Anda di halaman 1dari 33

3.

Bahan Mudah Meledak


Peroksida dalam keadaan murni sering menimbulkan ledakan, tetapi karena bahan ini
umumnya tidak tersedia kecuali dicampurkan dengan bahan inert/netral dalam persentase
kecil maka sering dianggap mudah terbakar.
Asam perchlorat (HCLO4) berbahaya karena menimbulkan ledakan jika kontak
dengan bahan organik. Asam perchlorat tidak boleh digunakan di atas meja kayu. Botol harus
dari gelas dan jika tercemar harus segera dibuang.
Hal-hal yang dapat menyebabkan ledakan adalah:
a. Karena adanya pelarut mudah terbakar. Cairan mudah menguap dan mudah terbakar, jika
dicampur dengan udara dengan proporsi yang besar dapat menimbulkan ledakan. Botol yang
tidak terisi penuh lebih mudah terbakar dan lebih berbahaya jika dibandingkan dengan diisi
penuh, sebab terjadi percampuran dengan uap dan udara. Oleh karena itu pada penyimpanan
botol berisi bahan mudah meledak sisakan ruang berisi udara sedikit saja (1/8-nya).
b. Karena ada udara cair. Udara dapat meledak jika dicampur dengan unsur-unsur pereduksi
dan hidrokarbon.
c. Karena ada debu. Debu padat dari bahan mudah terbakar bercampur dengan udara dapat
menimbulkan ledakan dahsyat.
d. Karena ada gas-gas.
e. Karena ada peroksida.
Ledakan yang mungkin ditimbulkan oleh bahan-bahan mudah meledak ini dapat
dicegah dengan cara:
a. Biasakan melakukan eksperimen di tempat terbuka atau di dalam lemari uap
b. Jika ragu tentang sifat kimia bahan, gunakanlah dalam jumlah yang sedikit dan lakukan
percobaan di atas penangas air.
c. Gunakan alat-alat yang layak (sesuai) seperti gelas tebal yang stabil oleh tekanan.
Selain hal di atas untuk keamanan maka lakukan pengamatan dari belakang layar pengaman
atau gunakan pelindung seperti masker.

http://manajemen-laboratorium.blogspot.co.id/2012/10/pengenalan-dan-
penanganan-bahan-kimia-1.html

Corrosive Substances ( zat korosif )


Ditulis pada Desember 22, 2012

korosif merupakan salah satu bahan yang dapat merusak dan mengakibatkan cacat
permanen pada jaringan yang terkena bahan korosif.

Bersentuhannya kulit dengan bahan-bahan korosif umumnya disadari sehingga kurang begitu
berbahaya bila dibandingkan dengan racun yang terisap. Banyak bahan yang tidak korosif
tetapi menimbulkan iritasi pada kulit dan dapat menyebabkan peradangan. Bahan tersebut
misalnya senyawa alkali sabun dan bahan-bahan higroskopik.

Bahan-bahan korosif umumnya berupa cairan yang tidak dapat terbakar, tetapi sering
menimbulkan panas dan nyala jika terkena udara atau uap air atau jika bersentuhan dengan
bahan yang mudah terbakar.

Contoh bahan-bahan korosif adalah:

Asam Nitrat, Asam Sulfat, Asam Klorida, Natrium Hidroksida, Asam Asetat, Anhidrida
Asetat, Metanol, Perchlorat, Ammonia, Bromin, Fluorin, Hidrogen Iodida,
Phenol,karbondioksida padat, Asam Format, Hidrogen Peroksida, Fosfor Merah dan Fosfor
kuning, Logam Kalium, Kalium Hidroksida, Perak Nitrat dan Logam Natrium.

Hal-hal yang perlu dilakukan untuk pengamanannya adalah:

Simpan bahan di tempat yang sesuai (cocok) dan lakukan pengontrolan atau pengawasan
secara teratur.

Ikuti aturan-aturan penyimpanan, pemberian label, pemakaian dan pembuangannya.

Simpan persediaan di laboratorium dalam jumlah minimum.

Gunakan selalu pelindung atau sarung tangan, jas lab dan kaca mata.
Hindarkan jangan sampai tumpah dan jika bersentuhan dengan kulit, cucilah segera denagan
air dan sabun.

Jangan menggunakan pelarut untuk membersihkan kulit yang terkena bahan korosif atau
bahan penyebab iritasi, sebab pelarut akan mempercepat penyerapan (absorpsi) senyawa-
senyawa tersebut sehingga lebih membahayakan.

Untuk setiap bahan kimia yang tidak dapat dicuci dengan air gunakan emulsi pembersih
kemudian basuh dengan sabun dan air.

Contoh bahan korosif yang berwujud cair:

Asam mineral

asam nitrat, asam klorida, asam sulfat, asam fosfat, asam florida

Asam organik

asam formiat, asam asetat, asam monokloro asetat

Pelarut organik

petroleum, hidrokarbon tetraklorinasi, karbondisulfida, terpentin

Bahan Korosif Padat

Sifat korosif

dan panas yang ditimbulkan akibat proses pelarutan adalah penyebab iritasi yang sangat
tergantung pada kelarutan zat pada kulit yang lembab.

Contoh

zat korosif yang berwujud padat adalah :

Basa

NaOH, KOH, Natrium silikat, asam karbonat, CaO, CaC2,Ca(CN)2

Asam trikloroasetat

Lain-lain:

fenol, natrium, kalsium, fosfat, perak, nitrat

Bahan Korosif Gas

Bentuk gas paling berbahaya dibandingkan dengan bahan padat atau cair, karena bahan gas
akan menyerang saluran pernapasan yang ditentukan oleh kelarutan gas dalam permukaan
saluran yang lembab atau berlendir. Jenis iritan dapat digolongkan pada kecilnya kelarutan
yang juga

menetukan daerah serangan pada alat pernapasan sebagai berikut:

Kelarutan tinggi, dengan daerah serangan pada bagian atas saluran pernapasan:

amoniak, HCl, HF, formaldehid, asam asetat, sulfur klorida, tionil klorida, sulfuril

klorida

Kelarutan sedang, efek pada saluran pernapasan bagian atas dan lebih dalam (bronchin) :

belerang oksida, klorin, arsen tri klorida, fosforpentaklorida dan lain-lain,

efek iritasi oleh mekanisme bukan pelarutan:

akrolein, dikloroetil sulfida,dikloro metil eter, dimetil sulfat, kloro pikrin

CARA MENGGUNAKAN

1) Bahan tidak boleh dipanaskan langsung. Gunakan penangas uap atau

penangas air.

2) Di laboratorium, sediakan dalam jumlah yang minimum. Pelarut yang tidak

digunakan lagi dikembalikan ke botol pelarut.

3) Sediakan alat pemadam kebakaran. Bila terjadi kebakaran dengan api kecil

gunakan kain basal atau pasir, tapi bila api besar gunakan alat pemadam.

4) Jangan membuang cairan yang mudah terbakar ke dalam bak cuci.

