Anda di halaman 1dari 9

BAHAN KIMIA KOROSIF

1. PENGERTIAN BAHAN KIMIA KOROSIF

Gambar 1. Simbol bahan kimia korosif

Suatu zat dikatakan korosif apabila zat tersebut dapat merusak atau

menghancurkan zat lain secara kontak langsung melalui reaksi kimia. Bahan yang

bersifat korosif, dapat merusak jaringan hidup, dapat menyebabkan iritasi pada

kulit, gatal-gatal dan dapat membuat kulit mengelupas. Oleh karena itu bahan

korosif biasa dikatakan pula sebagai bahan iritan. Selain kulit, bagian tubuh yang

lembab atau berlendir seperti mata dan saluran pernafasan merupakan bagian yang

rawan. Bahan-bahan ini meliputi asam-asam, alkali-alkali dan bahan-bahan kuat

lainnya (Utomo, 2012).

2. JENIS-JENIS DAN CONTOH

Menurut (Utomo, 2012), dilihat dari wujud atau fasenya, bahan kimia korosif ada

tiga macam, yaitu:

a. Bahan korosif yang berwujud cair:

o Asam mineral: asam nitrat, asam klorida, asam sulfat, asam fosfat, asam

fluorida.

o Asam organik: asam formiat, asam asetat, asam monokloroasetat


o Pelarut organik: petroleum, hidrokarbon tetraklorinasi, karbon disulfida,

terpentin Bahan padat Sifat korosif dan panas yang ditimbulkan akibat

proses pelarutan adalah penyebab iritasi yang sangat tergantung pada

kelarutan zat pada kulit yang lembab.

b. Zat korosif yang berwujud padat adalah:

o Basa: NaOH, KOH, natrium silikat, asam karbonat, CaO,

CaC2,Ca(CN)2

o Asam: trikloroasetat

o Lain-lain: fenol, natrium, kalsium, fosfat, perak nitrat

c. Bahan gas Bentuk gas paling berbahaya dibandingkan dengan bahan padat

atau cair, karena bahan gas akan menyerang saluran pernafasan yang

ditentukan oleh kelarutan gas dalam permukaan saluran yang lembab atau

berlendir. Jenis iritan dapat digolongkan pada kecilnya kelarutan yang juga

menentukan daerah serangan pada alat pernafasan, sebagai berikut:

o Kelarutan tinggi, dengan daerah serangan pada bagian atas saluran

pernafasan: amonia, HCl, HF, formaldehida, asam asetat, sulfur klorida,

tionil klorida, sulfuril klorida

o Kelarutan sedang, efek pada saluran pernafasan bagian atas dan lebih

dalam (bronchin): belerang oksida, klorin, arsen triklorida, fosfor

pentaklorida

o Lain-lain, efek iritasi oleh mekanisme bukan pelarutan: akrolein,

dikloroetil sulfida, diklorometil eter, dimetil sulfat, kloro pikrin.

Beberapa contoh bahan korosif dan potensi bahaya:

a. HCl (asam klorida)


Senyawa ini bersifat korosif dan beracun terutama dengan kepekatan yang

tinggi.

Potensi bahaya;

Dapat menyebabkan luka bakar dan kulit melepuh. Gas/uapnya juga

menyebabkan hal yang sama.

b. Asam luorida (HF)

Gas/uap maupun larutannya sangat beracun.

Potensi bahaya:

Dapat menyebabkan iritasi kulit, mata, dan saluran pernapasan.

3. PENANGANAN DAN SYARAT PENYIMPANAN

Adapun menurut (Harjanto dkk., 2011) penanganan dan syarat

penyimpanan bahan kimia korosif adalah sebagai berikut:

a. Cara penanganan bahan kimia korosif

o Hindari kontak tubuh dengan menggunakan pelindung diri seperti sarung

tangan, kaca mata, pelindung muka, atau pelindung pernafasan atau

masker.

o Usahakan pemanfaatan ventilasi seefektif mungkin untuk menjaga

konsentrasi gas di dalam ruangan agar tetap rendah.

o Bila terkena bahan kimia tersebut, lakukan segera penyemprotan atau

pencucian dengan air sebanyak mungkin, bila perlu gunakan air sabun.

b. Syarat penyimpanan bahan korosif

o Ruangan sebaiknya bersuhu rendah (dingin) dan berventilasi.

o Wadah bahan tertutup dan berlabel (etiket).

o Dipisahkan dari bahan-bahan beracun.


