KIMIA ORGANIK
Oleh:
Tim Praktikum Kimia Organik
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
KESELAMATAN KERJA
DI DALAM LABORATORIUM
2
1. Bahan Kimia Beracun (Toxic Subtances), pada dasarnya semua bahan kimia
adalah beracun tetapi hal ini sangat bergantung pada jumlah zat tersebut yang
masuk ke dalam tubuh. Demikian halnya dengan obat, baru bermanfaat bagi
tubuh pada dosis tertentu dan akan menjadi berbahaya apabila diberikan pada
dosis berlebih. Contohnya: benzene, fenol,asam sianida, dioksan, gas klor, gas
SO2, gas CO, tetra klor, dll.
2. Bahan Kimia Korosif/Iritant (Corrosive Subtance), yakni bahan/zat yang dapat
menimbulkan kerusakan berupa rangsangan/iritasi dan peradangan pada kulit,
mata dan saluran pernapasan. Contohnya: hamper semua asam dan basa,
petroleum, karbondisulfida, gas klor, ozon dll.
3. Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable Subtance), adalah bahan yang
mudah terbakar dengan oksigen, tetapi bila suhu tidak cukup maka proses
kebakaran tidak terjadi. Demikian pula bila ada bahan dan panas, tetapi oksigen
tidak cukup maka kebakaran juga tidak terjadi. Masalahnya dalam
laaboratorium ada banyak oksigen dan tidak dapat ditiadakan sehingga harus
diupayakan bekerja dengan hati-hati untuk menghindarkan terjadinya
kebakaran. Contohnya; hidrida logam, eter, alcohol, benzene, aseton, gas
hydrogen, asetilen dll.
4. Bahan Kimia Mudah Meledak/Eksplosif (Explosive Subtances), bahan kimia
reaktif atau tidak stabil dapat bersifat mudah meledak atau eksplosif. Pada
umumnyapeledakan terjadi karena adanya reaksi kimia yang berlangsung
sangat cepat dengan menghasilkan panas dan gas dalam jumlah relative besar.
Faktor-faktor yang sering menyebabkan peledakan atau eksplosif antara lain:
suhu penyimpanan,benturan atau gesekan, kelembapan, listrik dll. Contohnya:
ammonium nitrat bila kena benzene, ammonium perklorat, nitrogliserin,
trinitrotoluene (TNT) dll.
5. Bahan Kimia Oksidator (Oxidising Agent), adalah bahan/zat kimia yang dapat
menghasilkan oksigen dalam reaksinya atau bahan yang dapat mengoksidasi
bila bersentuhan dengan zat lain. Contohnya: kalium permanganate, perklorat,
dikromat, periodat, persulfat, hydrogen peroksida, peroksida organic dll.
6. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Air (Water Reactive Subtance) adalah bahan
kimia yang mudah bereaksi dengan air menghasilkan panas atau gas yang
mudah terbakar. Contohnya: logam-logam natrium, kalium, kalsium, boron,
triklorida, dll.
Terpaparnya seseorang dengan bahan kimia yang berbahaya atau yang
sering disebut dengan keracunan merupakan kecelakaan yang sering terjadi dalam
laboratorium. Pada umumnya disebabkan oleh masuknya bahan kimia ke dlaam
3
tubuh melalui saluran pernapasan atau lewat kulit. Sedangkan masuknya bahan
kimia melalui mulut amat jarang terjadi.
4
Keracunan melalui mulut (Tertelan)
Keracunan melalui mulut atau tertelan jarang sekali terjadi, kecuali
kontaminasi makanan atau minuman dan kesalahan dalam pengambilan bahan/zat
kimia. Untuk mencegah terjadinya keracunan melalui mulut maka perlu dijaga
kebersihan ruang makan/minum di laboratorium dan hati-hati dalam penanganan
bahan/zat beracun.