5) Pada saat memanaskan jangan mengisi gelas kimia dengan cairan mudah

terbakar melebihi kapasitasnya. Gunakan batu didih guna menghindarkan

ledakan/letupan.

6) Botol penyimpanan bahan mudah terbakar jangan diisi sampai penuh,

sediakan 1/8 isinya untuk udara. Gunakan botol yang tidak mudah terbakar dan

jauhkan dan sumber perapian.

7) Kontrol semua bahan secara periodik.

8) Menggunakan pelindung diri.


9) Memasang detektor kebocoran gas.

10) Cairan yang mudah terbakar hanya boleh dikeluarkan dengan bantuan gasinert

CARA MENYIMPAN

1) Bahan padat mudah terbakar disimpan di tempat sejuk, dijauhkan dari sumber

panas, bahan lembab dan air, bahan pengoksidasi atau asam.

2) Jangan menyimpan cairan mudah terbakar dekat dengan bahan pengoksidasi

atau bahan korosif.

3) Tempat penyimpanan harus cukup sejuk, dengan tujuan mencegah nyala jika

uapnya tercampur udara.

4) Daerah penyimpanan harus terletak jauh dari sumber panas dan terhindar

dari bahaya kebakaran.

5) Bahan padat mudah terbakar disimpan di tempat sejuk, dijauhkan dari

sumber panas, bahan lembab dan air, bahan pengoksidasi atau asam.

6) Jangan menyimpan cairan mudah terbakar dekat dengan bahan pengoksidasi

atau bahan korosif.

7) Tempat penyimpanan harus cukup sejuk, dengan tujuan mencegah nyala jika

uapnya tercampur udara.

8) Daerah penyimpanan harus terletak jauh dari sumber panas dan terhindar

dari bahaya kebakaran.

9) Tempat penyimpanan harus terpisah dari bahan oksidator kuat, bahan yang

mudah menjadi panas dengan sendirinya, atau bahan yang bereaksi dengan

udara atau uap air yang lambat laun menjadi panas.

10) Di tempat penyimpanan tersedia alat-alat pemadam api dan mudah dijangkau.

11) Menyingkirkan semua sumber api dari tempat penyimpanan.

12) Pada daerah penyimpanan dipasang sambungan tanah/arde serta dilengkapi alat deteksi
asap atau api otomatis dan diperiksa secara periodik.
13) Di daerah penyimpanan dipasang tanda dilarang merokok.

14) Fosfor kuning akan terbakar bila berhubungan dengan udara. Simpan dalamair dan
kontrol selalu permukaan airnya karena permukaan air akan menurun akibat penguapan.

15) Logam K dan Na akan terbakar jika kontak dengan air, simpan didalam minyak parafin.

EFEK

1. Kebakaran

2. Ledakan

3. Keracunan Gas

CARA MENGATASI

a) Menghilangkan bahan yang dapat terbakar.

b) Membuang panas.

c) Mencegah masuknya oksigen ke dalam bahan yang terbakar.

d)Jika apinya kecil, maka lakukan pemadaman dengan Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

e) Mematikan sumber listrik.

f) Melokalisasi api agar tidak merembet.

g) Menghubungi PBK (Pertolongan Bahaya Kebakaran) jika api membesar.

h) Bersikap tenang dalam menangani kebakaran, dan jangan mengambil tidakan

yang membahayakan diri sendiri maupun orang lain.

i) Membawa korban keracunan gas ke tempat terbuka, dan segera dibawa ke ruah sakit.

j) Bila terjadi kebakaran logam Alumunium, Magnesium, dan Zink (seng) dalam keadaan
murni, jangan gunakan pemadam berisi air tetapi gunakanlah serbuk pemadam.

