Anda di halaman 1dari 44

MODUL 11

KESEHATAN, KESELAMATAN,
KEAMANAN
KERJA
(K3)
LABORATORIUM IPA (KIMIA)

A.

DAN
DI

Tujuan
a. Dapat mendeskripsikan jenis kecelakaan yang mungkin
terjadi dan sumbernya di laboratorium

serta

lingkungan

kerja.
b. Dapat

melakukan penanganan kecelakaan ringan di

laboratorium.
c. Dapat menjelaskan falsafah keselamatan kerja.
d. Dapat

mempelajari undang-undang tentang keselamatan

dan keamanan kerja.


e. Dapat

menggunakan

peralatan keselamatan kerja di

laboratorium.
f. Dapat

menggolongkan limbah berdasarkan wujud dan

sifatnya.
Dapat membuang limbah berdasarkan wujud dan
sifatnya.
g. Menjaga kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium kimia
sekolah/madrasah

B.

1)
2)

Menjaga kesehatan diri dan lingkungan kerja


Menggunakan peralatan kesehatan dan keselamatan kerja di

3)

laboratorium
Menangani bahan-bahan berbahaya dan beracun sesuai

4)

dengan prosedur yang berlaku


Menangani limbah laboratorium sesuai dengan prosedur yang

5)

berlaku
Memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan

Jenis, sumber

Kecelakaan yang mungkin terjadi di

laboratorium, dan penangananya


1 | PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

MODUL 11
Dari hasil identifikasi diperoleh Jenis-jenis kecelakaan yang
mungkin dapat terjadi di laboratorium yaitu.
1. Luka
2. Keracunan
3. Percikan zat
4. Tumpahan zat
5. Kebakaran

Mengapa kecelakaan dapat terjadi ?


Kecelakaan di laboratorium dapat terjadi karena hal-hal berikut
1. Kurang pengetahuan dan pemahaman terhadap bahan-bahan,
proses, dan alat yang digunakan.
2. Kurang cukup instruksi atau supervisi oleh pengelola laboratorium.
3. Tidak menggunakan alat pelindung atau alat yang tepat.
4. Tidak memperhatikan instruksi atau aturan.
5. Tidak

memperhatikan

sikap

yang

baik

waktu

bekerja

di

laboratorium.

Siapa yang bertanggung jawab terhadap keselamatan?


1. Petugas laboratorium, yang meyediakan alat-alat dan memelihara
keamanan dan keselamatan bekerja di laboratorium.
2. Pengelola/penanggungjawab

laboratorium

harus

memberikan

perintah yang penting kepada pengguna laboratorium mengenai


keamanan dan keselamatan dan memperhatikan cara mereka
bekerja.
3. Pengguna laboratorium, yang harus memperhatikan tata tertib,
serta menghindari bahaya-bahaya dari bahan-bahan kimia.

2 | PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

MODUL 11
Laboratorium yang dikelola dengan baik merupakaan tempat
yang aman. Karena itu harus diusahakan agar segala kegiatan dalam
laboratorium dapat dilakukan dalam suasana yang aman. Disiplin
yang baik merupakan salah satu faktor penting dalam memelihara
keselamatan di laboratorium.

Tata Tertib dan Cara Menghindari kecelakaan


Dalam usaha menjaga keselamatan, pencegahan lebih utama
daripada merawatnya setelah terjadi kecelakaan. Salah satu cara
mencegah terjadinya kecelakaan adalah dengan dibuatnya tata tertib.
Tata tertib ini penting untuk menjaga kelancaraan dan keselamtan
bekerja

di

dalam

laboratorium.

Hendaknya

setiap

pemakai

laboratorium memenuhi tata tertib yang telah dibuat. Disamping tata


tertib, beberapa peringatan umum berikut merupakan upaya untuk
mencegah terjadinya kecelakaan di laboratorium.
1. Aturlah tempat serapi mungkin dan hindarkan lorong yang sesak,
kertas yang tersebar dimana-mana. Zat kimia, kotak obat, dan
bahan-bahan

lain

jangan

disimpan

terlalu

tinggi

sehingga

memungkinkan terjadinya kecelakaan.


2. Setiap orang yang mengadakan kegiatan laboratorium harus tahu
tempat dan cara penggunaan perlengkapan darurat seperti bahan
P3K, pemadam kebakaran, dan pencuci mata.
3. Gunakan alat/tabir yang tepat ketika suatu percobaan dilakukan.
4. Sebelum perobaan dimulai telitilah terlebih dahulu kemungkinan
bahaya yang dapat terjadi lalu berhati-hatilah bekerja agar
kecelakaan tidak terjadi.
5. Berikan

peringatan

yang

jelas

jika

suatu

kegiatan

dapat

menimbulkan bahaya.
6. Sediakan tempat pembuangan khusus untuk cairan, kaca, sobekan
kain/kertas, dan lain sebagainya.
3 | PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

MODUL 11
7. Tekankan agar siswa tetap tenang meskipun terjadi kecelakaan
dan segera melapor jika ia terluka.
8. Buat catatan terperinci mengenai suatu kecelakaan yang terjadi di
dalam laboratorium.

Cara menangani Kecelakaan


1. Luka
Di laboratorium, luka dapat disebabkan oleh benda tajam, luka
bakar atau luka pada mata yang disebabkan oleh percikan zat.
a. Luka karena benda tajam
Benda tajam dapat menimbulkan luka kecil dengan sedikit
pendarahan. Luka ini dapat diakibatkan oleh potongan kecil
atau keratan atau tusukan benda tajam. Tindakan yang dapat
dilakukan adalah membersihkan luka secara hati-hati, jika
akibat pecahan kaca pada kulit terdapat pecahan kaca gunakan
pinset

dan

tempelkan

kapas
plester

steril

untuk

berobat.

Jika

mengambilnya.
luka

agak

Kemudian

dalam

dan

dikhawatirkan terjadi tetanus, si penderita hendaknya dibawa


ke dokter.

b. Luka bakar
Luka bakar dapat disebabkan oleh benda panas atau karena zat
kimia
1) Luka bakar karena benda panas
Luka bakar karena panas dapat terjadi akibat kontak dengan
gelas/logam panas. Jika kulit hanya memerah, olesi dengan
salep minyak ikan atau levertran. Jika luka bakar diakibatkan
terkena api dan si penderita merasa nyeri, tindakan yang
daapat dilakukan adal;ah mencelupkan bagian yang terbakar
4 | PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

MODUL 11
ke dalam air es scepat mungkin atau dikompres agar rasa
nyeri berkurang. Kemudian bawa si penderita ke dokter.
Jika luka terlalu besar, hindarkan kontaminasi terhaadap luka
dan jangan memberikan obat apa-apa. Tutup luka dengan
kain/steril yang bersih, kemudian bawa si penderita ke dokter.
2) Luka bakar karena zat kimia
Jika kulit terkena zat kimia, misalnya oleh asam pekat, basa
pekat, dan logam alkali dapat timbul luka terasa panas
seperti terbakar. Tindakan yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut.

a). Luka karena asam


Asam yang mengenai kulit hendaknya segera dihapus dengan
kapas atau lap halus, kemudian dicuci dengan air mengalir
sebanyak-banyaknya. Selanjutnya cuci dengan larutan 1%
Na2CO3, kemudian cuci lagi dengan air. Keringkan dan olesi
dengan salep levertran.
b). Luka akibat basa
Kulit hendaknya segera dicuci dengan air sebanyakbanyaknya, kemudian bilas dengan larutan asam asetat 1%,
cuci dengan air, kemudian keringkan dan olesi dengan salep
boor.
c). Luka bakar karena terkena percikan natrium/kalium
Ambil logam yang menempel dengan pinset secara hati-hati,
kemudian cuci kulit yang terkena zat tersebut dengan air
mengalir selama kira-kira 15-20 menit. Netralkan dengan
larutan asam asetat 1%, kemudian keringkan dan olesi
5 | PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

MODUL 11
dengan salep levertran atau luka ditutup dengan kapas steril
atau kapas yang telah dibasahi dengan asam pikrat.
c). Luka bakar karena percikan bromin
Jika kulit terkena percikan atau tumpahan bromin, kulit yang
terkena segera olesi dengan larutan amoniak encer (1 bagian
amoniak dalam 15 bagian air) kemudian luka tersebut tutup
dengan pasta Na2CO3 .
d) Luka bakar karena fosfor
Jika terkena kulit, kulit yang terkena dicuci denag air
sebanyak-banyaknya kemudian cuci dengan larutan CuSO 4
3%.

c. Luka pada mata


Luka pada mata akibat kecelakaan di laboratorium dapat terjadi
bila terkena percikan asam atau basa, percikan zat lainnya, atau
terkena pecahan kaca.
1) Luka karena terkena percikan asam
Jika terkena percikan asam encer, mata dapat dicuci dengan air
bersih, baik dengan air kran maupun penyemprotan air.
Pencuciaan kira-kira 15 menit terus-menerus. Jika terkena asam
pekat tindakan yang dapat dilakukan sama jika terkena asam
pekat pada umumnya. Kemudian mata dicuci dengan larutan
Na2CO3 1%. Jika si penderita masih kesakitan bawa ke dokter.
2) Luka karena terkena percikan basa
Cucilah mata yang terkena percikan dengan air banyakbanyak kemudian bilas dengan larutan asam borat 1%.
Gunakan gelas pencuci mata.
3) Luka karena benda asing/pecahan kaca
6 | PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

MODUL 11
Jika mata terkenaa kaca, ambil benda yang menempel pada
mata dengan ati-hati tetapi jika menancap kuat, jangan
sekali-kali

mengambilnya,

hanya

hdokter

yang

dapat

mengambilnya.