Pertolongan pertama yang dilakukan apabila korban muntah-munttah
adalah memberi banyak minum dengan air hangta. Hal ini dimaksudkan agar
korban banyak muntah dan mengencerkan racun dalam perut. Bila korban tidak
muntah, maka perlu diberikan minum segelas larutan air garam (dua sendok teh
garam dapur dalam satu gelas air) agar yang bersangkutan bias muntah. Jika
korban masih belum bisa muntah, maka dimasukkan jari atau kertas ke dalam
tenggorokan agar bisa muntah. Hal ini dimaksudkan untuk mengambil bahan/zat
beracun secepat mungkin sebelum terserap oleh usus. Semua usaha untuk
memuntahkan korban tidak boleh dilakukan bila yang tertelan adalah pelarut
petroleum atau hidrokarbon terhalogenasi. Bila korban pingsan tidak sadarkan diri,
maka pemberian sesuatu melalui mulut tidak diperkenankan dan pengobatan
selanjutnya diberikan oleh dokter.
5
PERATURAN TATA TERTIB
1. Setiap peserta praktikum harus hadir tepat pada waktu yang telah ditentukan,
keterlambatan ≥10 menit dari waktu tersebut dapat mengakibatkan ditolaknya
peserta untuk menikuti praktikum pada hari yang bersangkutan.
2. Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan akibat dari bahan kimia
selama mengikuti praktikum, peserta diwajibkan mengenakan jas praktikum
berwarna putih yang bersih.
3. Setiap peserta praktimum bertanggung jawab pada ketertiban dan kebersihan
laboratorium.
4. Selama mengikuti praktikum, peserta praktikum wajib berlaku sopan, tidak
bercanda / senda gurau, tidak merokok / makan / minum dalam laboratorium,
dan tidak melakukan hal-hal yang dapat mengganggu kegiatan praktikum.
5. Setiap peserta ppraktikum harus memperhatikan tentang kemungkinan
kontaminasi reagensia yang digunakan. Oleh karena itu, pengembalian
reagensia ke dalam botol asal sedapat mungkin dihindari. Tutuplah segera
botol dan perhatikan agar tutup botol tidak tertukar dengan yang lain.
6. Setelah menyelesaikan suatu acara praktikum, setiap peserta harus
mengembalikan semua peralatan yang digunakan dalam keadaan bersih dan
kering. Kerusakan peralatan yang terjadi selama praktikum adalah tanggung
jawab perserta.
7. Apabila karena sesuatu hal tidak dapat mengikuti suatu acara praktikum,
peserta dapat mengajukan permohonan ijin kepada Koordinator Praktikum
untuk mengikuti praktikum pada kelompok lain. Ijin akan diberikan apabila
permohonan disertai dengan bukti yang relevan dan layak untuk
dipertimbangkan.
8. Hal-hal yang belum tertuang dalam peraturan dan tata tertib akan diatur lebih
lanjut.
6
Percobaan I
Pemakaian Software Kimia Komputasi
7
Gambar 1 : Gambaran proses molecular docking
(A) Gambaran tiga dimensi struktur ligan; (B) Struktur tiga dimensi reseptor; (C) Ligan
mendekati daerah ikatan dari reseptor, dan terjadi konformasi; (D) Ikatan konformasi
dan interaksi intermolekuler yang sesuai teridentifikasi. Ligan (warna pink), dan situs
aktif (warna biru) ditunjukkan telah melekat. Air ditunjukkan oleh daerah putih, dan
interaksi hidrogen ditunjukkan melalui garis putus-putus.
Proses menuju kecocokan antara ligand an reseptor, situs aktif atau situs tambat
menginduksi pengubahan konformasi ligan (Foloppe and Chen, 2009; Motiejunas and
Wade, 2006). Bersama dengan pengubahan konformasi tersebut, dibebaskan sejumlah
energi yang dinamakan energi Gibbs penambatan (∆Gbind) (Schneider and Baringhaus,
2008). Nilai energi bebas Gibbs yang kecil menunjukkan bahwa konformasi yang
terbentuk adalah stabil, sedangkan nilai energi bebas Gibbs yang besar menunjukkan
kurang stabilnya kompleks yang terbentuk. Semakin negatif nilai yang dihasilkan, maka
semakin baik afinitas kompleks ligan-protein, sehingga diharapkan aktivitasnya pun
semakin baik.
Jika terjadi kecocokan, maka konformasi dari ligan disebut konformasi bioaktif.
(Schneider and Baringhaus, 2008). Sedangkan rangkaian posisi gugus fungsional yang
penting dari ligan pada konformasi bioaktif disebut farmakofor (Alvarez and Shoichet,
2005) (lie).