https://hitamdanorange.wordpress.com/2012/12/22/corrosive-substances-
zat-korosif/
1
K
ESELAMATAN
DAN KESEHATAN
KERJA
L
ABORATORIUM
KIMIA
Oleh :
Sunarto *
Pendidikan Kimia FMIPA UNY Yogyakarta
Keselamatan dan Keamanan Kerja
Keselamat
a
n dan Keamanan Kerja
atau
laboratory safety (K3) memerlukan
perhatian khusus
, karena penelitian
menunjukkan telah terjadi kecelakaan kerja
dengan intensitas yang mengkawatirkan yait
u
9 orang/hari . Oleh karena itu
K3
seyogyanya melekat pada pelaksanaan praktikum dan penelitian di laboratorium
.
Lab
oratorium
adalah
tempat staf pengajar, mahasiswa dan pekerja lab melakukan
eksprimen dengan bahan kimia alat gelas dan alat khusus.
Penggunaan bahan kimia
dan alat tersebut berpotensi terjadinya kecelakaan kerja.
Pada umumnya kecelakan
kerja
p
enyebab utama
nya
adalah ke
lalaian atau
kecerobohan. Oleh karena itu p
erlu
dilakukan upaya
untuk
mencegah terjadinya kecelakaan dg cara membina dan
mengembangkan kesadaran (
attitudes
) akan pentingnya K3 di lab
oratorium
.
Keselamatan Kerja di Laboratorium
,p
erlu
di
informasi
kan secara
cukup (tidak
berlebihan) dan relevan untuk mengetahui sumber bahaya di lab
oratorium
dan akibat
yang ditimbulkan serta cara penanggulangannya.
Hal tersebut
p
erlu dijelaskan
berulang ulang
agar lebih meningkatkan kewaspadaan.
Keselamatan yg dimaksud
termasuk orang yg ada disekitarnya
.
___________________________________________________________________
*) Disamapaikan pada Pelatihan Pengelolaan Laboratorium Kimia untuk Guru guru
Kimia Kabupaten Sleman , dilaksanakan di FMIPA UNY Selama
4 hari
2
Peraturan Keselamatan Kerja
Tujuan Peraturan Keselamatan Kerja dimaksudkan
u
ntuk menjamin
:
a.
K
esehatan , keselamatan dan kesejahteraan orang yg bekerja di lab
oratorium.
b.
M
encegah orang lain terkena resiko terganggu kesehatannya akibat kegiatan di
lab
oratorium.
c.
M
engontrol
penyimpanan dan penggunaan bahan yang mudah terbakar dan
beracun
d.
M
engontrol pelepasan bahan berbahaya (gas) dan zat berbau ke udara
,
sehingga tidak berdampak negative terhadap lingkungan.
Aturan
u
mum
yang terdapat dalam peratur
an itu menyangkut hal hal sebagai berikut
:
a.
Orang yang tak berkepintingan dilarang masuk lab
oratorium, untuk mencegah
hal yang tidak diinginkan
.
b.
Jangan melakukan eksprimen sebelum mengetahui informasi mengenai
bahaya
bahan kimia, alat alat dan cara pemak
aiannya
.
c.
Menge
nali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya
untuk
memudahkan pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja.
d.
Harus tau cara pemakaian alat emergensi : pemadam kebakaran, eye shower,
respirator
dan alat keselamatan kerja yang lain.
e.
Setiap laboran /Pekerja lab
oratorium
harus tau memberi pertolongan darurat
(P3K).
f.
Latihan keselamatan harus dipraktekkan secara periodik bukan dihapalkan
saja
g.
Dilarang makan minum dan merokok di lab,
bhal ini
berlaku juga untuk
laboran dan kep
ala
Lab
oratorium
.
3
h.
Jangan terlalu banyak bicara, berkelakar, dan lelucon lain ketika bekerja di
lab
oratorium
i.
Jauhkan alat alat yang tak digunakan, tas,h
and
p
hone
dan benda lain dari atas
meja kerja.
Pakaian di Laboratorium
Pekerja laboratorium harus mentaati eti
ka berbusana di laboratorium. Busana
yang dikenakan di laboratorium berbeda dengan busana yang digunakan sehari hari.
Busana atau pakaian di laboratorium hendaklah mengikuti aturan sebagai berikut :
a.
Dilarang memakai perhiasan yang dapat rusak oleh bahan ki
mia, sepatu yang
terbuka, sepatu licin, atau berhak tinggi
.
b.
Wanita dan pria
yang memiliki rambut panjang harus diikat, rambut panjang
yang tidak terikat dapat menyebabkan kecelakaan. karena dapat tersangkut
pada alat yang berputar.
c.
Pakailah jas praktikum,
sarung tangan dan pelindung yang lain dg baik
meskipun, penggunaan alat alat keselamatan menjadikan tidak nyaman.
Bekerja dg Bahan Kimia
Bila
anda bekerja dengan bahan kimia maka diperlukan perhatian dan
kecermatan dalam penanganannya. Adapaun
hal umum y
ang harus diperhatikan
adalah sebagai berikut :
a.
Hindari kontak langsung dg bahan kimia
b.
Hindari menghirup langsung uap bahan kimia
c.
Dilarang mencicipi atau mencium bahan kimia kecuali ada perintah khusus
( cukup dg mengkibaskan kearah hidung )
d.
Bahan kim
ia dapat bereaksi langsung dg kulit menimbulkan iritasi (pedih dan
gatal
4
Memindahkan Bahan Kimia
Seorang laboran pasti melakukan pekerjaan pemindahan bahan kimia pada
setiap kerjanya.
Ketika melakukan pemindahan bahan kimia maka harus diperhatikan
hal hal sebagai berikut :
a.
Baca label bahan sekurang kurangnya dua kali untuk menghindari kesalahan
dalam pengambilan bahan misalnya antara
asam sitrat dan asam nitrat
.
b.
Pindahkan sesuai jumla
h yang diperlukan
c.
Jangan menggunakan bahan kimia secara berlebihan
d.
Jangan mengembalikan bahan kimia ke tempat botol semula untuk
menghindari kontaminasi
, meskipun dalam hal ini kadang terasa boros
Memindahkan Bahan Kimia Cair
Ada sedikit
perbedaan ketika seorang laboran memindahkan bahan kimia
yang wujudnya cair. Hal yang harus diperhatikan adalah :
a.
Tutup botol dibuka dg cara dipegang dg jari tangan dan sekaligus telapak
tangan memegang botol tersebut.
b.
Tutup botol jangan ditaruh diatas m
eja karena isi botol bisa terkotori
oleh
kotoran yang ada diatas meja.
c.
Pindahkan cairan menggunakan batang pengaduk untuk menghindari percikan.
d.
Pindahkan dengan alat lain seperti pipet volume shg lebih mudah
.
Memindahkan Bahan Kimia Padat
Pemindahan baha
n kimia padat memerlukan penanganan sebagai berikut :
a.
Gunakan sendok sungu atau alat lain yang bukan berasal dari logam.
b.
Jangan mengeluarkan bahan kimia secara berlebihan.
c.
Gunakan alat untuk memindahkan bebas dari kontaminasi. Hindari satu
sendok untuk ber
macam macam keperluan.
5
Cara Pemanasan Larutan dalam Tabung Reaksi
Pemanasan tabung reaksi sering dilakukan dalam suatu percobaan di
laboratorium.
Ada banyak reaksi yang harus dilakukan pemanasan untuk
mempercepat proses reaksi. Tata cara melakukan pemanasan tabung reaksi
adalah :
a.
Isi tabung reaksi sebagian saja, sekitar sepertiganya
.
b.
Api pemanas terletak pada bag bawah larutan
.
c.
Goyangkan tabung
reaksi agar pemanasan merata
.
d.
Arah mulut tabung reaksi pada tempat yang kosong agar percikannya tidak
mengenai orang lain.
Cara memanaskan dg gelas Kimia
Pemanasan yang dilakukan menggunakan gelas kimia ( bukan tabung reaksi)
maka harus memperhatikan
aturan sebagai berikut :
a.
Gunakan kaki tiga sebagai penopang gelas kimia tersebut
.
b.
Letakkan batang gelas atau batu didih pada gelas kimia untuk menghindari
pemanasan mendadak
.
c.
Jika gelas kimia tersebut berfungsi sbg penagas air , isikan air sep
erempatnya
saja
supaya tidak terjadi tumpahan.
Peralatan dan Cara Kerja
Bekerja dengan alat alat kimia juga berpotensi terjadinya kecelakaan kerja,
oleh karena itu harus diperhatikan hal hal sebagai berikut :
a.
Botol reagen harus dipegang dg cara pada bagi
an label ada pada telapak
tangan .
b.
Banyak peralatan terbuat dari gelas , hati hati kena pecahan kaca. Bila
memasukkan gelas pada prop
-
karet gunakan sarung tangan sebagai pelindung
.
6
c.
Ketika menggunakan pembakar spritus hati hati jangan sampai tumpah di meja
karena mudah terbakar. Jika digunakan bunsen amati keadaan selang apakah
masih baik atau tidak
.
d.
Hati hati bila mengencerkan asam sulfat pekat
, asam sulfatlah yang dituang
sedikit demi sedikit dalam air dan bukan sebaliknya.
Pembuangan Limbah
Limbah bahan
kimia secara umum meracuni lingkungan, oleh karena itu perlu
penanganan khusus :
a.
Limbah bahan kimia tidak boleh
dibuang langsung ke lingkungan .
b.
Buang pada tempat yang disediakan
c.
Limbah organik
dibuang pada tempat terpisah agar bisa didaur ulang.
d.
Limbah padat (kertas saring, korek api, endapan) dibuang ditempat khusus.
e.
Limbah yang tidak berbahaya (Misal : detergen) boleh langsung dibuang ,dg
pengenceran air yang cukup banyak.
f.
Buang segera limbah bahan kimia setelah pengamatan selesai.
g.
Limbah cai
r yang tidak larut dlm air dan beracun dikumpulkan pada botol dan
diberi label yg jelas.
Terkena Bahan Kimia
Kecelakaan kerja bias saja terjadi meskipun telah bekerja dengan hati hati.
Bila hal itu terjadi maka perhatikan hal hal sebagai berikut :
a.
Jangan
p
anik
.
b.
Mintalah bantuan rekan anda yg ada didekat anda
, oleh karenanya dilarang
bekerja sendirian di laboratorium.
c.
Bersihkan bagian yang mengalami kontak langsung dg bahan t
ersegut,
b
ila
memungkinkan bilas sampai bersih
7
d.
Bila kena kulit, jangan digaruk
, supaya tidak merata
.
e.
Bawaah keluar ruangan
korban supaya
banyak
menghirup
oksigen
.
f.
Bila mengkawatirkan
kesehatannya segera
hubungi paramedik secepatnya
.
Terjadi
Kebakaran
Kebakaran bis
a
saja terjadi di laboratorium, karena di dalamnya banyak
tersimpan bahan yang mudah terbakar. Bila terjadi kebakaran maka :
a.
Jangan Panik
b.
Segera bunyikan alarm tanda bahaya
.
c.
Identifikasi bahan yang terbakar (kelas A;B atau C), padamkan dg kelas
pemadam yan
g sesuai
( Contoh kebakaran klas B
bensin
,
minyak tanah dll
tidak boleh disiram dg air)
d.
Hindari menghirup asap secara langsung
, gunakan masker atau tutup hidung
dengan sapu tangan.
e.
Tutup pintu untuk menghambat api membesar dg cepa
.
f.
Cari Bantuan Pemadam Kebakaran
, oleh karenanya
No Telp
on Pemadam
Kebakaran haru ada di Lab.
K
ombinasi
B
ahan yang harus dihindari
Kombinasi bahan dibawah ini berpotensi terjadi kecelakaan kerja, oleh
karenanya harus dihindari.
a.
Natrium atau Kalium dg a
ir
b.
Amonium nitrat, serbuk seng dan air
c.
Kalium nitrat dg natrium asetat
d.
Nitrat dengan ester
e.
Peroksida dg magnesium, seng atau aluminium
f.
Benzena atau alkohol dg api
8
G
as
Berbahaya
Ada beberapa gas yang berbahaya keberadaanya di laboratorium.
Gas gas
tersebut adalah :
a.
Bersifat Iritasi
gas HCl, HF, nitrat dan nitrit, klorin,sulfur dioksida ( cermati baunya yg
nyegrak).
b.
Karbon monoksida
sangat mematikan, semua reaksi yang menghasilkan gas tersebut dihindari,
karena tidak berwarna, dan tidak be
rbau
c.
Hidrogen sianida berbau seperti almond
Hidrogen sulfida dikenali dari baunya Hidrogen selenida (H
2
Se) gas yg sangat
beracun.
Simbol Bahaya
Di lingkungan lab terdapat benda benda yang berbahaya berikut ini ada
beberapa simbul
bahaya yang ahrus dikenalai :
9
10
Daftar Pustaka
Bahan Ajar Pelatihan Manajemen Laboratorium, Deroktoral Jendral Pendidikan
Tinggi
, Proyek Peningkayan Manajemen Pendidikan tinggi, 2002
Mariati; 1998.
Bahan Kimia Berbahaya. Penataran pengelolaan Laboratorium
(Laboratorium Manajemen) Fakultas Kedokteran USU Medan.
Anonim ; 1997. Peralatan Keselamatan Kerja. Penataran Tenaga Laboratorium
Dalam Lingkungan Fakultas Pertanian USU medan
staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/sunarto-drs-msi/keselamatan-
kerja-di-laboratorium.pdf
Home

