Anda di halaman 1dari 5

CORROSIVE Bahan kimia bersifat korosif, dapat merusak jaringan hidup, menyebabkan iritasi pada kulit,

gatalgatal bahkan dapat menyebabkan kulit mengelupas. Asam Klorida (HCl), Asam Slfat (H2SO4),
Natrium Hidroksida (NaOH (>2%)). Bahan yang bersifat korosif, dapat merusak jaringan hidup, dapat
menyebabkan iritasi pada kulit, gatal-gatal dan dapat membuat kulit mengelupas. Hindari kontak
langsung dengan kulit dan hindari dari benda-benda yang bersifat logam.

Nama Bahan Kimia : Benzoid Acid Rumus molekul : C6H6O2 Berat molekul : 122,12 g/mol Phose/warna :
Putih Fase R R22 : Berbahaya jika tertelan Fase S S2 : Jauhkan dari anak-anak S24 : Jangan kena kulit

SUMBER: Subamia, I. D. P., Wahyuni, S. I. G. A. N., Widiasih, N. N., Analisis Resiko Bahan Kimia
Berbahaya di Laboratorium Kimia Organik, Jurnal Matematika,Sains, dan Pembelajarannya, 13(1): 50-65

Bahan ini reaktif terhadap zat lain sehingga dapat mengakibatkan kerusakan apabila berkontak dengan
jaringan hidup atau bahan lain. Bahan-bahan ini meliputi asam-asam, alkali-alkali dan bahan-bahan kuat
lainnya. Dilihat dari wujud/fasenya, bahan kimia korosif ada tiga macam, yaitu: a. Bahan korosif padatan,
misalnya: kaustik soda, NaOH; kalium hidroksida, KOH; kalsium hidroksida, Ca(OH)2. b. Bahan korosif
cairan, misalnya: asam sulfat, H2SO4; asam cuka, CH3COOH; asam klorida, HCl; asam nitrat, HNO3. c.
Bahan korosif gas,misalnya: ammonia, NH3; formaldehida, HCOH; asam klorida, HCl; asam asetat,
CH3COOH; belerang oksida, SO2/SO3; klorin, Cl2; ozon, O3.

Sumber : Utomo, S., Bahan Berbahaya Dan Beracun (B-3) Dan Keberadaannya Di Dalam Limbah, Jurnal
Penelitian, 1(1): 39-42.

Bahan korosif

 Ruang dingin dan berventilasi

 Wadah tertutup dan berlabel

 Terpisah dari zat beracun

 Tersedia alat pelindung diri seperti sarung tangan, masker, kaca mata dan lain-lain.

Bahan Beracun & Korosif  Pencampuran, pengadukan, pemanasan dan pemindahan dilakukan dalam
ruang khusus atau almari asam  Menggunakan alat pelindung seperti masker, sarung tangan &
respirator yang sesuai dengan bahan yang ditangani, pelindung badan/ jas lab dll. Alat ini harus terbuat
dari bahan yang tahan terhadap korosif dan mempunyai daya lindung terhadap bahan yang ditangani. 
Tidak diperkenankan merokok, minum dan makan didalam ruang kerja.  Ruang kerja mempunyai
sirkulasi dan ventilasi udara yang baik.

Sumber: Harjanto, N.T., Suliyanto, Sukesi, E. I., Manajemen Bahan Kimia Berbahaya Dan Beracun Sebagai
Upaya Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Serta Perlindungan Lingkungan, Jurnal Lingkungan, 1(8): 54-67.

