Disusun oleh:
Denaya Ayu Fadiah (2203639)
Peny Fauziah (2207236)
PENDIDIKAN KIMIA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2022.
MSDS (Material Safety Data Sheet)
1. MSDS Logam
Sifat-sifat Bahaya
1. Kesehatan :
Efek terhadap Kesehatan : Penghirupan debu alsium akan menyebabkan iritasi saluran
pernafasan. Sedang kontak dengan kulit dan mata dapat mengakibatkan luka bakar.
Efek kronis penghirupan debu adalah gangguan terhadap paru-paru.
Nilai Ambang batas : -
Toksisitas : -
2. Kebakaran : Bubuk bagian Ca apabila kontak dengan air atau uap air akan menyala
secara spontan pada suhu kamar. Debu Ca yang bercampur dengan udara juga bersifat
mudah terbakar.
3. Reaktivitas: Termasuk bahan yang stabil pada penyimpanan tertutup pada suhu kamar.
Tetapi bila kontak dengan udara membentuk lapisan oksida. Bereaksi hebat dengan air,
mengeluarkan He yang eksplosif. Juga bila kontak dengan halogen.
Sifat-Sifat Fisika
1. Wujud zat : Padat, kristal
2. Warna : Putih perak pada permukaan
3. Titik leleh: 850 oC
4. Titik didih : 1440 oC
5. Berat jenis: 1,54 (air=1)
6. Kelarutan : larut dalam air(eksplosif), larut dalam asam, dan amonia cair. Tidak larut
dalam benzena dan minyak tanah.
Keselamatan dan Penanganan
Penanganan dan Penyimpanan: Hindari terbentuknya debu. Hindari pula penghirupan debu
dan kontak dengan kulit dan mata. Pakailah alat pelindung diri. Jauhkan kalsium atau
hindari kontak dengan air, uap air dan oksidator. Simpan kalsium dalam minyak tanah atau
minyak netral lain (untuk menghindari kontak dengan air atau uap air) dan tidak dibawah
hidrokarbon terhalogenasi. Gudang bahan harus dingin, berventilasi, kering.
Tumpahan dan Kebocoran : Beritahu safety personnel, isolasi daerah tumpahan dan beri
ventilasi. Matikan sumber api atau nyala. Jangan menyentuh bahan dan jangan
pulamenuangkan air kepada bahan karena akan terbakar. Jauhkan air dari 1 bahan yang
tertumpah. Pakailah alat pelindung diri. Hati-hati masukkan bahan padat yang tertumpah
dalam wadah tertutup untuk nanti dibuang secara khusus.
Pemadaman Api : Bila bahan terbakar. Jangan padamkan dengan air, busa dan CCL 4. Api
kecil padamkan dengan bubuk kimia kering, kapur, soda dan pasir. Bila api besar, biarkan
terbakar di tempat yang aman.
Informasi Lingkungan
Bahan atau tumpahan tidak boleh dibuang ke dalam perairan selain toksisk juga bahaya
kebakaran, karena mengeluarkan gas H 2 dan panas.
Tumpahan dan Kebocoran : Beritahu safety personnel, isolasi daerah kebocoran atau
tumpahan, beri ventilasi dan larangan mask. Pakai alat pelindung diri. Jauhkan bahan
mudah terbakar. Gunakan air untuk menyemprot uap atau untuk pendingin. Sedikit
tumpahan dapat diserap dengan tanah atau pair (non- combustible). Tumpahan yang
banyak dapat dinetralkan dahulu dengan Ca(OH) 2 atau NaHCO3 sebelum dibuang secara
khusus.
Alat Pelindung Diri : Pernafasan : respirator penyerap asam. Pada 50-100 ppm pakai
Tertelan : bila sadar, beri 1-2 gelas air untuk pengenceran dan
Pemadaman Api : Api kecil dapat dipadamkan dengan bubuk kimia, CO 2, busa dan air.
Bila api sudah besar semprotan air, kabut dan busa. Personel pemadam api harus memakai
alat pelindung diri SCBA.
