg/m3) dan
peraturan internasional yaitu ACGIH ( 3 mg/m3) dan NIOSH ( 5 mg/m3).
c. Mahasiswa 1 dan mahasiswa berada di kondisi yang aman karena tidak
melebihi nilai ambang batas Permenaker No.5 Tahun 2018, ACGIH, maupun
NIOSH. Jika dibandingkan dengan Permenaker No.5 Tahun 2018 dan ACGIH,
mahasiswa 2 dan mahasiswa 3 berada kondisi tidak aman karena melebihi
NAB. Berdasarkan NIOSH, mahasiswa 3 berada kondisi tidak aman namun
mahasiswa 2 berada di kondisi aman. Mahasiswa 3 berada di kondisi tidak
aman karena melebihi nilai ambang batas sedangkan mahasiswa 2 tidak
melebihi.
d. Pengendalian bahaya di bengkel kayu bisa dengan menggunakan APD saat
berada di bengkel, membuat ventilasi untuk mengurangi paparan partikulat,
serta mengatur pembagian jam kerja dengan shift kerja.
5.2 Saran
a. Memahami prosedur pratikum sebelum memulai kegiatan pratikum.
b. Menggunakan APD seperti masker, sepatu keselamatan, baju bengkel, dan lain-
lain saat melakukan pratikum.

Merawat dan memperlakukan alat-alat yang digunakan saat pratikum


dengan hati-hati.
TUGAS PENDAHULUAN

A. TugasPendahuluan
1. Mengapa standar NAB menggunakan konsentrasi massa partikulat?
Jawab :
Karena Nilai Ambang Batas (NAB) itu batas maksimum kita dalam
terpapar partikulat tersebut. Kemudian dimana massa menunjukkan
seberapa banyak jumlah partikulat yang mengenai kita atau yang kita
papar.

2. Apa yang dimasud dengan PM10 dan PM2,5?

Jawab :

PM sendiri merupakan singkatan dari Particulate Matter yang


merupakan polutan udara yang terdiri atas campuran partikel padat
dan cair yang terjebak di udara bebas. Biasanya indikator PM ini
menjelaskan pengaruhnya terhadap kesehatan yang merujuk pada
konsentrasi massa partikel dengan diameter kurang dari 10 μm
(PM10) dan diameter kurang dari 2.5 μm (PM2.5). PM 2.5 juga
disebut sebagai ultrafine particles yang berarti diameternya kurang
dari 0.1 μm.

3. Hasil pengukuran partikulat sebagai berikut, definisikan partikulat


tersebut sesuai ukurannya :
Ukuran Partikulat Definisi Tipe Partikulat
( m) (T atau R atau I)
10 Partikulat yang mempengaruhi Torak adalah partikel yang
kesehatan dengan 10𝜇m tidak masuk ke dada dan
mewakili batas yang tegas disimpan di dalam saluran
antara partikel yang dapat udara paru_paru.
terhirup dan tidak terhirup
tetapi mudah tersaring secara
fisik oleh rambut halus lubang
hidung.
7 Partikulat yang mempengaruhi Torak adalah partikel yang
kesehatan manusia yang masuk ke dada dan
dimana partikulat tersebut akan disimpan di dalam saluran
mudah tersaring secara fisik udara paru_paru.
oleh rambut halus dalam
lubang hidung.
4 Partikulat yang mempengaruhi Torak adalah partikel yang
kesehatan manusia yang masuk ke dada dan
dimana partikulat tersebut akan disimpan di dalam saluran
terendapkan di alveoli. udara paru_paru.
2,5 Partikulat yang mudah Resperable partikel yaitu
mempengaruhi kesehatan partikel yang dapat
manusia yang dimana menembus ke alveoli area
partikulat tersebut akan pertukaran gas dan sistem
terendapkan di alveoli. peredaran darah.
1 Partikulat yang mempengaruhi Resperable partikel yaitu
kesehatan manusia dan akan partikel yang dapat
mudah masuk ke dalam saluran menembus ke alveoli area
respirasi dan akan mudah pertukaran gas dan sistem
keluar kembali bersama udara peredaran darah.
ekspirasi.
0,1 Partikulat yang mempengaruhi Resperable partikel yaitu
kesehatan manusia dengan partikel yang dapat
ukuran partikel yang sangat menembus ke alveoli area
kecil dan dapat melewati paru- pertukaran gas dan sistem
paru untuk mempengaruhi peredaran darah.
organ lain.
DAFTAR PUSTAKA

Modul Praktikum Hygiene Industri

Sepriani, K dkk.2015.Sebaran Partikulat (PM10) pada Musim Kemarau


di Kabupaten Tangerang dan Sekitarnya.Jurnal sains dan teknologi
modifikasi cuaca.vol.15, No. 2.Hal:89-100

Santoso, M dkk.2016.Karakteristik Partikulat Udara Ambien dan


Terespirasi di Sekitar Kawasan Industri Non Formal.Jurnal sains dan
teknologi nuklir Indonesia.ISSN 1411-3481.Vol. 17, No. 1.Hal: 49-58

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1157/3/4%20BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai