Materi K4 8
Pengoksidasi (oxidizing)
• Pengoksidasi (oxidizing), yaitu bahan yang memiliki
waktu pembakaran sama atau lebih pendek dari waktu
pembakaran senyawa standar.
KLASIFIKASI BAHAN MUDAH TERBAKAR
• ZAT PADAT MUDAH TERBAKAR
• ZAT CAIR MUDAH TERBAKAR
• GAS MUDAH TERBAKAR
Materi K4 11
ZAT PADAT MUDAH TERBAKAR
• BELERANG (SULFUR)
• FOSFOR
• KERTAS/RAYON
• HIDRIDA LOGAM
• KAPAS
Materi K4 12
BERAT JENIS PELARUT ORGANIK PERLU
DIPERHATIKAN
Materi K4 13
GAS MUDAH TERBAKAR
• GAS ALAM
• ASETILEN
• HIDROGEN
• ETILEN OKSIDA
Flammable Liquid
Sangat mudah sekali menyala (extremely flammable)
• PENANGANAN :
Kontak Mata:
Periksa dan lepaskan jika ada lensa kontak. Dalam kasus terjadi kontak, segera sirammata dengan banyak air sekurang-kurangnya 15 menit. Air dingin dapat
digunakan.Dapatkan perawatan medis dengan segera.
Kontak Kulit :
Dalam kasus terjadi kontak, segera basuh kulit dengan banyak air sedikitnya selama 15menit dengan mengeluarkan pakaian yang terkontaminasi dan
sepatu. Tutupi kulit yang teriritasi dengan yg sesuatu melunakkan. Air dingin mungkin dapat digunakanpakaian.cuci sebelum digunakan kembali. benar-benar
bersih sepatu sebelum digunakan kembali. Dapatkan perawatan medis dengan segera.
Kulit Serius :
Cuci dengan sabun desinfektan dan menutupi kulit terkontaminasi dengan krim anti-bakteri. Mencari medis segera
Inhalasi:
Jika terhirup, pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan.Jika sulit bernapas, berikan oksigen. Dapatkan segera perhatian medis.
Serius Terhirup:
Evakuasi korban ke daerah yang aman secepatnya. Longgarkan pakaian yang ketat seperti kerah, dasi, ikat pinggang atau ikat pinggang. jika sulit
bernapas, beri oksigen. Jika korban tidak bernafas, lakukan pernafasan dari mulut ke mulut.
PERINGATAN:
• Ini mungkin berbahaya bagi orang yang memberikan bantuan lewat mulut ke mulut(resusitasi) bila bahan dihirup adalah racun, infeksi atau korosif. Cari bantuan medis segera.
Tertelan:
JANGAN mengusahakan muntah kecuali bila diarahkan berbuat demikian oleh personelmedis. Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada korban yang
sadar.Longgarkan pakaian yang ketat seperti kerah, dasi, ikat pinggang atau ikat pinggang.Dapatkan bantuan medis jika gejala muncul.
Bersifat iritasi (irritant),
• Bersifat iritasi (irritant), yaitu bahan padat atau cair yang
jika terjadi kontak secara langsung, dan apabila kontak
tersebut terus menerus dengan kulit atau selaput lendir
dapat menyebabkan peradangan.
• Bahaya : iritasi terhadap kulit, mata, dan alat pernapasan
• Contoh : ammonia dan benzyl klorida
• Keamanan : hindari terhirup pernapasan, kontak dengan
kulit dan mata
BAHAN IRITAN MENURUT BENTUK ZAT
• BAHAN IRITAN PADAT. MISAL : NaOH, FENOL
• BAHAN IRITANCAIR. MISAL : ASAM SULFAT, ASAM FORMAT.
• BAHAN IRITAN GAS.
MISAL : GAS AMAT LARUT DLM AIR. (AMONIAK, FORMALDEHIDE)
GAS DG KELARU TAN SEDANG : SULFUR DIOKSIDA
GAS DG KELARUTAN KECIL,MERUSAK ALAT PERNAFASAN BAGIAN
DALAM
Materi K4 40
MSDS Ammonia
• EMERGENCY OVERVIEW
ACUTE POTENTIAL HEALTH EFFECTS:
ROUTES OF EXPOSURE:
EYE CONTACT: Exposure to Ammonia can cause moderate to severe eye irritation.