2. Keracunan
Keracunan dapat terjadi di laboratoriun diantaranya disebabkan
oleh

masuknya

zat

kimia

ke

dalam

tubuh

lewat

saluran

pernapasan atau kontak dengan kulit, dan sangat jarang melalui


mulut.
a. Keracunan zat melalui pernapasan
Keracunan di laboratorium terutama di laboratorium kimia
sangat mungkin terjadi. Keracunan akibat zat kimia seprti
menghirup gas Cl2, HCl, SO2, formaldehid, NH3, dan gas lainnya
atau

debu

terjadi

melalui

saluran

pernapasan.

Tindakan

pertama-tama yang sebaiknya dilakukan adalah menghindarkan


korban dari lingkungan zat tersebut kemudian pindahkan
korban ke tempat yang berudara segar. Jika korban tidak
bernapas, segera berikan pernapasan buatan berupa menekan
bagian dada atau pemberian pernapasan dari mulut penolong
ke mulut korban. Tindakan selanjutnya segera hubungi dokter.
Ada dua cara pernapasan buatan, yaitu pernafasan buatan
Holger Nielson dan Silbester. Bagaimana langkah kerja dari
masing-masing cara tersebut dapat anda baca pada lembar
kerja.
b. Keracunan melalui mulut (tertelan)
Jika ada zat tertelan segera panggil dokter dan informasikan zat
yang tertelan oleh penderita. Jika penderita muntah-muntah,
beri minum air hangat agar muntah terus dan mengencerkan
racun dalam perut. Jika korban tidak berhasil masukkan jari ke

7 | PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

MODUL 11
dalam tenggorokan korban agar muntah. Jika korban pingsan,
pemberian sesuatu lewat mulut dihindarkan. Segera bawa
korban ke dokter/rumah sakit.
Jika zat beracun masuk ke mulut dan tidak sampai tertelan,
beberapa

tindakan

dapat

dilakukan

sebagai

pertolongan

pertama.
1). Jika mulut terkena asam, kumur-kumur dengan air sebanyakbanyaknya kemudian si penderita diberi minum air kapur
atau susu untuk melindungi saluran pernapasan.
2). Jika mulut terkena basa kuat, kumur-kumur dengan air
sebanyak-banyaknya

kemudian

minum

sebanyak-

banyaknya, selanjutnya beri minum susu atau dua sendok


teh asam cuka dalam 1/2 liter air.
3).

Jika mulut terkena zat kimia lain yang beracun, si penderita


diberi 2-4 gelas air atau susu dan diberi antidot yang umum
dipakai dalam 1/2 gelas air hangat.
Beberapa upayaa pencegahaan terhadap keracunan
sebagai akibat dari kegiatan di laboratorioum kimia.
a. Pipet digunakan untuk mengambil atau memindahkan
bahan dengan jumlah tepat. Bahan-bahan yang tidak
boleh dipipet dengan mulut ialah zat yang bersifat
radioaktif, asam kuat dan pekat. Zat-zat tersebut harus
dipipet dengan cara khusus, yaitu dengan menggunakan
karet filler.
b. Jangan

mencoba

mencium

senyawa-senyawa

yang

beracun dan harus diperhatikan bahwa senyawa-senyawa


beracun dapat memasuki tubuh lewat pernapasan, mulut,
kulit, dan luka.

8 | PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

MODUL 11
c. Jika

bekerja

dengan

senyawa-senyawa

beracun

hendaknya dilakukan di lemari uap dan jika perlu


gunakanlah sarung tangan. Apabila lemari uap tidak
berfungsi atau tidak ada, bekerjalah di tempat terbuka
atau di luar.
d. Pada saat menggunakan asbes harus dijaga agar debu
yang

keluar

jangan

sampai

terisap

karena

dapat

menyebabkn gangguan pernapasan dan paru-paru

3. Percikan Zat
Percikan zat, besar maupun kecil, yang mengenai badan atau
pakaian hendaknya mendapat perhatian yang khusus karena
banyak zat-zat kimia yang dapat merusak kulit maupun pakaian.
Pakailah selalu jas laboratorium dan kancingkan semua buah
kancing ketika bekerja di laboratorium untuk mencegah percikan
zat mengenai badan. Gunakanlah pelindung mata atau muka,
terutama

dalam

memungkinkan

melakukan

timbulnya

percobaan-percobaan

percikan

zat.

Upaya

yang

pencegahan

percikan zat adalah sebagai berikut.


a. sewaktu kita memasukkan suatu larutan dalam tabung reaksi,
arahkan mulut tabung reaksi tersebut ke arah yang tidak ada
orang, dan jangan sekali-kali menengok dari mulut tabung
reaksi.
b. pada saat mengisi buret, disamping harus menggunakan corong
kecil, juga buret harus diturunkan sehingga mulut buret berada
setinggi mata.
c. Jika mengencerkan asam pekat, tambahkan sedikit demi sedikit
asam pada air, jangan sebaliknya dan lakukanlah dengan hatihati, jika perlu gunakan kacamata laboratorium.
d. Asam-asam pekat dinetralkan dengan natrium bikarbonat padat
(serbuk), kemudian dengan air yang cukup banyak. Larutan

9 | PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

MODUL 11
NaOH harus dinetralkan dengan NH4Cl serbuk, kemudian
dengan air yang cukup banyak. Larutan sublimat (HgCl2)
dinetralkan

dengan

serbuk

belerang.

Setelah

didiamkan

sebentar, supaya terjadi penetralan, baru zat-zat tersebut dapat


dibuang

ke

dalam

air

yang

sedang

mengalir.

Selama

membersihkan jangan lupa mengenakan pelindung badan dan


mata.
4. Tumpahan zat
Dalam kegiatan percobaan di laboratorium dapat terjadi tumpahan
zat kimia atau harus membuang zat kimia sisa pakai. Mengingat
bahwa pada dasarnya kebanyakan zat kmia dapat menimbulkan
bahaya, dipahami beberapa penanganannya agar kecelakaan tidak
terjadi. Misalnya Menagani tumpahan raksa
Raksa

adalah

zat

kimia

yang

sangat

beracun

dan

dapat

terakumulasi dalam tubuh, walaupun menghirup uapnya dalam


konsentrasi rendah sekalipun. Jika menggunakan raksa dalam
percobaan, gunakan alas kaki.
Jika raksa tumpah dai botolnya segera tutup dengan belerang atau
larutan iodida. Tumpahan yang sudah tertutup dengan belerang,
bersihkan dengan lap basah, buang dan tempatkan ditempat
khusus dengan lapnya.
5. Kebakaran
Di laboratorium sangat mungkin terjadi kebakaran. Kebakaran di
laboratorium dapat disebabkan oleh arus pendek, pemanasan zat
yang mudah terbakar atau kertas yang berserakan di atas meja
pada saat ada api.
Untuk menghindari hal tersebut:

10 | PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

MODUL 11
a. Hindari penggunaan kabel yang bertumpuk pada satu stop
kontak
b. Gunakan penangas bila hendak memanaskan zat kimia yang
mudah terbakar
c. Bila hendak bekerja dengan menggunakan pembakaran (api)
jauhkan alat/bahan yang mudah terbakar (misal kertas,alkohol)
dan bagi siswa perempuan yang berambut panjang

untuk

diikat
d. Gunakan alat pemadam kebakaran jika terjadi kebakaran
Cara menggunakannya dijelaskan pada kegiatan belajar 2.
Untuk memudahkan melaksanakan pertolongan pertama pada
kecelakaan (PPPK) maka perlu disediakan kotak PPPK beserta isinya
berupa obat-obatan dan perlengkapan lainnya. Adapun isi dari kotak
PPPK adalah sebagai berikut.
1. Kain kasa steril
2. Pembalut dari berbagai ukuran
3. Kapas
4. Alat pencuci mata
5. Gunting
6. Peniti
7. Betadin
8. Obat gosok
9. Natrium Hidrogenkarbonat (NaHCO3 1% )
10.

Asam cuka 1%

11.

Salep livertran

12.

Salep Boor
Kecelakaan dapat terjadi dimana saja dan pada jenis pekerjaan

apapun, termasuk di laboratorium. Namun dalam melaksanakan


suatu pekerjaan diusahakan dan diperhatikan semaksimal mungkin
faktor-faktor keselamatan kerja. Untuk itu diperlukan pemahaman
atas keselamatan kerja dan undang-undangnya.
11 | PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

MODUL 11

1. Falsafah keselamatan kerja


Falsafah keselamatan kerja dapat diartikan

dalam rumusan

sebagai berikut:
"Menjamin keadan, keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah
maupun rohaniah manusia serta hasil karya dan budayanya, tertuju
pada kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan manusia pada
khususnya."
Pendek kata perumusan falsafah ini senantiasa harus dipakai sebagai
dasar dan titik tolak dari tiap usaha keselamatan kerja. Dalam
falsafah tercakup pandangan serta pemikiran filosofis, sosial-teknis
dan sosial ekonomis.
Keselamatan kerja mempunyai sasaran terperinci sebagai berikut:
a. Mencegah terjadinya kecelakan
b. Mencegah timbulnya penyakit akibat/ pekerjaan
c. Mencegah/ mengurangi kematian
d. Mencegah/ mengurangi cacad tetap
e. Mengamankan

material,

bangunan-bangunan,

konstruksi,

alat-alat

pemakaian,

kerja,

pemeliharaan

mesin-mesin,

pesawat-

pesawat, instalasi-instalasi dan sebagainya


f. .Meningkatkan produktivitas kerja tanpa memeras tenaga kerja dan
menjamin kehidupan produksinya
g. Mencegah pemborosan ternaga kerja, modal, alat-alat dan sumbersumber produksi lainnya sewaktu kerja dan sebagainya
h. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman, dan aman
sehingga menimbulkan kegembiraan semangat kerja
1. Memperlancar, meningkatkan dan mengamankan produksi industri
serta pembangunan

12 | PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

MODUL 11
Semua sasaran itu bertujuan meningkatkan taraf hidup (standar of
living) dan kesejahteraan umat manusia.
2. Petikan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia
Begitu pentingnya masalah keselamatan kerja dalam kehidupan
sehingga

pada

tanggal

12

januari

1970,

Presiden

Republik

Indonesia mengeluarkan surat keputusan tentang keselamatan


kerja. ( Petikan surat keputusan terlampir)

Lembar Kerja
Melakukan Pertolongan terhadap orang yang mengalami gangguan
pernapasan, dilakukan dengan memberi pernapfasan buatan. Ada dua
cara pernafasan buatan, yaitu pernafasan buatan Holger Nielson dan
Silbester.

1. Alat
Boneka
2. Bahan
Polietilen
3. Kesehatan dan keselamatan
Perhatikan keadaan penderita pada saat melakukan pernafasan
buatan
4. Langkah Kerja
Menangani Orang yang Mengalami Gangguan Pernapasan
a. Pernapasan Buatan Holger Nielson
1) Bebaskan jalan napas.
2) Korban ditelungkupkan dengan kedua telapak tangannya.

13 | PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

MODUL 11
3) Penolong berlutut dengan salah satu lutut (+ 15 cm)
sebelah telinga korban.
4) Kaki yang lain diletakkan 5 cm dari siku korban.
5) Tekan punggung korban pada tulang belikat dengan kedua
tangan sambil menghitung, satu, dua, dan tiga.
6) Pada hitungan keempat tekanan dilepaskan dan lengan
penolong digeser ke arah lengan korban.
7) Tarik lengan korban ke arah perut penolong sehingga rongga
dada mengembang sambil menghitung: lima, enam, dan
tujuh.
8) Hitungan kedelapan, tangan penolong kembali digeser ke
arah tulang belikat korban dan seterusnya. Dilakukan terusmenerus sampai ada tanda hidup. Kecepatan 10-15 kali per
menit.
9) Jika setelah 30 menit belum ada tanda kehidupan, hentikan
pernapasan buatan.
10)

Jika tulang lengan patah, cukup dikerjakan dengan

menggerakkan bahum korban naik turun 12 kali per menit.


Pernapasan buatan Silbester
1) Bebaskan jalan napas,
2) korban

ditelentangkan

dan

letakan

sebuah

bantal

dipunggungnya.
3) Penolong berlutut dengan salah satu kaki di sebelah atas
korban

menghadap

kaki

korban.

Kedua

siku

korban

disilangkan di atas dadanya, tekan ke dadanya dengan


menghitung dua puluh satu, dua puluh dua (mengeluarkan
napas).
4) Kedua

siku

diturunkan

melalui

samping

kepala

dan

ditekankan ke dada dengan menghitung dua puluh satu, dua


puluh dua, dan seterusnya.

14 | PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

MODUL 11
Hal ini dilakukan terus-menerus sampai ada tanda hidup,
dengan kecepatan 12 kali per menit. Jika belum ada tanda
hidup setelah 30 menit, hentikan!

KEGIATAN BELAJAR 2
PENGGUNAAN PERALATAN KERJA DI LABORATORIUM
Untuk mencegah atau mengatasi terjadinya kecelakaan bila
bekerja

dengan alat atau zat berbahaya, diperlukan alat-alat

pelindung baik untuk melindungi tubuh maupun untuk mengatasi


bahaya bahaya kebakaran.
Peralatan untuk keselamatan dapat dikelompokkan ke dalam
dua kelompok sebagai berikut.
15 | PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

MODUL 11
1. Alat yang digunakaan sebagai pelindung bagian tubuh, misalnya:
a. kacamata pelindung
b. sarung tangan
c. jas laboratorium
d. masker/penutup hidung
2. Alat yang digunakan untuk keadaan darurat apabila terjadi
kecelakaan yang tidak biasa, misalnya:
a. pemadam kebakaran
b. botol pencuci mata
Kacamata Pelindung
Kacamata digunakan untuk melindungi mata dari rasa pedih
atau iritasi yang disebabkan oleh zat yang mengeluarkan asap atau
uap, yang bersifat memedihkan mata, atau percikan asam pekat
sehingga tidak mengenai mata. Misalnya ketika membuat larutan
asam klorida (HCl) dari asam klorida (HCl) pekat.

Sarung Tangan
Sebagai alat pelindung tangan pada saat membuat larutan atau
menuangkan zat yang pekat sehingga tidak mengenai tangan. Sarung
tangan digunakan pula pada saat memasukkan pipa kaca pada
sumbat karet atau gabus.
16 | PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

MODUL 11
Jas Laboratorium
Jas laboratorium digunakan pada saaat bekerja di laboratorium.
Untuk menghindari percikan zat/asam mengenai pakaian atau bagian
tubuh.

Masker/Penutup Hidung
Masker/penutup hidung dipergunakan pada saat membuat larutan
atau gas yang dapat memedihkan hidung.
Pemadam Kebakaran
Bila di laboratorium terjadi kebakaran, harus segera diatasi
dengan cara seksana dan jangan panik. Gunakan alat pemadam
kebakaran yang telah disediakan. Beberapa hal yang dapat dikerjakan
diantaranya sebagai berikut.
1. Jika baju/pakaiaan yang terbakar, korban harus merebahkan
dirinya sambil berguling-guling. Jika ada selimut tutuplah pada
apinya agar cepat padam. Jangan sekali-kali korban tersebut
berlari-lari karena akan memungkinkan terjadinya kebakaran yang
lebih besar.
2. Jika terjadi kebakaran kecil misalnya teerbakarnya larutan dalam
gelas kimia atau dalam penangas, tutuplah bagian yang terkena
api dengan karung atau kain basah.
3. Jika terjadi kebakaran yang besar, gunakanlah alat pemadam
kebakaran. Kemudian sumber-sumber yang dapat menimbulkan
api, misalnya listrik, gas, kompor, agar segera dimatikan dan
jauhkan bahan-bahan yang mudah terbakar.
4. Jika terjadi kebakaran karena zat yang mudah terbakar (pelarut
organik) untuk mematikan jangan menggunakan air, karena hal
tersebut akan menyebabkan apinya lebih besar dan menyebar

17 | PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

MODUL 11
mengikuti air. Untuk mematikannya gunakanlah pasir atau tabung
pemadam kebakaran.

Jenis Alat Pemadam Kebakaran dan Cara Menggunakannya


Api atau kebakaran dapat terjadi jika tiga komponen secara
bersamaan pada suatu saat, ketiga komponen tersebut dikenal
dengan "segitiga api".
Panas

Bahan bakar

Oksigen
Segitiga api

Ketiga komponen tersebut adalah:


1. Bahan bakar, dapat berupa zat padat, zat cair, atau gas.
2. Oksigen biasanya dari udara
3. Panas
Jika

salah

satu

dari

ketiga

komponen

itu

ditiadakan

api/kebakaran tidak dapat terjadi. Peniadaan salah satu atau lebih


komponen tersebut merupakan prinsip pemadaman kebakaran. Jadi
dengan cara menghentikan penyediaan oksigen atau menurunkan
suhu sampai dibawah titik bakar zat, suatu kebakaran dapat
dipadamkan. Tetapi kenyataannya meniadakan satu atau lebih dari
ketiga komponen itu tidak selalu mudah dilakukan, karena terdapat

18 | PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

MODUL 11
perbedaan sifat berbagai bahan bakar, yaitu ada yang cair, padat,
dan gas. Bahan-bahan yang umum ada di laboratorium dan mudah
terbakar yaitu sebagai berikut.
a. Bahan cair :

eter, alkohol, karbon disulfida, spiritus, bensin dan


beberapa pelarut lainnya.

b. Bahan padat :

natrium, kalium, magnesium, naftalen, bahan yang

mengandung karbon, misalnya kayu, kertas.


c. Bahan gas :

hidrogen, gas alam, uap cairan yang mudah


terbakar.

Jenis Pemadam Kebakaran


Penggunaan jenis pemadam kebakaran bergantung pada bahan
yang terbakar. Jika bahan yang terbakar berbeda maka akan berbeda
pula penggunaan jenis pemadam kebakaran. Namun pada saat
sekarang tersedia alat pemadam kebakaran yang bisa mengatasi
kebakaran dari berbagai sifat bahan yang terbakar yang disebut
dengan alat pemadam "Multipurpose".
Untuk menambah wawasan guru atau mungkin masih ada
sekolah yang memiliki alat pemadam kebakaran dari jenis yang
berbeda, karenanya perlu diketahui berbagai jenis alat pemadam ini,
karena guru dapat mengetahui jenis pemadam yang ada dan cocok
untuk digunakan sesuai sifat bahan yang terbakar.
1. Pemadam Kebakaran Jenis Air
Pemadam jenis air ini bekerja atas dasar pendinginan. Suhu
kebakaran dapat dihentikan. Bentuk yang sederhana dari pemadam
kebakaran

jenis

air

ini

adalah

air

yang

disiramkan

dengan

menggunakan ember. Akan tetapi ada pula alat pemadam kebakaran


jenis air yang tersimpan dalam tabung atau silinder. Tabung itu berisi
kira-kira 10 liter air. Di dalam tabung atau silinder itu terdapat silinder

19 | PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

MODUL 11
lain

yang

berisi

karbondioksida

yang

bertekanan.