2008

October

Budaya K3 dalam Praktikum Kimia

Budaya K3 dalam Praktikum Kimia

labkd October 8, 2008 3

Praktikum Kimia merupakan praktikum yang dilaksanakan di laboratorium kimia dengan


aktivitas yang sebagian besar melibatkan bahan kimia. Bahan kimia terdiri dari berbagai
ragam dengan karakter yang sangat bervariasi dan bahkan beberapa di antaranya banyak yang
memiliki risiko bahaya. Untuk menghindari bahaya bahan kimia hendaknya para mahasiswa
dapat memahami dan mengimplementasikan budaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
di laboratorium kimia.

Keterampilan bekerja di laboratorium dapat diperoleh mahasiswa melalui kegiatan


praktikum. Semakin sering dan serius mahasiswa bekerja di laboratorium maka mereka akan
semakin terampil. Keterampilan ini sangat diperlukan untuk mendukung kelancaran
penelitian tugas akhir atau bahkan sebagai penunjang kelancaran tugas apabila sudah terjun
ke dunia kerja suatu saat nanti. Mahasiswa, Laboratorium, dan praktikum seolah menjadi
suatu kesatuan yang tidak terpisahkan. Di sisi lain laboratorium merupakan tempat yang
sangat mengerikan. Karena di dalam laboratorium berisi berbagai alat dan bahan kimia yang
sangat potensial menimbulkan bahaya. Kemungkinan bahaya tersebut di antaranya adalah
akibat adanya bahan-bahan kimia yang bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker)
baik karena uapnya atau karena paparan bahan tertentu di kulit, bahaya kebakaran, bahaya
keracunan, serta pontensi bahaya lainnya. Di samping hal itu orang yang bekerja di
laboratorium (praktikan, laboran, dan lainnya) dihadapkan pada pekerjaan dengan resiko
yang besar, yang disebabkan karena dalam setiap percobaan digunakan:

1. Bahan kimia yang mempunyai sifat mudah meledak, mudah terbakar,


korosif, karsinogenik, dan beracun.

2. Alat-alat gelas yang mudah pecah dan dapat mengenai tubuh kita.

3. Alat-alat listrik seperti: kompor listrik, oven, lampu pemanas, lampu UV


dan lain sebagainya, yang menyebabkan terjadinya sengatan listrik.

4. Penangas air atau minyak yang bersuhu tinggi yang dapat terpercik.

Untuk menghindari kecelakaan kerja yang mungkin terjadi, mahasiswa hendaknya


menggunakan alat perlindungan diri sesuai ketentuan. Pada tabel berikut disajikan beberapa
contoh alat perlindungan diri. Untuk melaksanakan praktikum kimia, mahasiswa minimal
harus menggunakan jas laboratorium lengan panjang dan kacamata pelindung (gogle).
Adanya potensi bahaya ini tidak harus ditakuti secara berlebihan dengan selalu menghindari
kegiatan praktikum atau bersifat pasif di dalam setiap acara praktikum. Namun kita harus
bertindak lebih aktif dan mencari tahu setiap potensi bahaya yang dapat timbul di dalam
laboratorium agar kita selalu waspada dan berhati-hati dalam setiap tindakan agar selalu
terhindar dari setiap bahaya yang dapat terjadi kapan saja.

Hal-hal yang seharusnya kita lakukan pada saat bekerja di laboratorium antara lain adalah:

1. Tahap persiapan

Mengetahui secara pasti (tepat dan akurat) apa yang akan dikerjakan
pada acara praktikum, dengan mambaca petunjuk praktikum, mengetahui
tujuan dan cara kerja serta bagaimana data percobaan akan diperoleh,
mengetahui hal-hal atau tindakan yang harus dihindarkan, misalnya
menjauhkan bahan yang mudah terbakar dengan sumber api, membuang
sampah dan limbah praktikum pada tempat yang telah ditentukan dan
sebagainya.