Bahan kimia korosif jika bersentuhan dengan kulit dapat menimbulkan kerusakan berupa rangsangan
atau iritasi dan peradangan. Oleh karena itu bahan korosif biasa dikatakan pula sebagai bahan iritan.
Selain kulit, bagian tubuh yang lembab atau berlendir seperti mata dan saluran pernafasan merupakan
bagian yang rawan. Bahan korosif dapat dikelompokkan berdasarkan wujudnya, cair, padat, atau gas.
Bahan cair Dapat menimbulkan iritasi setempat sebagai akibat reaksi langsung dengan kulit, proses
pelarutan atau denaturasi protein pada kulit akibat gangguan keseimbangan membran dan tekanan
osmosis pada kulit. Pengaruhnya akan bergantung pada konsentrasi dan lamanya kontak dengan kulit.
Asam sulfat pekat dapat menimbulkan luka yang sulit untuk dipulihkan. Contoh bahan korosif yang
berwujud cair: o Asam mineral: asam nitrat, asam klorida, asam sulfat, asam fosfat, asam fluorida. o
Asam organik: asam formiat, asam asetat, asam monokloroasetat o Pelarut organik: petroleum,
hidrokarbon tetraklorinasi, karbon disulfida, terpentin Bahan padat Sifat korosif dan panas yang
ditimbulkan akibat proses pelarutan adalah prnyrbab iritasi yang sangat tergantung pada kelarutan zat
pada kulit yang lembab. Contoh zat korosif yang berwujud padat adalah: o Basa: NaOH, KOH, natrium
silikat, asam karbonat, CaO, CaC2,Ca(CN)2 o Asam: trikloroasetat5 o Lain-lain: fenol, natrium, kalsium,
fosfat, perak nitrat Bahan gas Bentuk gas paling berbahaya dibandingkan dengan bahan padat atau cair,
karena bahan gas akan menyerang saluran pernafasan yang ditentukan oleh kelarutan gas dalam
permukaan saluran yang lembab atau berlendir. Jenis iritan dapat digolongkan pada kecilnya kelarutan
yang juga menentukan daerah serangan pada alat pernafasan, sebagai berikut: o Kelarutan tinggi,
dengan daerah serangan pada bagian atas saluran pernafasan: amonia, HCl, HF, formaldehida, asam
asetat, sulfur klorida, tionil klorida, sulfuril klorida o Kelarutan sedang, efek pada saluran pernafasan
bagian atas dan lebih dalam (bronchin): belerang oksida, klorin, arsen triklorida, fosfor pentaklorida o
Lain-lain, efek iritasi oleh mekanisme bukan pelarutan: akrolein, dikloroetil sulfida, diklorometil eter,
dimetil sulfat, kloro pikrin Cara penanganan bahan kimia korosif Cara-cara penanganan bahan-bahan
kimia yang korosif atau iritan dapat dilakukan melalui: o Hindari kontak tubuh dengan menggunakan
pelindung diri seperti sarung tangan, kaca mata, pelindung muka, atau pelindung pernafasan atau
masker. o Usahakan pemanfaatan ventilasi seefektif mungkin untuk menjaga konsentrasi gas di dalam
ruangan agar tetap rendah. o Bila terkena bahan kimia tersebut, lakukan segera penyemprotan atau
pencucian dengan air sebanyak mungkin, bila perlu gunakan air sabun. Syarat penyimpanan bahan
korosif o Ruangan sebaiknya bersuhu rendah (dingin) dan berventilasi. o Wadah bahan tertutup dan
berlabel (etiket). o Dipisahkan dari bahan-bahan beracun.

IRITAN Bahan yang dapat menyebabkan iritasi, gatal-gatal dan dapat menyebabkan luka bakar pada
kulit. Hindari kontak langsung dengan kulit.

Natrium Hidroksida (NaOH), Heksanol (C6H5OH), Klorin (Cl2)

Bahan iritan adalah bahan yang karena reaksi kimia dapat menimbulkan kerusakan atau peradangan
atau sensitisasi bila kontak dengan permukaan tubuh uang lembab, seperti kulit, mata, dan saluran
pernapasan. Bahan iritan pada umumnya adalah bahan korosif.

Bahan iritan menurut bentuk dan zat .

a. Bahan iritan padat, contoh: NaOH, fenol


b. Bahan iritan cair, contoh: asam sulfat, asam format
c. Bahan iritan gas, contoh: ammonia, formaldehid.
Untuk gas:
a. Gas dengan kelarutan tinggi: ex asam klorida (HCl)
b. Gas dengan kelarutan sedang: ex Klor (Cl)
c. Gas dengan kelarutan kecil: ex Ozon (O3)

Sifat fisika dan kimia bahan iritan ( Asam Klorida )

Nama: asam klorida


Rumus molekul: HCl
Bentuk: cairan tak berwarna sampai dengan kuning pucat
Densitas: 1,8 g/cm3
Titik leleh: -27,32 ᵒC (247 K) larutan 38%
Titik didih: 110 ᵒC (383 K), larutan 20,2%; 48 ᵒC (321 K), larutan 38%.
Kelarutan dalam air: tercampur penuh
Keasaman: -8,0
Viskositas: 1,9 mPa.s pada 25 ᵒC, larutan 35%