Informasi Lingkungan
Bersifat amat asam, jangan dibuang ke dalam perairan langsung. Penetralan dapat
diberikan dengan penambahan NaOH, CaO, atau CaCO3.
Informasi Lingkungan
Dalam pembuangan, hendaknya memproes ulang jika memungkinkan. Bahan ini telah
dipamerkan menyebabkan toksisitas moderat untuk organisme air.
4. MSDS Gas
Nama Data : Ozon
Rumus molekul : O3
Berat Molekul : 48,00 g/mol
Informasi bahan singkat : Ozon adalah gas yang tidak berwarna atau sedikit kebiruan.
Bentuk cairannya berwarna biru. Dipakai sebagai bahan disinfektan udara dan air, bahan
pemutih tekstil, inhibitor jamur dan bakteri. Amat beracun dan berbahaya, bila terhirup
dapat merusak paru-paru dan fatal. Banyak digunakan dalam pembuatan air minum dalam
botol, sebagai pembunuh bakteri (disinfektan).
Sifat-Sifat Bahaya
1. Kesehatan : Efek jangka pendek (akut) :
Gas dapat merusak paru-paru dan dapat menimbulkan kematian akibat pulmonary
edema atau terkumpulnya cairan dalam paru-paru. Cairan ozon dapat merusak selaput
atau mucous membran, kulit dan mata. Efek jangka panjang (kronis) : Menimbulkan
sensitivitas paru-paru terhadap alergi tau bronkhitis dan menambah kerawanan
terhadap infeksi. Menimbulkan gangguan syaraf seperti lelah, pusing, muntah.
Nilai Ambang Batas : 0,1 ppm (0,2 mg/m°*). STEL : 0,3 ppm (0,6 mg/m?)
Toksisitas : LC50 = 0,0094 mg/L (4jam, tikus)
IDLH = 10 ppm
2. Kebakaran : Ozon adalah oksidator yang kuat dapat membakar zat-zat organik. Dapat
meledak akibat panas, api atau benturan.
3. Reaktifitas : Bahan tidak stabil. Bereaksi hebat dengan reduktor seperti alkena,
senyawa aromatik, benzena, karet, dietileter dan sebagainya.
Sifat-Sifat Fisika
1. Wujud : Gas
2. Titik leleh: -192,7 0C
3. Titik didih : -111,9 0C
4. Tekanan uap : 54 ATM
5. Berat jenis gas : 1,7 (Udara = 1)
6. Kelarutan dalam air : 49 mL/100 mL
Sifat-Sifat Bahaya
1. Kesehatan : Efek Jangka Pendek :amat iritan terhadap hidung, tenggorokan dan saluran
pernafasan atas 30 ppm menyebabkan batuk, dada sakit dan sukar bernafas Efek jangka
panjang: gangguan saluran pernafasan, inflamasi hidung dan korosi lapisan gigi. Dapat
mask ke dalam tubuh melalui pernafasan dan kulit.
2. Kebakaran : Bubuk kimia kering, CO2, Bilaapi besar gunakan kabut air, dan busa.
Sifat-Sifat Fisika
1. Wujud : Gas
2. Titik lebur : -101oC
3. Titik didih : -3,40
4. Kepadatan : (Pada STS) : 3,2 g/L
Keselamatan dan Pengamanan
Penanganan dan Penyimpanan : mengatasi gas klor dan bekerjalah dalam almari asam.
Membawa slider gas harus dengan troly dan jangan sampai jatuh. Penyimpanannya Simpan
dalam qudang yang than korosi dan berventilasi
Tumpahan dan Kebocoran : Bila terjadi tumpahan atau kebocoran, hanya ditangani oleh
ahlinya dengan memakai alat pelindung diri. Isolasi daerah kebocoran, jauhkan sumber api
beri ventilasi
Alat Pelindung Diri : Pernafasan : respirator penyerap gas atau respirator Idengan udara
tekan Mata atau muka : kacamata, goggle, pelindung muka. kulit: sarung tangan (neoprena,
PVC, Vitron)
Pemadaman api : Bubuk kimia kering, CO2, Bilaapi besar gunakan kabut air, dan busa.
