PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu:
1. Dapat memperoleh gambaran umum tentang apa yang sedang dihadapi,
faktor-faktor yang mendukung dan menghambat, serta menilai bahaya-
bahaya lain yang dapat terjadi terhadap penderita, penolong, maupun orang-
orang yang ada disekitarnya.
2. Mampu melakukan penilaian terhadap tanda vital kehidupan dan
pemeriksaan fisik penderita.
3. Mampu memebuat kesimpulan dari hasil temuan.
BAB II
DASAR TEORI
2.7 Pelaporan
Setelah selesai menangani korban, maka perlu dilaporkan secara singkat dan
jelas kepada penolong selanjutnya.
BAB III
LANGKAH PRAKTIKUM
3.1 Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk mengukur tanda vital yaitu:
1. Jam tangan dengan penunjuk detik yang jelas atau stopwatch
2. Senter kecil
3. Stetoskop
4. Tensimeter/stigmomanometer (pengukur tekanan darah)
5. Alat tulis untuk mencatat
6. Termometer badan
Pembahasan
Korban adalah seseorang yang terjebak dalam kebakaran selama beberapa
menit. Korban ditemukan tergeletak tidak sadar di sekitar area kebakaran tanpa
ada sedikit pun luka bakar di tubuhnya. Kemudian pertolongan pertama yang
dilakukan kepada koran adalah sebagai berikut.
Penilaian keadaan padda pasien dilakuka dengan memindahkan pasien ke
tempat dengan udara bebas. Kemdian, pakaian korban dilonggarkan dan
meminta saksi di sekitar tempat tersebut untuk memanggilkan bantuan medis.
Pemberi pertolongan pertama melakukan perkenalan diri sebagai seseorang
yang dapat melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan.
Penilaian selanjutya adalah penilaian dini. Korban diidentifikasi ke dalam
kasus kejadian trauma. Kemudian, korban diperiksa kesadarannya dengan tes
respon awas/suara/nyeri. Korban tidak memberi respon apapun. Hal
selanjutnya yang dilakukan adalah memeriksa peredaran darah korban dengan
memeriksa ada/tidak denyut nadi karotis pada bagiann leher kiri korban. Hasil
menunjukkan tidak ada nadi karotis. Untuk menangani hal tersebut, dilakukan
Resusitasi Jantung dan Paru pada korban dengan 30 kali pijatan (kecepatann
100-120 kali/menit, chest compression depth 2 – 2,4 inchi atau 5 – 6 cm)
disertai 2 kali bantuan nafas. Hal ini dilakukan sebanyak 5 siklus. Setelah RJP
dilakukan, nadi karotis diperiksa lagi. Hasil mmenunjukkan nadi karotis ada,
namun lemah.
Setelah nadi karotis berdenyut, dilanjutkan dengan pemeriksaan jalan nafas.
Karena korban dalam keadaan tidak cedera kepala/leher/tulang belakang, maka
dilakukan Head-tilt & Chin-lift pada korban. Hasil menunjukkan bahwa jalan
nafas korban terbuka. Setelah pemeriksaan sirkulasi dan jalan nafas, yang
diperiksa selanjutnya adalah pernafasan korban. Dilakukan pemeriksaan
pernafasan korban dengan mendekatkan telinga penolong ke hidung dan mulut
korban dengan pandangan ke dada korban. Dari hasil melihat, mendengar dan
merasakan, ternyata korban tidak bernafas. Karena korban tidak bernafas,
maka dilakukan bantuan pernafasan dengan hembusan nafas melalui mulut
korban. Hembusan dilakukan sekali setiap 6 detik selama 2 menit. Setelah
bantuan nafas diberikan, korban berhasil bernafas dengan keadaan nafas lemah,
namun korban masih belum sadarkan diri. Selama bantuan medis belum
datang, dilakukan monitoring peredaran darah, jalan nafas dan pernafasan.
BAB V
KESIMPULAN
Aryani, Evelyn dan Jo Suherman. 2009. “Pengaruh Ukuran Manset Terhadap Hasil
Pengukuran Tekanan Darah”. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Volume 9,
Nomor 1, Halaman 50.
Palang Merah Indonesia. 2008. Pertolongan Pertama Palang Merah Remaja Wira.
Jakarta: Markas Pusat Palang Merah Indonesia.