Mengetahui sifat-sifat bahan yang akan digunakan apakah bersifat mudah


terbakar, bersifat racun, karsinogenik atau membahayakan dan
sebagainya, sehingga dapat terhindar dari potensi bahaya yang dapat
ditimbulkan dari bahan kimia yang digunakan.

Mengetahui alat dan bagaimana merangkai alat serta cara kerja alat yang
akan digunakan.

Mempersiapkan peralatan pelindung tubuh seperti, jas laboratorium


berwarna putih lengan panjang, kacamata gogle, sarung tangan karet,
sepatu, masker, dan sebagainya sesuai kebutuhan praktikum.

2. Tahap pelaksanaan

Mengenakan peralatan pelindung tubuh dengan baik.

Mengambil dan memeriksa peralatan dan bahan yang akan digunakan.

Merangkai alat yang digunakan dengan tepat, dan mengambil bahan


kimia secukupnya. Penggunaan bahan kimia JANGAN SAMPAI BERLEBIHAN
karena dapat menyebabkan pencemaran lingkungan.

Membuang sisa percobaan pada tempatnya sesuai dengan sifat sisa


bahan yang digunakan.

Bekerja dengan tertib, tenang dan tekun, catat data-data yang diperlukan.

3. Tahap pasca pelaksanaan

Kembalikan peralatan dan bahan yang digunakan sesuai posisi semula.


Hindarkan bahaya yang mungkin terjadi dengan mematikan peralatan
listrik, kran air, menutup tempat bahan kimia dengan rapat (dengan
tutupnya semula).

Bersihkan tempat atau meja dimana kalian bekerja.

Keluarlah dari laboratorium dengan tertib.

Kenyataan yang terjadi hingga saat ini, bekerja di laboratorium tidak pernah memperhatikan
resiko yang terjadi di laboratorium. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan resiko
atau bahaya bekerja di laboratorium atau kurangnya kesadaran terhadap kesehatan dan
keselamatan kerja di laboratorium.

http://labkd.blog.ugm.ac.id/2008/10/08/hello-world/comment-page-1/

BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Laboratorium adalah suatu tempat dimana mahasiswa atau Praktikan, dosen, dan peneliti
melakukan percobaan. Bekerja di laboratorium kimia tak akan lepas dari berbagai
kemungkinan terjadinya bahaya dari berbagai jenis bahan kimia baik yang bersifat sangat
berbahaya maupun yang bersifat berbahaya. Selain itu, peralatan yang ada di dalam
Laboratorium juga dapat mengakibatkan bahaya yang tak jarang berisiko tinggi bagi
Praktikan yang sedang melakukan praktikum jika tidak mengetahui cara dan prosedur
penggunaan alat yang akan digunakan .
Oleh karena itu, diperlukan pemahaman dan kesadaran terhadap keselamatan dan bahaya
kerja dilaboratorium.Telah banyak terjadi kecelakaan ataupun menderita luka baik yang
bersifat luka permanen, luka ringan, maupun gangguan kesehatan dalam yang dapat
menyebabkan penyakit kronis maupun akut, serta kerusakan terhadap fasilitas fasilitas dan
peralatan penunjang Praktikum yang sangat mahal harganya. Semua kejadian ataupun
kecelakaan kerja di laboratorium sebenarnya dapat dihindari dan diantisipasi jika para
Praktikan mengetahui dan selalu mengikuti prosedur kerja yang aman di laboratorium.
Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada
khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat
makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan
dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,
sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Keamanan laboratorium merupakan hal yang penting, sebagai upaya keselamatan dalam
melaksanakan pemeriksaan/praktikum di laboratorium, dengan tujuan melindungi
pekerja/praktikan dan orang disekitarnya dari resiko terkena gangguan kesehatan yang
ditimbulkan laboratorium.
B. Rumusan masalah
1. Pengertian dan tujuan Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) dalam lab bakteriologi
2. Cara mencuci tangan yang baik dan benar
3. Penanganan limbah bakteriologis
4. Prosedur bekerja yang aman di laboratorium

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan tujuan dari Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) dalam
laboratorium bakteriologi
2. Untuk mengetahui bagaimana mencuci tangan yang baik dan benar
3. Untuk mengetahui penanganan limbah bakteriologis
4. Untuk mengetahui bagaimana prosedur bekerja yang aman di laboratorium
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)


1. Pengertian dari Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
Menurut keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Kep. 463/MEN/1993
Adalah upaya perlindungan untuk tenaga kerja dan orang lainnya di tempat kerja agar selalu
dalam keadaan selamat dan sehat, serta agar setiap sumber produksi dapat digunakan secara
aman dan efisien.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan perlindungan tenaga kerja dari segala
aspek yang berpotensi membahayakan dan sumber yang berpotensi menimbulkan penyakit
akibat dari jenis pekerjaan tersebut, pencegahan kecelakaan dan penserasian peralatan kerja,
dan karakteristik pekerja serta orang yang berada di sekelilingnya.
Tujuannya agar tenaga kerja mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan
yang tinggi sehingga menciptakan kesenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang tinggi.
Tidak ada sesuatu di tempat kerja yang terjadi secara kebetulan tetapi karena ada alasan-
alasan yang jelas dan dapat diperkirakan sebelumnya. Pengawasan terhadap alat maupun
terhadap pekerja harus dilakukan secara teratur dan berkesinambungan.
2. Tujuan dari Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
Tujuan K3 Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Kep. 463/MEN/1993
:mewujudkan masyarakat dan lingkungan kerja yang aman, sehat dan sejahtera, sehingga
akan tercapai suasana lingkungan kerja yang aman, sehat, dan nyaman dengan keadaan
tenaga kerja yang sehat fisik, mental, sosial, dan bebas kecelakaan.
Tujuan kesehatan kerja adalah:
a. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja di semua lapangan
pekerjaan ketingkat yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental maupun kesehatan sosial.
b. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh
tindakan/kondisi lingkungan kerjanya.
c. Memberikan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaanya dari kemungkinan bahaya yang
disebabkan olek faktor-faktor yang membahayakan kesehatan.
d. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang sesuai dengan
kemampuan fisik dan psikis pekerjanya
Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Beberapa pendapat para ahli tentang tujuan
dari keselamatan dan kesehatan kerja antara lain :
Menurut Gary J. Dessler (1993), untuk sedapat mungkin memberikan jaminan kondisi
kerja yang aman dan sehat kepada setiap pekerja dan untuk melindungi sumber daya
manusia.
Menurut Sumamur (1992), tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah :
a. Melindungi tenaga kerja atas hak dan keselamatannya dalam melakukan pekerjaannya untuk
kesejahteraan hidup dan meningkatkan kinerja.
b. Menjamin keselamatan orang lain yang berada di tempat kerja.
c. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
Menurut pendapat Sumamur (1992), menyebutkan bahwa dalam aneka pendekatan
keselamatan dan kesehatan kerja antara lain akan diuraikan pentingnya perencanaan yang
tepat, pakaian kerja yang tepat, penggunaan alatalat perlindungan diri, pengaturan warna,
tanda-tanda petunjuk, label-label, pengaturan pertukaran udara dan suhu serta usaha-usaha
terhadap kebisingan.
Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Kep. 463/MEN/1993, tujuan dari
keselamatan dan kesehatan kerja adalah mewujudkan masyarakat dan lingkungan kerja yang
aman, sehat dan sejahtera, sehingga akan tercapai ; suasana lingkungan kerja yang aman,
sehat, dan nyaman dengan keadaan tenaga kerja yang sehat fisik, mental, sosial, dan bebas
kecelakaan.
B. Peralatan yang Harus Ada di Laboratorium Bakteriologi
1. Ventilasi
2. Wastafel
3. Meja kerja
4. Emergency Alarm
5. Alat pemadam kebakaran
6. 2 pintu ( masuk/keluar dan darurat )
7. Terdapat toilet yang memadai
8. Dinding dan lantai mudah dibersihkan
Bentuk lab umumnya persegi panjang tanpa sudut,hal ini untuk mencegah terjadinya
penumpukan debu atau partikel pengganggu lainnya yg dapat mengurangi tingkat kebersihan.