INGESTION: Ingestion is not a likely route of exposure for Ammonia.
INHALATION: Ammonia is severely irritating to nose, throat, and lungs. Symptoms may include burning sensations,
coughing, wheezing, shortness of breath, headache and nausea. Overexposure may also cause central nervous system effects
including unconsciousness and convulsions. Upper airway damage is more likely and can result in bronchospasm (closing of
the airway). Vocal chords are particularly vulnerable to corrosive effects of high concentrations. Lower airway damage may
result in fluid build up and hemorrhage. Death has occurred following a 5 minute exposure to 5000 ppm.
SKIN CONTACT: Vapor contact may cause irritation and burns. Contact with liquid may cause freezing of the tissue
accompanied by corrosive caustic action and dehydration.
POTENTIAL HEALTH EFFECTS OF REPEATED EXPOSURE:
ROUTE OF ENTRY: Inhalation, eye or skin contact
SYMPTOMS: Repeated or prolonged skin exposure may cause dermatitis.
TARGET ORGANS: Eyes, skin, central nervous and respiratory systems.
MEDICAL CONDITIONS AGGRAVATED BY OVEREXPOSURE: Conditions generally aggravated by
exposure include asthma, chronic respiratory disease (e.g., emphysema), dermatitis and eye disease.
CARCINOGENICITY: Ammonia is not listed as a carcinogen or potential carcinogen by NTP, IARC, or OSHA.
SECTION 4. FIRST AID MEASURES
EYE CONTACT: Flush eyes with large quantities of water. Seek medical attention
immediately.
INGESTION: Ingestion is not a likely route of exposure for Ammonia.
INHALATION: Remove person to fresh air. If not breathing, administer artificial
respiration. If breathing is difficult, administer oxygen. Obtain prompt medical attention.
SKIN CONTACT: Flush affected area with large quantities of water. Remove
contaminated clothing immediately. If liquid comes in contact with skin, remove
contaminated clothing and flush with plenty of lukewarm water for several minutes. Seek
medical attention immediately.
NOTE TO PHYSICIAN: Bronchospasm may be treated with the use of a
bronchodialator such as albuterol and an anticholinergic inhalant such as Atrovent.
Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the
environment)
• Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment), yaitu
bahaya yang ditimbulkan oleh suatu bahan seperti merusak lapisan
ozon (misalnya CFC), persisten di lingkungan (misalnya PCBs),
atau bahan tersebut dapat merusak lingkungan.
• Bahan dan formulasi dengan notasi dangerous for
environment dapat menyebabkan efek tiba-tiba atau dalam sela
waktu tertentu pada satu kompartemen lingkungan atau lebih (air,
tanah, udara, tanaman, mikroorganisme) dan menyebabkan
gangguan ekologi.
• Contoh: tributil timah klorida, tetraklorometan, petroleum bensin
Karsinogenik (carcinogenic)
• Karsinogenik (carcinogenic), yaitu bahan yang dapat
menyebabkan sel kanker.
• Menurut WHO (World Health Organization), 35%
karsinogenik berasal dari makanan dan minuman
yang kita konsumsi sehari-hari, 30%-nya berasal dari
rokok yang anda hisap setiap harinya dan sisanya
dari paparan lingkungan lainnya.
Teratogenik (teratogenic),
• Teratogenik (teratogenic), yaitu bahan yang dapat mempengaruhi pembentukan dan
pertumbuhan embrio.
• Ada sejumlah bahan yang/diduga bersifat teratogenik pada manusia, antaralain: Radiasi
ion (senjata atom, radioidine, dan terapi radiasi, ketidakseimbangan metabolisme,
misalnya karena konsumsi alkohol selama kehamilan,kretinisme endemic, diabetes,
defisiensi asam folat, hipertermia, fenilketonuria, reumatik dan penyakit jantung bawaan,
Komponen kimia obat dan lingkungan seperti 13-cis-retinoic acid, isotretionin(accutane),
aminopterin, hormone androgenic, busulfan, kaptoril, enalapril, dan sebagainya.
• Kontak dengan komponen teratogenik bisa menyebabkan abnormalitas struktural
yangsangat beragam pada janin, seperti bibir sumbing, langit-langit mulut belah,
dysmelia ,anencephaly dan penyimpangan pada ventricular septal.