Pada

waku

digunakan silinder yang berisi karbondioksida itu dibocorkan dengan


jalan ditusuk sehingga karbondioksida akan mendesak air dan air
akan keluar dengan deras. Sekali dijalankan, semprotan air itu tidak
dapat dihentikan dan alat ini bersifat sekali pakai.
Ada pula alat pemadam kebakaran jenis air yang menggunakan
larutan natrium bikarbonat (NaHCO3) yang disimpan dalam tabung
logam. Dalam tabung logam itu terdapat pula asam sulfat yang
ditempatkan dalam satu wadah. Pada waktu digunakan, asam sulfat
bereaksi

dengan

karbondioksida.

natrium

Karbondioksida

bikarbonat
ini

yang

dan

menimbulkan

mendesak

dan

menyemprotkan air (larutan) itu keluar melalui corong (pipa).

2. Pemadam Kebakaran Jenis Karbondioksida


Pemadam kebakaran jenis ini bekerja atas dasar mengurangi
persediaan oksigen. Karena massa jenis gas karbondioksida lebih
besar daripada massa jenis udara, maka gas ini dapat membentuk
suatu selimut yang mencegah bahan bakar berhubungan dengan
udara (oksigen).
Tabung ini dilengkapi dengan penyalur gas berbentuk corong
yang terbuat dari plastik. Melalui corong ini gas diarahkan ke api yang
hendak dipadamkan. Semprotan gas karbondioksida ini sangat dingin
dan dapat membekukan uap air di udara yang melewati gas itu,
sehingga terbentuk sejenis kabut putih. Kabut putih itu ialah kristalkristal es bercampur dengan karbondioksidaa padat, kabut ini
berfungsi menghalangi oksigen berhubungan dengan bahan bakar.

3. Pemadam Kebakaran Jenis Busa


Alat pemadam kebakaran ini mengandung larutan bahan-bahan
yang bila bercampur/bereaksi dapat menimbulkan busa yang lengket.
20 | PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

MODUL 11
Busa ini yang dapat menghalangi udara (oksigen) berhubungan
dengan bahan bakar.
Dalam hal ini terjadi sedikit pendinginan agar lebih berhasil
memadamkan

api,

dalam

pelaksanaannya

lapisan

busa

yang

menutupi api tidak terputus-putus. Jadi bahan bakar itu betul-betul


terselimuti dengan lapisan busa, sehingga bahan bakar dapat
terisolasi dari oksigen di udara.

4. Pemadam Kebakaran Jenis Serbuk


Serbuk yang digunakan adalah pasir atau bahan kimia kering,
yaitu natrium bikarbonat. Jenis pemadam kebakaran ini merupakan
pemadam kebakaran yang paling sederhana. Penggunaannya adalah
dengan disiramkan pada nyala api yang akan dipadamkan.
Lapisan

natrium

bikarbonat

menyelimuti

api

saat

karbondioksida mendorongnya keluar. Karbondioksida keluar karena


picu ditarik. Pemanasan terhadap natrium bikarbonat oleh api yang
ada menyebabkan terjadinya karbondioksida.
Persamaan reaksi:
2NaHCO3

Na2CO3 + H2O + CO2

5. Pemadam Kebakaran Jenis Selimut


Selimut yang paling sederhana yang dapat digunakan untuk
memadamkan

kebakaran

ialah

karung/kain

basah.

Selimut

ini

ditutupkan pada nyala yang hendak dipadamkan. Dengan demikian


penyediaan oksigen dihentikan. Selain karung dapat pula digunakan
bahan serat yang tahan api.
Selimut pemadam kebakaran, kebanyakan terbuat dari bahan
kaca serat

(fiber glass) yang bersifat agak lemas. Selimut yang

21 | PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

MODUL 11
terbuat dari asbes tidak digunakan lagi karena dapat menimbulkan
kanker jika terhirup serat-seratnya.

A. 4. Menjaga Keamanan Ruang Laboratorium

Seperti diuraikan pada tupoksi kegiatan belajar 1, salah satu tugas laboran
adalah mengamankan atau menjaga keamanan ruang laboratorium. Beberapa hal
yang harus diperhatikan oleh laboran dalam mengamankan laboratorium adalah :
1. Membiasakan untuk melakukan pengecekan semua pintu, jendela, dan alat
pengaman contoh kunci sebelum meninggalkan ruang laboratorium.
2. Melakukan pengecekan semua alat yang menggunakan tenaga listrik dan
mematikannya bila diperlukan. Contoh alat-alat dengan menggunakan arus listrik
adalah pemanas listrik, lampu penerangan di laboratorium, komputer dan alat
lainnya.
3. Mematikan semua saluran gas yang tidak diperlukan, contoh sumber gas untuk
lampu bunsen, atau bila ada kompor gas di laboratorium.
4. Melakukan pengecekan semua sumber air di laboratorium, yang mungkin
menimbulkan

kebocoran

atau

banjir

di

laboratorium

sehingga

dapat

membahayakan.
5. Membiasakan melakukan pencatatan kondisi terakhir, dan melaporkannya pada
kepala laboratorium atau supervisor tentang data yang ada, sehingga bila ada
sesuatu hal yang tidak diinginkan bisa dilakukan pengecekan dengan catatan
terakhir laporan tersebut.
6. Segera melaporkan semua kejadian diluar prosedur eksperimen/praktikum,
seperti menumpahkan zat, kecelakaan, atau kejadian berbahaya lainnya pada
guru/supervisor.
7. Jagalah agar lantai tetap kering dan bersih dari berbagai barang-barang seperti
tumpahan air, tumpahan zat atau barang lainnya.
8. Melakukan pengecekan secara berkala fungsi alat pemadam kebakaran yang
terdapat di laboratorium, dan memastikan bahwa alat tersebut dapat berfungsi
dengan baik.

1.

Peralatan keselamatan laboratorium/Safety Equipment


Peralatan keselamatan laboratorium adalah peralatan yang digunakan untuk
melindungi diri pada saat bekerja dengan zat-zat kimia, diantaranya adalah

22 | PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

MODUL 11
shower untuk menghilangkan bahan-bahan berbahaya dari tubuh (an emergency
shower), pelindung mata (emergency eye wash station), bahan tahan api (a fire
blanket), kacamata pelindung untuk siswa dan guru (safety glasses), Jas
laboratorium (lab coats). Semua alat keselamtan tersebut harus dapat berfungsi
dengan baik. Contoh beberapa gambar alat keselamatan laboratorium disajikan
pada gambar 2.1.

Gambar 2.1. Beberapa alat keselamatan laboratorium. A. emergency eye wash


station, B. pelindung muka, C. Sepatu pelindung dengan berbagai
bentuknya.

A.1.2. Klasifikasi Bahan Laboratorium Kimia


Bahan kimia dewasa ini telah mencapai ratusan ribu jenis untuk berbagai macam
keperluan. Diantara bahan-bahan kimia tersebut, ada yang dapat digolongkan
sebagai bahan kimia yang tidak berbahaya dan beracun (non-B3) dan ada yang
digolongkan sebagai bahan berbahaya dan beracun (B3). Secara umum bahan kimia
yang digolongkan sebagai B3, selain bahan radiasi, memiliki karakteristik sebagai
berikut [A.B. Cahyono,2004]:
1. Bahan kimia mudah terbakar
Bahan mudah terbakar adalah bahan yang mudah bereaksi dengan oksigen
dan menimbulkan kebakaran. Reaksi kebakaran yang amat cepat juga dapat
menghasilkan ledakan. Bahan cair dinyatakan mudah terbakar bila titik nyala >
21 C dan < 55 C pada tekanan 1 atm. Bahan cair dinyatakan sangat mudah

23 | PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

MODUL 11
terbakar bila titik nyala < 21 C dan titik didih > 20 C pada tekanan 1 atm. Gas
dinyatakan mudah terbakar jika titik didih < 20 C pada tekanan 1 atm. Bahan
mudah terbakar dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Zat padat mudah terbakar
Zat padat mudah terbakar adalah belerang (sulfur), fosfor, kertas/rayon,
hidrida logam, dan kapas. Pada umumnya zat padat lebih sukar terbakar
daripada dalam bentuk cair. Meski demikian zat padat berbentuk serbuk halus
sangat mudah terbakar.
b. Zat cair mudah terbakar
Kelompok ini adalah yang dikenal sebagai pelarut organik. Contohnya adalah
eter, alkohol, aseton, benzena, heksan, dan lain-lain. Pelarut-pelarut tersebut
pada suhu kamar menghasilkan uap yang dalam perbandingan tertentu dapat
terbakar oleh adanya api terbuka atau loncatan listrik. Lambang dari zat cair
mudah terbakar disajikan pada gambar 2.6.

Gambar 2.6. Lambang bahan kimia mudah terbakar/flammable materials.