C. Peralatan kerja keamanan laboratorium


1. Jas laboratorium
2. Masker
3. Autoclave
4. Sarung tangan (safety glove disposible)
5. Inkubator
6. Sepatu laboratorium
Ketentuan jas laboratorium:
1. Nyaman dipakai
2. Bahan kain yang cukup tebal
3. Berwarna Terang/putih
4. Berkancing(Non Resleting)
5. Panjang jas sampai Lutut dan dengan Lengan sampai pergelangan tangan
6. Ukurannya Tidak terlalu Kecil ataupun terlalu besar
Jenis sepatu di dalam laboratorium bakteriologi:
1. Sepatu Latex/Karet
Tahan bahan kimia dan memberikan daya tarik extra pada permukaan licin.
2. Sepatu Buthyl
Melindungi kaki terhadap ketone, aldehyde, alcohol, asam, garam, dan basa.
3. Sepatu Vinyl
Tahan terhadap pelarut, asam, basa, garam, air, pelumas dan darah.
4. Sepatu Nitrile
Tahan terhadap lemak hewan, oli, dan bahan kimia.

D. Rambu Prasyarat/ Wajib Dilaksanakan dalam Lab Bakteriologi


Rambu peringatan

E. Cara Mencuci Tangan yang Baik dan Benar


Mencuci tangan adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan
jari jemari dengan menggunakan air ataupun cairan lainnya oleh manusia dengan tujuan
untuk menjadi bersih, sebagai bagian dari ritual keagamaan, ataupun tujuan-tujuan lainnya.
Perilaku mencuci tangan berbeda dengan perilaku cuci tangan yang merujuk pada kata
kiasan.
Dalam keseharian, kita tidak terlepas dari kegiatan cuci tangan, tapi seberapa
yakinkah bahwa tangan anda bebas dan nantinya tidak akan terinfeksi oleh kuman? karena
memang, terkadang kita jatuh sakit sementara sang dokter mengatakan infeksi bisa dari mana
saja termasuk dari kebiasaan cuci tangan yang kurang tepat.
Ribuan bahkan jutaan kuman yang tidak kasat mata ada disekitar kita. Sadar atau
tidak sadar, mau atau tidak mau, kita akan melakukan kontak atau bahkan impossible untuk
terhindar sama sekali (steril).
Karena itulah, kapan saja di saat kondisi badan lemah terutama anak-anak, sistem
pertahan tubuh (immunitas) tidak mampu melawan keganasan (patogenitas) kuman-kuman
yang masuk ke dalam tubuh tanpa kita sadari, baik melalui makanan dan minuman, setelah
bekerja, bermain ataupun keluar dari kamar kecil. Yang pada akhirnya kita akan jatuh sakit.
Berikut adalah standar cuci tangan :
7. Basahi tangan setinggi pertengahan lengan bawah dengan air mengalir
8. Gunakan sabun di bagian telapak tangan yang telah basah
9. Digosok telapak tangan ke telapak tangan, sehingga menghasikan busa secukupnya selama
15-20 detik
10. Bilas kembali dengan air bersih
11. Tutup kran dengan siku atau tissu
12. Keringkan tangan dengan tissu / handuk kertas
13. Hindarkan menyentuh benda disekitarnya setelah mencuci tangan.
F. Penanganan Limbah Bakteriologis
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun
domestik, yang lebih dikenal dengan sampah, yang kehadirannya pada suatu saatdan tempat
tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis.Ditinjau secara
kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia senyawa organik dananorganik. dengan
konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadirannya berdampak negatifterhadap lingkungan.
Limbah laboratorium adalah limbah yang berasal dari kegiatan laboratorium. Limbah ini
memiliki sifat khas yang berbeda dengan limbah yang berasal dari kegiatan industri
karenabiasanya memiliki keragaman jenis limbah yang sangat tinggi walaupun dari setiap
macambahan yang dibuang tersebut jumlahnya tidak banyak. Artinya limbah laboratorium
kimiameskipun volumenya masih relatif kecil dibandingkan dengan limbah industri,
namunjustru mengandung jenis B3 yang sangat bervariasi dengan konsentrasi yang relatif
tinggi.Oleh karena itu, limbah ini harus dikelola secara benar agar tidak
menimbulkanpencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan masyarakat. Limbah
laboratorium dapat berasal dari berbagai sumber, yaitu:
1. Bahan baku yang sudah kadaluwarsa,
2. Bahan habis pakai, misalnya medium perbenihan yang tidak terpakai,
3. Produk proses di dalam laboratorium, misalnya sisa spesimen,
4. Produk upaya penanganan limbah, misalnya jarum suntik sekali pakai setelah di autoklaf
Penggolongan limbah:
1. Berdasarkan fasanya, limbah laboratorium digolongkan menjadi:
a. limbah padat
b. limbah cair
c. limbah gas
2. Berdasarkan Klasifikasinya
a. Pelarut organik bebas halogen dan senyawa organik dalam larutan
b. Pelarut organik mengandung halogen dan senyawa organik dalam larutan
c. Residu padatan bahan kimia laboratorium organik
d. Garam dalam larutan: lakukan penyesuaian kandungan kemasan pada pH 6 -8
e. Residu bahan anorganik beracun dan garam logam berat danlarutannya
f. Senyawa beracun mudah terbakar
g. Residu air raksa dan garam anorganik raksa
h. Residu garam logam; tiap logam harus dikumpulkan secara terpisah
i. Padatan anorganik
j. Kumpulan terpisah limbah kaca, logam dan plastik
3. Berdasarkan Sifatnya, Limbah Laboratorium Digolongkan Menjadi:
i. limbah B3(Berbahaya dan Beracun)
ii. limbah bakteriologis/infeksius
iii. limbah radioaktif
iv. limbah umum
Penanggulangan Limbah Laboratorium
Tujuan penanganan limbah adalah untuk mengurangi resiko pemaparan limbah
terhadapkuman yang menimbulkan penyakit (patogen) yang mungkin berada dalam
limbahetrsebut. Penanganan limbah antara lain ditentukan oleh sifat limbah, yaitu:
a. Limbah B3 (Berbahaya dan Beracun), dengan cara:
1) Netralisasi
Limbah yang bersifat asam dinetralkan dengan basa seperti kapur tohor, CaO atau
Ca(OH)2 Sebaliknya, limbah yang bersifat basa dinetralkan dengan asam seperti H2SO4 atau
HCI.Parameter netralisasi adalah pH dan sebagai indikator dapat digunakan Phenol
Phtalein(PP.). Zat ini akan berubah pada pH 6-8 sehingga cukup aman digunakan jika pH
limbahberkisar antara 6,5-8,5.
2) Pengendapan/Sedimentasi, Koagulasi, dan Flokulasi
Kontaminan logam berat dalam ciaran diendapkan dengan tawas/FeC13,
Ca(OH)2/CaOkarena dapat mengikat As, Zn, Ni. Mn dan Hg.
3) Reduksi-Oksidasi
Terhadap zat organik toksik dalam limbah dapat dilakukan reaksi reduksi
oksidasi(redoks) sehingga terbentuk zat yang kurang/tidak toksik.
4) Penukaran Ion
Ion logam berat nikel, Ni dapat diserap oleh kation, sedangkan anion beracun dapat
diserapoleh resin anion.
b. Limbah Bakteriologis/Infeksius, dengan cara:
1) Metode Desinfeksi: penanganan limbah (terutama cair) dengan cara penambahan bahan-
bahan kimia yang dapat mematikan atau membuat kuman-kuman penyakit menjadi
tidakaktif.
2) Metode Pengenceran (Dilution): mengencerkan air limbah sampai mencapai konsentrasiyang
cukup rendah, kemudian baru dibuang ke badan-badan air. Kerugiannya ialah
bahankontaminasi terhadap badan-badan air masih tetap ada, pengendapan yang terjadi
dapatmenimbulkan pendangkalan terhadap badan-badan air seperti selokan, sungai
dansebagainya sehingga dapat menimbulkan banjir.
3) Metode Ditanam (Landfill): menimbun limbah dalam tanah.
4) Metode Insinerasi (Pembakaran): memusnahkan limbah dengan cara memasukkan kedalam
insinerator. Dalam insinerator senyawa kimia karbon yang ada dibebaskan keatmosfir sebagai
CO2 dan H2O.
c. Limbah Radioaktif
Masalah penanganan limbah radioaktif dapat diperkecil dengan memakai radioaktif
sekecilmungkin, menciptakan disiplin kerja yang ketat dan menggunakan alat yang mudah
didekontaminasi. Penanganan limbah radioaktif dibedakan berdasarkan:
1) Bentuk : cair, padat dan gas, tinggi-rendahnya tingkat radiasi sinar gamma (), Tinggi-
rendahnya aktifitas, Panjang-pendeknya waktu paruh.
2) Sifat : dapat dibakar atau tidak.