Nama: asam Sulfat


Rumus molekul: H2SO4
Bemtuk: cairan
Warna: tak berwarna
Bau: tak berbau
Titik didih: 330 ᵒC (600 K)
Titik lebur: 10 ᵒC (283 K)
Densitas: 1,84 g/cm3
Kelarutan dalam air: larut dalam air dengan segala perbandingan
Tekanan uap: 1 mmHg (146 ᵒC)

Beberapa contoh bahan iritan dan potensi bahaya


a. NH3 (amoniak)
Sebyawa ini mempunyai bau yang khas.
Potensi bahaya:
Menghirup senyawa ini pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan pembengkakan saluran
pernafasan dan sesak nafas. Terkena ammonia pada konsentrasi 5% selama 30 menit dapat
menyebabkan kebutaan.

b. HCl (asam klorida)


Senyawa ini bersifat korosif dan beracun terutama dengan kepekatan yang tinggi.
Potensi bahaya;
Dapat menyebabkan luka bakar dan kulit melepuh. Gas/uapnya juga menyebabkan hal yang
sama.

c. Asam luorida (HF)


Gas/uap maupun larutannya sangat beracun.
Potensi bahaya:
Dapat menyebabkan iritasi kulit, mata, dan saluran pernapasan.

d. H2SO4 (asam sulfat)


Senyawa ini sangat korosif, higriskopis, bersifat membakar bahan organic dan dapat merusak
jaringan tubuh.
Potenis bahaya:
Jangan menghirup uap asam sulfat pekat karena dapat menyebabkan kerusakan paru-paru,
kontsk dengan kulit menyebabkan dermatitis, sedangkan kontak dengan mata dapat
menyebabkan kebutaan.

Cara penyimpanan:
1. Bahan ditempatkan pada ruangan dingin dan berventilasi
2. Bahan dimasukkan kedalam wadah tertutup
3. Bahan dipisahkan dari bahan beracun

CARA MENGHINDARI EFEK YANG DITIMBULKAN OLEH BAHAN IRITAN


1. Menghindarkan kontak dengan tubuh
2. Memakai proteksi seperti sarung tangan, kacamata pelindung, masker, dan penutup muka.
3. Memberi ventilasi yang cukup untuk menjaga agar konsentrasi gas dalam ruang kerja tetap
terjaga

1. IRITASI PERNAFASAN 1. Jika racun yang masuk dalam tubuh terhirup oleh saluran
pernafasan, gunakan masker khusus atau kalau terpaksa sama sekali tidak ada, tahanlah
nafas saat memberikan pertolongan di tempat beracun. 2. Bawalah korban ke tempat yang
berudara sesegera mungkin dan berikan pernafasan buatan secepatnya, apabila korban
mengalami kesulitan bernafas. 3. Lakukan hal tersebut berulang-ulang sampai petugas
kesehatan datang.
2. iRITASI KULIT 1. Jika racun masuk ke dalam tubuh melalui kulit, jika memungkinkan
tentukan lebih dulu jenis bahan kimia beracun yang masuk dan usahakan agar tidak
tersentuh, siramlah bagian tubuh korban yang terkena bahan racun dengan air bersih. 2.
Lepaskan pakaian yang dikenakan, berikut sepatu, perhiasan dan benda-benda lain yang
terkena racun. 3. Jangan mengoleskan minyak, mentega atau pasta natrium bikarbonat
pada kulit yang terkena racun, kecuali diperintahkan oleh petugas kesehatan yang hadir di
situ. IRITASI MATA 1. Jika racun yang masuk ke dalam tubuh melalui selaput lendir di mata,
segeralah melakukan pencucian pada kedua mata korban dengan air bersih dalam jumlah
banyak (dapat mengunakan air hangat-hangat kuku). 2. Buka kelopak mata atas dan bawah,
tarik bulu matanya supaya kelopak mata tidak menyentuh bola mata. Posisi ini
memungkinkan masuknya air bersih dan dapat mencuci seluruh permukaan bola mata dan
kelopaknya.

Anda mungkin juga menyukai