Lambang bahan kimia mudah terbakar adalah segitaga kuning dengan
lambang api di bagian tengah.
c. Gas mudah terbakar
Gas mudah terbakar misalnya adalah gas alam, hidrogen, asetilen, etilen
oksida. Gas-gas tersebut amat cepat terbakar sehingga sering menimbulkan
ledakan.
2. Bahan kimia mudah meledak
Bahan kimia mudah meledak adalah bila reaksi kimia bahan ersebut
menghasilkan gas dalam jumlah dan tekanan yang besar serta suhu yang tinggi,
sehingga menimbulkan kerusakan di sekelilingnya. Lambang bahan kimia mudah
meledak disajikan pada gambar 2.7

24 | PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

MODUL 11

Gambar 2.7. Lambang bahan kimia mudah meledak. Lambang bahan kimia
mudah meledak adalah segitaga kuning dengan lambang ledakan di
bagian tengah.
Bahan kimia mudah meledak/eksplosif ada yang dibuat sengaja untuk
tujuan ledakan atau bahan peledak seperti trinitrotoluena (TNT), Nitrogliserin,
dan amonium nitrat (NH4N03). Bahan-bahan tersebut amat peka terhadap panas
dan pengaruh mekanis (gesekan atau tumbukan). Di bawah ini adalah struktur
kimia bahan yang bersifat eksplosif:
Struktur
C-C'
C N2
C - NO
C - NO2
C - (NO2)n
C = N- O
CN=N-C
N - NO
N NO2
N3
C N2+
N - logam
N+OH
C - Cl O3
O-O
O3

Nama senyawa
Asetilen
Diazo
Nitrozo
Nitro
Alkil polinitro
Oksim
Azo
N-nitroso
N-nitro
Azida
Diazonium
N-logam berat
Hidroksil amonium
Perkloril
Peroksida
Ozon

Eksplosif dapat pula terjadi akibat pencampuran beberapa bahan, terutama


bahan

oksidator

dan

reduktor

dalam

suatu

reaktor,

maupun

dalam

penyimpanan. Di bawah ini adalah contoh campuran bahan yang dapat bersifat
eksplosif:
Oksidator
KCl03, NaN0 3
Asam nitrat
Kalium permanganat
Krom trioksida

Reduktor
Karbon, belerang
etanol
gliserol
hidrazin

25 | PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

MODUL 11

3. Bahan kimia reaktif terhadap air


Bahan

reaktif

adalah

bahan

yang

bila

bereaksi

dengan

air

akan

mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar. Hal ini disebabkan zat-zat
tersebut bereaksi secara eksotermik, yaitu mengeluarkan panas, dan gas yang
mudah terbakar. Adapun bahan-bahan kimia tersebut adalah:
a. Alkali (Na, K) dan alkali tanah (Ca)
b. Logam halida anhidrat (alumunium tribromida)
c. Logam oksida anhidrat (CaO)
d. Oksida non-logam halida (sulfuril klorida)
Bahan-bahan tersebut harus dijauhkan dari air atau disimpan dalam ruang
yang kering dan bebas dari kebocoran air hujan. Lambang bahan raektif
terhdap air dapat dilihat pada gambar 2,8.

Gambar 2.8. Lambang bahan kimia reaktif terhadap air. Lambang reaktif
terhadap air adalah huruf W (water) dicoret.
4. Bahan kimia reaktif terhadap asam
Bahan reaktif terhadap asam akan menghasilkan panas dan gas yang mudah
terbakar atau gas-gas yang beracun dan korosif. Bahan-bahan yang reaktif
terhadap air di atas juga reaktif terhadap asam. Selain itu ada bahan-bahan lain,
yaitu:
a. Kalium klorat/perklorat (KCl03)
b. Kalium permanganat (KmnO4)
c. Asam kromat (H2Cr203)
5. Bahan kimia korosif

26 | PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

MODUL 11
Bahan korosif adalah bahan yang karena reaksi kimia dapat merusak logam.
Lambang bahan kimia korosif dapat dilihat pada gambar 2.9

Gambar 2.9. Lambang bahan kimia korosif/corrosive. Bahan kimia korosif


memeiliki lambang segitiga berwarna kuning dengan lambang
tetesan cairan yang mengenai logam atau tangan. Lambang
tersebut menunjukkan cairan asam dapat merusak logam dan
tubuh manusia
Bahan kimia korosif antara lain adalah asam sulfat (H 2S04), asam nitrat
(HNOA asam klorida (HCl), natrium hidroksida (NaOH), kalsium hidroksida
(Ca(OH)2), dan gas belerang dioksida (SO2).
6. Bahan kimia iritan
Bahan iritan adalah bahan yang karena reaksi kimia dapat menimbulkan
kerusakan atau peradangan atau sensitisasi bila kontak dengan permukaan tubu'h
yang lembab seperti kulit, mata, dan saluran pernapasan. Bahan iritan pada
umumnya adalah bahan korosif.Lambang bahan kimia iritan disajikan pada
gambar 2.10.

Gambar 2.10.Lambang bahan kimia iritan.Lambang bahan kimia iritan mirip


dengan bahan kimia korosif, karena bahan kimia iritan umumnya
korosif
Bahan kimia korosif seperti asam trikloroasetat, asam sulfat, gas belerang
dioksida dapat bereaksi dengan jaringan tubuh seperti kulit, mata, dan saluran
27 | PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

MODUL 11
pernapasan. Kerusakan yang terjadi dapat berupa luka, peradangan, iritasi
(gatal-gatal), dan sensitisasi (jaringan menjadi amat peka terhadap bahan kimia).
Menurut bentuk zat, bahan iritan dapat dibagi dalam tiga kelompok
dengan contoh-contoh sebagai berikut :
a. Bahan iritan padat
Bahaya akan timbul apabila kontak dengan kulit atau mata.
Contoh senyawa:
Anorganik : Natrium hidroksida (NaOH)
Natrium silikat (Na2O.xSiO2)
Kalsium hidroksida (Ca(OH)
Kalium hidroksida (KOH)
Organik

: Asam trikloroasetat (CCl3COOH)


Fenol (C6HSOH)

b. Bahan iritan cair


Bahaya akan timbul apabila kontak dengan kulit atau mata, yang menyebabkan
proses pelarutan atau denaturasi protein.
Contoh senyawa:
Anorganik : Asam sulfat, asam nitrat, asam klorida
Organik

: Asam format (asam semut)


Asam asetat (cuka)
Karbon disulfida
Hidrokarbon terhalogenasi

c. Bahan iritan gas


Bahaya terutama karena terhirup dan merusak saluran
pernapasan. Tergantung pada sifat kelarutan dalam air dan akibatnya,
gas iritan digolongkan menjadi tiga, yaitu:
1. Gas amat larut dalam air, merusak saluran pernapasan bagian

atas.

Contoh: amoniak, asam klorida, formaldehida, asam asetat, asam


fluorida.
2. Gas dengan kelarutan sedang, merusak saluran pernapasan bagian atas dan
bagian dalam.
Contoh: sulfur dioksida, klor, krom
3. Gas dengan kelarutan kecil, merusak alat pernapasan bagian dalam.
Contoh: ozon, fosgen, nitrogen dioksida.

28 | PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

MODUL 11
7. Bahan kimia beracun
Bahan kimia beracun didefinisikan sebagai bahan kimia yang dalam
jumlah kecil menimbulkan keracunan pada manusia atau mahluk hidup
lainnya. Pada umumnya zat-zat toksik masuk lewat pernapasan dan kemudian
beredar ke seluruh tubuh atau menuju organ-organ tubuh tertentu. Zat-zat
tersebut dapat langsung mengganggu organ-organ tubuh tertentu seperti hati,
paru-paru, dan lain-lain, tetapi dapat juga zat-zat tersebut berakumulasi
dalam tulang, darah, hati, ginjal, atau cairan limfa dan menghasilkan efek
kesehatan pada jangka panjang. Pengeluaran zat-zat beracun dari dalam
tubuh dapat melewati urine, saluran pencernaan, sel epitel dan keringat.
Bahan dinyatakan sebagai bahan beracun jika pemaparan melalui mulut
LD50 > 25 atau 200 mg/kg berat badan, atau pemaparan melalui kulit LD50 > 25
atau 400 mg/kg berat badan, atau melalui pernapasan LD50 > 0,5 mg/L atau 2
mg/L. Lambang bahan kimia beracun disajikan pada gambar 2.11.
Sifat toksik dari suatu zat, selain ditentukan oleh sifat alamiah suatu
zat, juga ditentukan oleh jenis persenyawaan dan keadaan fisik zat tersebut.
Bahan-bahan beracun dalam industri dapat digolongkan dalam beberapa
golongan, yakni:
a. Senyawa logam dan metaloid
b. Bahan pelarut
c. Gas-gas beracun
d. Bahan karsinogenik
e. Pestisida

Gambar 2. 11 Lambang bahan kimia beracun. Lambang kimia beracun diberi lambang dengan
tengkorak yang disilang dengan dua buah tulang.
Contoh bahan kimia beracun adalah sebagai berikut:

29 | PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

MODUL 11
Jenis zat beracun Jenis bahan

Akibat keracunan dan gangguan

1.Logam
metaloid

Pb (TEL, PbCO3)
Hg
Cadmium (P)
Krom (Cr)
Arsen (As)
Fosfor (P)

2. Bahan pelarut

Hidrokarbon
alifatik
pelarut (bensin, minyak
tanah)
Hidrokarbon
terhalogenasi (kloroform,
CCl4)
Alkohol
Aspiksian sederhana (N2,
Argon, He)
Aspiksian kimia:
- Asam sianida (HCN)
- Asam sulfida (H2S)
Karbon monoksida (CO)
nitrogen oksida (NOx)

Pusing dan koma

3. Gas-gas
beracun

Syaraf, ginjal, dan darah


Syaraf, ginjal
Hati, ginjal, darah
Kanker
Iritasi, kanker
Metabolism
karbohidrat, lemak, dan protein

Hati dan ginjal


Syaraf pusat, leukeumia
Sesak napas, kekurangan oksigen
Pusing, sesak napas
Sesak napas, kejang, hilang
kesadaran
Sesak
napas, otak, jantung,
syaraf, hilang kesadaran
sesak napas, iritan, kematian

4. Karsinogen

benzena
asbes
bensidin
krom
naftil amin
vinil klorida

leukeumia
paru-paru
kandung kencing
paru-paru
paru-paru
hati, paru-paru, syaraf pusat,
darah