4. RESIKO PENGELOLAAN DAN PENANGANAN BAHAYA

a. Resiko Pengelolaan dari Bahan Kimia Korosif

Contoh penanganan resiko dengan bahan asam anorganik HCl dan HF.

Bahan tertumpah ditutup dengan NaHCO3 atau campuran NaOH

dan Ca(OH)2 dengan perbandingan 1:1, campurkan dan jika perlu

tambahkan air agar membentuk slurry Selanjutnya slurry dibuang.

Pemusnahan bahan dilakukan dengan mencampurkan asam anorganik sisa

ke dalam sejumlah besar campuran NaOH dan Ca(OH)2 lalu buang

campuran tersebut ke dalam air yang mengalir (Subamia dkk., 2016).

b. Penanganan bahaya dari bahan kimia korosif

Adapun menurut (Subamia dkk., 2016) penanggulangan bahaya

dari bahan kimia korosif adalah sebagai berikut:

 Jika terhirup

Setelah terhirup: hirup udara segar kemudia menghubungi dokter.

 Jika kontak dengan kulit

Bila terjadi kontak kulit: Tanggalkan segera semua pakaian yang

terkontaminasi. Bilaslah kulit dengan air/ pancuran air. Segera

panggil dokter.

 Jika kontak dengan mata

Setelah kontak pada mata : bilaslah dengan air yang banyak.

Segera hubungi dokter mata. Lepaskan lensa kontak.


 Jika tertelan Setelah tertelan: beri air minum kepada korban (paling

banyak dua gelas), hidari muntah (resiko perforasi!). Segera

panggil dokter. Jangan mencoba menetralisir.

BAHAN KIMIA IRITAN

1. PENGERTIAN

Gambar 2. Simbol bahan kimia iritan

Bahan iritan adalah bahan yang karena reaksi kimia dapat menimbulkan

kerusakan atau peradangan atau sensitisasi bila kontak dengan permukaan tubuh

uang lembab, seperti kulit, mata, dan saluran pernapasan. Bahan iritan pada

umumnya adalah bahan korosif (Utomo, 2012).

2. JENIS-JENIS DAN CONTOH

Adapun menurut (Utomo, 2012) Bahan iritan terbagi menjadi 3 (tiga)

bagian, yakni:

a. Bahan iritan padat, contoh: NaOH, fenol

b. Bahan iritan cair, contoh: asam sulfat, asam format

c. Bahan iritan gas, contoh: ammonia, formaldehid.

Untuk gas:

a. Gas dengan kelarutan tinggi: ex asam klorida (HCl)

b. Gas dengan kelarutan sedang: ex Klor (Cl)

c. Gas dengan kelarutan kecil: ex Ozon (O3)


Beberapa contoh bahan iritan dan potensi bahaya:

a. NH3 (amoniak)

Sebyawa ini mempunyai bau yang khas.

Potensi bahaya:

Menghirup senyawa ini pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan

pembengkakan saluran pernafasan dan sesak nafas. Terkena ammonia

pada konsentrasi 5% selama 30 menit dapat menyebabkan kebutaan.

b. H2SO4 (asam sulfat)

Senyawa ini sangat korosif, higriskopis, bersifat membakar bahan organic

dan dapat merusak jaringan tubuh.

Potenis bahaya:

Jangan menghirup uap asam sulfat pekat karena dapat menyebabkan

kerusakan paru-paru, kontsk dengan kulit menyebabkan dermatitis,

sedangkan kontak dengan mata dapat menyebabkan kebutaan.