• Contoh: Nitrous Oksida (NO), Chloroform (CCl 4), Pyrimethamin, dll
Contoh tetratogen
• Amphetamine
Apabila diberikan pada trimester 1 dan 2 akan menyebabkan defek pada jantung, clept pada bibir,
abnormalitas pada mata dan fetus yang diabsorpsi akan meningkat
• Marihuana
Adalah golongan narkotik yang akan menyebabkan Pin Point Pupil danWith Drawl Symptom.
• Meperidin, Alpharodin, Pentotal, Prometazine
Akan menyebabkan penurunan stimuli visual pada bayi
• Alkohol
Akan menyebabkan kecacatan dan penurunan kemampuan belajar
• Anasthetik Perinhalasi :
Nitrous Oksida (NO) akan menyebabkan hydrocephalus. Chloroform (CCl 4) akan menyebabkan
teratogenik. Eter akan menyebabkan depresi
• Anasthetik Lokal
Menyebabkan depresi bayi yang baru lahir, spasticity dan defisiensi mental.
MSDS kloroform
Identifikasi Bahaya
• Efek Kesehatan Akut : Bahaya jika terjadi kontak dengan
kulit (iritasi), kontak dengan mata (iritasi), terhirup, dan
tertelan
• Efek Kesehatan Kronis: Efek karsinogenik ; efek
mutagenik terhadap sel somatik mamalia dan bakteri) ;
pemaparan dengan prosuk dapat menyebabkan
kerusakan organ yang terpapar.
Informasi Toksikologi
Materi K4 52
Penyimpanan Meliputi
•Penyimpanan bahan baku
•Penyimpanan produk kimia
Pengetahuan dasar untuk menangani
bahan kimia
• Sifat fisika
• Sifat kimia
• Bahaya dan akibatnya
PENANGANAN BAHAN KIMIA KOROSIF
Air/uap air bahaya karena air dapat diserap oleh bahan-bahan kimia
dimana reaksi penyerapan atau hidrasi bersifat eksotermis atau
menghasilkan panas, selanjutnya panas tersebut akan menginisiasi dan
atau dapat mempercepat reaksi.
Bahaya karena : bila terjadi interaksi antara bahan dan wadah sehingga
wadah dapat mengalami kerusakan yang akhirnya akan terjadi interaksi
antar bahan yang satu dengan yang lain, interaksi dapat menimbulkan
bahaya.
Bahaya yang mungkin: senyawa beracun atau bahan mudah terbakar.
Contoh Bahan: bahan kimia sangat korosif: asam sulfat, asam klorida,
asam asetat, Natrium hidroksida. Upaya yang dilakukan: Pilih wadah
yang tepat.
• Zat oksidator dengan reduktor dapat menimbulkan
ledakan dan kebakaran.
• Asam dengan garam dapat menimbulkan gas beracun.
• Evaporate vapour point, boiling point, flash point
PENYIMPANAN BAHAN KIMIA
Penyimpanan bahan kimia tergantung pada beberapa faktor.
Bukan pada biaya dan ruang yang ada.
Biasanya, bahan kimia diletakkan ditempat sebagai berikut:
1. Dingin
2. Kering
3. Ventilasi baik
4. Memiliki sitem drainase yang baik
Materi K4 69
• Penyimpanan kontainer bahan kimia maksimum 3 drum
• Sistem yang digunakan adalah First In – First Out. Sehingga
dapat membatasi korosi yang terjaid diwadah atau menaikkan
tekanan drum akibat tingginya jumlah yang disimpan
• Bahan kimia tidak boleh diletakkan di lantai atau lapang terbuka
• Penyimpanan bahan kimia harus mengantisipasi terjadinya
kebocoran. Tingkat pengaman TRIETERY CONTAINMENT.
Tingkat pertama adalh tempat bahan kimia berbentuk drum besar,
kecil atau botol.
• Tingkat kedua adalah secondary containment. Dudukan drum
dudukan drum yang memiliki tempat unutk menampung
kebocoran bahan mmia dan tempat tersebut dapat dikeringkan
melalu kranyang trdapat di dudukan tersebut.
Materi K4 70
•Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1975 Tentang Keselamatan Kerja terhadap radiasi
•Peraturan pemerintah No. 12 Tahun 1975 Tentang izin Pemakaian Zat Radioaktif dan atau Sumber Radiasi lainnya
•Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1975 Tentang Pengangkutan Zat Radioaktif