5. Pestisida

organoklorin
organofosfat

pusing, kejang, hilang kesadaran,


kematian

A. 2. Penataan dan Penyimpanan Alat dan Bahan


A. 2. 1. Penataan Alat dan Bahan
Pentaan alat dan bahan dimaksudkan agar alat dan bahan di laboratorium
kimia tertata dengan baik, keteraturan dalam penyimpanan, maupun kemudahan
dalam pemeliharaan. Yang harus diketahui sebelum melakukan penataan alat dan
bahan adalah

a. mengenali alat dan fungsinya


b. mengenali sifat bahan
c. kualitas alat termasuk kecanggihan dan ketelitian
30 | PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

MODUL 11
d. keperangkatan/kekompleksan alat
e. nilai/harga alat
f. kualitas alat tersebut dan kelangkaannya
g. bahan dasar penyusun alat
h. bentuk dan ukuran alat
i. bobot/berat alat
Penataan dan penyimpanan alat dan bahan dapat juga didasarkan pada :
a. Keadaan

laboratorium,

penataan

bererdasarkan

keadaan

laboratorium

ditentukan oleh :
1. fasilitas seperti : ada tidaknya ruang persiapan, ruang penyimpanan.
2. keadaan alat seperti : jenis alat, jenis bahan pembuat alat, seberapa
sering alat tersebut digunakan, termasuk alat mahal atau tidak.
3 keadaan bahan seperti: wujud (padat, cair, gas), sifat bahan
seberapa bahaya bahan tersebut dan seberapa sering

(asam/basa)

digunakan.

b. Kepentingan pemakai laboratorium, penataan berdasarkan kepentingan


pemakai ditentukan oleh :
1. Kemudahan di cari atau digapai. Untuk memudahkan mencari letak
masingmasing alat dan bahan, perlu diberi tanda yaitu dengan
menggunakan label pada setiap tempat penyimpanan alat (lemari, rak
atau laci). penyimpanan alat diperlukan ruang penyimpanan dan
perlengkapan seperti lemari, rak dan laci yang ukurannya

disesuaikan

dengan luas ruangan yang tersedia.


2. Keamanan dalam penyimpanan dan pengambilan. Alat disimpan supaya
aman dari pencuri dan kerusakan, atas dasar alat yang mudah dibawa dan
mahal harganya seperti stop watch perlu disimpan pada lemari terkunci.
aman juga berarti tidak menimbulkan akibat rusaknya alat dan bahan
sehingga fungsinya berkurang.
A. 2. 2. Penyimpanan Alat laboratorium
Penyimpanan alat pada laboratorium kimia dikelompokkan berdasarkan pada

31 | PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

MODUL 11
a. Jenis dan bahan dasarnya, sebagai contoh jenis alat volumetri berbahan dasar
kaca dikelompokkan dengan jenis yang sama, sedangkan alat berbahan dasar
besi seperti tiang statif, penjepit kayu, dikelompokkan dengan kelompokknya
sendiri.
b.

Ukuran

atau

volume

alat,

contoh

erlenmeyer

berukuran

100

mL

dikelompokkan dengan jenis erlenmeyer yang sama.


c. Alat-alat yang sering digunakan, alat yang intesnsitas penggunaannya tinggi
dipisahkan agar mudah dalam persiapannya.Sedangkan alat-alat yang mahal
harganya, peka, sensitif, maka penyimpanannya sebaiknya dipisahkan.
d.

Alat yang boleh diambil sendiri oleh siswa, alat-alat yang tidak berbahaya
seperti kaki tiga, tiang statif, penjepit kayu dan alat gelas yang tidak
berbahaya diperbolehkan diambil oleh siswa, hal ini sekaligus melatih siswa
bertanggung jawab. Namun harus tetap dalam pengawasan laboran/petugas
laboratorium lainnya.

e. Alat- alat yang mahal harganya penyimpanannya sebaiknya dipisah


f. Setiap lemari penyimpanan alat harus diberi Label, yang memberikan
informasi tentang nama alat, ukuran, jumlah.
g. Selain label pada setiap lemari penyimpanan harus diberi petunjuk bahwa
semua alat yang diambil harus dikembalikan pada tempatnya semula.
A. 2. 3. Penyimpanan bahan kimia
Penyimpanan bahan kimia dikelompokkan berdasarkan :
a. Wujud zat : padat disimpan terpisah dari cair.
b. Konsentrasi zat : konsentrasi yang pekat disimpan terpisah dan khusus
c. Bahaya dari zat : Bahan-bahan yang berbahaya (beracun, radioaktif, mudah
terbakar atau mudah meledak). Zat yang berbahaya tidak boleh

disimpan

diatas.
d. Kepekaan zat terhadap cahaya : zat yang peka terhadap cahaya disimpan
dalam dalam botol cokelat.
e. Kemudahan menguap: zat yang mudah menguap disimpan ditempat dingin dan
sejuk, serta hindarkan dari cahaya langsung.
f. Larutan indikator disimpan dalam botol tetes (botol kecil yang dilengkapi
dengan pipet tetes pada sumbatnya).
32 | PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

MODUL 11
g. label : semua wadah yang berisi bahan atau zat kimia harus diberi label.
Selain dikelompokkan berdasarkan pertimbangan di atas, bahan kimia juga dapat
disimpan berdasarkan
Bahan-bahan yang sering dipakai

a.
b.

Bahan-bahan yang boleh diambil sendiri seperti larutan encer dari beberapa
garam, asam dan basa,

c.

Bahan yang jarang dipakai,


Semua bahan kimia di laboratorium harus disimpan pada lemari tertentu.

Setiap lemari penyimpanan bahan harus diberi label, yang memberikan informasi
tentang nama bahan, jenis bahan, jumlah. Selain label pada setiap lemari
penyimpanan harus diberi petunjuk bahwa semua bahan yang diambil harus
dikembalikan pada tempatnya semula. Rekomendasi umum yang juga harus
diperhatikan dalam penyimpanan bahan kimia menurut Achadi Budi Cahyono (2004)
adalah bahwa : (1) bahan kimia harus diletakkan di tempat yang dingin, kering,
ventilasi baik, dan bangunannya memiliki sistem drainase yang baik. (2) Faktor-faktor
lain adalah kuantitas bahan yang disimpan, sifat bahan kimia, metode pengiriman
internal, alat pengangkut, metode pengeluaran di titik penggunaan. Terkait dengan
faktor-faktor tersebut area penyimpanan, besar ataupun kecil, harus dibuat dan
menjadi perhatian. (3) harus mengantisipasi terjadinya kebocoran, sehingga
diperlukan peralatan yang memadai untuk mencegah limbah bahan kimia berbahaya
masuk ke tanah atau perairan.
System yang umum dipakai pada proses penyimpanan bahan adalah adalah
tiga tingkat pengamanan atau dikenal sebagai tertiery containment. (1) Tingkat
pertama/first containment adalah wadah bahan kimia berbahaya, baik dalam
bentuk drum besar, drum kecil, atau botol. (2) Tingkat kedua atau secndary
containtment adalah dudukan drum yang memiliki tempat untuk menampung
kebocoran bahan kimia dan temapt tersebut dapat dikeringkan (drain) melalui keran
yang terdapat di bawah dudukan tersebut. (3) Tingakt ketiga/tertiery containment
adalah bak beton kedap air atau bahan lain seperti tangki fiber yang tahan bahan
kimia, yang letaknya merupakan akhir dari saluran dalam gudnag bahan kimia
berbahaya.

33 | PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

MODUL 11
Bahan kimia harus ditempatkan sesuai dengan jenisnya. Suatu bahan kimia
mudah terbakar dapat ditempatkan dengan bahan kimia lain yang juga mudah
terbakar pada satu area, tapi satu jenis bahan kimia, seperti alkohol, seharusnya
ditempatkan pada satu area yang sama. Untuk memudahkan mengetahui jenis
bahan-bahan kimia yang ditempatkan di gudang, maka diarea tempat bahan kimia
ditempatkan harus ditandai dengan papan nama yang jelas, yang menyebutkan nama
bahan kimia yang berada diarea.

Beberapa sumber bahaya yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dapat


dikategorikan sebagai berikut:
1. Aliran Listrik
Penggunaan

peralatan

dengan

daya

yang

besar

akan

memberikan

kemungkinan-kemungkinan untuk terjadinya kecelakaan kerja. Beberapa faktor


yang harus diperhatikan antara lain:
a. Pemakaian safety switches yang dapat memutus arus listrik jika
penggunaan melebihi limit/batas yang ditetapkan oleh alat.
b. Improvisasi terhadap peralatan listrik harus memperhatikan standar
keamanan dari peralatan.
c. Penggunaan peralatan yang sesuai dengan kondisi kerja sangat diperlukan
untuk menghindari kecelakaan kerja.
d. Berhati-hati dengan air. Jangan pernah meninggalkan perkeraan yang
memungkinkan peralatan listrik jatuh atau bersinggungan dengan air.
Begitu juga dengan semburan air yang langsung berinteraksi dengan
peralatan listrik.
e. Berhati-hati dalam membangun atau mereparasi peralatan listrik agar
tidak membahayakan penguna yang lain dengan cara memberikan
keterangan tentang spesifikasi peralatan yang telah direparasi.
f. Pertimbangan bahwa bahan kimia dapat merusak peralatan listrik maupun
isolator sebagai pengaman arus listrik. Sifat korosif dari bahan kimia dapat
menyebabkan kerusakan pada komponen listrik.
g. Perhatikan instalasi listrik jika bekerja pada atmosfer yang mudah
meledak. Misalnya pada lemari asam yang digunakan untuk pengendalian
gas yang mudah terbakar.