3. PENANGANAN DAN SYARAT PENYIMPANAN

Adapun menurut (Harjanto dkk., 2011) penanganan dan syarat

penyimpanan bahan kimia iritan adalah sebagai berikut:

a. Cara penanganan bahan kimia iritan

 Menghindarkan kontak dengan tubuh

 Memakai proteksi seperti sarung tangan, kacamata pelindung,

masker, dan penutup muka.

 Memberi ventilasi yang cukup untuk menjaga agar konsentrasi gas

dalam ruang kerja tetap terjaga


b. Syarat penyimpanan bahan kimia iritan

 Bahan ditempatkan pada ruangan dingin dan berventilasi

 Bahan dimasukkan kedalam wadah tertutup

 Bahan dipisahkan dari bahan beracun

4. RESIKO PENGELOLAAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA

a. Resiko Pengelolaan dari Bahan Kimia Iritan

Contoh penanganan resiko dengan bahan fenol

Bahan tertumpah diserap dengan kertas dan diuapkan dalam lemari

asam, lalu kertasnya dibakar. Jika bahannya berbentuk padat diletakkan di

atas kertas lalu dibakar di dalam lemari asam. Pemusnahan bahan

dilakukan dengan mencampurkan bahan cairan dengan pelarut yang lebih

mudah terbakar lalu dibakar dalam insenerator. Untuk bahan padat dibakar

bersama kertas dalam insenerator, atau dapat juga dilarutkan dalam pelarut

mudah terbakar dan dibakar dalam insenerator (Subamia dkk., 2016).

b. Penanggulangan Bahaya

Adapun menurut (Subamia dkk., 2016) penanggulangan bahaya dari bahan

kimia iritan adalah sebagai berikut:

 Iritasi pernafasan

1. Jika racun yang masuk dalam tubuh terhirup oleh saluran

pernafasan, gunakan masker khusus atau kalau terpaksa sama

sekali tidak ada, tahanlah nafas saat memberikan pertolongan di

tempat beracun.
2. Bawalah korban ke tempat yang berudara sesegera mungkin dan

berikan pernafasan buatan secepatnya, apabila korban mengalami

kesulitan bernafas.

3. Lakukan hal tersebut berulang-ulang sampai petugas kesehatan

datang.

 Iritasi kulit

1. Jika racun masuk ke dalam tubuh melalui kulit, jika

memungkinkan tentukan lebih dulu jenis bahan kimia beracun

yang masuk dan usahakan agar tidak tersentuh, siramlah bagian

tubuh korban yang terkena bahan racun dengan air bersih.

2. Lepaskan pakaian yang dikenakan, berikut sepatu, perhiasan

dan benda-benda lain yang terkena racun.

3. Jangan mengoleskan minyak, mentega atau pasta natrium

bikarbonat pada kulit yang terkena racun, kecuali diperintahkan

oleh petugas kesehatan yang hadir di situ.

 Iritasi mata

1. Jika racun yang masuk ke dalam tubuh melalui selaput lendir di

mata, segeralah melakukan pencucian pada kedua mata korban

dengan air bersih dalam jumlah banyak (dapat mengunakan air

hangat-hangat kuku).

2. Buka kelopak mata atas dan bawah, tarik bulu matanya supaya

kelopak mata tidak menyentuh bola mata. Posisi ini

memungkinkan masuknya air bersih dan dapat mencuci seluruh

permukaan bola mata dan kelopaknya.


Sumber:

Utomo, S., Bahan Berbahaya Dan Beracun (B-3) Dan Keberadaannya Di Dalam
Limbah, Jurnal Penelitian, 1(1): 39-42.

Subamia, I. D. P., Wahyuni, S. I. G. A. N., Widiasih, N. N., Analisis Resiko


Bahan Kimia Berbahaya di Laboratorium Kimia Organik, Jurnal
Matematika,Sains, dan Pembelajarannya, 13(1): 50-65

Harjanto, N.T., Suliyanto, Sukesi, E. I., Manajemen Bahan Kimia Berbahaya Dan
Beracun Sebagai Upaya Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Serta
Perlindungan Lingkungan, Jurnal Lingkungan, 1(8): 54-67.

Anda mungkin juga menyukai