Ada 2 sistem penanganan limbah radioaktif :


a. Dilaksanakan oleh pemakai secara perorangan dengan memakai proses peluruhan,peguburan
dan pembuangan.
b. Dilaksanakan secara kolektif oleh instansi pengolahan limbah radioaktif, seperti
BadanTanaga Atom Nasional (BATAN).
d. limbah umum
Limbah umum non infeksius setelah dikumpulkan dalam wadah kantong plastik diikat
kuatdan dibakar di insinerator.

G. Prosedur Bekerja yang Aman di Laboratorium


Laboratorium merupakan suatu tempat untuk melakukan percobaan dan penelitian,
yang dilakukan oleh mahasiswa, pelajar, dosen, peneliti dan lainnya. Percobaan ini dilakukan
menggunakan berbagai alat dan bahan khusus yang bisa saja menyebabkan terjadinya
kecelakaan, jika dilakukan dengan cara yang salah atau tidak tepat. Kecelakaan juga dapat
terjadi akibat kelalaian atau kecerobohan dalam bekerja, sehingga dapat membuat cedera
pada pelaku dan bahkan pada orang disekitarnya, karena itu keselamatan kerja di
laboratorium menjadi dambaan bagi pelaku dilaboratorium, maka bekerjalah dengan baik dan
benar.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan pada waktu melakukan praktikum di
laboratorium bakteriologi, yaitu:
a. Melindungi petugas/ Praktikan
1) Hindari penyebaran percikan bahan infeksi dari spesimen (mis : saat penanaman
/pembakaran dengan sengkelit
2) Tempatkan spesimen pada wadah yang tahan bocor
3) Dekontaminasi permukaan meja dengan dekontaminan yang sesuai
4) Cuci tangan pada saat yang tepat dengan sabun/desinfektan, jangan menyentuh mulut,
hidung dan mata saat bekerja
5) Jangan makan/minum/merokok saat bekerja
6) Gunakan jas praktikum saat bekerja
7) Hindari luka/tertusuk pada saat bekerja (lakukan segala sesuatu dengan hati-hati)
b. Melakukan sterilisasi yang cukup sebelum mencuci alat/membuang sisa specimen
c. Menyediakan tempat tersendiri untuk peralatan yang digunakan dan telah terkontaminasi
dengan bakteri
d. Menyediakan tempat untuk sampah terkontaminasi dan tidak terkontaminasi
e. Gunakan sarung tangan dengan tepat
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan perlindungan tenaga kerja dari segala
aspek yang berpotensi membahayakan dan sumber yang berpotensi menimbulkan penyakit
akibat dari jenis pekerjaan tersebut, pencegahan kecelakaan dan penserasian peralatan kerja,
dan karakteristik pekerja serta orang yang berada di sekelilingnya. Tujuannya agar tenaga
kerja mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi sehingga
menciptakan kesenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang tinggi.
Mencuci tangan adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari
jemari dengan menggunakan air ataupun cairan lainnya oleh manusia dengan tujuan untuk
menjadi bersih, sebagai bagian dari ritual keagamaan, ataupun tujuan-tujuan lainnya. Perilaku
mencuci tangan berbeda dengan perilaku cuci tangan yang merujuk pada kata kiasan.
Penanganan limbah bakteriologis/infeksius, dengan cara:
a. Metode Desinfeksi
b. Metode Pengenceran (Dilution)
c. Metode Ditanam (Landfill)
d. Metode Insinerasi (Pembakaran)
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan pada waktu melakukan praktikum di
laboratorium bakteriologi, yaitu:
a. Melindungi petugas/ Praktikan
b. Melakukan sterilisasi yang cukup sebelum mencuci alat/membuang sisa specimen.
c. Menyediakan tempat tersendiri untuk peralatan yang digunakan dan telah terkontaminasi
dengan bakteri.
d. Menyediakan tempat untuk sampah terkontaminasi dan tidak terkontaminasi.
e. Gunakan sarung tangan dengan tepat
http://coklatline.blogspot.co.id/2015/06/makalah-kesehatan-dan-
keselamatan-kerja.html