8
Cara kerja :
A. Menggambar senyawa di Arguslab
1. Arguslab dibuka, ikon create new molecule diklik (warna hijau)
2. Untuk mulai menggambar, ikon builder tool kit diklik (warna merah). Sehingga
akan muncul tabel seperti gambar di bawah.
3. Untuk menambahkan atom / rings / asam amino, ikon add atoms diklik (warna
kuning), kemudian kursor diletakkan di bagian gambar kerja (layar hitam), pada
layar diklik kanan maka akan muncul atom yang sudah dipilih.
4. Untuk menghubungkan antar atom, ikon automatic bonds, kemudian atom yang
akan dihubungkan diklik.
5. Untuk mengganti geometri dan hibridisasi dari atom yang sudah digambar,
diklik kanan pada atom yang akan diganti, change atom.
9
\
6. Untuk mengubah jenis ikatan, diklik kanan pada ikatan yang akan diganti,
kemudian dipilih jenis ikatan yang sesuai.
10
10. Untuk mengukur sudut antara atom, dipilih tiga atom yang membentuk sudut
(atom diklik, dan tahan tombol Ctrl), kemudian klik ikon display the angle
between 3 atoms.
11
10. Grup ligan kembali dibuat, dengan cara 1140 S58 diklik kanan dan dipilih make
ligand from this residue. Maka sekarang akan muncul dua grup ligan dengan
nama 1 S58 dan 2 S58.
11. Nama grup diganti, grup 1 S58 diberi nama ligand x-ray dan 2 S58 diberi nama
ligand. Dengan cara pada grup yang dipilih diklik kanan, kemudian diklik
modify, dan nama diganti. Dipastikan group type tetap Ligand.
12. Untuk memudahkan membedakan dua ligan pada lembar kerja, dapat dilakukan
hal yang berbeda, dengan diubahnya salah satu grup (1 ligand x-ray) menjadi
rendering style. Pada nama grup diklik kanan, kemudian pilih Set Render Mode,
dan pilih Cylinder Med.
13. Binding site dibuat pada grup 1 S58, dengan cara grup 1 S58 diklik kanan,
dipilih Make a Bindingsite Group for this Group. Hal ini akan menghasilkan
binding site yang terdiri dari semua residu dengan jarak 3,5 Angstoms dari atom
tersebut.
14. Dilakukan docking dengan cara diklik manu calculation, dipilih dock a ligand
sehingga muncul tampilan seperti berikut.
15. Dipilih ligand pada kotak Ligand. Pada Binding Site dipilih ligand x-ray binding
site. Calculation Size diklik, sehingga docking box akan disesuaikan dan
ditampilkan pada layar. Pada docking engine hanya dipilih Argusdock. Pada
calculation type dipilih dock. Pada Ligand dipilih flexible.
16. Kemudian tombol Start diklik, dan akan dilakukan proses docking.
17. Hasil yang akan muncul menunjukkan angka delta Gibs, dimana semakin negatif
angkanya maka ikatan terjadi semakin kuat.
12
18. Pada Tree View diklik pada bagian calculation dan akan muncul beberapa pose
dengan angka delta Gibs. Dipilih pose 1, diklik kanan, kemudian display. Maka
akan muncul posisi ligan beserta dengan keterangan angka delta Gibs.
19. Dilakukan analisa RMSD dengan cara pada tree view pilih ligand dan ligand x-
ray (salah satu diklik, kemudian ditahan Ctrl dan diklik yang akan dipilih
berikutnya).
20. Pada folder groups diklik kanan, kemudian pilih calculation RMSD between two
similar groups. Kotak informasi akan menunjukkan angka RMSD (hasil yang
dapat diterima adalah <2,5)
13
Tempat mengerjakan:
Dalam membahas jangan cerita cara kerja lagi. Tapi membahas hasil yang
diperoleh dan alasannya atau penjelasan tentang hasil yang diperoleh.