Informasi Lingkungan
Jangan biarkan produk masuk ke saluran pembuangan.
KEPUTUSAN
NOMOR : KEP.187/MEN/1999
TENTANG
PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA
DI TEMPAT KERJA
Pasal 1
a. Bahan Kimia Berbahaya adalah bahan kimia dalam bentuk tunggal atau campuran yang
berdasarkan sifat kimia atau fisika dan atau toksikologi berbahaya terhadap tenaga kerja,
instalasi dan lingkungan.
b. Nilai Ambang Kuantitas yang selanjutnya disebut NAK adalah standar kuantitas bahan kimia
berbahaya untuk menetapkan potensi bahaya bahan kimia di tempat kerja.
c. Lethal Dose 50 (LD50) adalah dosis yang menyebabkan kematian pada 50% binatang
percobaan.
d. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di
luar hubungan kerja, guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat.
Pasal 2
Pasal 3
BAB II
(1) Lembar data keselamatan bahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf a meliputi
keterangan tentang identitas bahan dan perusahaan, Komposisi bahan, Identifikasi bahaya,
Tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K), Tindakan penanggulangan kebakaran,
Tindakan mengatasi kebocoran dan tumpahan dan lainya.
(2) Bentuk lembar data keselamatan bahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana
tercantum dalam lampiran I Keputusan Menteri ini.
Pasal 5
Label sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf a meliputi keterangan mengenai Nama
produk, Identifikasi bahaya, Tanda bahaya dan artinya, Uraian risiko dan penanggulangannya,
Tindakan pencegahan dan lainnya.
Pasal 6
Lembar Data Keselamatan Bahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 dan Label sebagaimana
dimaksud dalam pasal 5 diletakkan di tempat yang mudah diketahui oleh tenaga kerja dan
Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan.
BAB III
Pasal 7
(1) Pengusaha atau Pengurus wajib menyampaikan Daftar Nama, Sifat dan Kuantitas
Pasal 8
a. Bahaya besar;
b. Bahaya menengah;
Kategori potensi bahaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan Nama, Kriteria serta
Nilai Ambang Kuantitas (NAK) Bahan Kimia Berbahaya di tempat kerja.
Pasal 9
Kriteria bahan kimia berbahaya sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (3) terdiri dari:
a. Bahan beracun;
g. Bahan reaktif;
h. Bahan oksidator.
Pasal 10
Sifat kimia, fisika dan toksik, bahan kimia sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan
sebagai berikut :
a. Bahan beracun dalam hal pemajanan melalui Mulut : LD50 > 25 atau < 200 mg/kg berat
badan, atau Kulit : LD50 > 25 atau < 400 mg/kg berat badan, atau Pernafasan : LC50 > 0,5 mg/l
dan 2 mg/l;
b. Bahan sangat beracun dalam hal pemajanan melalui Mulut : LD50 ≤ 25 mg/kg berat badan,
atau Kulit : LD50 ≤ 25 mg/kg berat badan, atau Pernafasan : LC50 ≤ 0,5 mg/l.
Pasal 11
Sifat fisika dan kimia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebagai berikut:
a. Cairan mudah terbakar dalam hal titrik nyala > 21° C dan < 55° C pada tekanan 1 (satu)
atmosfir;
b. Cairan sangat mudah terbakar dalam hal titik nyala < 21° C dan titik didih > 20°C pada
tekanan 1 (satu) atmosfir;
c. Gas mudah terbakar dalam hal titik didih < 20° C pada tekanan 1 (satu) atmosfir.
Pasal 12
Bahan kimia ditetapkan termasuk kriteria reaktif sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf g
apabila bahan tersebut :
a. bereaksi dengan air, mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar.
b. bereaksi dengan asam, mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar atau beracun atau
korosif.
Pasal 13
Nilai Ambang Kuantitasnya (NAK) bahan kimia yang termasuk kriteria beracun atau sangat
beracun, sebagaimana dimaksud dalam pasal 10, dan mudah meledak atau reaktif sebagaimana
dimaksud dalam pasal 12 ayat (1) dan ayat (2), ditetapkan sebagaimana tercantum dalam
Lampiran III Keputusan Menteri ini.