Microbiology Safety Rules

Ada beberapa hal tertentu yang mesti kita perhatikan (dalam bekerja di sebuah
laboratorium) yang dapat menyebabkan resiko bahaya, bahaya pada lab kimia
akan berbeda dengan lab mikrobiologi bahkan boleh jadi resiko bahaya di lab
mikrobiologi lebih besar dari resiko bahaya di lab kimia. analis yang bekerja
didalam labmikrobiologi mungkin bisa terinfeksi atau terkontaminasi oleh kultur
bakteri saat isolasi, selain itu ada juga bahaya tambahan dari reagen kimia yang
digunakan. ada beberapa kasus yang telah terdokumentasikan(tercatat) bahwa
ada tenaga laboratorium yang tertular penyakit (terkontaminasi) akibat
pekerjaan mereka. Sekitar 20% dari kasus tersebut telah dikaitkan dengan
insiden lain, tapi selebihnya dikaitkan dengan kesalahan keamanan saat bekerja
praktek di laboratorium mikrobiologi. Ada kemungkinan bahwa kita (analis) bisa
terkontaminasi mikroba yang berpotensi membahayakan ketika kita (analis)
mengisolasi bakteri dari sampel lingkungan. jadi kita harus berasumsi
(beranggapan) bahwa sample yang diambil dari lingkungan berpotensi
berbahaya karena mengandung bakteri pathogen.

Sebuah laboratorium mikrobiologi adalah lingkungan yang unik yang


memerlukan praktik khusus dan fasilitas keamanan (safety) yang baik untuk
melindungi orang-orang yang bekerja dengan mikroorganisme. Keselamatan di
laboratorium adalah perhatian utama. Tiga unsur utama keamanan (safety)
terhadap kontaminasi mikroorganisme (1) teknik praktikum laboratorium yang
baik dan benar, (2) peralatan keselamatan, dan (3) desain fasilitas.

Aturan Keamanan (safety rules) saat praktikum di Laboratorium


mikrobiologi

1. Cuci tangan dengan sabun disinfektan ketika masuk ke laboratorium dan


lakukan lagi sebelum meninggalkan laboratorium.
2. Tidak diperkenankan makanan, minum, permen karet, maupun merokok di
laboratorium. Jangan menaruh apapun di mulut anda seperti pensil, pena, label,
atau jari. Tidak menyimpan makanan di daerah mana mikroorganisme disimpan.
3. Menggunakan jas lab atau kemeja lengan panjang yang kancingnya tertutup.
Pakainan tersebut (jas Lab) harus menutupi lengan dan dapat dilepas tanpa
menariknya keatas kepala.
4. Kenakan sepatu khusus (sandal jepit tidak diperbolehkan) di laboratorium,
sepatu tersebut tidak boleh digunakan untuk keluar laboratorium.
5. Jaga ruang kerja bebas dari semua bahan yang tidak perlu. Ransel, dompet,
dan mantel harus ditempatkan dalam rak-rak kecil atau loker diluar laboratorium.
6. Mendisinfeksi area kerja sebelum dan sesudah digunakan dengan etanol 70%
atau klorin 10%. Peralatan laboratorium dan permukaan kerja harus
didekontaminasi dengan disinfektan yang tepat secara rutin, dan terutama
setelah tumpahan, cipratan, maupun kontaminasi lainnya.
7. Berilabel segalanya dengan jelas.
8. Kencangkan tutup pada reagen, botol solusi, dan kultur bakteri. Jangan
membuka cawan Petri (yang berisi kultur) di dalam laboratorium kecuali benar-
benar diperlukan.
9. Inokulasi loop dan jarum (ose) harus disterilkan dalam api (pembakar) Bunsen
sebelum disimpan. 10. Matikan pembakar Bunsen bila tidak digunakan.
11. Jika menggunakan Bunsen dengan bahan bakar sepirtus atau alkohol,
pastikan tidak ada kertas dibawah atau didekatnya.
12. Perlakukan semua mikroorganisme sebagai patogen potensial. Gunakan
peralatan dan alat pelindung diri yang tepat dan tidak membawa kultur keluar
dari laboratorium.
13. Kenakan sarung tangan sekali pakai saat bekerja dengan mikroba yang
berpotensi menular atau mengkontaminasi (misalnya sampel limbah).
14. Seterilkan peralatan dan bahan yang akan digunakan.
15.

Jangan pipet melalui mulut. Gunakan bantuan bulub atau


pipettors volume disesuaikan. [Di masa lalu, beberapa personel laboratorium
diajarkan memipet dengan mulut. Praktek ini telah menyebabkan banyak
personil (analis) laboratorium terinfeksi. Dengan tersedianya perangkat pipetting
mekanik, memipet dengan mulut sangat dilarang.]

16. Pertimbangkan segalanya Biohazard. Tidak menuangkan sesuatu ke dalam


wastafel, seperti media kaldu / broth. kultur dalam media broth atau media agar
harus didesturksi/disterilkan terlebih dahulu menggunakan autoklaf sebelum
dibuang
17. Masukan semua materi sampah dalam kantong biohazard dan autoklaf
sebelum dibuang dalam tempat sampah biasa.
18. Mengetahui lokasi atau tempat peralatan keselamatan di laboratorium
(misalnya, shower pencuci mata , shower, wastafel, pemadam kebakaran,
kabinet keamanan biologis, pertolongan pertama, katup gas darurat, dll).
19. Buang pecahan kaca dalam wadah kaca yang pecah.

Cara menagani tumpahan kutur mikroba

1. Gunakan jas lab, sarung tangan dan masker sekali pakai, dan juga alat
pelindung diri yang sesuai.
2. Rendam handuk kertas atau tisu dengan cairan desinfektan yang sesuai
seperti etanol 70% atau chlorine 10%, setelah itu letakan atau taruh disekitar
tumpahan kemudaian biarkan/diamkan selama 10 menit (waktu kontak
desinfektan).
3.Bersihkan tumpahan dengancara mengelap dari bagian/sisi luar ke bagian/sisi
dalam. Pastikan untuk mendesinfeksi daerah dekat tumpahan.
4. Masukan semua handuk kertas atau tisu (yang tadi telah digunakan) dan juga
sarung tangan beserta masker kedalam kantung Biohazard dan autoklaf bahan-
bahan tersebut untuk disterilkan.
5. Lepas (ganti) jas Lab untuk didesinfeksi.

http://sulaiman-analis.blogspot.com/2013/09/bekerja-aman-di-
laboratorium.html

Anda mungkin juga menyukai