14
PERCOBAAN II
Pentingnya Cincin β-laktam Terhadap Aktivitas Antibakteri Amoksisilin
Hidrolisis Cincin β-laktam Amoksisilin
15
Gambar 4. Mekanisme transpeptidase cross-linking pada bakteri tanpa adanya antibiotik (A) dan
mekanisme penghambatan cross linking dengan adanya antibiotik golongan β-laktam (Amoksisilin,
penisilin)
16
2. Analisis kualitatif senyawa hasil hidrolisis
a. Uji organoleptis (bentuk, warna, bau)
b. Uji jarak lebur
Senyawa hasil sintesis dihaluskan dan dimasukkan dalam pipa kapiler sampai
tanda. Pipa kapiler dimasukkan ke dalam melting point apparatus. Suhu saat
senyawa mulai melebur dan saat semua senyawa telah melebur semua dicatat.
3. Senyawa dikatakan murni jika jarak leburnya tidak lebih dari 2OC.
Rendemen =
Tempat mengerjakan:
Dalam membahas jangan cerita cara kerja lagi. Tapi membahas hasil yang
diperoleh dan alasannya atau penjelasan tentang hasil yang diperoleh. Mekanisme
reaksi harus dibuat dengan jelas!!
17
Tempat mengerjakan:
Dalam membahas jangan cerita cara kerja lagi. Tapi membahas hasil yang
diperoleh dan alasannya atau penjelasan tentang hasil yang diperoleh. Mekanisme
reaksi harus dibuat dengan jelas!!
18
PERCOBAAN III
Modifikasi Struktur Untuk Peningkatan Bioavaibilitas Obat
Sintesis DI-NATRIUM KURKUMINAT
19
bioavaibilitasnya akan meningkat dan memberikan efek yang lebih baik dibanding
kurkumin.
Sintesis dinatrium kurkuminat didasarkan pada reaksi asam-basa. Kurkumin
yang mempunyai gugus –OH fenolik akan bersifat asam sebagai penyumbang ion H+
sedangkan NaOH akan berfungsi sebagai basa sebagai penyumbang ion -OH. Sintesis
dilakukan dengan metode solid phase synthesis.
Metode Penelitian:
Alat:
Mortir, stamper, seperangkat alat gelas, waterbath.
Bahan:
Kurkumin, etanol (Merck, p.a.), akuades, natrium hidroksida (Merck, p.a.), kertas
saring.
Cara Kerja:
1. Pembuatan larutan NaOH-etanolik 10% (b/v)
2. Sintesis senyawa dinatrium kurkuminat
Kurkumin 5g (0,014 mol) di masukkan dalam mortir. NaOH-etanolik 10% 11,2
mL ditambahkan sedikit demi sedikit dan sambil diaduk sampai terjadi
perubahan warna dan mengental (sampai kering).
3. Rekristalisasi
Senyawa hasil sintesis ditambah dengan etanol panas (etanol dipanaskan di
atas waterbath sampai mendidih) sedikit demi sedkit sampai semua senyawa
larut. Larutan didinginkan tahap demi tahap (tidak boleh langsung shock
cooling), setelah sesuai dengan suhu ruangan dimasukkan dalam icebath sampai
terbentuk kristal yang optimal. Kristal dikeringkan dan dihitung rendemennya.
Rendemen =
20
Tempat mengerjakan:
Dalam membahas jangan cerita cara kerja lagi. Tapi membahas hasil yang
diperoleh dan alasannya atau penjelasan tentang hasil yang diperoleh. Mekanisme
reaksi harus dibuat dengan jelas!!
21
Tempat mengerjakan:
22
PERCOBAAN IV
Pengaruh Gugus Hidroksi Fenolik Terhadap Aktivitas Antioksidan
Sintesis Diasetil kurkumin
23
Gambar 6. Reaksi umum sintesis diasetil kurkumin
Metode penelitian
Alat :
Waterbath, erlenmeyer 100 mL, beker glass, statif, klem, melting point apparatus,
magnetic stirrer, magnetic bar, corong, dan alat gelas lainnya.
Bahan :
Kurkumin, anhidrida asam asetat (Merck, p.a.), natrium hidroksida (Merck, p.a.),
aquadest (Laboratorium Farmasi, USD), etanol (Merck, p.a.), kertas saring.