Pasal 14
Nilai Ambang Kuantitas (NAK) bahan kimia selain yang dimaksud dalam pasal 13 ditetapkan
sesuai jumlah dalam bentuk ton.
pasal 15
Perusahaan atau industri yang mempergunakan bahan kimia berbahaya dengan kuantitas
melebihi Nilai Ambang Kuantitas (NAK) mempunyai potensi bahaya besar. sedangkan yang
lebih kecil mempunyai potensi menengah.
BAB IV
Pasal 16
(1) Perusahaan yang dikategorikan mempunyai potensi bahaya besar sebagaimana dimaksud
pada pasal 15 ayat.
a. Mempekerjakan petugas K3 Kimia dengan ketentuan apabila dipekerjakan dengan sistem kerja
nonshift sekurang-kurangnya 2 (dua) orang dan apabila dipekerjakan dengan sistem kerja shift
sekurang-kurangnya 5 (lima) orang.
(2) Pengujian faktor kimia dan instalasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e dan
f dilakukan oleh perusahaan jasa K3 atau instansi yang berwenang.
Pasal 17
dimaksud pada pasal 15 ayat (2) wajib melakakukan pemeriksaan dan pengujian tempat kerja.
Pasal 18
Hasil pengujian faktor kimia dan instalasi sebagaimana dimaksud pada pasal 16 ayat (2)
dan pasal 7 ayat (2) dipergunakan sebagai acuan dalam pengendalian bahan kimia berbahaya di
tempat kerja.
Pasal 19
(1) Dokumen pengendalian potensi bahaya besar sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat (1)
huruf c sekurang-kurangnya memuat Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko,
Kegiatan teknis, rancang bangun, konstruksi, pemilihan bahan kimia, serta pengoperasian dan
pemeliharaan instalasi, Kegiatan pembinaan tenaga kerja di tempat kerja, Rencana dan prosedur
penanggulangan keadaan darurat dan Prosedur kerja aman.
(2) Dokumen pengendalian potensi bahaya menengah sebagaimana dimaksud dalam pasal 17
ayat (1) huruf b.
Pasal 20
Dokumen pengendalian potensi bahaya besar dan potensi bahaya menegah disampaikan kepada
Kantor Departemen/Dinas Tenaga Kerja setempat
Pasal 21
Dinas Tenaga Kerja setempat selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja setelah menerima
dokumen pengendalian sebagaimana dimaksud dalam pasal 20 ayat (1) dan (2) melakukan
penelitian kebenaran isi dokumen tersebut.
BAB V
Pasal 22
a. Petugas K3 Kimia sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat (1) huruf a dan pasal 17 ayat
(1) huruf a mempunyai kewajiban : Melakukan identifikasi bahaya, Melaksanakan prosedur kerja
aman, dan mengembangkan pengetahuan K3.
b. Untuk dapat ditunjuk sebagai Petugas K3 Kimia ditetapkan Bekerja pada perusahaan yang
bersangkutan, Tidak dalam masa percobaan, Hubungan kerja tidak didasarkan pada Perjanjian.
Pasal 23
(1) Ahli K3 Kimia sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat (1) huruf b mempunyai
kewajiban Membantu mengawasi pelaksanaan peraturan, memberikan laporan, merhasiakan
keterangan dan melakukan identifikasi.
(2) Penunjukan Ahli K3 Kimia sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 24
Permohonan penunjukan Petugas K3 Kimia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
melampirkan :
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 25
Pasal 26
Dengan ditetapkannya Keputusan Menteri ini, maka Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep.
612/Men/1989 tentang Penyediaan Data Bahan Berbahaya Terhadap Keselamatan dan Kesehatan
Kerja dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 27
Identifikasi B3
b. pengoksidasi (oxidizing);
o. mutagenik (mutagenic).
(3) B3 sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tercantum dalam Lampiran Peraturan Pemerintah
ini.