34 | PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

MODUL 11
h. Pengoperasian suhu dari peralatan listrik akan memberikan pengaruh pada
bahan isolator listrik. Temperatur sangat rendah menyebabkan isolator
akan mudah patah dan rusak. Isolator yang terbuat dari bahan polivinil
clorida (PVC) tidak baik digunakan pada suhu di bawah 0 oC. Karet silikon
dapat digunakan pada suhu 50 oC. Batas maksimum pengoperasian alat
juga penting untuk diperhatikan. Bahan isolator dari polivinil clorida
dapat digunakan sampai pada suhu 75 oC, sedangkan karet silikon dapat
digunakan sampai pada suhu 150 oC.
2. Mekanik.
Walaupun industri dan laboratorium moderen lebih didominasi oleh peralatan
yang terkontrol oleh komputer, termasuk didalamnya robot pengangkat benda
berat, namun demikian kerja mekanik masih harus dilakukan. Pekerjaan mekanik
seperti transportasi bahan baku, penggantian peralatan habis pakai, masih harus
dilakukan secara manual, sehingga kesalahan prosedur kerja dapat menyebabkan
kecelakaan kerja. Peralatan keselamatan kerja seperti helmet, sarung tangan,
sepatu, dan lain-lain perlu mendapatkan perhatian khusus dalam lingkup
pekerjaan ini.
3. Api.
Hampir semua laboratorium atau industri menggunakan bahan kimia dalam
berbagai variasi penggunaan termsuk proses pembuatan, pemformulaan atau
analisis. Cairan mudah terbakar yang sering digunakan dalam laboratorium atau
industri adalah hidrokarbon. Bahan mudah terbakar yang lain misalnya pelarut
organik seperti aseton, benzen, butanol, etanol, dietil eter, karbon disulfida,
toluena, heksana, dan lain-lain. Para pekerja harus berusaha untuk akrab dan
mengerti dengan informasi yang terdapat dalam Material Safety Data Sheets
(MSDS). Dokumen MSDS memberikan penjelasan tentang tingkat bahaya dari
setiap bahan kimia, termasuk di dalamnya tentang kuantitas bahan yang
diperkenankan untuk disimpan secara aman.
Sumber api yang lain dapat berasal dari senyawa yang dapat meledak atau
tidak stabil. Banyak senyawa kimia yang mudah meledak sendiri atau mudah
meledak jika bereaksi dengan senyawa lain. Senyawa yang tidak stabil harus
diberi label pada penyimpanannya. Gas bertekanan juga merupakan sumber
kecelakaan kerja akibat terbentuknya atmosfer dari gas yang mudah terbakar.
35 | PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

MODUL 11

4. Suara (kebisingan).
Sumber kecelakaan kerja yang satu ini pada umumnya terjadi pada hampir
semua industri, baik industri kecil, menengah, maupun industri besar. Generator
pembangkit listrik, instalasi pendingin, atau mesin pembuat vakum, merupakan
sekian contoh dari peralatan yang diperlukan dalam industri. Peralatan-peralatan
tersebut berpotensi mengeluarkan suara yang dapat menimbulkan kecelakaan
kerja dan gangguan kesehatan kerja. Selain angka kebisingan yang ditimbulkan
oleh mesin, para pekerja harus memperhatikan berapa lama mereka bekerja
dalam lingkungan tersebut. Pelindung telinga dari kebisingan juga harus
diperhatikan untuk menjamin keselamatan kerja.

A. 4. Menjaga kebersihan alat, mengamankan alat dan bahan kimia di


laboratorium
Setelah anda mengetahui klasifikasi, menata, mengidentifikasi kerusakan
bahan dan peralatan serta fasilitas laboratorium, selanjutnya kita akan membahas
tentang menjaga kebersihan, dan mengamankan alat dan bahan kimia di
laboratorium.

A. 4. 1. Menjaga kebersihan dan mengamankan alat laboratorium


1. Peralatan keselamatan laboratorium/Safety Equipment
Menjaga kebersihan dan keamanan yang harus diperhatikan untuk peralatan
keselamatan adalah menghindari kontak perlatan tersebut dengan zat-zat cair
yang bersifat mudah terbakar, bersifat korosif, menempatkan pada tempat yang
kering, melakukan perawatan dan pengecekan berkala.

2. Alat ukur/Measurement Equipment


Kebersihan yang harus selalu diperhatikan untuk perlatan untuk mengukur volume
dan massa adalah agar tetap kering dan meletakkan pada tempat yang
seharusnya. Setiap selesai penggunaan harus segera dibersihkan, sehingga tidak
merusak alat. Hindari penggunaan larutan bersifat asam atau basa untuk
membersihkan alat pengukur massa, karena akan menimbulkan perkaratan.
Keamanan untuk alat-alat pengukur volume adalah harus disimpan pada lemarai

36 | PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

MODUL 11
khusus dan dipisahkan dengan peralatan logam, agar tidak terjadi benturan yang
dapat memecahkan alat. Untuk alat pengukur massa sebaiknya disimpan khusus
di ruang timbang dan dipisahkan dengan zat-zat yang bersifat korosif.
3. Burners dan Ring Stands
Alat burner dan rings stands harus selalu kering, dan hindari penyimpanan pada
tempat lembab atau kontak dengan air, serta zat-zat bersifat korosif.
4. Alat gelas/Glassware
Alat gelas atau Glassware harus selalu dicuci dengan bersih dan disimpan pada
temapt yang kering, dan mudah terlihat. Lemari penyimpanan alat-alat gelas
sebaiknay tidak lembab sehingga peralatan tidak mudah berjamur. Alat-alat gelas
yang khusus dan berharga mahal sebaiknya disimpan pada lemari yang memiliki
pengaman/kunci.
5. Peralatan tambahan/Additional Equipment
Peralatan tambahan yang disediakan di laboratorium adalah crucibles, crucible
tongs, clay triangles, watch glasses, stirring rods, filter funnels, mortar dan
pestle, chemical spoons, wash bottles, test-tube racks, test-tube holders, dan
various stoppers for tubes serta berbagai macam jenis flasks. Alat-alat tersebut
harus segera dicuci dan dibersihkan, kemudian dikeringkan setiap habis
pemakaian. Jangan menyimpan alat dalam keadaan kotor.

A. 4. 2. Menjaga keamanan bahan laboratorium


Menjaga dan mengamankan bahan laboratorium tidak terlepas dari proses
penyimpanan

yang

dilakukan.

Untuk

memenuhi

kedua

hal

tersebut

maka

mengelompokkan bahan kimia berbahaya di dalam penyimpanannya mutlak


diperlukan, sehingga tempat/ruangan yang ada dapat di manfaatkan sebaik-baiknya
dan aman. Mengabaikan sifat-sifat fisik dan kimia dari bahan yang disimpan akan
mengandung bahaya seperti kebakaran, peledakan, mengeluarkan gas/uap/debu
beracun, dan berbagai kombinasi dari pengaruh tersebut. [Milos Nedved, Soemanto
Imamkhasani, Fundamentals Chemical Safety And Major Hazard Control, 1991).
Berdasarkan hal tersebut maka Penyimpanan bahan kimia berbahaya agar
teatap aman harus dilakukan sebagai berikut :
37 | PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

MODUL 11
1. Bahan Kimia Beracun (Toxic)
Bahan ini dalam kondisi normal atau dalam kondisi kecelakaan ataupun dalam
kondisi kedua-duanya dapat berbahaya terhadap kehidupan sekelilingnya. Bahan
beracun harus disimpan dalam ruangan yang sejuk, tempat yang ada peredaran
hawa, jauh dari bahaya kebakaran dan bahan yang inkompatibel (tidak dapat
dicampur) harus dipisahkan satu sama lainnya. Jika panas mengakibatkan proses
penguraian pada bahan tersebut maka tempat penyimpanan harus sejuk dengan
sirkulasi yang baik, tidak terkena sinar matahari langsung dan jauh dari sumber
panas.
2. Bahan Kimia Korosif (Corrosive)
Beberapa jenis dari bahan ini mudah menguap sedangkan lainnya dapat bereaksi
dahsyat dengan uap air. Uap dari asam dapat menyerang/merusak bahan struktur
dan peralatan selain itu beracun untuk tenaga manusia. Bahan ini harus disimpan
dalam ruangan yang sejuk dan ada peredaran hawa yang cukup untuk mencegah
terjadinya pengumpulan uap. Wadah/kemasan dari bahan ini harus ditangani
dengan hati-hati, dalam keadaan tertutup dan dipasang label.

Semua logam

disekeliling tempat penyimpanan harus dicat dan diperiksa akan adanya kerusakan
yang disebabkan oleh korosi.
Penyimpanannya harus terpisah dari bangunan lain dengan dinding dan lantai
yang tahan terhadap bahan korosif, memiliki perlengkapan saluran pembuangan
untuk tumpahan, dan memiliki ventilasi yang baik. Pada tempat penyimpanan
harus tersedia pancaran air untuk pertolongan pertama bagi pekerja yang
terkena bahan tersebut.
3.

Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable)


Praktis semua pembakaran terjadi antara oksigen dan bahan bakar dalam
bentuk uapnya atau beberapa lainnya dalam keadaan bubuk halus. Api dari
bahan padat berkembang secara pelan, sedangkan api dari cairan menyebar
secara cepat dan sering terlihat seperti meledak. Dalam penyimpanannya harus
diperhatikan sebagai berikut :
a. Disimpan pada tempat yang cukup dingin untuk mencegah penyalaan

tidak

sengaja pada waktu ada uap dari bahan bakar dan udara

38 | PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

MODUL 11
b. Tempat penyimpanan mempunyai peredaran hawa yang cukup, sehingga
bocoran uap akan diencerkan konsentrasinya oleh udara untuk

mencegah

percikan api
c. Lokasi penyimpanan agak dijauhkan dari daerah yang ada bahaya
kebakarannya
d. Tempat penyimpanan harus terpisah dari bahan oksidator kuat, bahan yang
mudah menjadi panas dengan sendirinya atau bahan yang

bereaksi

dengan udara atau uap air yang lambat laun menjadi panas
e. Di tempat penyimpanan tersedia alat-alat pemadam api dan mudah
dicapai
f. Singkirkan semua sumber api dari tempat penyimpanan
g. Di daerah penyimpanan dipasang tanda dilarang merokok
h. Pada

daerah

penyimpanan

dipasang

sambungan

tanah/arde

serta

dilengkapi alat deteksi asap atau api otomatis dan diperiksa secara
periodik
4. Bahan Kimia Oksidator (Oxidation)
Bahan ini adalah sumber oksigen dan dapat memberikan oksigen pada suatu reaksi
meskipun dalam keadaan tidak ada udara. Beberapa bahan oksidator memerlukan
panas sebelum menghasilkan oksigen, sedangkan jenis lainnya dapat menghasilkan
oksigen dalam jumlah yang banyak pada suhu kamar. Tempat penyimpanan bahan
ini harus diusahakan agar suhunya tetap dingin, ada peredaran hawa, dan
gedungnya harus tahan api. Bahan ini harus dijauhkan dari bahan bakar, bahan
yang mudah terbakar dan bahan yang memiliki titik api rendah.
Alat-alat pemadam kebakaran biasanya kurang efektif dalam memadamkan
kebakaran pada bahan ini, baik penutupan ataupun pengasapan, hal ini
dikarenakan bahan oksidator menyediakan oksigen sendiri.
5. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Air (Water Sensitive Substances)
Bahan ini bereaksi dengan air, uap panas atau larutan air yang lambat laun
mengeluarkan panas atau gas-gas yang mudah menyala. Karena banyak dari bahan
ini yang mudah terbakar maka tempat penyimpanan bahan ini harus tahan air,
berlokasi ditanah yang tinggi, terpisah dari penyimpanan bahan lainnya, dan
janganlah menggunakan sprinkler otomatis di dalam ruang simpan.

39 | PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

MODUL 11
6. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Asam (Acid Sensitive Substances)
Bahan ini bereaksi dengan asam dan uap asam menghasilkan panas, hydrogen dan
gas-gas yang mudah menyala.

Ruangan penyimpanan untuk bahan ini harus

diusahakan agar sejuk, berventilasi, sumber penyalaan api harus disngkirkan dan
diperiksa secara berkala. Bahan asam dan uap dapat menyerang bahan struktur
campuran dan menghasilkan hydrogen, maka bahan asam dapat juga disimpan
dalam gudang yang terbuat dari kayu yang berventilasi. Jika konstruksi gudang
trbuat dari logam maka harus di cat atau dibuat kebal dan pasif terhadap bahan
asam.
7. Gas Bertekanan (Compressed Gases)
Silinder dengan gas-gas bertekanan harus disimpan dalam keadaan berdiri dan
diikat dengan rantai atau diikat secara kuat pada suatu penyangga tambahan.
Ruang penyimpanan harus dijaga agar sejuk , bebas dari sinar matahari langsung,
jauh dari saluran pipa panas di dalam ruangan yang ada peredaran hawanya.
Gedung penyimpanan harus tahan api dan harus ada tindakan preventif agar
silinder tetap sejuk bila terjadi kebakaran, misalnya dengan memasang sprinkler.
Maka Peta Keterkaitan Kegiatan untuk tata letak penyimpanan material kimia
berbahaya berdasarkan ketentuan safety tersebut di atas adalah sebagai berikut :

40 | PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

MODUL 11

Gambar 2.12. Peta keterkaitan kegiatan untuk penyimpanan raw material.


B. Contoh
B.1.1. Definisi Lembar Data Bahaya /MSDS
Lembar data bahaya (Hazard Data Sheets/HDSs) terkadang disebut Material
Safety Data Sheets (MSDSs) atau Chemical Safety Data Sheet (CSDSs) adalah
lembar informasi yang detail tentang bahan-bahan kimia. Umumnya lembar ini
disiapkan dan dibuat oleh pabrik kimia atau suatu program, seperti International
Programme On Chemical Safety (IPCS) yang aktifitasnya terkait dengan World

41 | PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

MODUL 11
Health Organization (WHO), International Labour Organization (ILO), dan United
Environment

Programme

(UNEP).

HDSs/MSDSs/CSDSs

merupakan

sumber

informasi tentang bahan kimia yang penting dan dapat diakses tetapi kualitasnya
dapat bervariasi.

Jika anda menggunakan HDSs, berhati-hatilah terhadap

keterbatasannya, sebagai contoh, HDSs sering sulit untuk dibaca dan dimengerti.
Keterbatasan lain yang serius adalah seringnya tidak memuat informasi yang
cukup tentang bahaya dan peringatan penting yang anda butuhkan ketika bekerja
dengan bahan kimia tertentu. Untuk mengatasi keterbatasan ini, kapanpun
dimungkinkan untuk menggunakan sumber informasi lain secara bersama-sama
dengan HDSs. Suatu ide yang baik untuk mewakili kasehatan dan keselamatan
dengan menyimpan lembar data bahaya pada setiap penggunaan bahan kimia di
tempat kerja.
B. 1. 2. Informasi berikut harus muncul pada semua lembar data bahaya, akan
tetapi urutan dapat berbeda dari yang dijelaskan dibawah ini.
A. Bagian 1 : Identifikasi produk dan pabrik
B. Identifikasi produk : nama produk tertera disini dengan nama kimia atau
nama dagang, nama yang tertera harus sama dengan nama yang ada pada
label.

Lembar data bahaya juga harus mendaftar sinonim produk atau

substansinya, sinonim adalah nama lain dengan substansi yang diketahui.


Contohnya Methyl alcohol juga dikenal sebagai Metanol atau Alkohol kayu.
C. Identifikasi pabrik : nama pabrik atau supplier, alamat, nomor telepon,
tanggal HDSs dibuat, dan nomor darurat untuk menelepon setelah jam kerja,
merupakan ide yang baik bagi pengguna produk untuk menelepon pabrik
pembuat produk sehingga mendapatkan informasi tentang produk tersebut
sebelum terjadi hal yang darurat.
D. Bagian 2 : Bahan-bahan berbahaya
E. Untuk produk campuran, hanya bahan-bahan berbahaya saja yang tercantum
pada daftar khusus bahan kimia, dan yang didata bila komposisinya 1% dari
produk.

Pengecualian untuk zat karsinogen yang harus di daftar jika

komposisinya 0,1% dari campuran.

Batas konsentrasi yaitu Permissible

42 | PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

MODUL 11
Exposure Limit (PEL)[13] dan The Recommended Threshold Limit Value (TLV)
[14] harus didata dalam HDSs.
F. Bagian 3 : Data Fisik
G. Bagian ini mendata titik didih, tekanan, density, titik cair, tampilan, bau, dan
lain-lain. Informasi pada bagian ini membantu anda mengerti bagaimana sifat
bahan kimia dan jenis bahaya yang ditimbulkannya.
H. Bagian 4 : Data Kebakaran Dan Ledakan
I. Bagian ini mendata titik nyala api dan batas mudah terbakar atau meledak,
serta menjelaskan kepada anda bagaimana memadamkan api. Informasi pada
bagian ini dibutuhkan untuk mencegah, merencanakan dan merespon
kebakaran atau ledakan dari bahan-bahan kimia.
J. Bagian 5 : Data Reaktifitas
K. Bagian ini menjelaskan kepada anda apakah suatu substansi stabil atau tidak,
bila tidak, bahaya apa yang ditimbulkan dalam keadaan tidak stabil. Bagian
ini mendata ketidakcocokan substansi, substansi mana yang tidak boleh
diletakkan atau digunakan secara bersamaan. Informasi ini penting untuk
penyimpanan dan penanganan produk yang tepat.
L. Bagian 6 : Data Bahaya Kesehatan
M. Rute tempat masuk (pernafasan, penyerapan kulit atau ingestion), efek
kesehatan akut dan kronik, tanda-tanda dan gejala awal, apakah produknya
bersifat karsinogen, masalah kesehatan yang makin buruk bila terkena, dan
pertolongan pertama yang direkomendasikan/prosedur

gawat darurat,

semuanya seharusnya terdaftar di bagian ini.


N. Bagian 7 : Tindakan Pencegahan Untuk Penanganan
O. Informasi dibutuhkan untuk memikirkan rencana respon gawat darurat,
prosedur pembersihan, metode pembuangan yang aman, yang dibutuhkan
dalam penyimpanan, dan penanganan tindakan pencegahan harus detail pada
bagian ini.

Akan tetapi sering kali pabrik pembuat produk meringkas

43 | PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

MODUL 11
informasi ini dengan satu pernyataan yang simple, seperti hindari menghirup
asap atau hindari kontak dengan kulit.
P. Bagian 8 : Pengukuran Kontrol
Q. Metode yang direkomendasikan untuk control bahaya termasuk ventilasi,
praktek kerja dan alat pelindung diri/Personal Protective Equipment (PPE)
dirincin pada bagian ini. Tipe respirator, baju pelindung dan sarung tangan
material yang paling resisten untuk produk harus diberitahu. Lebih dari
rekomendasi perlindungan material yang paling resisten, HDSs boleh dengan
simple menyatakan bahwa baju dan sarung tangan yang tidak dapat ditembus
harus digunakan.

Bagian ini cenderung menekankan alat pelindung diri

daripada control engineering.

44 | PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Anda mungkin juga menyukai