Cara Kerja:
1. Pembuatan larutan NaOH-etanolik 10% (b/v)
2. Sintesis senyawa diasetil kurkumin
Kurkumin 5g (0,014 mol) dimasukkan kedalam erlenmeyer. NaOH-etanolik
10% 11,2 mL ditambahkan ke kurkumin tersebut dan diaduk selama 15 menit
pada suhu 60OC. Anhidrida asam asetat 6 mL ditambahkan dalam larutan
tersebut dan diaduk selama 1 jam pada suhu 60OC. Senyawa yang terbentuk
disaring.
3. Rekristalisasi
Senyawa hasil sintesis ditambah dengan etanol panas (etanol dipanaskan di
atas waterbath sampai mendidih) sedikit demi sedkit sampai semua senyawa
larut. Larutan didinginkan tahap demi tahap (tidak boleh langsung shock
cooling), setelah sesuai dengan suhu ruangan dimasukkan dalam icebath sampai
terbentuk kristal yang optimal. Kristal dikeringkan dan dihitung rendemennya.
Rendemen =
24
4. Analisis kualitatif senyawa hasil hidrolisis
a. Uji organoleptis (bentuk, warna, bau)
b. Uji warna dengan FeCl3
c. Analisis senyawa hasil sintesis dengan melting point
Senyawa hasil sintesis dihaluskan dan dimasukkan dalam pipa kapiler sampai
tanda. Pipa kapiler dimasukkan ke dalam melting point apparatus. Suhu saat
senyawa mulai melebur dan saat semua senyawa telah melebur semua dicatat.
Senyawa dikatakan murni jika jarak leburnya tidak lebih dari 2OC.
5. Uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH
Sesuai dengan metode pada praktikum Farmakognosi-Fitokimia.
Tempat Mengerjakan
Dalam membahas jangan cerita cara kerja lagi. Tapi membahas hasil yang
diperoleh dan alasannya atau penjelasan tentang hasil yang diperoleh. Mekanisme
reaksi harus dibuat dengan jelas!!
25
Tempat mengerjakan
26
PERCOBAAN V
Peningkatan Stabilitas Suatu Senyawa
Sintesis Senyawa 1,5-DIFENIL-PENT-1,4-DIEN-3-ON
Gambar 7. Hasil degradasi kurkumin pada buffer fosfat pH 7,2 dan suhu 37 OC
Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan modifikasi
molekul kurkumin dengan menghilangkan gugus metilen aktif, mempertahankan cincin
aromatis yang penting untuk berikatan dengan reseptor (Robinson et al., 2003),
mempunyai gugus α,β-unsaturated keton sehingga dapat berperan sebagai akseptor
Michael dan penting untuk efek antikarsinogen (Dinkova-Kostova, 2000; Adams et al.,
27
2004), mengganti gugus β-diketon menjadi gugus mono keton sehingga lebih sulit
terdegradasi oleh enzim aldo-keto reductase (Straganz et al., 2003). Senyawa hasil
modifikasi itu adalah senyawa 1,5-difenil-pent-1,4-dien-3-on (gambar 8). Senyawa 1,5-
difenil-pent-1,4-dien-3-on dapat disintesis berdasarkan reaksi kondensasi claisen-
schmidt dengan metode solid phase synthesis (McMurry, 2008).
Rendemen =
28
4. Analisis kualitatif senyawa hasil hidrolisis
a. Uji organoleptis (bentuk, warna, bau)
b. Uji warna dengan FeCl3
c. Analisis senyawa hasil sintesis dengan melting point
Senyawa hasil sintesis dihaluskan dan dimasukkan dalam pipa kapiler sampai
tanda. Pipa kapiler dimasukkan ke dalam melting point apparatus. Suhu saat
senyawa mulai melebur dan saat semua senyawa telah melebur semua dicatat.
Senyawa dikatakan murni jika jarak leburnya tidak lebih dari 2OC.
5. Uji stabilitas
Sesuai praktikum farmasi fisik
Tempat Mengerjakan
Dalam membahas jangan cerita cara kerja lagi. Tapi membahas hasil yang
diperoleh dan alasannya atau penjelasan tentang hasil yang diperoleh. Mekanisme
reaksi harus dibuat dengan jelas!!
29
Tempat Mengerjakan
30
DAFTAR PUSTAKA
Adams, B.K., Ferstl, E.M., Matthew, C.D., Herold, M., Kurtkaya, S., Camalier, R.F.,
Hollingshead, M.G., Kaur, G., Sausville, E.A., Rickles, F.R., Snyder, J.P.,
Liotta, D.C., and Shoji, M., 2004, Synthesis and biological evaluation of novel
curcumin analogs as anti-cancer and anti-angiogenesis agents, Bioorganic &
Medicinal Chemistry, 12, pp. 3871-3883.
Anand, P., Kunnumakkara, A. B., Newman, R.A., and Aggarwal, B.B., 2007,
Bioavaibility of Curcumin: Problems and Promises, Molecular Pharmaceutics,
4 (6), pp 807-818.
Dinkova-Kostova, A.T., Massiah, M.A., Bozak, R.E., Hicks, R.J., and Talalay, P., 2000,
Michael reaction acceptors as inducers of enzymes that protect againts
carcinogenesis depends on their reactivity with sulfhydryl groups, PNAS, 98
(6), pp. 3404-3409.
Leonardo G. F., Ricardo N. dos S., Glaucius, O., and Adriano D. A., 2015, Molecular
Docking and Structure-Based Drug Design Strategies, Molecule Journal, Vol.
20, pp. 13384-13421.
Masuda, T., Maekawa, T., Hidaka, K., Bando, H., Takeda, Y., and Yamaguchi, H.,
2001, Chemical Studies on Antioxidant Mechanism of Curcumin: Analysis of
Oxidative Coupling Products from Curcumin and Linoleate, J.Agric.Food
Chem.,49, 2539-2547.
McMurry, J., 2008, Organic Chemistry, 7th edition, Thomson Brooks/Cole, Canada.
Motiejunas, D., and Wade, R., 2006, Structural, Energetics, and Dynamic Aspects of
Ligand-Receptor Interactions, In J. B. Taylor and D. J. Triggle (Eds.),
Comprehensive Medicinal Chemistry II, 4, Elsevier, pp. 193-214.
Patrick, G.L., 2013, An Introduction to Medicinal Chemistry, 5th edition, Oxford.
Robinson, T. P., Ehlers, T., Hubbard IV, R. B., Bai, Xianhe, Arbiser, J. L., Goldsmith,
D. J, and Bowen, J.P., 2003, Design, Synthesis, and Biological Evaluation of
Angiogenesis Inhibitors: Aromatic Enone and Dienone Analogues of
Curcumin, Bioorg. Med. Chem. Lett., 13, pp. 115-117.
Schneider, G., and Baringhaus, K.H., 2008, Molecular Design: Concepts and
Applications, WILEY-VCH.
Straganz, G.D., Glieder, A., Brecker, L., Ribbons, D,W., and Steiner, W., 2003,
Acetylacetone-cleaving enzyme Dke1: a novel C-C-bond-cleaving enzyme
from Acinetobacter johnsonii, Biochem. J., 369, pp. 573-581.
Sun, Y.M., Zhang, H.Y., Chen, D.Z., and Liu, C.B., 2002, Theoretical Elucidation on
The Antioxidant Mechanism of Curcumin: A DFT Study, Org. Lett, 4 (17), pp.
2909-2911.
Tonnesen, H.H., and Karlsen, J., 1985, Studies of curcumin and curcuminoids: VI.
Kinetics of curcumin degradation in aqueous solutions, Z. Lebensm. Unters.
Forsch. 180, pp. 402-404.
31
Yang, K.Y., Lin, L. C., Tseng, T.Y., Wang, S.C., and Tsai, T.H., 2007, Oral
bioavaibility of curcumin in rat and the herbal analysis from curcuma longa by
LC-MS/MS, J.jchromb, 853, pp. 183-189.
Youssef, K.M., and El-Sherbeny, M.A., 2005, Synthesis and Anti-tumor Activity of
Some Curcumin Analogs, Arch. Pharm. Chem. Life. Sci, 338, pp 181-189.
Wang, Y.J., Pan, M.H., Cheng, A.L., Lin, L.I., Ho, Y.S., Hsieh, C.Y., Lin, J.K.,1997,
Stability of Curcumin in buffer solutions and characterization of its degradation
products, J Pharm Biomed Anal, 15 (12), pp 1867-76.
32